Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan karena
peningkatan kadar T3 (Triiodothyronine) dan T4 (Thyroxine) bebas.1
Hipertiroid berbeda dengan tirotoksikosis. Tirotoksikosis adalah keadaan
klinis yang terjadi akibat peningkatan produksi hormon tiroid, yang dapat
bersumber primer dari kelenjar tiroid maupun tidak.2
Hipertiroid merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi pada
masa anak, namun kejadiannya semakin meningkat pada usia remaja dan
dewasa. Pada anak-anak, lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh
penyakit Graves.3
Belum ada angka yang pasti mengenai insiden dan prevalensi
hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Beberapa kepustakaan luar negeri
menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per
tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun
meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja.
Kejadian hipertiroid pada anak hanya 5-6% dari keseluruhan kasus
penyakit Graves pada segala umur.3

I.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memahami mengenai


definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi, serta prognosis terhadap hipertiroid pada anak.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Definisi
Hipertiroid adalah hiperaktivitas kelenjar tiroid, yang menyebabkan

pelepasan hormon tiroid dalam jumlah banyak dan peningkatan


metabolisme di jaringan perifer.2
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh
sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai
hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer.4
Hipertiroid ditandai dengan peningkatan kadar T4 dan T3 bebas dan
TSH serum yang rendah ataupun normal.5 Hipertiroid ditandai dengan
aktivitas kelenjar tiroid disertai dengan manisfestasi yang dikenal dengan
tiroktosiosis.6

II.2.

Epidemiologi

Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2008 menunjukkan,


terdapat 0,44 kejadian hipertiroid per 1000 populasi pada anak usia 0-11
tahun, dan 0,59 per 1000 populasi pada usia 12-17 tahun, dengan rata-rata
usia 10-15 tahun.2
Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan
prevalensi hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Beberapa penelitian di
luar negeri, insiden hipertiroid pada anak diperkirakan 1/100.000 anak per
tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak per tahun untuk anak
0-4 tahun, meningkat sampai dengan 3/100.000 anak pertahun pada usia

remaja. Secara keseluruhan insiden hipertiroid pada anak jumlahnya kecil


sekali, atau diperikarakan hanya 5-6% dari keseluruhan jumlah penderita
penyakit Graves segala umur.3
Prevalensi hipertiroid pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali
dibanding pada remaja pria. Kebanyakan anak-anak yang menderita
penyakit Graves mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau
penyakit autoimun yang lain, misalnya diabetes melitus tipe I, penyakit
Addison, lupus sistemik, ITP, myasthenia gravis, arthritis rheumatoid, dan
vitiligo.1-3

II.3.

Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari sel-sel folikel yang berbentuk seperti


cincin dan memiliki lumen yang berisi koloid. Koloid ini mengandung
Tiroglobulin yang didalamnya berisi hormon tiroid.1,8,9
Sintesis hormon tiroid memerlukan asam amino tirosin, yang
diproses di dalam tubuh, dan iodium yang didapat secara esensial dari
makanan. Setelah sintesis tirosin, makan tirosin akan menyatu dengan
tiroglobulin yang dihasilkan RE sel folikel tiroid dan kompleks golgi.
Setelah itu tiroglobulin yang mengandung tirosin akan di eksositosis ke
lumen folikel yang berisi koloid. Iodium dalam darah dipindahkan ke
dalam koloid melalui pompa aktif iodium. Di koloid, iodium akan melekat
ke tirosin dalam molekul tiroglobulin. Pelekatan sebuah iodium
menghasilkan Monoiodotirosin (MIT) dan pelekatan dua iodium
menghasilkan Diiodotirosin (DIT). Selanjutnya penggabungan dua DIT

membentuk Tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan penggabungan satu DIT


dan satu MIT menghasilkan Triiodotironin (T3).8,9
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh interaksi antara komponen
stimulator dan inhibitor atau mekanisme umpan balik. Pelepasan tirotropin
(TSH) dari kelenjar pituitari anterior distimulasi oleh kadar hormon tiroid
yang rendah (umpan balik negatif) dan dibawah pengaruh Thyrothropin
Releasing Hormon (TRH), somatostatin atau dopamin. Tirotropin
kemudian berikatan dengan reseptor TSH di permukaan sel-sel kelenjar
tiroid, dan memulai kaskade di dalam kelenjar tiroid, untuk melepaskan
hormon tiroid terutama tiroksin (T4) serta sejumlah kecil triiodotironin
(T3). Peningkatan hormon ini memberikan umpan balik ke hipotalamus
dan kelenjar pituitari anterior, sehingga sintesis TSH menurun.1,8,9
II.4.

Etiologi

Hipertiroid (tiroid yang menyebabkan tirotoksikosis) pada anakanak disebabkan oleh hal-hal berikut: Penyakit Graves, McCune-Albright
Sindrom, Tiroiditis Subakut (virus), Tiroiditis Bakteri.1,2
Gangguan pada kelenjar pituitari juga dapat menyebabkan
hipertiroid pada anak-anak, hal ini dapat disebabkan oleh adenoma
pituitari dan pituitari resisten T4. Penyebab lain hipertiroid pada anak
adalah : Hipertiroid yang diinduksi Iodine dan Tumor Sekresi hCG.1,2

Penyakit Graves pada Anak


Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
trias : tirotoksikosis, oftalmopati infiltratif dan dermopati infiltratif. 1,6

Hipertiroid

pada

penyakit

Graves

disebabkan

oleh

sub

kelas

imunoglobulin G1 (IgG1), Thyroid-stimulating immunoglobulins (TSIs).


Antibodi ini berikatan dengan reseptor thyroid-stimulating hormone (TSH)
ekstraselular

dan

mengaktivasinya.

Aktivasi

ini

menyebabkan

pertumbuhan folikel dan pengaktifan serta pelepasan hormon tiroid. Pada


beberapa pasien, juga ditemukan antibodi antitiroid (TRAbs) atau TSHbinding inhibitor immunoglobulin (TBII), hal ini mempengaruhi derajat
keparahan penyakit.1-3

Penyakit Graves pada Neonatus


Angka kejadian hipertiroid pada neonatus kurang dari 1% dari
semua kasus hipertiroid pada pasien anak. Hampir keseluruhan pasien lahir
dari ibu dengan riwayat penyakit Graves, baik selama kehamilan ataupun
sebelumnya.2
Penyakit Graves pada neonatus disebabkan oleh transfer TSI
melalui plasenta. Ibu dengan klinis hipertiroid, atau memiliki riwayat
pengobatan antitiroid, atau riwayat Ibu dengan klinis hipertiroid belum
tentu menyebabkan penyakit Graves pada neonatus. Hanya 1 dari 70 bayi
dari ibu dengan tirotoksikosis yang memiliki gejala. Kadar TSI ibu harus
sangat tinggi (>5 kali kadar normal) untuk menyebabkan penyakit secara
klinis pada neonatus.2,3

Sindrom McCune-Albright

Hipertiroid yang disebabkan sindrom McCune-Albright sangat


jarang terjadi. Sindrom ini meliputi displasia poliostotik fibrosa, bintik
caf-au-lait, atau endokrinopati. Sindrom ini disebabkan oleh mutasi pada
subunit pada protein G di reseptor TSH. Hal ini menyebabkan aktivasi
dan produksi cAMP yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan
produksi hormon tiroid.2,8

Tiroiditis Subakut
Tiroiditis subakut disebabkan oleh infeksi virus pada saluran napas
bagian atas. Hipertiroid yang terjadi tidak berat dan gejala lebih
didominasi oleh demam dan nyeri tekan tiroid. Pada pemeriksaan
didapatkan eritema dan hangat di sekitar kelenjar. Hipertiroid pada
penyakit ini disebabkan oleh inflamasi kelenjar tiroid dan peningkatan
pelepasan hormon tiroid.2
Adenoma Pituitari
Hipertiroid pada penyakit ini disebabkan karena produksi TSH
meningkat karena tumor pada kelenjar hipofisis. Penyakit ini ditandai
dengan kadar TSH yang tinggi yang akhirnya menstimulasi peningkatan
produksi hormon tiroid.2

Pituitari Resisten T4
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi spontan dan dapat diturunkan
secara autosom dominan. Adanya resistensi terhadpa T4, menyebabkan

produksi TSH tidak sepenuhnya dihambat oleh T4, kadar TSH yang tinggi
menyebabkan produksi hormon tiroid secara terus-menerus, hal ini
menyebabkan terjadinya hipertiroid.

Hipertiroid yang diinduksi Iodine


Diet tinggi idonie dapat meningkatkan resiko hipertiroid,
khususnya pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat hipertiroid
karena penyakit Graves.

Tumor Sekresi hCG


Tumor sekresi hCG, seperti Hiatidiform dan Koriokarsinoma dapat
menyebabkan gejala hipertiroid. hCG secara langsung berikatan dengan
reseptor TSH dan menstimulasi pelepasan hormon tiroid.
II.5.

Gambaran Klinis

Gejala yang sering ditemukan pada hipertiroid anak adalah


hiperaktivitas, gugup, dan gangguan emosional, yang sering terjadi adalah
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Adanya perubahan
perilaku dan kemampuan belajar di sekolah juga merupakan tanda yang
harus diperhatikan.2
Gambaran klinis lainnya pada hipertiroid disebabkan oleh
peningkatan efek hormon tiroid pada organ sasaran.8

Efek pada Laju Metabolik


Hormon tiroid merupakan regulator penting untuk konsumsi O2
dan pengeluaran energi pada keadaan istirahat. Peningkatan kadar
8

hormon ini, menyebabkan keadaan hipermetabolik sehingga terjadi


peningkatan

metabolisme

karbohidrat,

lemak

dan

sintesis

protein.1,2,8
Efek Kalorigenik
Peningkatan produksi panas pada hipertiroid menyebabkan anak

intoleran terhadap panas.1,2,8


Efek pada Metabolisme Perantara
Peningkatan metabolisme basal,
produksi

sumber

cadangan

menyebabkan

energi

untuk

peningkatan

dipakai

dalam

metabolisme. Hal ini menyebabkan pengurangan simpanan


karbohidrat, lemak dan protein. Hal ini menyebabkan anak
mengalami penurunan berat badan walaupun nafsu makan
meningkat.1,2,8 Peningkatan sintesis protein juga menyebabkan,
berkurangnya massa protein pada otot rangka yang akhirnya

menyebabkan gejala kelelahan pada anak.


Efek Simpatomimetik
Hormon tiroid menyebabkan ploriferasi

reseptor

spesifik

katekolamin di sel sasaran, hal ini menyebabkan peningkatan


aktivitas sistem saraf simpatis. Pada saluran cerna, aktivitas saraf
simpatis yang meningkat menyebabkan hipermotilitas, malabsorpsi
dan diare.1,2,8
Stimulasi berlebihan saraf simpatis terhadap otot levator palpebra
menyebabkan tatapan lebar dan melotot (eksoftalmus).1,2 Hal ini
berbeda dengan oftalmopati infiltraif pada penyakit Graves yang
disebabkan karena diferensiasi fibroblas menjadi adiposit dan

pengeluaran glikosaminoglikan hidrofilik ke interstitium.1


Efek Kardiovaskular
Hormon tiroid dapat bekerja langsung pada jantung ataupun
melalui peningkatan reseptor katekolamin. Sehingga kadar hormon
9

tiroid yang meningkat menyebabkan peningkatan kecepatan dan


kekuatan denyut jantung. Hal ini menyebabkan keluhan palpitasi
pada

pasien.

Terhadap

pembuluh

darah,

hormon

tiroid

menyebabkan vasodilatasi. Meningkatnya pembentukan panas serta


vasodilatasi menyebabkan kulit pasien tampak merah, teraba

hangat dan mudah berkeringat.1,2,8


Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf
Efek hormon tiroid yang berlebihan pada sel saraf menyebabkan
tremor, peningkatan kewaspadaan mental yang berlebihan seperti
mudah tersinggung, tegang, cemas dan emosional.1,2,8,9
Tabel 1 : Gejala Klinis Penyakit Graves pada anak2

Tanda Klinis
Goiter
Takikardia
Bruit pada Tiroid
Bising Jantung
Iritable
Peningkatan Pulse Pressure
Berkeringat Banyak
Tremor
Palpitasi
Intoleransi Panas
Peningkatan Nafsu Makan
Hipertensi
Oftalmopati
Peningkatan Tinggi Badan
Penurunan Berat Badan
Diare
Hiperaktif
Gangguan Menstruasi
Gangguan Tidur
Lekas Capai
Sakit Kepala

Jumlah (%)
98-99
82-95
20-84
10-84
80-82
77-80
41-78,6
51-78,2
34-76,8
27-76,8
47-73,2
71
58,9-71
7,1-71**
50-54
13-48,2
44
33,3
22-30,4
5,4-16
15

*Hanya 62,5% termasuk sedang sampai besar


** Pada prepubertas dengan SDS tinggi badan rata-rata 2,60,7

II.6.

Diagnosis

10

Diagnosis hipertiroid dapat ditegakkan bila didapatkan goiter dapat


asimetris maupun simetris dan pemeriksaan tes fungsi tiroid yang
menunjukkan peningkatan kadar hormon tiroid.1.2 Peningkatan hormon
tiroid ditentukan dengan pengukuran T4, T3, dan Thyroid-stimulating
Hormone (TSH). Pengukuran kadar TSH dapat dilakukan untuk
menentukan penyebab utama terjadinya hipertiroid. Pada penyakit Graves
biasanya ditemukan kadar T4 dan T3 yang tinggi, TSH rendah dan terdapat
imunoglobulin TSI atau TBII. Karena terjadi inhibisi sekresi TSH oleh
peningkatan T4 dan T3 yang disebabkan oleh imunoglobulin TSI.1-5
Pada pemeriksaan darah lengkap,

terdapat leukopenia dan

trombositopenia. Diagnosis dengan uptake radioaktif jarang digunakan,


karena dapat menekan hormon TSH dan menghilangkan TSIs.

II.7.

Penatalaksanaan

Pengobatan antiroid yang sering digunakan adalah methimazole


(MMI), carbimazole, dan prophylthyouracil (PTU). MMI ini menghambat
biosintesis hormon tiroid melalui penurunan oksidasi iodine dan iodinisasi
tirosin. PTU digunakan untk mengkonversi T4 dan T3, sehingga dapat
menurunkan segera hormon tiroid aktif pada keadaan krisis tiroid.2,3
PTU dan MMI diabsorpsi cepat di saluran cerna, kadar puncak di
dalam serum terjadi 1-2 jam setelah minum obat. Kadar obat dalam serum
akan menurun habis dalam 12-24 jam untuk PTU dan lebih lama lagi
untuk MMI. Dengan demikian MMI dapat diberikan 1 kali sehari,
sedangkan PTU diberikan 2-3 kali sehari.3

11

Pada awal terapi PTU dapat diberikan 5-7 mg/kgBB/hari dalam


dosis terbagi 3, dan MMI diberikan 5-10% dari dosis PTU dalam dosis
terbagi 2 atau sekali sehari.2,3 Pada kasus berat, beta blocker (Propanolol
0,5-2,0 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3) dapat diberikan untuk
mengendalikan aktivitas kardiovaskuler yang berlebihan sampai dicapai
keadaan eutiroid. Pengecekan fungsi tiroid dilakukan setiap 4-6 minggu
sampai kadar T4 dan T3 sudah normal. Kadar TSH serum biasanya kembali
normal dalam waktu yang cukup lama, sehingga pengukuran TSH lebih
baik dilakukan setelah dalam keadaan eutiroid bukan pada awal terapi.
Setelah T4 dan T3 normal, dosis obat anti tiroid diturunkan bertahap
30-50% dari total harian.2,3 Keadaan eutiroid biasanya tercapai dalam 6-12
minggu. Selama masa rumatan, PTU dapat diberikan 2 kali sehari, dan
MMI cukup 1 kali sehari, dan terus kontrol setiap 4-6 bulan.2,3
Efek samping anti tiroid dilaporkan 5-20% berupa rash eritema,
atralgia, urtikaria, granulositopenia transien.3
Ablasi dengan radioaktif jarang digunakan pada penderita anak.
Pembedahan tiroidektomi dilakukan pada penderita yang mengalami
kegagalan dengan anti-tiroid dan goiter yang sangat besar.

II.8.

Prognosis

Tanda dan gejala Gagal Jantung Kongestif jarang terjadi pada anakanak. Oftalmopati biasanya sedang, dan dapat menetap walaupun
hipertiroid sudah teratasi. Pada penyakit Graves, karena penyakit Graves

12

neonatus disebabkan oleh antibodi IgG ibu, maka penyakit ini dapat
sembuh dan kembali normal pada usia 3-4 bulan. Gejala hipertiroid juga
tidak menetap. Tetapi pada anak yang lebih tua, prognosis penyakit Graves
dapat lebih buruk. Walaupun penyakit Graves neonatus dapat diobati
dengan baik, tetapi komplikasi kraniosinostosis dan keterlambatan
perkembangan dapat masih dapat terjadi.

BAB III
KESIMPULAN

Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan karena


peningkatan kadar T3 (Triiodothyronine)dan T4 (Thyroxine) bebas.
Hipertiroid berbeda dengan tirotoksikosis. Tirotoksikosis adalah keadaan
klinis yang terjadi akibat peningkatan produksi hormon tiroid, yang dapat
bersumber primer dari kelenjar tiroid maupun tidak.
Keadaan hipertiroid yang sering terjadi pada anak paling banyak
disebabkan oleh penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang ditandai

13

dengan adanya imunoglobulin TSI yang menyebabkan peningkatan kadar


hormon tiroid.
Gambaran klinis hipertiroid disebabkan karena efek berlebihan
hormon tiroid. Gejala dapat berupa palpitasi, mudah berkeringat,
intoleransi panas, diare, kulit kemerahan dan hangat, tremor, eksoftalmus,
dan lain-lain.
Pengobatan

hipertiroid

yang

digunakan

adalah

PTU

5-7

mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3 dan MMI 5-10% dari dosis PTU
dalam dosis terbagi 2 atau sekali sehari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003. Basic Pathology. 7th ed., Vol.2.
USA : Elsevier Inc.
2. Sunil Sinha, Jonathan G. Gold. 2013. Pediatric Hypertiroidism.
http://www.emedicine.com/article/921707-overview.
(Diakses
20
Desember, 2014).
3. Faizi M, P. E. Netty. (2006). Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak.
Naskah Lengkap Continuing Education XXXVI. Divisi Endokrinologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
4. Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Kementerian Kesehatan RI.
2010. Nilai Diagnostik Indeks Wayne dan Indeks Newcastle untuk
Penapisan
Kasus
Hipertiroid.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bpk/article/download/2110/1
176. (Diakses 23 Desember 2014).
5. Bahn RS, Burch HB, et all. 2011. Hyperthyroidism and Other Causes of
Thyrotoxicosis : Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinologists.

14

Hyperthyroidism Management Guidelines, Endocrine Practice, Vol. 17


No. 3
6. Anderson D. (2014). Insidens Relaps pada Anak dengan Hipertiroid
Graves dan Hubungannya Terhadap Kadar Awal Tiroksin Bebas. Tesis
Program Pendidikan Dokter Spesialis IKA FKUI Jakarta : tidak diterbitkan
7. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis
dan Tatalaksana. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007; 28 : 375-386.
8. Sherwood L. 1996. Human Physiology : From Cells to System. 2nd ed.
USA : International Thomson Publishing Inc.
9. Junqueira LC. 2003. Basic Histology : Text & Atlas. 10th ed. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc.

15

Вам также может понравиться