Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A.
Pengertian
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses
desak ruang (space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul
dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentotrial maupun
infratentrorial (Satyanegara, dkk, 2010).
Tumor intracranial (termasuk lesi desak ruang) yang bersifat jinak
maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor
otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyongkong, system
retikulo endotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual, atau
dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastases otak disebabkan
oleh keganasan sistemik dari kanker paru, kanker payudara, melanoma,
limfoma dan colon (Price, 2005).
Kanker otak adalah pertumbuhan sel sel di otak yang banormal atau
tidak terkontrol yang bersifat ganas artinya dapat menyebar dan menyerang
organ tubuh lainnya (Anonim, mediskus.com)
Sudah diterima secara luas bahwa kanker merupakan penyakit yang
disebabkan rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya
mekanisme pertumbuhana dan diferensiasi sel (Kresno, 2012).
B.
Etiologi
Kanker merupakan keadaan patologis. Dari berbagai sumber di
sebutkan bahwa factor genetic dan factor lingkungan merupakan factor
penyumbang terjadinya sel kanker. Berikut penjelasan mengenai beberapa
factor resiko yang memicu terjadinya sel kanker :
1.
Bawaaan
Meningioma, astrositoma, dan neurofibroma dapat di jumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber, yang dapat di anggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan factor familial yang jelas.
2.
3.
Radiasi
Efek radiasi terhadap dura memang dapat menimbulkan pertumbuhan
sel dura. Sel di dalam otak atau sel yang sudah mencapai kedewasaan,
pada umumnya agak kurang peka terhadak efek radiasi dibanding
dengan sel neoplasma.
4.
Virus
Benyak penyelidikan tentang inokolasi virus pada binatang kecil dan
besar dilakukan dengan maksud menentukan peran infeksi virus dalam
genesis neoplasma.
5.
Substansi-substansi karsinogen
Kini telah diakui bahwa ada substansi-substansi yang karsinogenik,
misalnya Methylcholanthrone, Nitroso-ethyl-urea.
(Marjono, 2004)
C.
Manifestasi klinik
Tanda gejala umum yang sering dialami pada pasien tumor otak berupa :
1.
2.
Kejang
3.
4.
b.
Afasia
Afasia jarang dijumpai, terutama pada tumor yang berada di
hemisfer kiri.
c.
d.
e.
Ataksia trukal
Pertanda suatu tumor fosa posterior yang terletak di garis tengah.
f.
Nistagmus
Biasanya timbul pada tumor-tumor suprasellar atau kadang terjadi
pada tumor paraselar.
(Satyanegara, 2010)
D.
KLASIFIKASI
tumbuh lambat. Oleh karena itu, penderita sering tidak datang berobat
walaupun tumor sudah berkjalan bertahun-tahun, sampai timbul gejala
(awrangan epilepsi, atau nyeri kepala). Ekksisi bedah lengkap pada
umumnya tidak mungkin dilakukan karena tumor bersifat invasif,
terapi bersufat sensitif terhadap radiasi.
2.
peningkkaan
tekanan
intrakranial.
Oligodendroglioma
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1.
Radiogram tengkorak
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi pineal yang mengapur dan posisi seta
tursika.
2.
Elektroensefalogram
Memberikan
informasi
mengenai
perubahan
kepekaan
neuron.
4.
6.
CT-Scan
Pemeriksaan untuk mendiagnosa kanker otak
7.
MRI
Pemeriksaan ini untuk menambah keakuratan diagnose kanker otak
8.
Stereotatic Biopsi
Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan invasive yang dilakukan untuk
memperoleh jaringan, metode ini harus dilakukan dengan memberikan
anestesi local. Pemeriksaan ini dapat menghasilkan keakuratan diagnosa
96%. Pemeriksaan ini memiliki kontraindikasi ayaitu kerusakan
pembuluh darah seperti penyempitan atau malformasi arteri dan vena
sehingga hal ini perlu dipertimbangkan.
F.
STADIUM
1.
Tahap Tumor
a. Supratentorial tumor
1) TX. Tumor primer tidak dapat dikaji
2) T0. Tidak terbukti adanya tumor primer
3) T1. Tumor unilateral memiliki diameter lebih kecil dari pada 5
cm
4) T2. Tumor unilateral memiliki diameter lebih besar dari pada 5
cm
5) T3. Tumor menyebar sampai system ventricular
6) T4. Tumor menyebrang ke garis tengah dan menginfasi
berlawanan dengan hemisfer atau menginfasi dibawah
tentorium
b. Infratentorial Tumor
1) TX. Tumor primer tidak dapat dikaji
2) T0. Tidak terbukti adanya tumor primer
3) T1. Tumor unilateral memiliki diameter lebih kecil dari pada 3
cm
4) T2. Tumor unilateral memiliki diameter lebih besar dari pada 3
cm
5) T3. Tumor menyebar sampai system ventricular
6) T4. Tumor menyebrang ke garis tengah dan menginfasi
berlawanan dengan hemisfer atau menginfasi dibawah
tentorium
2.
3.
Tahap Metatase
a. MX. Adanya metastasis jauh tidak dapat dikaji
b. M0. Tidak terlihat metastasis jauh
c. M1. Terlihat metastasis jauh
4.
3A : G3 T1 M0
3B : G3 T2 atau 3M0
Sedangkan menurut penjelasan yang dikutip dari live strong (17/04) dalam
harian suara merdeka dapat dijabarkan seperti berikut :
Stadium 0
Gejala awal dari stadium 0 pada kanker biasanya ditunjukkan dengan
adanya ketidaknormalan sel pada bagian tubuh tertentu.
Stadium I
Sel-sel yang tidak normal mulai berkumpul membentuk jaringan yang
bersifat kanker. Hal tersebut merupakan tanda dari stadium I pada kanker
yang biasanya masih bisa disembuhkan.
Stadium II
Kanker stadium II ditandai dengan adanya jaringan yang berkembang
menjadi tumor kecil. Meskipun demikian, biasanya stadium II pada kanker
belum terlalu menyebar pada organ di tubuh pasien.
Stadium III
Setelah tumor berkembang dan bersifat ganas, maka pasien didiagnosis
telah terserang kanker stadium III.
Stadium IV
Stadium akhir pada kanker ini ditandai dengan beberapa bagian organ
dalam tubuh yang telah terserang sel kanker. Selain itu, kanker stadium IV
biasanya paling susah disembuhkan.
(Adnamazida, 2012)
biasanya
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
10
B. Pemeriksaan fisik
1.
B1 (breathing)
Inspeksi : pada daerah lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
2.
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
obnlongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa
kompresi medulla oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan.
Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan denyut
nadi.
3.
B3 ( Brain )
Kanker otak sering menyebabkan berbagai defisit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3(Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya. Trias klasik
tumor otak adanya nyeri kepala, muntah proyektil dan papil edema.
4.
11
5.
12
8.
9.
B4 (bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
10. B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.
11. B6 (bone)
13
tentang
teknik
relaksasi
untuk
meningkatan
pernapasan
14
Batasan karakteristik
Perilaku
Penurunan
produktivitas,
gelisah,
Insomnia,
Intervensi
1) Pengkajian : Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien,
pengurangan ansietas menentukan kemampuan pengambilan
keputusan pada pasien
R : mengetahui tingakat kecemasan dapat membantu tindakan
selanjutnya
2) Pendidikan kesehatan : sediakan informasi faiktual menyangkut
diagnose, perawatan dan prognosis
R : memberi informasi yang jelas dapat mngurangi kencemasan
pasien
15
16
Batasan karakteristik
Subjektif : Distosi pendengaran, melaporkan adanya perubahjan
dalam ketepatan sensori, distorsi penglihatan
Objektif : Perubahan pola perilaku, perubahan kemampuan
penyelesaian masalah, disorientasi waktu, tempat dan orang
b. Intervensi
1) Pantau dan dokumentasi perubahan status neurologis pasien
R : untuk mengetahui adanya perubahan pada system
neurologis
2) Pantau tingkat kesadaran pasien
R : untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien
3) Indetitifikasi factor yang berpengartuh terhadap gangguan
persepsi atau sensori, seperti ketergantungan bahan-bahan
kimia pengobatan, ketidak seimbangan cairan elektrolit dsb
R : untuk mencegah komplikasi lain yang muncul
4) Tingkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa
R : untuk mengoptimalkan keadaan penglihatan pasien
5) Jangan memindahkan barangh-barang di dalam kamar pasien
tanpa memberitaukan kepada pasien
R: Untuk mencegah terjadinya cedera
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
17
a. Batasan karakteristik
Subjektif : Nyeri abdomen dengan atau tapa penyakit, melaporkan
perubahan sensasi rasa
Objektif : Tidak tertarik untuk makan, bising usus hiperaktif,
kurangnya minat pada makanan, konjungtiva dan membrane
mukosa pucat, kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan
b. Intervensi
1) Pantau nilai laboratorium, khususnya albumin dan elektrolit
R: untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi ke ginjal
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
R: untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Pantau kandungan nutrisi dan kaloqri pada catatan asupan
R: pasien perlu banyak asupan makan yang mengandung TKTP
4) Ajarkan pasien / keluarga tentang makann yang bergizi
R: untuk menambah tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi pasien
5) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
R: untuk menambah tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi pasien
18
a. Batasan karakteristik
Subjektif : Perubahan dalam kebiasaan pola komunikasi, kelelahan,
mengungkapkan ketidakmampuan utnuk mengatasi atau meminta
bantuan secara verbal
Objektif : Penyalahgunaan zat-zat kimia, penurunan penggunaan
dukungan social, perilaku merusak terhadap diri sendiri dan orang
lain, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar peran,
gangguan pola tidur, konsentrasi yang lemah, Berani mengambil
resiko
19
b. Intervensi
1) Pantau perilaku agresif
20
a. Batasan Karakteristik
Objektif : kesulitan mengungkapkan pikiran secara verbal
( Misalnya Afasia ), kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat,
tidak dapoat berbicara, ketidakmampuan atau kesulitan dalam
menggunakan ekspresi tubuh atau wajah, verbalisasi yang tidak
seram, bicara gagap
b. Intervensi
1) Kaji dan dokumentasi kemampuan untuk berbicara menulis
membaca dan memahami
R: untuk mengetahui keadaan neurologis pasien
2) Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlkahan dan
mengulangi permintaan
R: membantu pasien untuk melatih komunikasi verbal
3) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan terapi bicara
R:
untuk
meningkatkan
kemampuan
pasien
untuk
berkomunikasi verbal
4) Jelaskan kepada pasien mengapa dia tidak dapat berbicara atau
memahami dengan tepat
R: untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien akan keadaanya
9. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Faktor Resiko : Kelebihan berat badan, kehilangan yang berlebihan
melalui rute normal misalnya muntah, usia lanjut, pengobatan
diuretic
21
b. Intervensi :
1) Pantau warna,jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
R: untuk mengetahui keadaan cairan pasien di dalam tubuh
2) Identifikasi
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
22
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, Robert B. (1994). Practical Oncology. Los Angelas California :
Appleton & Lange
Galih, Danielle. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2012-2014. Jakarta. EGC
http://www.merdeka.com/sehat/5-stadium-pada-kanker.html di akses pada tanggal
18 maret 2015 pukul 12:10 WIB
Kresno, Siti Boedina. (2012). Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta : FKUI
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sisitem persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Otto, Shirley E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofidiologi : Konsep Klinis Proses-prosen
PenyakitEdisi 6. Jakarta : EGC
Satyanegara, Dkk. (2010). Ilmu Bedah Saraf Satyanegara edisi 4. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
23