Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan
dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran
pernapasan pada anak adalah pneumonia. Pneumonia ialah suatu proses
inflamasi pada alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti Streptococcus pneumoniae (paling sering), kemudian Streptococcus
aureus, Haemophyllus influenzae, Escherichia coli dan Pneumocystis jiroveci.
(Widagdo, 2012).
Tujuan

Millennium

Development

Goals

(MDGs)

ke-4

yakni

mengurangi angka kematian anak, mampu terwujud hanya dengan melalui


upaya-upaya intensif yang memfokuskan pada faktor-faktor utama kematian
pada anak, yaitu: masalah neonatal, defisiensi gizi, malaria, diare dan
pneumonia (WHO, 2010).
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian
anak di dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak
disebabkan oleh pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta
jiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia (WHO, 2006).
World Health Organization (WHO) telah membentuk Global Action
Plan for Prevention and Control of Pneumonia (GAPP). Adapun tujuan
GAPP ialah untuk memberikan kesadaran dan atau meningkatkan kesadaran
1

bahwa pneumonia merupakan penyebab utama mortalitas pada anak terutama


balita serta mengajak Stakeholder nasional maupun global, lembaga donor dan
terutama masyarakat untuk mendukung rencana tersebut. GAPP telah
mengintervensi untuk melindungi anak dengan selalu memperhatikan kondisi
lingkungan mereka, memperlakukan anak yang sedang sakit secara baik dan
mencegah anak-anak menjadi sakit karena pneumonia serta memiliki akses
untuk tindakan pencegahan dan pengobatan. Dengan percepatan pelaksanaan
intervensi kunci, setiap tahun jumlah kematian pneumonia akan turun secara
bermakna dan pada tahun 2015, sebanyak 67% kematian anak akibat
pneumonia akan dapat dicegah. Penurunan ini diterjemahkan menjadi 5,3 juta
jiwa dari 2010 hingga 2015 (WHO, 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
mortalitas pneumonia pada bayi 23,80% dan balita 15,50%. Angka mortalitas
anak yang disebabkan pneumonia lebih tinggi daripada mortalitas pada anak
yang dikarenakan penyakit lain seperti DBD 6,80%, campak 5,80%, TBC
3,90% dan malaria 2,90%. Berdasarkan UNICEF, mortalitas pneumonia di
Indonesia sebesar 14%. Data mortalitas tersebut memberikan gambaran
bahwa pneumonia merupakan masalah kesehatan utama penyebab kematian
pada anak (UNICEF, 2013).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal P2PL pada tahun 2011 terdapat
480.033 kasus pneumonia (609 kematian) dengan Incidence Rate (IR) sebesar
0,02 sedangkan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,12%. Kematian karena
pneumonia pada usia < 1 tahun sebanyak 358 kematian dengan Case Fatality

Rate 0,07%, sedangkan kematian pada usia 1-4 tahun sebanyak 251 kematian
dengan Case Fatality Rate 0,05% (Kemenkes, 2012).
Jumlah kasus pneumonia di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2011
tercatat sebanyak 18.477 kasus (18 kematian) dengan Incidence Rate (IR)
sebesar 0,007 dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,1%. Jumlah kematian
anak pada kelompok umur < 1 tahun sebanyak 15 anak dengan Case Fatality
Rate 0,08% dan pada kelompok umur 1-4 tahun terjadi kematian 3 anak
dengan Case Fatality Rate 0,01% (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan data Dinkes Karanganyar terdapat 780 kasus pneumonia
di tahun 2012 dimana Incidence Rate sebesar 0,01 dan Case Fatality Rate
0,25%, dari 21 puskesmas yang ada di Kabupaten Karanganyar jumlah kasus
pneumonia terbesar terjadi di wilayah kerja Puskesmas Mojogedang II dengan
jumlah 142 kasus dimana Incidence Rate sebesar 0,05 (Dinkes Karanganyar,
2012).
Puskesmas Mojogedang II merupakan puskesmas yang aktif dalam
upaya penemuan dan pengobatan terhadap anak yang terkena pneumonia.
Kasus pneumonia yang tercatat dalam register Puskesmas Mojogedang II dari
bulan Januari September 2013 sebanyak 135 kasus dengan Incidence Rate
sebesar 0,05. Kasus pneumonia pada anak usia di bawah 1 tahun sebesar 13
kasus dengan Incidence Rate sebesar 0,005 sedangkan pada usia 1-4 tahun
sebesar 122 kasus dengan Incidence Rate sebesar 0,04 (Puskesmas
Mojogedang II, 2013).

Faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian pneumonia yakni


imunisasi dasar, vitamin A, berat badan lahir rendah dan status gizi (Rahmin,
2011). Sedangkan menurut Rachmawati (2012), faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia ialah pengetahuan ibu atau
pengasuh balita dan keberadaan perokok.
Wilayah kerja Puskesmas Mojogedang II terdiri dari 6 desa yakni
Gebyor,

Buntar,

Gentungan,

Pereng,

Kedung Jeruk dan Munggur.

Berdasarkan survei pendahaluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 7


dan 9 Oktober 2013 bahwa karakteristik masyarakat untuk setiap desa hampir
sama dimana masih banyak rumah warga yang menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak. Menurut Yuwono (2008),
penggunaan kayu bakar merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
pneumonia.

Hasil survei pendahuluan lain yang diperoleh yaitu sebagian

besar dalam rumah tangga terdapat anggota keluarga yang merokok. Adanya
anggota keluarga yang merokok menjadi faktor risiko terjadinya pneumonia
(Rachmawati, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
faktor risiko kejadian pneumonia dengan judul Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pneumonia pada balita di Puskesmas Mojogedang II
Kabupaten Karanganyar?

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan
terhadap kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Mojogedang II
Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan faktor

risiko yang berhubungan dengan

kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Mojogedang II Kabupaten


Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan karakteristik responden dan sampel penelitian
b. Menjelaskan hubungan pemberian imunisasi DPT dengan kejadian
pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.
c. Menjelaskan hubungan pemberian imunisasi campak dengan kejadian
pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.
d. Menjelaskan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.

e. Menjelaskan hubungan antara penggunaan kayu bakar dengan kejadian


pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.
f. Menjelaskan hubungan antara keberadaan perokok dalam rumah
dengan kejadian pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II
Kabupaten Karanganyar.
g.

Menjelaskan hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia


di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

h. Menjelaskan hubungan antara berat badan lahir rendah dengan


kejadian pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.
i. Menjelaskan hubungan antara pemberian vitamin A dengan kejadian
pneumonia di wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten
Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah

pengetahuan

tentang

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan kejadian pneumonia di masyarakat.


2. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pneumonia dalam upaya pencegahan penyakit ini umumnya pada
masyarakat serta khususnya pada balita.

3.

Bagi Instansi Kesehatan


Sebagai
menentukan

masukan

program

dan

evaluasi

kebijakan

dalam

dalam
upaya

menetapkan
pencegahan

serta
dan

pemberantasan penyakit pneumonia di masyarakat.


4.

Bagi Peneliti Lain


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya dalam mencari faktor lain yang berhubungan dengan
pneumonia.

Вам также может понравиться