Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
membuka dan pergerakan mulut, dan adanya sendi yang berbunyi merupakan keluhan
umum lain yang ada pada pasien dengan TMD.2
Ada beberapa skema klasifikasi yang membantu dalam diagnosis klinis TMD,
misalnya skema dari American Academy of Orofacial Pain. Hampir semua membagi TMD
dalam subkelompok: muskular, artikular dan campuran. 4 Peran maloklusi dalam etiologi
TMD telah dilaporkan sebagai sebuah kontroversial dalam beberapa tahun terakhir.
McNamaraJr, Seligman dan Okeson5 menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang luas yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara adanya beberapa faktor oklusal
(open bite skeletal, crossbite unilateral, kehilangan lima atau lebih gigi, overbite yang dalam
dan overjet yang parah) dan adanya tanda dan gejalaTMD. Baru-baru ini, sebuah studi di
Brazil menunjukkan bahwa tidak adanya guidance dari kaninus secara bilateral pada daerah
lateral dan adanya maloklusi Kelas II merupakan indikator risiko yang penting untuk
perkembangan TMD.6
Pellizoni dkk7 berdasarkan hipotesis yang diajukan melalui studi epidemiologi,
bahwa ada hubungan antara crossbite posterior unilateral (UPC) dan perpindahan sendi pada
TMJ, mengusulkan studi prospektif yang mengevaluasi posisi sendi artikular dan
konfigurasinya pada anak-anak dengan fungsional UPC dan individu dengan oklusi normal
menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Semua peserta tidak menunjukkan
tanda dan gejala klinis TMD.
Hanya seorang individu yang ditemukan dengan TMD artikular (perpindahan sendi
tanpa reduksi). Hal ini sesuai dengan kelompok studi dan crossbite secara ipsilateral ke sisi
perpindahan sendi. Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan internal TMJ dan UPC terjadi
secara independen, atau besarnya gangguan ini tidak dapat diidentifikasi dengan magnetic
resonance imaging pada kelompok usia ini (6 sampai 13 tahun). 7 Penjelasan lain untuk UPC
tidak menyiratkan adanya perpindahan sendi TMJ sebagai potensi penyeimbang dari
pertumbuhan kondilus mandibula yang asimetris atau remodeling fossa artikular, yang
memungkinkan sendi artikular berada dalam posisi normal.
Dalam dekade terakhir, banyak usaha telah dilakukan untuk menjelaskan hubungan
yang seharusnya antara perawatan ortodontik dan TMD. Bahkan dengan ketersediaan alat
diagnostik canggih dan modern seperti magnetic resonance imaging, dan kajian ilmiah
dengan follow-up jangka panjang, belum memungkinkan untuk menghilangkan kontroversi
yang ada.8 Pendapat yang berbeda antara orang yang berpendapat bahwa perawatan
ortodontik meningkatkan risiko timbulnya tanda dan gejala TMD dan mereka yang
mengklaim bahwa perawatan ini akan menjadi jenis perawatan untuk TMD, atau setidaknya
untuk mengurangi risiko pasien terhadap perkembangan TMD.9
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau studi dari 15 tahun terakhir,
mencari studi klinis yang melaporkan hubungan antara TMD dan perawatan ortodontik
dan/atau maloklusi, dengan tujuan menentukan apakah:
1. perawatan ortodontik akan meningkatkan timbulnya tanda dan gejala TMD.
2. perawatan ortodontik akan menjadi pilihan untuk mengobati atau mencegah gejala dan
tandaTMD.
Tabel 1. Penelitian mengenai hubungan antara perawatan ortodontik dengan tanda dan gejala gangguan temporomandibular.
Peneliti
Desain Penelitian Populasi
Variabel
Hasil
65
pasien
yang
dirawat
ortodontik
Helkimo dysfunction index
(1) Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara
Penelitian klinis, Kelompok I: 26 non-ekstraksi
Sebelum Perawatan
nilai rata-rata kelompok, di seluruh waktu
11
Krenemak dkk
prospektif,
Kelompok II: 25 ekstraksi 4 0-12 bulan setelah perawatan (2) Tanda dan gejala TMD sedikit berkurang
2 tahun follow-up
premolar
12-24
bulan
setelah
ditemukan pada nilai rata-rata antara kelompok I
Kelompok III: 14 ekstraksi 2 perawatan
dan II
premolar
(1) 90% daripasien menunjukkan gambaran
Helkimo dysfunction index
Penelitian klinis, 109
pasien
mendapatkan
klinisyang
membaik
ataumeningkat,
10%
6 tahun kontrol
12
Krenema dkk
prospektif,
perawatan ortodontik dengan
daripasienmemburuk
Jumlah pasien per tahun:
6 tahun follow-up piranti cekat
(2) perawatan ortodontikbukanlahfaktor etiologiyang
92,56,33,19,11 dan 17
pentinguntuk tandadan gejalaTMD
SG: 102 pasien, rata-rata umur Helkimo dysfunction index
Case
control,
(1) tidak ada perbedaan antara kelompok
15,3 tahun
Sebelum Perawatan
13
Hirata dkk
prospektif,
(2) ortodontik tidak menunjukkan peningkatan risiko
CG: 41 pasien, rata-rata umur 12 bulan setelah perawatan
2 tahun follow-up
untuk peningkatan tanda dan gejala TMD
16,2 tahun
24 bulan setelah perawatan
Helkimo dysfunction index
1)
individu
denganriwayatperawatan
Penelitian klinis, 402 anak dibagi ke dalam 3 293 kuesioner yang terjawab
Egemark
dan
ortodontikmenunjukkanprevalensirendahuntuk
prospektif,
kelompok usia: 7,11 dan 15 Setelah
10
tahun,
83
14
Thailander
gejalaTMDdanDIyang
lebih
rendah
10 tahun follow-up tahun
individual diperiksa, yang
(2) perbedaanlebih jelaspada kelompokyang lebih tua
sekarang berusia 25 tahun
Wadwa
Penelitian klinis
102 individu, usia antara 13 dan Helkimo dysfunction index
(1) tidak ada perbedaan antara kelompok
Utrejadan
25 tahun
(2) perawatan ortodontik tidak akan menyebabkan
15
Tewan
Kelompok I: 30 individu dengan
risiko atau mencegah perkembangan tanda dan
oklusi normal
gejalaTMD
Kelompok II: 41 dengan
4
OReilly,
Rinchuse
Close16
Lagerstrm,
Penelitian
Egemark
dan
prospektif
Carlsson21
Owen
22
183 remaja
Kelompok
I:
65
pasien,
Maloklusi Klas II dirawat
Henrikson,
Case
control, ortodontik
Nilner
dan prospektif dengan Kelompok II: 58 individu
23
Kurol
2 tahun follow-up
dengan Angle Klas II tidak
dirawat orto
Kelompok III: 60 subjek dengan
oklusi normal
Henrikson
dan Case
gejala
TMD,
Magnetic
Resonance Images
Nilmer24
25
Valle
Conti et al8
Kelompok
I:
65
pasien,
Maloklusi Klas II dirawat
ortodontik
prospektif dengan Kelompok II: 58 individu
2 tahun follow-up
dengan Angle Klas II tidak
dirawat orto
Kelompok III: 60 subjek dengan
oklusi normal
200 individu
Kelompok I: 50 subjek dengan
maloklusi
Klas
I
tanpa
perawatan ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi
klas
II
tanpa
Case
control,
perawatan ortodontik
prospektif
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi klas I dirawat
ortodontik
Kelompok IV: 50 subjek dengan
maloklusi klas II dirawat
ortodontik
Case
control, 200 individu
prospektif
Kelompok I: 50 subjek dengan
maloklusi
Klas
I
tanpa
perawatan ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi
klas
II
tanpa
perawatan ortodontik
prevalensi
selama
dua
tahun
Sebelum
perawatan
(2) perawatan ortodontik tidak meningkatkan risiko
ortodontik,
untuk perkembangan tanda dan gejala TMD dan sakit
2 tahun setelah perawatan
kepala
Kuesioner Fonseca
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Oklusi
Kuesioner Fonseca
1) Kehadiran dan keparahan TMD tidak
Pemeriksaan Fisik
menimbulkan hubungan dengan jenis perawatan
Sebelum
dan
setelah ortodontik atau protokol ekstraksi yang diterapkan
perawatan ortodontik
Egermark,
Carlsson dan
Magnusson9
Corotti-Valle26
Mohlin et al27
Penelitian
prospektif
Penelitian
prospektif,
19 tahun follow-up
Kuesioner Fonseca
Pemeriksaan Fisik
Tes dilakukan setidaknya 1
tahun
setlah
perawatan
selesai
Helkimo dysfunction index
Morfologi
Perhitungan indeks maloklusi
Kuesioner pada perawatan
ortodontik
Egermark,
Carlsson dan
Magnusson9
PEMBAHASAN
Keterbatasan dalam penelitian ini berhubungan dengan database dan bahasa dalam
pencarian literatur yang berkaitan dengan TMD dan Ortodonti yang dapat menyebabkan
penemuan studi yang sedikit. Namun, menemukan bukti terbaik, mengutamakan kualitas
penelitian dan diagnosis TMD dan pembagian ke dalam subtipe dapat menyebabkan
kesimpulan yang lebih jelas tentang hubungan ini.
Salah satu masalah terbesar yang ditemukan dalam studi yang dipilih adalah
memahami hubungan antara TMD dan Ortodonti adalah metodologi yang mereka gunakan
untuk mengidentifikasi TMD. Semua studi, kecuali yang dilakukan oleh Katzberget dkk,20
menggunakan alat yang sama untuk mengidentifikasi tanda dan gejala TMD: indeks
Helkimo, diterbitkan pada tahun 1974. Ada beberapa studi kasus-kontrol, sehingga sulit
untuk membandingkan data yang berkaitan dengan tanda dan gejala TMD.
Profesor Helkimo mempelopori pengembangan indeks untuk mengukur tingkat
keparahan TMD, serta nyeri padaTMJ. Dalam studi epidemiologi, beliau mengembangkan
indeks yang dibagi menjadi anamnesis, disfungsi klinis dan oklusal. Melalui indeks ini,
beliau mencoba untuk mengidentifikasi, secara individu dan dalam populasi, prevalensi dan
keparahan TMD, rasa sakit dan ketidakstabilan oklusal. Protokol untuk penentuan indeks ini
terdiri dari sepuluh parameter: Stres emosional, kebiasaan parafungsional, membuka mulut,
lateralisasi rahang, sendi berbunyi, nyeri tekan TMJ, palpasi otot-otot posterior leher,
palpasi otot pengunyahan, hubungan maksilomandibula dan sakit kepala.28
Indeks Anamnesis Helkimo (AI) didasarkan pada kuesioner dimana individu
melaporkan adanya gejala TMD. Hasilnya dapat menghasilkan tiga tingkat yang berbeda
dari disfungsi: tidak ada gejala; gejala ringan, sedang, atau berat. Indeks Klinis Helkimo
(CI) mempertimbangkan evaluasi fungsional dari sistem stomatognatik. Berdasakanadanya
dan/atau keparahan gejala klinis, skor individu dinilai mulai dari rentang poin 0, 1 atau 5.
Aspek-aspek berikut diamati: Jarak membuka mulut dan gerakan lateral rahang;
keterbatasan fungsi rahang; nyeri pada palpasi otot pengunyahan, TMJ dan otot leher
posterior. Tanda-tanda juga diklasifikasikan seperti tidak ada, ringan, sedang atau berat.
Indeks ketiga disebut Indeks Oklusal Helkimo (OI) dan diperoleh dengan menganalisis
oklusi individu mengenai jumlah gigi, jumlah gigi yang beroklusi dan interferensi oklusal
antara posisi RC dan MHI. Menurut data yang diperoleh untuk setiap item, skor penilaian 0,
1 atau 5 diberikan sekali lagi. Jumlah dari tiga indeks menghasilkan indeks disfungsi
Helkimo(DI) (Tabel 2).
Tabel2. Derajat gangguan temporomandibular berdasarkan Indeks Disfungsi Helkimo.
Indeks Helkimo (Skor)
Derajat gangguan temporomandibular
0 20
Tidak ada tanda dan gejala TMD
21 30
Tanda dan gejala TMD ringan
31 40
Tanda dan gejala TMD sedang
41 atau lebih
Tanda dan gejala TMD parah
Namun, alat ini, meskipun banyak digunakan, tidak dapat mendiagnosa dan
mengklasifikasikan TMD, hanya menunjukkan tanda dan gejala. Ada keterbatasan dalam
penggunaan DI, pertama karena memberikan tingkat kepentingan yang sama untuk semua
gejala, tidak memisahkan TMD muskular dari TMD artikular, kategorisasi melalui poin
tidak mendukung variabel kontinu, mengurangi spesifitas. Beberapa gejala diabaikan,
10
seperti jenis bunyi sendi dan waktu terjadinya, dan beberapa daerah otot. Meskipun indeks
ini mampu mendokumentasikan tanda dan gejala TMD dalam populasi, organisasi data dari
indeks tersebut tampaknya tidak menguntungkan Epidemiologi daerah lain, misalnya, dalam
memahami etiologi TMD.29 Sebagai contoh bagaimana kemungkinan kekurangan dari
indeks ini, jika seseorang memiliki lebih dari 15 kali episode sakit kepala per bulan, dan dia
merasakan sangat tegang dan nyeri pada saat palpasi otot posterior: maka dia
diklasifikasikan memiliki TMD moderat, tanpa memiliki tanda khas yang tunggal atau
gejala TMD - yaitu, orang tersebut kemungkinan tidak akan mengalami TMD.
Bevilaqua-Grossi dkk29 menyarankan bahwa cara untuk mengidentifikasi pasien
yang benar-benar membutuhkan perawatan TMD akan menentukan frekuensi dan intensitas
tanda dan gejala TMD. Para peneliti menyarankan menggunakan kuesioner yang diajukan
oleh Fonseca30 (Tabel 3) dan pemeriksaan klinis untuk menilai berbagai pembukaan mulut
dan nyeri tekan otot pengunyahan dan TMJ pada saat palpasi. Menurut penulis, Fonseca
questionnaire30 adalah kuesioner sederhana, tanpa tuntutan untuk mendiagnosa TMD, tetapi
dapat menjadi alat yang berguna dalam mengamati gejala yang dilaporkan oleh pasien.
Tidak hanya frekuensi dari gejala yang harus diperiksa, tetapi juga keparahan, bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perawatan untuk TMD. Tiga studi yang
dilakukan di Brazil dan tinjauan pustaka ini menggunakan kuesioner anamnesis Fonseca
untuk membedakan pasien yang memiliki TMD, diikuti dengan pemeriksaan fisik.
Tabel 3. Kuesioner Fronseca30untuk anamnesis gangguan temporo mandibular
1
Apakah Anda mengalami kesulitan membuka mulut?
Apakah Anda merasa kesulitan untuk menggerakkan rahang Anda ke samping?
2
Sebelah kanan?Sebelah kiri?Pada kedua sisi?
3
Apakah Anda mengalami kelelahan otot atau nyeri saat mengunyah?
4
Apakah Anda sering mengalami sakit kepala?
5
Apakah Anda merasa sakitdi leher atau tortikolis?
Apakah
Anda
mengalami
sakit
telinga
atau
di
daerah
sendi
6
temporo mandibular(TMJ)?
Pernahkah Anda memperhatikan jika Anda mengalami TMJ yang berbunyi saat
7
mengunyah atau ketika Anda membuka mulut?
Pernahkah Anda memperhatikan jika Anda memiliki kebiasaan seperti mendorong
8
dan/atau grinding gigi, mengunyah permen karet, menggigit bibir atau pensil,
menggigit kuku?
9
Apakah Anda merasa bahwa gigi Anda tidak berkontak dengan baik?
10 Apakah Anda menganggap diri Anda sebagai orang yang tegang atau gugup?
Indeks anamnesis untuk mengklasifikasikan kategori keparahan dari gejala TMD
Batasan
Penilaian
untuk
Kategori keparahan dari gejala TMD
klasifikasi kategori
Tidak ada tanda dan gejala TMD
0 15
Tanda dan gejala TMD ringan
20 40
Tanda dan gejala TMD sedang
45 65
Tanda dan gejala TMD parah
70 100
Sejak tahun 1992, untuk memfasilitasi konduksi penelitian klinis, peneliti dalam
studi epidemiologi dan klinis atau yang bertujuan untuk menentukan sampel secara acak dan
uji coba terkontrol, menggunakan skema klasifikasi yang disebut Kriteria Penelitian
11
maloklusi Kelas II disertai overbite atau overjet yang sedang sampai parah,22 tidak adanya
guide anterior,25 crossbite unilateral dan perbedaan antara CR dan MHI9 bisa menimbulkan
lebih banyak tanda dan gejala TMD. Namun, Corotti-Valle 26menemukan dalam sampel
mereka hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan gejala TMD dan gangguan di
sisi keseimbangan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang ditemukan dalam tinjauan pustaka, kami menyimpulkan bahwa
perawatan ortodontik-terlepas dari teknik yang digunakan dan apakah dilakukan ekstraksi
premolar selama perawatan, tidak meningkatkan tanda-tanda dan gejala TMD dan oleh
karena itu bukan merupakan faktor risiko untuk perkembangannya. Perawatan ortodontik
tidak dapat menjadi perawatan utama untuk mengobati atau mencegah timbulnya tanda dan
gejala TMD. Diperlukan peningkatkan penggunaan metodologi dalam penelitian yang
berusaha untuk menunjukkan hubungan antara TMD dan perawatan ortodontik sehingga
hasil yang didapatkan tidak bertentangan. Fitur seperti uji coba terkontrol, studi longitudinal
dan alat-alat yang dapat mendiagnosa TMD dan membaginya menjadi subtipe(seperti
muskular, artikular dan campuran), tampaknya diperlukan untuk lebih memahami hubungan
ini.
13