Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga
1. Definisi
Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi
bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling
mendukung (Kuncoro, 2005). Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb
dalam Zaenuddin (2005), yaitu informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Menurut Saurasan dalam Zaenuddin (2005), dukungan keluarga adalah
keberadaan, kesedihan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan,
menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan
oleh Cabb dalam Zaenuddin (2005), mendefinisikan dukungan keluarga
sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang
dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh
dari individu maupun kelompok.
7
2. Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Kuncoro (2005), bentuk dukungan keluarga terdiri dari
empat macam dukungan yaitu:
a. Dukungan penghargaan (Appraisal Support)
Merupakan suatu dukungan sosial yang berasal dari keluarga
atau lembaga atau instansi terkait dimana pernah berjasa atas
kemampuannya dan keahliannya maka mendapatkan suatu perhatian
yang khusus.
b. Dukungan materi (Tangible Assistance)
Dapat berupa servis (pelayanan), bantuan keuangan dan
pemberian
barang-barang.
Pemberian
dukungan
materi
dapat
8
3. Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Rook dan Dooley dalam Kuncoro (2005), ada dua sumber
dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan
keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya
misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau
relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan
keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang di rancang kedalam kebutuhan
primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural
memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga
artifisial perbedaan tersebut terletak pada:
a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa
dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama
yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah
berakar lama.
d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalam
penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga
sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan label
psikologis.
9
4. Peranan Keluarga
Menurut Effendy (2008 ) peran keluarga mengambarkan seperangkat
perilaku interpersonal,sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga,kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya yang berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota
masyarakat dari lingkunganya.
b. Peran ibu
Sebagai isrti dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakatbdari lingkungan.
c. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, social dan spiritual.
10
B. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati, 2005).
Ansietas sangat berkaitan denga perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas berbeda
keluarga
memandang
bahwa
orang
yang
bersifat
2) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami
gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai
daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan
3) Pendidikan dan status ekonomi
Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir,
semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional
dan menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah baru
(Stuart,2006)
12
4) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis, penyakit
keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik, sehingga akan lebih
mudah mengalami kecemasan
5) Tipe kepribadian
Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita
gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau tipe
kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan lebih mudah
mengalami
gangguan
akibat
kecemasan
daripada
orang
dengan
13
8) Jenis kelamin
Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan dibandingkan
dengan laki-laki
3. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan (Stuart, 2006)
a. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
,menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Kecemasan ringan ini dapat memotivasi belajar, dan
mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan
kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Individu berfokus pada hal yang menjadi perhatiannya saja dan
penting dengan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapang pandang persepsi individu. Individu mengalami
tidak perhatian yang selektif namun dapat berfoku pada lebih banyak
area jika diarahkan untuk melakukannya
c. Kecemasan berat
Kecemasan ini mengurangi lapang pandang persepsi individu.
Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
14
d.Panik/Cemas berat sekali
Individu mengalami kehilangan kendali, sehingga tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatkan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional.
4. Skala kecemasan
Skala HARS menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) terdiri
dari 14 item, meliputi:
15
16
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
0 = 14
1 = 15 20 Kecemasan ringan
2 = 21 27 Kecemasan sedang
3 = 28 41 Kecemasan berat
4 = 42 56 Kecemasan berat sekali (panik)
C. Gagal Ginjal Kronik (GGK)
1. Definisi
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
17
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok
untuk kelangsungan hidup, kerusakan pada kedua ginjal ini irreversible (Mary
Baradero,dkk., 2009).
2.
a.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
18
Kelainan patologis
Kelainan ginjal, kelainan komposisi darah atau urine, atau kelainan
dalam tes pencitraan (imaging tets) Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang
dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
5. Klasifikasi
Rumus Kockcroft-Gault:
LFG (ml/menit/1,73m2) = (140 umur) x BB
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
19
Tabel 2.1
Klsifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar derajat penyakit
Derajat
I
II
III
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
Kerusakan ginjal dengan LFG
Kerusakan ginjal dengan LFG
rendah
sedang
LFG (ml/menit/1,73m2)
90
60 - 90
30 59
IV
V
berat
15 29
< 15 atau dialisis
D. Haemodialisa
1. Definisi
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal
ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu
singkat (Nursalam,2006).
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum
dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang
berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane
tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa
dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan
(Christin Brooker, 2007).
Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput
yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki
area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari
darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga
20
perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus
dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu
tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan
masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang,
dan diganti dengan cairan yang baru.
Pada hemodialisa, darah penderita mengalir melalui suatu selang yang
dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa ke dalam dialyzer.
21
tetapi
tindakan
hemodialisa
tidak
menyembuhkan
atau
24
7. Komplikasi Haemodialisa
HD dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun tindakan ini
tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari, juga
tidak akan memperbaiki seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami
sejumlah permasalahan dan komplikasi (Smeltzer dan Bare, 2004).
Pasien yang menjalani HD berkelanjutan dihadapkan pada banyak
masalah, antara lain :
a. Masalah fisik
Hipotensi, hipertensi, kram, demam, kedinginan, infeksi, gangguan,
cardio pulmoner, anemia, penyakit tulang, masalah kardio vaskuler,
toksisitas alumunium, hiperkalemia, perdarahan, hiponatremia dan
hipernatremia, emboli udara, pruritus, mual, muntah.
b. Masalah psikis
25
1. Kerangka
Konsep
Dukungan Keluarga
Dukungan Sosial
Faktor Internal
Potensi stressor
Tingkat kecemasan
Maturitas
Pendidikan dan status ekonomi
1.
Ringan
Keadaan fisik
2.
Sedang
Tipe Kepribadian
3.
Berat
4. Sangat Berat
Usia
Jenis kelamin
= Diteliti
= Tidak Diteliti
2. Kerangka Kerja
Ada Hubungan
Dukungan Keluarga
Tingkat Kecemasan
Tidak Ada
Hubungan
F. Hipotesa Penelitian