Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CARL ROGERS
A. Teori Humanistik Carl Rogers
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti
dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan
untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu : Menjadi manusia berarti memiliki
kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Berikut salah satu contoh Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode
pembelajaran sains dimana dalam pembelajaran sains lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran
sains yang lebih menekankan pada pembawaan metodenya. Seperti metode tanya jawab, metode
diskusi, metode pemecahan masalah, dan metode demonstrasi. Sehingga posisi guru menjadi
fasilitator, motivator, dan stimulator. Guru hanya memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Aplikasi Teori Belajar Menurut Carl Rogers dalam Pembelajaran.
Aplikasi Teori Belajar Carl Rogers terhadap pembelajaran Guru dan siswa Guru yang baik
menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis,
mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan
mampu menyesuaikan pada perubahan.
Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat,
menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak
juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya
dan dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru
berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik,
mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan
diskusi. Anak-anak ,tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari
siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya.