Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak kesehatan diketahui merupakan salah satu dari kebutuhan dasar dari setiap umat
manusia, maka berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan telah banyak
diselenggarakan. Salah satu dari upaya tersebut yang dinilai mempunyai peranan yang
cukup penting adalah penyelenggara kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, serta masyarakat.
Indonesia mempunyai kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau, dan lautan,
diantara pulau tersebut terdapat beberapa gunung berapi aktif yang bisa menyebabkan
bencana dan gempa bumi. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), jumlah kejadian bencana Desember 2014 sebanyak 257 kejadian dengan
rincian : tanah longsor 111 , banjir 86 , putingbeliung 52, banjir dan tanah longsor 2,
letusan gunung berapi 1. Bnyaknya bencana yang terjadi mengingatkan berbagai
pihak agar selalu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, bebagai upaya sudah
banyak dilakukan pemerintah dengan bekerjasama dengan akademisi dan lembaga
lainnya.
Semakin majunya perkembangan zaman akibat meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi maka cenderung meningkatnya interaksi antara manusia yang terdiri dari
beanekaragam suku dan agama dan lingkungan serta ekonomi yang serba berubah
dan kondisi demikian kemungkinan akan menimbulkan dampak yang merugikan
terhadap kesehatan baik fisik maupun mental.
Salah satu cabang ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari (menangani)
membina individu/sekelompok individu atau masyarakat terpajan dilingkungan yang
menimbulkan dampak kesehatan adalah ilmu kesehatan matra.
Dalam pelaksaana kegiatannya : kesehatan matra telah diatur dalam undang-undang
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan sebagai upaya kesehatan yang
1 | Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
2 | Page
kesehatan
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental para calon/ jamaah haji dan pertugas yang
terkait untuk menyesuiakan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakana
dengan lingkungan di daerah asal.
Kesehatan haji mencakup kegiatan antara lain, penyuluhan, pemeriksaan
kesehatan, kesling, penangahan gizi, kesempatan fisik, imunisasi meningitis,
pengamatan penyakit, higyene dan sanitasi, penanggulangan KLB.
a. Perencanaan
Perencanaan kesehatan haji meliputi persiapan perencanaan, penyusunan rencana
kebutuhan sumber daya manusia, penyusunan rencana perbekalan kesehatan dan
penyusunan rencana pembiayaan.
1) Persiapan perencanaan
Penyusunan perencanaan kesehatan haji harus didasarkan pada data/ informasi
yang akurat meliputi:
a) Identitas calon jemaah haji, yaitu : umur jenis kelamin, asal, pekerjaan
dan pendidikan
b) Data kesehatan dan lingkungan, yaitu : data penyakit yang pernah di derita
dan atau sedang di derita, data calon jemaah haji dengan resiko tinggi, data
kesehatan/faktor resiko, lingkungan asrama embarkasi/debarkasi dan
pemondokan di arab saudi.
c) Data pelayanan medis pada jemaah haji, yaitu : data kesakitan, kunjungan
rawat jalan, rawat inap, rujukan, kematian, perbekalan obat dan alat
3 | Page
b) Jenis kelamin
c) Pendidikan dasar
d) Tempat asal
e) Pekerjaan atau keterampilan akan dikembangkan
2) Data kesehatan dan lingkungan
a) Status kesehatan transmigrasi
b) Masalah kesehatan didaerah asal
c) Data penyakit transmigran
d) Kondisi resiko tinggi berdasarkan atas masalah kesehatan yang ada di
tempat asal
e) Data kesehatan lingkungan di lokasi pemukiman transmigrasi
3) Data kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat transmigran
a) Kebutuhan pelayanan kesehatan umum (KIA/KB, imunisasi, Gizi,
pelayanan dasar lainnya)
b) Kebutuhan pelayanan lanjutan asal masalah/penyakit yang ada
c) Kebutuhan pelayanan kesehatan secara khusus atas hasil analisis masalah
serta masalah potensial yang ada
b. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya
Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya, perlu melibatkan pihak-pihak yang
terkait seperti yang tanggung jawab dibandingkan transmigrasi, kesehatan dan
lainnya dimasing-masing tingkat administrasi. Rencana kebutuhan sumber daya
meliputi :
1) Kebutuhan fasilitas kesehatan
2) Kebutuhan tenaga
3) Kebutuhan perbekalan kesehatan
c. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Kesehatan trasnmigrasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
dalam kesehatan transmigrasi secara umum dan kegiatan program-programm
pembangunan kesehatan lainnya, maka pengorganisasiannya melekat pada
sistem yang telah ada dimasing-masing tingkatan.
2) Mekanisme kerja
a. Penanggung jawab
Penanggung jawab teknis penyelenggaraan upaya kesehatan transmigrasi
adalah dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai penanggung jawab
operasional dilapangan berada pada dinas kesehatan Kabupaten/ Kota,
baik didaerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Instansi kesehatan
tingkat pusat bertanggung jawab menyusun pedoman, standar dan
peraturan perundangan.
b. Peran dan tugas masing-masing
6 | Page
serta
bimbingan
dalam
rangka
meningkatkan
kemapuan
9 | Page
(2) Ambulan
(3) Klino mobil di perkotaan tertentu
(4) Mobil jenazah / kendaraan lain yang dapat difungsikan
(5) Sarana pendukung pelayanan kesehatan dan rujukan
Jenis logistik yang diperlukan antara lain berupa
(1) Obat dan bahan habis pakai
(2) Perlengkapan fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah dan jenis diperhitungkan menurut prakiraan jenis kebutuhan pelayanan
kesehatan serta besarnya dan jenis bencana.
3) Perencanaan tenaga kesehatan
a) Jenis tenaga
(1)Jenis tenaga yang diperlukan, sesuai dengan situasi / kondisi yang terjadi,
yaitu tenaga-tenaga kesehatan yang telah dilatih khusus dalam kesehatan
penanggulangan korban bencana
(2)Minimal harus tersedia tenaga dokter, keperawatan, sanitarian serta tenaga
pendukung pelayanan termasuk pengemudi bila diperlukan
(3)Pada fasilitas rujukan yang ditunjuk perlu ditugaskan dokter spesialis sesuai
dengan kebutuhannya dan bertindak sebagai dokter konsulen dalam
pelayanan kesehatan di lapangan
b) Jumlah tenaga yang diperlukan menurut jenis tenaganya, diperhitungkan
berdasarkan
(1)Jenis / macam bencana
(2)Lamanya
(3)Prakiraan banyaknya orang yang terpajan
(4)Jumlah fasilitas kesehatan dengan kriteria kemampuannya
c) Kemampuan tenaga
Kemampuan tenaga yang diandalkan dalam penanggulangan korban bencana
ini adalah pemahaman tentang kesehatan dalam penanggulangan korban
bencana, peraturan-peraturan / ketentuan hukum dan perundang-undangannya.
Keterampilan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masingmasing
serta
kebutuhan
pembinaan
teknis
dan
manajemen
dalam
11 | P a g e
3D
yaitu
disease
(kesakitan/kecacatan),
disability
f. Pelaksanaan pelayanan
1) Sasaran
a) Masyarakat yang terpajan akibat bencana dan masyarakat umum sekitarnya
b) Petugas pelaksana kegiatan
c) Petugas-petugas kesehatan
2) Pelayanan kesehatan
Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang diperiapkan sangat tergantung dari
macam dan jenis bencana, pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kepada sasaran
masyarakat terpajan diarahkan pada :
a) Pengobatan dan perawatan bagi kasus tertentu untuk sementara bila tidak perlu
dirujuk
b) Pelayanan P3K dan P3P pada fasilitas kesehatan menetap dan lapangan
c)
d)
e)
f)
(mobile)
Pemeriksaan kesehatan dan pemantauannya bagi masyarakat yang beresiko
Pengamatan penyakit dan tindak lanjutnya
Rujukan medis dan kesehatan
Evakuasi
Masyarakat sebagai sasaran pelayanan, perlu dilibatkan pada semua upaya, baik
dalam upaya promotif, prefentif, kuratif maupun rehabilitative terbatas.
Disamping itu pula masyarakat diminta untuk melaporka kejadian secara cepat
kepada instansi terdekat dan menjaga sarana dan prasarana pelayanan
penanggulangan bencana bagi daerah yang seringkali dilanda bencana yang sama.
Pada keadaan tertentu dalam kejadian bencana kemungkinan dapat terjadi letupan
penyakit (KLB) ataupun wabah, yang seringkali tidak dipikirkan sebelumnya yang
perlu diantisipasi terutama pada kejadian wabah yang sering terjadi.
Apabila
sampai terjadi KLB atau wabah maka tindakan cepat, tepat dan
(1) Supervisi dan bimbingan teknis pasca bencana secara terpadu antar instansi
terkait, maupun secara teknis oleh masing-masing instansi teknis
(2) Pemantauan dari hasil laporan pelaksanaan, baik terhadap hasil maupun proses
penyelenggaraan
(3) Pembahasan dalam rapat intern lingkup kesehatan ataupun secara terpadu
lintas sektoral diberbagai tingkatan administrative
(4) Pembahasan secara lintas sektor tentang penyebab terjadinya bencana (akibat
alam atau ulah manusia)
(5) Tindakan korektif atas terjadinya penyimpangan-penyimpangan baik terhadap
hasil maupun proses
(6) Umpan balik laporan disertai dengan kesimpulan dalam rangka penilaian
keberhasilan upaya ataupun saran-saran perbaikan
3) Pemantauan dan evaluasi
Dengan adanya kegiatan yang dilasanakan dari pra-bencana sampai dengan
bencana mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pemantauan perlu
dipelajari oleh semua petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
tersebut. Hasil pemantauan serta penilaiannya dibahas bersama pihak terkait
meliputi segala kesenjangan dan masalah yang mungkin terjadi yang diperkirakan
akan menimbulkan gangguan baik fisik, mental maupun social pada masyarakat
yang terpajan, perlu diantisipasi dan pemecahanya perlu lanjuti dengan pencatatan
dan pelaporan yang benar, sehingga informasinya dapat dimanfatkan oleh semua
pihak yang berkepentingan dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan programprogram.
4. Kesehatan di bumi perkemahan
Upaya kesehatan di bumi perkemahan dalam kesehatan matra merupakan
upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan
sosial peserta dan pihak penyelenggara / panitia perkemahan guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan matra yang berubah secara bermakna mulai dari persiapan
lokasi, pemilihan calon peserta, selama kegiatan di bumi perkemahan sampai 2
minggu setelah peserta kembali ketempat masing masing.
Kesehatan di Bumi perkemahan merupakan upaya kesehatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental bagi peserta kemah, dan
masyarakat sekitarnya. Agar pelaksanaan pelayanan kesehataan di Bumi Perkemahan
dapat terselanggara dengan baik diperlukan pengelolaan yang baik, mulai dari tahap
perencanaan sampai pengawasan/evaluasi.
a. Perencanaan
18 | P a g e
22 | P a g e
23 | P a g e
2) Pelaporan
Hasil pencatatan dilaporkan kepada puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat.
f. Pembinaan dan pengawasan
Guna mengurangi risiko bagi olahragawan lintas alam maka dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat bekerjasama dengan organisasi lintas alam dan atau
kelompok olahragawan lintas alam sesuai dengan jenisnya, melakukan pembinaan
dan pengawasan secara aktif dan terus menerus.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan sebagai berikut :
1) Supervisi dan bimbingan secara terpadu antar instansi terkait.
2) Pemantauan dari hasil pelaporan penyelenggaraan.
3) Pembahasan dalam rapat intern lingkup kesehatan ataupun secara terpadu.
4) Tindakan korektif atas terjadinya penyimpangan baik terhadap hasil maupun
proses penyelenggaraan.
5) Umpan balik laporan disertai dengan kesimpulan dalam rangka penilaian
keberhasilan upaya ataupun saran perbaikan.
6) Peningkatan keterampilan melalui pelatihan.
g. Pemantauan dan evaluasi
Semua kegiatan yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan lintas alam mulai
dari tahap persiapan sampai pelaksanaan mulai tempat asal sampai di lokasi
kegiatan perlu dipelajari oleh petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut sesuai dengan tujuan, fungsi dan kewenangannya.
Pemantauan dalam pelayanan kesehatan lintas alam dilaksanakan mulai dari
persiapan sampai selesai kegiatan lintas alam tersebut. Hasil pemantauan tersebut
digunakan sebagai dasar perbaikan untuk pelayanan kesehatan pada kegiatan lintas
alam berikutnya. Evaluasi dilakukan untuk setiap penyelenggaraan secara teratur
untuk langkah-langkah perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
6. Kesehatan bawah tanah
Adalah upaya kesehatan matra untuk meningkatkan fisik dan mental pekerja
bawah tanah agar mampu bertahan dalam lingkungan yang berubah secara bermakna.
Kesehatan bawah tanah diselenggarakan mulai dari persiapan sebelum melakukan
kegiatan dan selama kegiatan berlangsung dibawah tanah.
Kesehatan bawah tanah adalah upaya kesehatan matra guna meningkatkan
fisik dan mental pekerja bawah tanah agar mampu bertahan dalam lingkungan yang
berubah secara bermakna. Kesehatan bawah tanah diselenggarakan mulai dari
persiapan sebelum dan selama melaksanakan kegiatan berlangsung dibawah tanah.
25 | P a g e
dibentuk
bencana
tersebut
tergantung
merupakan
dari
bagian
dari
organisasi
kedudukan/keberadaan,
apabila
yang dianggap netral oleh kedua belah pihak dapat dilakukan. Masyarakat
sebagai sasaran dapat dilibatkan pada upaya pertolongan pertama untuk
mengatasi masalah/korban, maupun pada upaya-upaya preventif dalam
rangka menghindarkan dampak akibat gangguan kamtibmas.
(i) Apabila sampai terjadi KLB atau wabah, maka tindakan cepat, tepat dan
terkoordinasi harus dilakukan, sesuai dengan prosedur penanganan KLB.
(4)Pasca Kegiatan Berakhir
Setelah kegiatan berakhir, maka segala sesuatu yang menimbulkan kerusakan
pada lingkungan khususnya keadaan yang dapat menimbulkan dampak terhadap
kesehatan masyarakat perlu segera dikembalikan pada kondisi semula
secepatnya. Agar proses pemulihan kondisi lingkungan dapat dilakukan sebaikbaiknya, perlu dilakukan pengamatan lingkungan oleh petugas sanitarian
setempat baik selama kejadian maupun segera sesudahnya, bekerjasama dengan
petugas lain terkait serta masyarakat dan pihak keamanan yang bertanggung
jawab dalam penanggulangan gangguan kamtibmas. Untuk hal itu diperlukan
adanya koordinasi yang baik dengan semua pihak terkait.
Keadaan permukaan
bumi/keadaan
2) Logistik
a) Bekal kesehatan
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat berlangsung,
dukungan bekal kesehatan harus tersedia. Dukungan bekal kesehatan
dimaksud
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
pendistribusian,
dan
penggunaan logistik kesehatan yang terdiri dari alat kesehatan dan alat utama
kesehatan
b) Bekal umum
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat berlangsung,
dukungan bekal umum harus tersedia. Dukungan bekal umum meliputi
perencaan pengadaan, pendistribusian dan penggunaan bekal umum yang
terdiri dari kafalap amunisi senjata dan sebagainya.
3) Prosedur
a) Gelar satuan
(1) Rencana gelar satuan kesehatan lapangan militer mengikuti rencana gelar
satuan militer pada pola operasi perdamaian dan pola gelar dewan
keamanan PBB pada misi perdamaian dunia.
(2) Rencana gelar satuan tugas kesehatan disesuaikan dengan pola operasi
militer, pola operasi satuan kesehatan lapangan militer dan perkiraan
korban termaksud manyarakat sipil.
4) Sistem perawatan dan Rujukan
a) Hospitalisasi
Rencana untuk persiapan rumah sakit wilayah maupun rumah sakit pusat
baik rumah sakit pemerintah, rumah sakit militer, rumah sakit swasta untuk
menerima rujukan.
b) Evakuasi
(1)Evakuasi korban militer
Korban militer dievakuasi ke instalasi kesehatan militer terdekat sesuai
dengan prosedur dan rantai evakuasi.
(2)Korban sipil
Korban sipil / masyarakan dievakuasi ke instalasi kesehatan terdekat, bail
instalasi militer maupaun sipil sesuai prosedur rantai evakuasi.
(3)Evakuasi korban khusus
Korban khusus (tawanan perang dan tokoh kunci) dapat dievakuasi ke
instalasi kesehatan baik ke instalasi militer maupun sipil yang ditunjuk
oleh yang berwenang, sedangkan tanggung jawab keamanannya
dilaksanakan oleh polisi militer.
c. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi Satuan Kesehatan Lapangan Militer
40 | P a g e
a) Peleton Kesehatan
Merupakan satuan kesehatab lapangan militer yang medukung satuan
ketingkat batalyon (satuan tempur dan bantuan tempur)
b) Batalyon Kesehatan
Merupakan satuan lapangan militer organik pada devisi infantri dan terdiri
dari:
(1)Kompi lapangan kesehatan
Satuan kesehatan lapangan yang medukung satuan keringat brigade
(2)Kompi kesehatan bantuan
Satuan kesehatan lapangan yang medukung batalyon kesehatan dibidang
bekal kesehatan dan preventif
(3)Kompi rumah sakit lapangan
Satuan kesehatan lapangan yang memebrikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan rumah sakit tipe C dilapangan
(4)Kompi evakuasi
Satuan kesehatan lapangan yang menyelenggarakan semua kegiatan
evakuasi bagi korban / penderita dan tempat pengobatan brigade
kerumah sakit lapangan batalyon kesehatan.
c) Satuan Tugas Kesehatan
Satuan tugas kesehatan merupakan satuan kesehatan lapangan yang terdiri
dari unsur kesehatan militer, unsur kesehatan sipil
baik pemerintah
dimaksud
41 | P a g e
dilakukan
untuk
pengamanan
kemungkinan
terjadinya
kuantitas
sanitasi
dasar
berupa
penyediaan
dan
pengendalian
bahan
buangan/limbah,
pengendalian
terpilih
dan
dilakukan
secara
terus
menerus
guna
44 | P a g e
Pemantauan dan penilaian dalam operasi / latihan militer di darat secara teknis
medis dilaksanakan oleh atasan pejabat kesehatan yang berwenang secara taktis
operasional dilaksanakan oleh penanggung jawab operasi / latihan untuk
dievakuasi bagaimana pelaksanaannya guna dilakukan perbaikan-perbaikan.
No
Jenis kesehatan
Kegiatan
Sasaran
matra lapangan
1
Kesehatan haji
(medis,
perawat,
46 | P a g e
Kesehatan
a.
b.
transmigrasi
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kesehatan
dalam a.
b.
penanggulangan
c.
korban bencana
Pemerikasaan kesehatan
a. Calon transmigran
Penyuluhan kesehatan
b. Petugas pendamping
Pembinaan
transmigran
Pengamatan penyakit.
Higine dan sanitasi
Imunisasi
Tindakan medik dan keperawatan
Evakuasi dan rujukan
Pencatatan dan pelaporan
Pelayanan medis korban bencana.
a. Masyarakat/
Pelayanan kesehatan dasar bagi pengungsi
kelompok masyarakat
Surveilans penyakit menular di tempat
di
daerah
rawan
pengusian.
d. Pengawasan kualitas air bersih bagi
bencana atau daerah
pengungsi.
e. Pengawasan sanitasi lapangan dan dapur
umum.
f. Penyedian jamban darurat.
g. Pengendalian vektor penyakit.
h. Pemberantasan penyait menular potensial
wabah.
i. Penyuluhan kesehatan.
j. Pengawasan kebersihan
yang
mengalami
bencana.
b. Korban bencana.
c. Petugas kesehatan di
daerah
rawan
bencana.
d. Petugas lain
sampah
dan
bertugas
limbah.
k. Koordinasi dengan lintas program dan
bencana
lintas sektor.
l. Perbekalan kesehatan.
m. Dukungan ketenagaan kesehatan.
Kesehatan di bumi a. Pemeriksaan kesehatan.
b. Penyuluhan.
perkemahan
c. Higiene dan sanitasi
d. Pengamatan penyakit (surveilens)
e. Pencegahan penyakit menular.
f. Penatalaksanaan pelayanan medis dan
g.
Kesehatan
dalam a.
b.
situasi khusus
c.
d.
e.
keperawatan.
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan kesehatan.
Imunisasi (khusus ditempat pengungsian)
Higiene dan sanitasi
Pengamatan penyakit
Penatalaksanaan pelayanan medis dan
keperawatan.
f. Evakuasi dan rujukan
g. Pencatatan dan pelaporan.
h.
a. Peserta
yang
di
daerah
perkemahan,
pendamping
b. Seluruh petugas yang
memberikan
pelayanan
perkemahan
a. Masyarakat
terpajan
festival,
adat,
perjalanan
panjang.
b. Petugas
agama,
liburan
kesehatan/
47 | P a g e
Kesehatan
dalam
penangulangan
gangguan kamtibmas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pelatihan.
Penyuluhan kesehatan
Penanganan gizi
Kesempatan jasmani
Evakuasi dan rujukan
Penyiapan pembekalan logistik kesehatan
Identifikasi korban dan penyelidikan sebab
akibat
h. Pencatatan dan peloparan.
berada dalam
situasi khusus
a. Masyarakat terpanjan
yaitu
yang
akibat
terkna
langsung
masyarakat
lainnya
yang
bertugas
dalam
penangulangan
7
Kesehatan
bawah
tanah
Kesehatan
dalam
operasi/
latihan
militer di darat
Kesehatan
alam
lintas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
Pemeriksaan kesehatan
Penyuluhan
Pelatihan
Higiene dan sanitasi.
Penyiapan perbekalan logistik
Penyiapan stasiun dan peralatan
Tindakan medik dan keperawatan
Pemulihan kesehatan
Evakuasi dan rujukan
Pengamatan penyakit.
Pemerikasaan kesehatan
Penyuluhan.
Pembinaan kesempatan jasmani
Higiene dan sanitasi.
Gizi
Penataan medis dan keperawatan
Pemulihan kesehatan
Evakuasi dan rujukan
Intelenjensi medik
Dukungan logistik kesehatan
Dukungan ketenagaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan
Penyuluhan kesehatan
Penatalaksanaan pelayanan medis dan
gangguan kamtibmas
a. Tenaga
kerja
ditambang
bawah
tanah.
b. Petugas/
personil
pertambanag
tanah.
c. Petugas
yang
bawah
kesehatan
memberikan
pelayanan kesehatan.
a. Personil
militer
lapangan.
b. Personil kesehatan.
c. Masyarakat
sekitar
daerah operasi latihan.
keperawatan
d. Evakuasi kegiatan lintas alam
48 | P a g e
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada hari sabtu tanggal 20 juli 2015, terjadi bencana tanah longsor didesa suko asih
kecamatan Sukowati kabupaten Sukomana Bondowoso pada pukul 03.00 WIB. Gempa
menimpa 2 dusun yaitu dusun Lampu yang dengan jumlah penduduk 150 orang dan dusun
lampa dengan jumlah penduduk 134 orang. Kedua dusun tersebut terletak dikaki bukit yang
curam dan sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. Pada saat kejadian mahasiswa UPN
VETERAN JAKARTA sedang melakukan praktek kerja lapangan didusun tetangga yaitu
dusun Ampu. Kejadian sangat cepat dan tiba-tiba dimana sebagian besar masyarakat masih
terlelap sehingga masyarakat tidak bisa mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri,
korban banyak yang tertimbun reruntuhan bangunan sementara korban yang selamat
melaporkan dan meminta tolong kedusun dimana mahasiswa berada, sehingga mahasiswa
yang berjumlah 20 orang dibantu dengan beberapa aparat setempat langsung membentuk
penanggulangan bencana yang akan diperbantukan kedaerah bencana. Mahasiswa bersama 5
orang aparat desa segera menghubungi Puskesmas terdekat, dengan ambulan siaga yang
49 | P a g e
tersedia di puskesmas dengan perlengkapan terbatas tim segera berangkat ke lokasi kejadian.
Pada saat pendataan ditemukan:
1.
2.
3.
4.
Inisial assesment
Penolong memakai alat pelindung diri, mengecek respon pasien, mengecek kesadaran
dengan cara kualitatif (Alert, verbal. Paint, Unrespon), lakukan penilaian pasien terhadap
airway, breathing dan circulation untuk pasien-pasien yang mengalami henti napas dan henti
50 | P a g e
jantung dilakukan CPR dengan diawali kompresi 30:2 di daerah midsternum dengan
kedalaman 5cm dengan kecepatan 100x/menit dilakukan selama 5 siklus sekitar 2 menit,
setelah 5 siklus dievaluasi ulang apabila nadi karotis tidak ada napas tidak ada maka teknik
diulangi dimulai dengan kompresi, apabila nadi karotis ada napas tidak ada maka lanjutkan
ventilasi , 1 ventiasi selama 6 detik, dan apabila nadi karotis teraba napas ada posisikan
pasien dengan posisi mantap.Pada saat melakukan CPR kami mengalami hambatan dalam
memposisikan posisi korban di tempat yang datar dan memungkin kan untuk melakukan
CPR karena kondisi bencana yang banyak reruntuhan bangunan dan tanah longsor .Kami
juga menemukan seorang ibu yang mengalami cidera kepala dan cidera cervikal dengan
keterbatasan peralatan yang kami bawa kami berusaha menolong korban setelah menilai
ABC,kami berusaha mengamankan daerah cervikal dengan barang seadanya yang kami
dapatkan dilokasi, kami menggunakan sendal jepit yang kami temukan di sekitar reruntuhan
bangunan dan diikat dengan sehelai kain mitela,kiri kanan kepala kami letakan balok kecil
yang dibunggkus kain.
Untuk korban dengan luka perdarahan pembuluh darah besar lakukan balut tekan
dengan cara cek pulse, motorik, sensorik terlebih dahulu pada arteri bagian distal, letakan
kassa pada daerah perdaran balut tekan lalu tekannya benda keras diatas balutan, lalu balut
kembali dengan elastis verban, korban fraktur yang kami temukan sebanyak 8 0rang , 3orang
fraktur terbuka ,5 orang fraktur tertutup karena cukup banyaknya korban fraktur kami
membutuhkan bidai yang cukup banyak sedangkan kami hanya menbawa 5 buah bidai, kami
minta bantuan warga sekitar mecarikan kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bidai tanpa
mengenyampingkan prinsif pembidaian dengan cara melewati 2 sendi atas dan bawah dari
garis fraktur. Untuk korban trauma dada terbuka dilakukan penutup dengan penutup kedap
udara dengan plester tiga sisi. Sambil menunggu evakuasi ke posko tim TKP melakukan
secondary evaluasi pada korban-korban yang berisiko terjadi perubahan yang cepat terutama
pada korban dengan triage merah, setelah korban dalam keadaan stabil lakukan evakusi
posko. Evakuasi dari TKP menggunakan fasilitas yang terbatas yaitu dengan menggunakan
tandu dan non tandu seperti dipapah dan dibantu untuk menuju keposko.Waktu penanganan
pasien di TKP bervariasi tergantung dari kondisi korban . Rata-rata untuk korban dengan
bendera merah petugas memerlukan waktu sekitar 15 menit sampai dengan stabil dibawa ke
posko, korban dengan bendera kuning petugas memerlukan waktu 5 menit, untuk korban
dengan bendera hijau, korban bisa langsung menuju sendiri ke posko atau di bopong petugas,
sehingga penanganan dilakukan langsung diposko, korban meninggal dilakukan pendataan di
51 | P a g e
ruang post mortem di posko sampai dengan ada data ante mortem dari keluarga, sehingga
fase dari mulai .korban ditemukan sampai dengan fase debriefing memerlukan waktu yang
tidak sama antara satu korban dengan korban yang lain.
Korban-korban yang meninggal dunia (bendera hitam) dibawa keposko untuk didata.
Data post mortem adalah data yang didapatkan dari korban setelah meninggal, diantaranya
adalah sidik jari, DNA, kontuksi gigi, dan properti yang dipakai korban saat kejadian. Data
tersebut dicocokan dengan antemortem yang didapatkan dari keluarga ataupun perusahaan
yang berhubungan dengan korban yang meliputi: foto, tanda lahir, cacat fisik, tato, bekas
luka, BB, TB.
Sementara tim yang berada diposko berkoordinasi dengan BPBD untuk menyiapkan
membangun posko pengungsian dan fasilitas sanitasi, dapur sehat. Setelah korban tiba
diposko dilakukan reevaluasi dengan prinsip penilaian meliputi airway, berathing, circulation,
disability, esprosure bila tindakan dilapangan yang masih perlu ditangani dilanjutkan
penangan diposko sampai pasien benar-benar stabil dan aman untuk dievakuasi, evakuasi
dilakukan dengan cara koordinasi dengan rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas
untuk melakukan penanganan tindakan lanjut seperti operasi dan perawatan intensif. dengan
teknik komunikasi sesuai prosedur yang meliputi situasi latar belakang analisa dan
rekomendasi. Cara mengevakuasi korban yang dilakukan menggunakan tandu dan ambulan
ke rumah sakit pemerintah terdekat di Bondowoso.
52 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya kesehatan matra dimasa mendatang menjadi sangat peting karena dengan
perkembangan ilmu dan teknologi akan terjadi interaksi antara manusia dengan
lingkungan yang serba berubah (Matra) yang berdampak terhadap kesehatan. Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini dan lampirannya merupakan pedoman
bagi seluruh pengelolaan kesehatan matra dan unit terkait agar terdapat keseragaman
pemahaman dan tindakan dalam melaksanakan upaya kesehatan matra.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan kesehatan Matra ke depan Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini perlu segera ditindak lanjuti dengan
menyusun pedoman teknis, standar dan implementasi dalam penyiapan sumber daya
manusia, peebekalan kesehatan dengan peran dan tanggung jawab sesuai dengan tingkat
administrasi bidang masing-masing unit terkait.
B. Saran
Dalam mengetahui berbagai aspek kesehatan matra darat maka diharapkan dengan
mudah memahami problema bencana yang di hadapi oleh para tim medis, dan dapat
menagulangi bencana dengan upaya upaya pencegahan dan pertolongan. Sehingga
dapat meminimalisirkan korban dalam suatu bencana.
53 | P a g e