Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Daerah Semarang Tengah merupakan daerah yang selalu tergenang air pada saat hujan khususnya di
sekitar Kelurahan Sekayu, Kauman, Kranggan, dan Purwodinatan yang berada pada Subsistem Kali
Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan saat hujan setinggi sekitar 10-30 cm dengan lama
genangan 1-2 jam. Hal ini disebabkan tidak berfungsinya dengan baik saluran drainase. Dengan adanya
permasalahan diatas, Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan ulang sistem drainase eksisting Kali
Semarang berdasarkan kapasitas dan fungsinya.
Yang pertama dilakukan pada perencanaan ulang drainase ini adalah analisa hidrologi menggunakan
metode Gumbel, van Breen, dan Talbot. Kemudian dilakukan analisa hidrolika dengan cara mengevaluasi
debit saluran eksisting dengan debit rencana yang merupakan penjumlahan limpasan hujan dan air buangan.
Analisa ini untuk mengetahui apakah saluran eksisting dapat menampung debit limpasan sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut untuk mengatasinya.
Hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa 34 saluran perlu dilakukan perubahan desain diantaranya 12
saluran dilakukan pelebaran saluran yang didesain berbentuk trapesium dengan pasangan batu kali dan 22
saluran dilakukan penambahan kedalaman saluran. Jumlah anggaran yang diperlukan untuk perbaikan
tersebut sebesar Rp 12.854.727.000,00
1. Pendahuluan
Kota Semarang mempunyai lokasi yang strategis sebagai pusat administrasi sekaligus sebagai
pusat pengembangan ekonomi dan perdagangan di Jawa Tengah. Tetapi masalah banjir yang sering
terjadi di Semarang Tengah menjadikan perekonomian dan perdagangan tidak bisa berkembang
pesat. Semarang Tengah merupakan salah satu daerah rawan banjir ketika musim hujan tiba.
Khusus untuk Semarang Tengah beberapa kawasan yang rawan banjir yaitu sekitar Kelurahan
Sekayu, Kauman, Kranggan, dan Purwodinatan.
Banjir terutama terjadi pada musim hujan, akibat debit besar melampaui kapasitas penampang
aliran yang telah mengalami degradasi kapasitas. Hal ini diakibatkan oleh hasil erosi dari hulu
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Sub DAS-nya. Disamping sedimentasi, penurunan fungsi, dan
kapasitas sungai serta Drainase Perkotaan juga disebabkan adanya bangunan-bangunan ilegal di
bantaran atau bahkan badan sungai atau saluran, yang mengurangi fungsi kapasitas luberan (High
Water Channel) dari palung sungai (Low Water Channel) diatas debit normal, meningkatnya unit
hydrograph debit banjir, dan semakin cepatnya waktu konsentrasi debit akibat menurunnya fungsi
resapan daerah tangkapan air (DAS) nya pada waktu musim hujan. Sebaliknya juga, menurunnya
base flow debit andalan menyebabkan kekeringan dimusim kemarau. Hal ini mengakibatkan defisit
neraca air yang berefek pada menyusutnya debit andalan. Dengan meningkatnya konsentrasi beban
kandungan limbah termasuk sedimen akan terjadi penurunan kualitas air.
Merujuk pada kondisi yang rawan banjir di kawasan Semarang Tengah maka diperlukan
evaluasi mengenai sistem drainase yang telah ada sebagai bentuk usaha mengatasi banjir dan juga
sebagai bahan masukan bagi pihak Pemerintah Kota dalam usaha mengatasi permasalahan banjir di
Semarang Tengah.
2. Tinjauan Pustaka
Drainase berasal dari bahasa Inggris, yaitu drainage yang mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalirkan air. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air
yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air hujan menuju ke badan air penerima dengan aman,
sehingga dapat mengendalikan terjadinya banjir (Masduki, 1988).
Yang termasuk penyebab banjir karena akibat dari tindakan manusia adalah perubahan
kondisi daerah pengaliran sungai, kawasan perkotaan yang kumuh, sampah, drainase lahan,
bendung dan bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir, perencanaan sistem
pengendalian banjir yang tidak tepat.
Upaya pengendalian banjir diantaranya mengetahui periode ulang hujan, melakukan analisis
hidrologi, pengamatan data curah hujan, analisis curah hujan rata-rata daerah aliran, analisis curah
hujan harian maksimum, analisis distribusi intensitas curah hujan, analisis lengkung intensitas
hujan, analisis hidrolika, debit limpasan hujan, dimensi saluran, bentuk dan jenis saluran, analisa air
buangan, bangunan pelengkap, tinggi jagaan.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan kerangka perencanaan sebagai pedoman penelitian.
Kerangka perencanaan dapat diliat pada Gambar 3.1 berikut :
IDE STUDI
Perencanaan Ulang Sistem Drainase Di Daerah Semarang Tengah
IDENTIFIKASI MASALAH
STUDI LITERATUR
Drainase Perkotaan
Penyebab dan Pengendali Banjir
Analisis Hidrologi
Hidrolika Saluran Terbuka
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
sejak tahun 1989 sampai tahun 2008 berdasarkan stasiun pengamat yang terdekat dengan wilayah
perencanaan, yaitu stasiun Siliwangi, A.Yani, dan Deli.
Intensitas Hujan
(mm/jam)
I talbot
200
I sherman
100
I ishiguro
0
0
100
200
300
Durasi (mm/jam)
Intensitas Hujan
(mm/jam)
I talbot
I sherman
I ishiguro
100
200
300
Durasi (menit)
Berdasarkan hasil analisa maka nilai yang dipilih adalah hasil perhitungan Metode Talbot
dengan selisih intensitas hujan ( I) yang terkecil untuk PUH 5 dan 10 tahun. Dipilih nilai terkecil
karena
memiliki
tingkat
kesalahan
terkecil
sehingga
untuk
perhitungan
diharapkan
penyimpangannya kecil dengan tingkat kesalahan kecil. Dengan demikian, persamaan intensitas
hujan yang digunakan, sebagai berikut :
PUH 5 Tahun I =
13075
PUH 10 Tahun I=
16975
49 + t
49 + t
Analisis Hidrolika
1.
Pembagian blok pelayanan selain berdasarkan pada keadaan topografi dan tata guna lahan
yang ada di wilayah studi juga berdasarkan pada data eksisting yang ada yang sesuai dengan batas
administratif. Blok pelayanan ini dibagi menjadi 14 blok.
2.
topografi dan tata guna lahan yang ada. Tata guna lahan memberikan pengaruh pada nilai koefisien
pengaliran air hujan (runoff) ditunjukkan dengan nilai C. Data ini dapat diperoleh dari data tata
guna lahan yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan harga koefisien pengaliran (C). Besarnya
nilai C dapat diambil dari pola pengaliran terhadap bentuk-bentuk peruntukkan lahan, sedangkan
untuk tiap beban yang lebih dari satu saluran dilakukan perhitungan koefisien pengaliran gabungan
(Cr gabungan).
3.
(berdasarkan rumus hujan yang terpilih, yaitu metode Talbot) dan luas daerah aliran (A).
Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu panjang saluran (Ld), panjang limpasan (Lo), beda elevasi
antar saluran dan beda elevasi pada limpasan.
4.
limpasan hujan. Debit hasil penjumlahan inilah yang nantinya dibandingkan dengan debit saluran
eksisting sehingga dapat diketahui apakah saluran tersebut aman atau tidak.
5.
direncanakan dan dari kapasitas dengan adanya sedimen dalam saluran eksisting.
6.
Dari analisa sebelumnya, dapat diketahui beberapa saluran yang kapasitasnya tidak
memenuhi maupun yang memenuhi. Untuk memudahkan dalam menganalisis, berikut penjelasan
dari tiap-tiap saluran :
a. Saluran Sekunder Bedakan (5-6), Karang Anyar (15-16), Beteng (17-16), Subandaran (1819), Kimang (20-21), Kakun (22-23), Petudungan (24-25), Pekojan (26-27), Gambiran (2829), Sendowo (33-34)
1. Saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan rencana dengan PUH 5 tahun pada
saat kapasitas saluran kosong maupun pada saat kapasitas saluran terdapat sedimen.
2. Kondisi lahan sempit dan tidak memungkinkan untuk memperlebar saluran, upaya :
pendalaman saluran berupa pengerukan agar kapasitas saluran menjadi optimal.
b. Saluran Sekunder Thamrin (7-8) (9-8), Gajah Mada (10-11) (12-11), Agsa (30-31) (32-31)
1. Saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan rencana dengan PUH 5 tahun pada
saat kapasitas saluran kosong maupun pada saat kapasitas saluran terdapat sedimen.
2. Dengan kondisi jalan raya, maka pelebaran saluran berupa pengerukan dapat dilakukan
agar kapasitas saluran menjadi optimal.
c. Saluran Sekunder Simpang (1-2), Batan (3-4), Plampitan (13-14)
1. Saluran ini tidak mampu menampung limpasan air hujan rencana dengan PUH 5 tahun
saat kapasitas saluran ada sedimen.
2. Untuk itu, diperlukan pemeliharaan saluran berupa pembersihan dan pengerukan karena
saluran ini dekat dengan pemukiman padat penduduk dan agar kapasitas menjadi
optimal.
d.
2. Kondisi lahan eksisting yang berupa pemukiman dan jalan raya membuat saluran perlu
menambah kedalaman saluran, sehingga luas penampang saluran menjadi sama atau lebih besar dari
luas penampang saluran rencana (saluran eksisting dengan debit rencana). Pada perhitungan ini,
pemilihan pelebaran saluran dijadikan sebagai alternatif pertama dengan pertimbangan kondisi di
lapangan masih tersedia lahan atau tidak. Apabila lahan yang ada tidak memungkinkan untuk
dilakukan pelebaran, maka alternatif lain adalah dengan menambah kedalaman saluran (pendalaman
saluran) dengan pertimbangan elevasi muka air saluran sekunder tidak boleh berada dibawah
elevasi muka air saluran primer.
Saluran
ID
Saluran
Ld
(m)
Hd
(m)
Sd
Dimensi rencana
b
A
(m2)
P
(m)
R
(m)
v
(m/s)
Q
(m3/s)
1-2
267
0.08
0.0002996
1.5
1.3
1.95
4.1
0.48
0.015
0.703
1.909
Batan
3-4
254
0.11
0.0004331
1.4
1.05
1.47
3.5
0.42
0.015
0.776
0.993
Bedakan
5-6
331
0.1
0.0003021
1.6
1.1
1.76
3.8
0.46
0.015
0.692
3.397
Thamrin
7-8
407
0.05
0.0001229
1.75
1.6
2.8
4.95
0.57
0.015
0.616
4.523
Thamrin
9-8
343
0.07
0.0002041
1.75
1.4
2.45
4.55
0.54
0.015
0.629
3.938
Gama
10-11
636
0.18
0.000283
1.4
1.3
1.82
0.46
0.015
0.662
5.720
Gama
12-11
547
0.1
0.0001828
1.5
1.4
2.1
4.3
0.49
0.015
0.706
10.48
Plampitan
13-14
611
0.06
0.000098
1.2
1.2
3.2
0.38
0.015
0.608
5.127
Kr.Anyar
15-16
674
0.12
0.000178
1.3
1.1
1.43
3.5
0.41
0.015
0.611
4.566
Beteng
17-16
483
0.06
0.0001242
1.3
1.2
1.56
3.7
0.42
0.015
0.715
1.969
Subandaran
18-19
662
0.15
0.0002266
0.33
0.015
0.621
4.796
Kimang
20-21
789
0.24
0.0003042
1.15
1.1
1.265
3.35
0.38
0.015
0.605
5.661
Kakun
22-23
140
0.06
0.0004286
1.3
0.9
1.17
3.1
0.38
0.015
0.718
0.979
Petudungan
24-25
127
0.06
0.0004724
1.2
0.9
1.08
0.36
0.015
0.731
0.964
Pekojan
26-27
254
0.04
0.0001575
1.2
1.2
3.2
0.38
0.015
0.674
1.673
Gambiran
28-29
165
0.09
0.0005455
1.1
0.7
0.77
2.5
0.31
0.015
0.707
1.286
Agsa
30-31
229
0.06
0.000262
1.7
1.1
1.87
3.9
0.48
0.015
0.659
2.430
Agsa
32-31
458
0.07
0.0001528
1.8
1.4
2.52
4.6
0.55
0.015
0.662
2.312
Sendowo
33-34
433
0.14
0.0003233
1.2
1.2
3.2
0.38
0.015
0.621
1.478
Pemuda
35-37
1984
2.25
0.0011341
1.4
0.95
1.33
3.3
0.4
0.015
1.241
3.052
Imbo
36-37
560
0.19
0.0003393
1.6
1.05
1.68
3.7
0.45
0.015
0.724
12.57
Suprapto
38-37
458
0.08
0.0001747
1.9
1.5
2.85
4.9
0.58
0.015
0.613
1.654
0-2
280
Kase
2-4
153
0.07
0.00046
3.6
1.5
0.25
5.965
6.693
0.89
0.015
1.32
15.94
Kase
4-6
38
0.06
0.00158
3.8
1.5
0.25
6.265
6.893
0.91
0.015
2.485
15.57
Kase
6-8
293
0.15
0.00051
4.3
1.5
0.25
7.015
7.393
0.95
0.015
1.456
13.72
Kase
8-11
394
0.28
0.00071
4.85
1.5
0.25
7.84
7.943
0.99
0.015
1.762
34.04
Kase
11-14
305
0.33
0.00108
5.5
1.6
0.24
9.414
8.791
1.07
0.015
2.296
39.87
Kase
14-16
51
0.07
0.00137
1.6
0.24
10.21
9.291
1.1
0.015
2.632
43.97
Kase
16-19
331
0.11
0.00033
6.3
1.6
0.24
10.69
9.591
1.12
0.015
1.307
48.06
Kase
19-21
191
0.11
0.00058
6.5
1.8
0.23
12.45
10.19
1.22
0.015
1.829
50.45
Kase
21-23
191
0.16
0.00084
6.9
1.8
0.23
13.17
10.59
1.24
0.015
2.232
56.46
Kase
23-25
153
0.32
0.00209
7.6
1.8
0.23
14.43
11.29
1.28
0.015
3.592
51.82
Kase
25-27
114
0.08
0.0007
7.9
1.8
0.23
14.97
11.59
1.29
0.015
2.095
56.67
Kase
27-29
153
0.1
0.00065
8.8
1.8
0.23
16.59
12.49
1.33
0.015
2.061
58.72
Kase
29-31
280
0.09
0.00032
9.6
1.8
0.23
18.03
13.29
1.36
0.015
1.466
63.38
Kase
31-34
140
0.09
0.00064
9.9
1.8
0.23
18.57
13.59
1.37
0.015
2.083
69.79
Kase
34-37
127
0.08
0.00063
10.3
1.8
0.23
19.29
13.99
1.38
0.015
2.074
73.62
10.
0.22
0.00079
3.5
1.5
0.25
5.815
6.593
0.88
0.015
1.718
9.989
pelengkap yang berupa gorong-gorong yang juga perlu dilakukan evaluasi mengenai kapasitas dan
kecepatan aliran air suatu saluran. Gorong-gorong yang dievaluasi adalah gorong-gorong yang
melintasi jalan raya. Pada perhitungan kapasitas gorong-gorong ini menggunakan PUH 10 tahun.
11.
perencanaan. Pada perhitungan ini akan dijelaskan mengenai bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan
serta berapa jumlah bahan yang dibutuhkan setelah dilakukan perencanaan ulang. Jumlah anggaran
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut sebesar Rp 12.854.727.000,00.
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai sistem drainase
kawasan Semarang Tengah Subsistem Kali Semarang, diantaranya :
1. Yang menjadi penyebab adanya genangan di kawasan Semarang Tengah Subsistem Kali
Semarang adalah adanya kapasitas saluran yang kurang memadai yang disebabkan oleh dimensi
saluran yang tidak sesuai dengan kapasitas rencana dan terjadinya pendangkalan dan
penyempitan saluran akibat adanya sedimen yang menumpuk.
2. Terdapat beberapa saluran yang perlu dilakukan perubahan dimensi berupa pendalaman saluran
serta pelebaran saluran yaitu pada saluran di jl.Simpang, jl.Bedakan, jl. Thamrin, jl.Gajah Mada,
Plampitan, jl.Gambiran, jl.Imam Bonjol, dimana untuk perbaikan tersebut diperlukan biaya
yang terdapat dalam RAB (Rencana Anggaran Biaya) sebesar Rp 12.854.727.000,00
Daftar Pustaka
Anonim, 1986, Standard Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan, Dirjen
Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Galang Persada, Bandung.
Anonim, 1999, Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLPan Perkotaan dan Pedesaan, Volume 1, Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Cipta
Karya. Jakarta.
Anonim, 2000, Laporan Akhir Semarang Drainage Master Plan (SDMP) 2018, Jilid 2, Juli
2007, Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang.
Anonim, 2006, Standar Harga Satuan Pokok Pekerjaan (HSPK) Kota Semarang Tahun 2005,
Pemerintah Kota Semarang, Semarang.
Anonim, 2008, Kota Semarang Dalam Angka 2007, Badan Pusat Statistik Kota Semarang,
Semarang.
Anonim, 2008, Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2007, Badan Pusat Statistik Kota
Semarang, Semarang.
Chow, V. T., 1959, Hidrolika Saluran Terbuka, terjemahan, 1997 : E.V. Nensi Rosalina,
Erlangga, Jakarta.
Chow, V. T., 1988, Applied Hydrology, Mc. Graw-Hill Book Company, New York.
Kodoatie, Robert J., Sugiyanto, 2002, Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya
dalam Perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Masduki H.M., 1988, Diktat Kuliah Drainase Pemukiman, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Pandebesie, Hartati, Salami, Wijaya, Sijoatmodjo, 2002, Pengelolaan Sistem Drainase dan
Penyaluran Air Limbah, Teknik Perencanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS.
Subarkah, I., 1980, Hidrologi Untuk Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Sosrodarsono dan Takeda, 1987, Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramitha, Jakarta.