Вы находитесь на странице: 1из 17

ASKEP GIGANTISME DAN AKROMEGALI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,
edisi 3). Akromegali adalah kelainan yang jarang didiagnosis, ditandai dengan hipersekresi dari
hormon pertumbuhan, dengan insiden diperkirakan 3 - 4 kasus per satu juta penduduk. Lebih dari
95 % kasus, penyebab dari hipersekresi GH adalah adenoma dari hipofise. Namun juga dapat
disebabkan oleh lesi diluar hipofise yang prevalensinya kurang dari 1% antara lain tumor extra
hipofise seperti pancreatic isleth cell tumor, ekses sekresi GHRH central seperti hamartoma
hipotalamus, Choriostoma, ganglioneuroma, disebabkan oleh ekses sekresi GHRH perifer seperti
bronchial carcinoid, dan lain sebagainya (Cook,2004; Melmed, 2005). Gigantisme sangat jarang
dijumpai. Di Eropa, setiap tahunnya hanya dilaporkan 3-4 kasus dari 1 juta penduduk. Kejadian
antarawanita dan laki-laki sama. Laporan adanya kasusu ini di Indonesia juga sangat jarang.
Prognosis pada pasien gigantisme tergantung pada lamanya proses kelainan berlangsung dan
besarnya tumor. (Guyton, 2006)
Angka kejadian gigantisme dan akromegali sekitar 3 permil untuk semua umur, tetapi lebih
banyak pada kelompok umur 30-50 tahun; Tidak jelas ada predisposisi seks ataupun suku. Pernah
dilaporkan beberapa kasus dalam satu keluarga, tetapi umumnya timbul secara sporadik. Di
Indonesia baru ada beberapa kasus, dan pada saat ini di Surabaya didapatkan rata-rata 2 kasus per
tahun dan tercatat 10 kasus pada tahun 1987-1989 (Askandar, 1991). Angka kematian akromegali
adalah dua kali lipat bila dibandingan dengan populasi normal. Acromegaly adalah penyakit
langka, dengan perkiraan prevalensi sekitar 69 kasus per juta penduduk (European Journal of
Endocrinology ,2004). Penyakit ini jarang sekali. Insiden pasien baru adalah 3-4/1 juta
penduduk/tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
Dapat timbul gejala-gejala akibat gigantisme dan akromegali antara lain pusing 87%, gangguan
visus 62%, papil edema 3%, Rhinorrhoe 15%, Apoplexihipofise 3% dan apabila manifestasi klinis
ini tidak mendapat penanganan yang tepat akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman bagi
penderita gigantisme dan akromegali.
Apabila manifestasi klinis dari kelainan ini tidak segera ditangani dengan perawatan yang tepat,
maka akan menyebabkan timbulnya kematian di usia muda. Hal ini sangat penting terutama bagi
perawat sebagai tenaga kesehatan yang berada 24 jam bersama pasien gigantisme dan akromegali.
Karena sangat berbahayanya kelainan ini dan pentingnya untuk mengetahui pentingnya
pengetahuan mengenai gigantisme dan akromegali oleh perawat, maka kami menyusun sebuah
makalah yang merangkum mengenai kelainan sistem endokrin tersebut. Diharapkan dengan
adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gigantisme dan akromegali, serta
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada

pasien gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan akromegali).


1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui etiologi gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui mekanisme gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui WOC gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan
akromegali).
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme
dan akromegali).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hormon Pertumbuhan (GH) juga disebut sebagai hormone somatotropik atau somatotropin.
Terdiri atas 191 molekul asam amino. Hormone ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan
tubh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon Pertumbuhan (GH) menambah ukuran sel
dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi
khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal.
Efek metabolic Hormon Pertumbuhan (GH)
Peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh sel tubuh (penyimpanan protein meningkat)
Proses yang terjadi antara lain:
Bertambahnya peningkatan asam amino yang melewati membrane sel sehingga sintesis protein
meningkat.
Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan translasi RNA pada ribosom sehingga sintesis protein
meningkat
Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan transkripsi DNA dan bila terdapat cukup vitamin,
energy maka pertumbuhan akan cepat berlangsung juga
Hormon Pertumbuhan (GH) menurunkan pemecahan protein sel, sehingga akan tertimbun banyak
sekali protein
Keempat proses ini sangat berpengaruh dan tampak terutama pada pertumbuhan struktur rangka.
Jumlah protein yang banyak pada sel tulang menyebabkan Pertumbuhan pada tulang,
meningkatkan reproduksi pada sel-sel tulang tersebut dan menyebabkan timbunan khusus tulang
yang baru. Hormon Pertumbuhan (GH) merangsang osteoblas pada tulang sehingga dapat terus
membesar sepanjang usia terutama pada tulang membranosa. Dan menyebabkan ketebalan tulang
semakin meningkat.

Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, meningkatkan asam lemak bebas
dalam darah, meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy (penggunaan cadangan lemak
)
Hormon Pertumbuhan (GH) menyebabkan asam lemak membentuk Asetil Ko-A yang
menghambat timbulnya proses pemecahan glukosa (glukolitik) sehingga glukosa ketika masuk
dalam sel akan tertimbun dan menyebabkan kadar glukosa yang tinggi yakni diabetes
hipofisis. Diabetes ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin, sehingga dibutuhkan
insulin yang amat banyak untuk menurunkan sedikit kadar gula darah saja.
Insulin dihasilkan dari sel beta di plau-pulau langerhans pancreas. Karena sekresi yang berlebihan
menyebabkan sel beta burn out dan mengalami kematian sel. Hal ini memperparah gejala
diabet timbul diabetes mellitus.
Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh (menghemat karbondioksida)
1. Gigantisme
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang
diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat
definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar diatas
normal yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum
dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007)
2. Akromegali

Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu
dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang dan
jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatic selesai.
Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Karena pertumbuhan tulang
panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat menyebabkan pertumbuhan
skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago tangan, kaki, hidung, rahang, dagu,
dan tulang wajah. Poliferasi jaringan penyambung di organ internal, termasuk jantung, juga
terjadi. (Corwin,2007)
2.2 Etiologi
Penyebab dari gigantisme dan akromegali dibagi menjadi:
GA (Gigantisme-Akromegali) Primer = GA Hipofisik (sebab: adenoma hipofisi)
GA (Gigantisme-Akromegali) Sekunder = GA Hipotalamik (karena hipersekresi GRH dari
hipotalamus)
GA (Gigantisme-Akromegali) Tersier = meskipun sangat jarang <1 %,GA tipe ini dapat
disebabkan oleh karena tumor-tumor etopik(tumor paru, pankreas, dan lain-lain yang mengsekresi
hormon yang mirip dengan GHRH.
GA (Gigantisme-Akromegali) Variasi

Tumor hipofisi dapat dibagi dalam 3 golongan:


Tumor Kromofob (80 %) merupakan adenoma hipofisi yang paling sering. Adenoma ini dapat
sangat besar sehingga menekan chiasma opticus, hipotalamus dan saraf yang memelihara otot
ekstra okular.
Tumor Asidofil (15 %) tumbuh lambat dan biasanya berkapsul.
Tumor Basofil (5 %). Biasanya kecil ukurannya dan tidak sampai menyebabkan gejala lokal.
2.3 Manifestasi Klinis
Berikut adalah bagan manifestasi klinis dari gigantisme dan akromegali.
Akromegali
Gigantisme
Bertubuh tinggi
Fitur wajah yang kasar
Pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan
Pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan
Jari-jari tangan dan kaki menebal
Jari-jari tangan dan kaki menebal
Lidah menebal
Lidah menebal
Mandibula tumbuh berlebihan
Gigi menjadi terpisah-pisah
Penurunan libido
Penurunan ketajaman penglihatan
Perubahan pada bentuk wajah
Jaringan lunak menebal (limpa, jantung, hepar, lidah)
Suara terdengar dalam dan bergaung
Terjadi pada dewasa (cartilago epifise sudah tertutup)
Terjadi pada bayi-usia pubertas (cartilago epifise belum menutup)
Perbesaran terjadi hanya beberapa organ saja
Perbesaran terjadi diselurruh tubuh
2.4 Mekanisme
Mekanisme gigantisme dan akromegali menurut Guyton, 2002 :
Gigantisme
Kadang-kadang sel-sel penghasil hormon pertumbuhan hipofisis anterior menjadi aktif berlebihan,

dan kadang-kadang terdapat tumor sel hormon pertmbuhan sel asidofilik pada kelenjar ini.
Sebagai akibatnya, dihasilkan hormon pertumbuhan dalam jumlah besar. Semua jaringan tubuh
tumbuh cepat, termasuk tulang dan bila epifisis tulang panjang belum bersatu dengan batang
tulang, tinggi badan bertambah sehingga orang tersebut menjadi seperti raksasa dengan tinggi
sebesar 8-9 kaki. Jadi, gigantisme akan terjadi jika tumor timbul sebelum pubertas.
Sayangnya sebagian besar gigantisme akhirnya menderita hipopituitarisme bila mereka tetap tidak
di obati karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak.
Defisiensi umum hormon hipofisis ini bila tak d obati biasanya menyebabkan kematian pada
permulaan masa dewasa. Tetapi sekali gigantisme didiagnosis, biasanya perkembangan
selanjutnya dapat dihambat dengan pembuangan tumor dari kelenjar hipofisis dengan bedah mikro
atau radiasi kelenjar.
Akromegali
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi jaringan lunakkya
dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di kenal dengan akromegali.
Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada tulang tulang
memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra, karena pertumbuhannya tidak berhenti
pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan, kadang kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring
ke depan karena pertumbuhan samping supraorbital yang berlebihan, hidung bertambah besar
sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan sepatu ukuran lebih besar dari pada
keadaan normal. Dan jari jari menjadi sangat tebal sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal.
Selain efek efek ini perubahan pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk.
Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat
besar.
2.5 Penatalaksanaan
1. Gigantisme
Tujuan pengobatan adalah:
Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
Menormalkan fungsi hipofisis
Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari
besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau
Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir
TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan
hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi
pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
1) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)

2) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000
RAD)
Terapi medikamentosa
Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada
pasien akromegali. Pada akromegali dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh dopamine:
1) Brokriptin
2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5
mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan,
nausea, konstipasi, dll.
3) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/di daerah suntikan dan
kram perut.
2. Akromegali
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi yang
paling tepat untuk kelebihan hormon pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada
hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek negative darinya. Ada dua macam pembedahan
tergantung daribesarnya tumor:
Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)
Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinfraorbital dan jembatan hidung antara kedua mata
(TESH: Trans Et hmoid sphenoid hy popy sectomy).
Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan pertumbuhan/menormalkan sekresi GH
dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml
setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan
radiasi.
a. Pengobatan Medis
Pengobatan medis/farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan medis adalah
menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor dan/atau kelebihan GH/IGF-1. Untuk itu
sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan
glukosa (< 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal. Pengobatan
medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin. Oleh karena somatostatin,
penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan adalah analog
kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan.
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II dan
V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar GH

sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali.
Lanreotide, suatu analog somatostatin sustained-release yang dapat diberikan satu kali dua
minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.Bromokriptin merupakan suatu
antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH /IGF-mbalikan kadar
hormone ke normal,memulihkan fertilitas,dan memperkecil tumor. Somatostatin (Sandostatin)
juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan pengeluaran hormone
pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.
b. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat
menyembuhkan. Laws dkk. (2000) Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH dapat
disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak dapat
menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini
pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan
penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan keluhankeluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan/ menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi
tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi
mencapai 8085% pada mikroadenoma dan 5065% pada makroadenomia. Pembedahan
hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 90% pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50
ng/ml.
c. Radiasi
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahun-tahun.
Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan 75% setelah
5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme.Di samping itu studi Ariel
dkk (1997) pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak dapat menormalkan
kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh karena kekurangannya tersebut,
terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor besar dan invasif dan apabila
terdapat kontraindikasi operasi.
2.6
2.7 WOC
Ada penyakit penyerta
Tulang tumbuh memanjang abnormal
Tulang epifisis belum menutup
Hiperplasia hipofisis somatotropik & hipersekresi GH
Kelainan hipotalamus, stres nutrisi, latihan berat, ketegangan, trauma
Tulang epifisis menutup
Pertumbuhan somatis berhenti
Sebelum pubertas
Tanpa penyakit penyerta
Pasca pubertas
akromegali

Pertumbuhan somatis
Tumor hipofisis
Gigantisme
Rangsangan sel beta pancreas
Kadar glukosa darah
Pemecahan cadangan lemak
hiperglikemi
insulin melampaui batas
Sel beta burn out
Diabetes militus
Glukosa tertimbun di pembuluh darah dan miskin di jaringan
Ekstremitas memanjang
MK : Gangguan citra diri
MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Akromegali
Penebalan tulang
Penebalan jaringan lunak
Lidah membesar
disfagia
MK : Nutrisi kurang dari kebutuhan
Hipertrofi laring
Suara membesar
MK : Gangguan citra diri
Hepatomegali, kardiomegali
Gangguan pengelihatan
Ketajaman mata menurun
MK : Gangguan persepsi sensori : penglihatan
Kompresi saraf optikus
Visus mata menurun
Deformitas mandibula
Tangan kaki membesar
Pembesaran sinus frontal
Pembesaran sinus paranasal
Deformitas tulang belakang
Prognatisme
Dagu menjorok ke depan
Gigi tidak dapat menggigit

Kesulitan pengecapan
Perubahan energi yang dibutuhkan
letargi
MK : Gangguan mobilitas fisik
Dahi menonjol
Pembesaran hidung
Raut wajah kasar
MK : Gangguan citra diri
Pertumbuhan tulang berlebih
Nyeri punggung
Perubahan fisiologis tulang belakang
MK : Nyeri
Mk : Gangguan citra diri

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gigantisme
Anak y pertumbuhannya normal sampai usia 8 tahun, sejak saaat itu dia tumbuh besar sampai usia
16 tahun. Tingginuya mencapai 2,28 m dan beratnya mencapai 163 kg. Pemeriksaan optalmologi
mengungkapkan ketajaman visualnya normal namun tingkat gula darah yang diperiksa sedikit
lebih tinggi yaitu 117 mg/dl.
1. Pengkajian
Identitas pasien:
Nama pasien
:Y
Umur
: 16 th
Diagnosa medis : Gigantisme
Agama
: Islam
Alamat
: Nanggungan, Baron, Nganjuk
Tgl pengkajian
: 22 september 2011
Keluhan utama : tubuh semakin tinggi melebihi batas normal
Riwayat kesehatan masa lalu : adenoma hipofisis yang tidak terlalu parah
Riwayat tumor pada keluarga : Riwayat pengobatan : Riwayat pembedahan : Riwayat alergi : 2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital, meliputi :
1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2) Denyut nadi : 100x / menit


3) Suhu tubuh : 370 C (normal)
4) RR : 20 x / menit

Pemeriksaan Persistem
1) B1 : Breathing
Sistem Pernapasan : costae terus memanjang karena proioferasi apda sambungan tulang dan tulang
rawan.bila berlangsung lama akan timbul barrel chest (pigeon chest yang dalam.
2) B2 : Blood
Sistem Kardiovaskular : 3) B3 : Brain
Sistem Persyarafan : 4) Sistem Perkemihan : 5) Sistem Pencernaan : 6) Sistem Integumen dan Muskuloskeletal : terjadi penebalan,tulang semakin tumbuh tinggi.
Data Penunjang
Pemeriksaan Lab : (IGF 1)
1) Pemeriksaan glukosaa darah
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
2) Pemeriksaan GH darah atau SM-C (IGF 1)
Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
3) Pemeriksaan somatostatin
Gigantisme (+) : somatostatoin meningkat
4) Pemeriksaan radiologi
a) CT-scan
b) MRI
Roentgenogram tengkorak dapat menunjukkan pembesaran sella tursika dan sinus paranasalis;
sken tomografi komputasi atau foto resonansi nmagnetik (MRI) menampakkan tumor. Ikatan
falangs dan bertambahnya penebalan bantal tumit adalah biasa. Maturasi tulang adalah normal.
3. Analisis Data
No.
Data
Etiologi
Masalah
1
S : tidak nafu makan
O : lidah membesar, gigi terpisah pisah
Gigantisme

Lidah membesar

Penurunan nafsu makan

Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan


Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan
2.
S : Pasien merasa malu dengan orang lain.
O : Pasien cenderung diam, tidak banyak bicara dan kurang bersosialisasi dengan sekitar.
Gigantisme

Tumbuh tinggi dan besar melebihi normal

Merasa malu

Gangguan citra tubuh


Gangguan citra tubuh.
3.
S : pasien merasa diacuhkan keluarga
O : keluarga acuh tak acuh
Gigantisme

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi abnormal

Keluarga Merasa malu

Perubahan proses keluarga


Perubahan proses keluarga
4. Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image b.d perubahan struktur tubuh
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, lidah
membesar, mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme
5. Intervensi
Gangguan bodi image b.d perubahan struktur tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan bodi image pada klien
Kriteria Hasil:
Klien dapat menerima perubahan diri
Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan
Intervensi dan rasional:

Pertahankan lingkungan yang kondusif


R/ untuk membicarakan perubahan citra tubuh
Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh klien
R/ mengetahui perasaan yang dirasakan klien
Kaji klien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme koping
R/ untuk mengatasi perubahan fisik
Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan fisik
R/ agar klien lebih terbuka
Bantu klien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi perubahan fisik
R/ harga diri klien tidak rendah
Bantu klien dalam mengembangkan rencana
R/ untuk menyelaraskan semua perubahan ke dalam gaya hidup
Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimam terhadap perubahan
R/ dapat menerima perubahan diri yang terjadi
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, lidah
membesar, mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
Kriteria Hasil:
Klien tidak mengalami penurunan berat badan yang berarti
Nafsu makan klien meningkat
Intervensi dan rasional:
Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)
R/ nutrisi klien dapat terpenuhi
Masukkan makanan kesukaan dalam diet
R/ meningkatkan nafsu makan klien
Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat membuat keterbatasan)
R/ melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
Memilih makanan dari daftar menu
R/ meningkatkan nafsu makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Atur makanan secara menarik diatas nampan
R/ agar klien tertarik, sehingga nafsu makan meningkat
Atur jadwal pemberian makanan
R/ mengatur diet kliien
Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme.
Tujuan:
Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota dengan gegantisme
Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya
Kriteria Hasil:
Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda dan gejala yang muncul dan
memberikan atau menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi klien.
Intervensi dan rasional:
Berikan dukungan emosional pada keluarga dan klien

R/ keluarga dapat menerima klien


Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
R/ keluarga dapat beradaptasi dengan penyakit klien
Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan yang berkaitan dengan
manifestasi penyakit
R/ untuk mengatasi masalah yang timbul
Bertindak sebagai pembela dan penghubung klien dan keluarga dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya
R/ mempersiapkan keluarga untuk merawat klien
Anjurkan klien untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
R/ memotifasi klien
Dorong keterlibatan klien dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas pengalih yang sesuai dengan usia
R/ meningkatkan rasa percaya diri klien
3.2 Akromegali
Bapak A mengalami sakit kepala frontal sejak usia 28 tahun, kemudian mengalami gangguan
penglihatan pada usia 31 tahun. Lama- kelamaan iQ menjadi rendah dan tidak memiliki libido
pada usia 41 tahun. Dan diketahui pada usia 46 tahun diketahui tinggi bapak A mencapai 23 m
dengan berat badan 129 kg.
1. Pengkajian
Data Subjektif:
1) Perubahan sensori terutama penglihatan
2) Sakit kepala bagian frontal dan temporal, nyeri pada sendi (atralgia), dan nyeri punggung
3) Riwayat perubahan pada wajah, tangan, dan kaki ; banyak keringat dan kulit tampak berlemak
4) Merasa cepat lelah, letargik, dan malas bergerak
5) Perubahan pada tingkah laku, misalnya cepat marah, cemas, dan khawatir tentang citra diri
6) Perubahan menstruasi pada wanita dan perubahan libido; impotensi dan infertilitas pada pria
7) Riwayat obat: kontrasepsi oral dan obat psikotropik
Anamnesis:
1) Penampilan wajah berubah
2) Tangan/kaki membesar
3) Nyeri kepala
4) Berkeringat
Pemeriksaan Fisik:
1) Dahi menonjol
2) Hidung lebar dan membesar
3) Lidah membesar
4) Rahang menonjol
5) Suara dalam
6) Tangan besar
7) Cek rambut badan yang kasar dan ginekomastia.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pengukuran kadar GH melalui radio immunoassay; kadarnya hanya meningkat pada penyakit

aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes toleransi glukosa standar. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh tingginya kadar hormon pertumbuhan atau IGF-I
(insulin-like growth factor I) dalam darah. Jika hasil pemeriksaan darah berada di daerah
perbatasan, maka kepada penderita diberikan sejumlah gula untuk melihat apakah kadar hormon
pertumbuhannya turun. Pada bukan penderita akromegali, kadar hormon pertumbuhan akan turun
setelah pemberian sejumlah gula. Pada penderita akromegali, kadar gula darah dan hormon
pertumbuhan tetap tinggi.
2) Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%).
3) Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur supraorbita,
dan rahang bawah. Lantai fosa hipofisis biasanya tampak mengalami erosi atau menjadiganda
pada tomogram tampak lateral Rontgen tulang tengkorak bisa menunjukkan penebalan tulang,
pembesaran sinus hidung dan pembesaran atau pengikisan sella tursika (struktur bertulang yang
mengelilingi hipofisa).
4) CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar.
5) Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang dista dan peningkatan jarak
rongga antara sendi hipertrofi kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal.
6) Kadar glukosa serum meningkat.
7) Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
s
2. Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Masalah
1
S : pasien mengeluh nyeri
O:
akromegali

Deformitas tulang belakang

nyeri
Nyeri
2.
S : Pasien merasa malu dengan orang lain.
O : Pasien cenderung diam, tidak banyak bicara dan kurang bersosialisasi dengan sekitar.
akromegali

Tumbuh menebal melebihi normal

Merasa malu

Gangguan citra tubuh


Gangguan citra tubuh.
3.
S:O : kurang informasi
Akromegali

Kurangnya informasi mengenai kelainan tersebut

Kurangnya pengetahuan
Kurang
pengetahuan

3. Diagnosa
Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial tumor
Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan, disfungsi seksual, masalah
mobilitas, dan masalah kemandirian
Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan komplikasi pengobatan b.d
kurang informasi yang tepat.
4. Intervensi
Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial tumor
Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang 3 X 24 jam
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang skala (01)
Ekspresi menyeringai (-)
Nadi : 60100 x/menit
Intervensi dan rasional:
Pantau rasa nyeri setiap 4 jam. Pakai skala untuk menilai rasa nyeri. Minta pasien memberi tahu
secara spesifik rasa nyeri dan menunjuk lokasi rasa nyeri.
R/ Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien
Tentukan waktu rasa nyeri itu timbul dan beri obat analgesik yang telah dipesan oleh dokter
sebelum rasa nyeri memuncak. Kaji efek analgesik.
R/ menghindari puncak periode nyeri/ coping emosi
Bantu pasien memakai tindakan non farmakologis untuk mengatasi rasa nyeri, misalnya
mengubah posisi dengan kepala ditinggikan, masase, mendengar lagu yang bisa menyenangkan,
distraksi, kompres hangat atau dingin.
R/ mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang sedang dirasakan.
Lakukan tindakan yangb bisa membantu pasien istirahat dan tidur.
R/ untuk meminimalis mobilisasi pasien biar nyeri berkurang.

Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan, disfungsi seksual, masalah
mobilitas, dan masalah kemandirian
Tujuan: Tidak ada gangguan citra tubuh
Kriteria Hasil: Pasien dapat mengungkapkan perasaan tentang perubahan fisik pada orang lain.
Intervensi dan rasional:
Kaji faktor- faktor yang bisa mengancam harga diri dan ungkapan pasien yang negatif mengenai
dirinya.
R/ mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri
Memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan
fisik.
R/ mengurangi beban perasaan
Bantu pasien mempertahankan seoptimal mungkin kemandirian dalam melakukan aktifitas hidup
sehari- hari dan kontrol pribadi.
R/ menimbulkan dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri
Bantu pasien mencari makna pengalaman penyakit-nya dan mengatasi situasi.
R/ untuk mengatasi masalah secara positif
Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan komplikasi pengobatan b.d
kurang informasi yang tepat.
Tujuan: Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita.
Kriteria Hasil:
Pasien memperlihatkan mulai menerima perubahan dalam karakteristik fisik dan kemampuan
fisik.
Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,dan perawatsan dirumah dan perawatan
tindak lanjut.
Intervensi dan rasional:
Beri konsep dasar proses penyakit.
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai peyakitnya
Hindari minum obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dokter terlebih dahulu
R/ Mencegah penyalahgunaan obat
Beri penjelasan tentang tujuan efek samping dan pengobatan
R/ meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pengobatan yang sedang dijalani
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi
IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila
peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak/remaja akan muncul sebagai
gigantisme.Penyebab terbanyak (95%) dari akromegali/gigantisme adalah adenoma hipofisis yang
mensekresi GH ; jarang sekali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik. Gambaran klinik ditentukan
oleh tingginya GH/IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi akromegal dan gigantisme
meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler
dan pernafasan. Pengobatan akromegali dan gigantisme lebih kompleks. Iradiasi hipofisis,

pembedahan kelenjar hipofisis untuk mengangkat tumor hipofisis, atau kombinasi keduanya, dapat
mengakibatkan penurunan atau perbaikan penyakit. Pengobatan medis dengan menggunakan
ocreotide, suatu analog somatostatin, juga tersedia. Ocreotide dapat menurunkan supresi kadar GH
dan IGF-1, mengecilkan ukuran tumor, dan memperbaiki gambaran klinis.Terapi yang paling tepat
untuk kelebihan hormone pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada hipofisis sedini
mungkin untuk mencegah efek negative darinya.
Untuk itu kita sebagai seorang perawat, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala
berbagai penyakit khususnya akromegali dan gigantisme agar kita dapat melaksanakan asuhan
keperawatan yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Artur C.2002.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, Askandar, dkk .1991. Simposium Nasional Perkembangan Mutakhir
Endokrinologi Metabolisme. Surabaya: PT. Organon Indonesia.
Greenspan, Francis S., dkk .2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
J. Corwin, Elizabet .2007. Buku Saku Patofisiologi Corwin ed 3. Jakarta: EGC.
European Journal of Endocrinology .2004. Epidemiology, clinical characteristics, outcome,
morbidity and mortality in acromegaly based on the Spanish Acromegaly Registry (Registro
Espan
ol
de
Acromegalia,
REA).
Avalaible
from:
http://www.ejeonline.org/content/151/4/439.full.pdf. accessed on September 22th 2011.
Baradero, Mary, dkk .2009. Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться