Вы находитесь на странице: 1из 2

ADAPTASI KAKEK-NENEK

Kakek-nenek merupakan leluhur, satu generasi lebih jauh pendiri atau pemula suatu keluarga.
Kakek-nenek adalah penghubung utama antar generasi (Horn, Manion 1985). Dengan adanya kehamilan,
hubungan antara pasangan dan orang tuanya mengalami perubahan menjadi lebih dekat. Pasangan merasa
nyaman ketika mendapat dukungan dan nasehat dari orang tuanya atas kebingugan dan kekhawatiran
dimasa kehamilan. Namun, calon kakek-nenek dapat menjadi sumber krisis maturasi bagi calon orangtua.
Terkadang calon ibunya disambut dengan kata-kata, Berani betul kamu lakukan itu kepada saya! Saya
belum siap untuk menjadi seorang nenek! saat mengumumkan kehamilannya. Baik anak wanita maupun
ibunya dapat menjadi terkejut dengan komentar tersebut dan merasa sakit hati. Sedangkan calon kakeknenek yang lain bukan hanya tidak mendukung, tetapi juga memakai cara-cara terselubung untuk
menekan percaya diri calon orang tua yang masih muda. Ibu mungkin membicarakan kehamilannya yang
sulit dulu, ayah mungkin membahas tentang pengeluaran yang tidak pernah berakhir untuk membesarkan
anak, dan mertua wanita mungkin akan mengeluhkan kurangnya perhatian anak lelakinya untuk orang
lain karena perhatiannya akan tercurah sepenuhnya kepada kehamilan menantunya.
Namun, kebanyakan kakek-nenek dengan sangat gembira menantikan kehadiran bayi baru dalam
keluarga. Hal ini akan membangkitkan kembali perasaan mereka saat mereka masih muda, rasa suka cita
menanti kelahiran dan menjadi orangtua baru sewaktu anak-anak masih bayi. Mereka mengingat kembali
saat bayi mereka pertama kali tersenyum, kata-kata dan langkah-langkah pertama, yang nantinya dapat
dipakai untuk mengakui bayi tersebut sebagai anggota keluarga. Rasa puas muncul karena ada kepastian
kelanjutan antara generasi terdahulu dan saat ini. Kakek-nenek adalah ahli sejarah yang dapat
menceritakan riwayat keluarga dan meneruskannya kepada keluarga saat ini. Kakek nenek juga
merupakan narasumber yang membagikan pengetahuannya berdasarkan pengalaman, orang yang menjadi
panutan, dan orang yang mendukung. Kehadiraan kakek-nenek dapat menguatkan sistem keluarga
melalui dukungan dengan memperluas lingkaran pendukung dan asuhan (Barrranti, 1985). Sumber
informasi lain tidak dapat menggantikan sumbangan unik yang diberikan kakek-nenek.
Riset terakhir menunjukkan pentingnya hubungan kakek-nenek dengan cucu. Kakek-nenek
berperan sebagai sumber potensial untuk keluarga. Orang tua berperan sebagai penengah dalam jalinan
hubungan kakek-nenek dan cucu (Greene, Polivka, 1985). Banyak wanita yang mengatakan bahwa
kehamilan menjembatani jarak antara mereka dengan ibu mereka. Kerenggangan hubungan yang muncul
pada masa remaja, lenyap seiring timbulnya rasa sukacita, perhatian, dan rasa cemas yang dahulu ibu
mereka alami sewaktu mengandung dirinya.

Supaya benar-benar berpusat pada keluarga, perawatan maternitas harus melibatkan kakek-nenek
dalam proses perawatan keluarga pasangan usia subur. Tetapi perlu adanya suatu pendekatan sejak awal
dan dibuat suatu kesepakatan mengenai apa yang dapat dilakukan berdasarkan pengalaman dan
perkembangan pengetahuan yang positif terhadap kehamilan dan perawatan bayi. Hal ini dilakukan untuk
mencegah adanya konflik antara pasangan dan orang tuanya karena pada umumnya, orang tua akan
berpegang pada pengalaman mereka, sedangkan pasangan mengacu pada perkembangan pengetahuan
yang mereka dapatkan dari lingkungan dan tenaga masyarakat. Salah satu solusi lain juga adalah dengan
mengikuti kelas untuk kakek-nenek. Kelas ini merupakan salah satu metode untuk memantapkan
penyesuaian diri terhadap peran kakek-nenek, mengikutsertakan kakek-nenek dalam sistem keluarga, dan
meningkatkan komunikasi antar generasi (Maloni, McIndoe, Rubenstein, 1987). Kecemasan dan
kekhawatiran kakek-nenek dan hubungan mereka dengan calon orangtua dan cucu juga harus dibahas
selama kursus untuk calon orangtua. Calon orang tua dapat menggunakan kesempatan ini untuk memulai
menyelesaikan konflik dan perbedaaan pandangan dengan orang tua mereka, suatu tugas yang dapat
membantu kemampuan mereka untuk berhubungan dengan anak-anak mereka sendiri.
(Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Maternitas.- Ed.4 Jakarta : EGC)

Вам также может понравиться