Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGANTAR
a. Latar Belakang
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti dengan
proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh
yang lain ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel
kanker (King, 2000). Salah satu kanker yang menduduki peringkat ketiga di
seluruh dunia setelah kanker paru-paru dan kanker payudara adalah kanker
kolorektal (Brown & DuBois, 2005; Parkin, 2001).
Berdasarkan pada data World Health Organization (WHO), diperkirakan
700.000 orang meninggal disebabkan oleh kanker kolorektal tiap tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 2.000 orang meninggal setiap hari. Kanker kolorektal
merupakan kanker yang dapat menyerang pria ataupun wanita dengan frekuensi
kejadian yang hampir sama, yaitu 9,5% pada pria dan 9,3% pada wanita dengan
perkiraan kasus baru di dunia sebanyak 401.000 pada pria per tahun dan 381.000
pada wanita per tahun. Sejak tahun 1975, jumlah kasus baru di dunia cenderung
meningkat secara cepat (Amaliafitri, 2010).
Kurkumin (1,7-bis(4-hidroksi-3-
antikanker
kurkumin
dilaporkan
berhubungan
dengan
senyawa
Aktivitas
kemopreventif
heksahidrokurkuminol.
hati,
sedangkan
kurkumin
sulfat,
tetrahidrokurkumin,
dan
diberikan secara oral pada tikus tidak menyebabkan efek samping dan 75%
diekskresikan melalui feses dalam bentuk kurkumin glukuronida dan sulfat.
Kadar kurkumin sangat kecil ditemukan dalam urin (Anand et al., 2007;
Wahlstrom & Blennow, 1978).
saluran pencernaan dan hati, kebanyakan diekskresikan dalam feses. Kolon yang
terpapar oleh kurkumin dan metabolitnya memungkinkan sebagai target aktivitas
antikanker. Selain itu, fakta bahwa manusia mampu mengkonsumsi hingga 8 g
per hari tanpa efek toksik membuat kurkumin sangat menarik sebagai bahan
kemopreventif (van Erk et al., 2004).
Dalam rangka mendukung pengembangan obat baru yang lebih poten dan
spesifik,
Rumpel
(1955)
telah
melakukan
sintesis
siklovalon
atau
Sardjiman (1997), Liang et al. (2008), dan Robinson et al. (2003) pada cell lines.
Hasil studi dari Sardjiman (1997) diperoleh senyawa analog kurkumin yaitu
Gamavuton-0 (GVT-0) [1,5-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)1,4-pentadien-3-on],
Pentagamavunon-0
(PGV-0)
siklopentanon],
Heksagamavunon-0
dan
[2,5-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksibenzilidin)(HGV-0)
[2,6-bis(4'-hidroksi-3'-
vivo sebagai antikanker. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan
untuk melihat aktivitas analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) sebagai
kemoprevensi pada model kanker kolorektal.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1.
2.
Apakah analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) pada dosis 20, 40,
dan 80 mg/kg BB dapat digunakan sebagai bahan kemoprevensif terhadap
kanker kolorektal secara in vivo dibandingkan dengan kurkumin sendiri?
3.
(GVT-0,
PGV-0, dan HGV-0) dengan dosis 20, 40, dan 80 mg/kg BB terhadap kanker
kolorektal secara in vivo?
3. Keaslian Penelitian
Kurkumin diketahui memiliki potensi sebagai bahan chemopreventive
secara in vitro maupun in vivo. Penggunaan kurkumin 1 M yang dikombinasi
dengan oxaloplatin 5 M dapat menghambat proliferasi pada cell line HT-29 (p53
mutant adenocarcinoma) (Howells et al., 2007).
Kurkumin dapat digunakan pada kemoprevensi malignan pada usus
manusia yang termutasi Adenomatus Polyposis Coli (APC) menggunakan model
adenoma pada tikus C57Bl/6J. Konversi dosis manusia ke tikus C57B1/6J dengan
konsentrasi 1,6 g per hari memiliki potensi kemoprevensi pada saluran usus
(Perkins et al., 2002). Kombinasi antara kurkumin dan katekin memberikan efek
sinergis terhadap kemoprevensi kanker kolon yang diinduksi 1,2-dimetilhidrazin
(DMH) dosis 20 mg/kg BB pada tikus jantan Wistar.
Di sisi lain,
kurkumin menghambat secara reversibel progresi siklus sel dari sel epitel
payudara normal (NME) dengan mengurangi ekspresi siklin D1 dan menghambat
kerjasamanya dengan Cdk4/Cdk6 sebaik penghambatan fosforilasi dan inaktivasi
protein retinoblstoma (Choudhuri et al., 2005; Hanif et al., 1997; van Erk et al.,
2004). Selain itu, kurkumin dapat menginduksi apoptosis pada human colon
cancer cell (HCT-116) tidak tergantung pada status p21 (Watson et al., 2008).
modulasi
metabolisme
asam
arakhidonat.
Kurkumin
juga
2,6-
10
11
proteosom dan pertumbuhan sel kanker kolon (HCT116) dan sel kanker pankreas
(BxPC-3), serta menginduksi apoptosis lebih baik dibanding kurkumin (Padhye et
al., 2009).
Analog kurkumin lainnya yaitu (1E,6E)-1,7-di-(2,3,4-trimetoksifenil)-1,6heptadien-3,5-dion dan (1E,6E)-metil 4-[7-(4-metoksikarbonil)fenil]-3,5-diokso1,6-heptadienil]benzoat menunjukkan aktivitas penghambatan yang tinggi
terhadap COX-1 dengan IC50 masing-masing 0,06 M dan 0,05 M jika
dibandingkan dengan IC50 kurkumin sendiri 50 M (Handler et al., 2007).
Sintesis analog kurkumin lainnya yaitu 1,5-difenil-1,4- pentadien-3-on dan
siklik dengan gugus OH pada posisi para di cincin fenil dan substitusi meta
menunjukkan bahwa analog tersebut dapat digunakan sebagai antioksidan dan
aktivitasnya meningkat dengan adanya substitusi gugus metoksi pada posisi meta
(Sardjiman et al., 1997).
[3,5bis(4-hidroksi-3-metoksi-5-metilsinamil)N-metilpiperidon]
dan
[3,5bis(4-
Kurkumin 4'-O--glikosida
menekan pembentukan antibodi IgE dan efek histamine dari sel mast peritonium
tikus sehingga dapat digunakan sebagai antialergi (Shimoda & Hamada, 2010).
12
secara
in
vivo
pada
tikus
Wistar
yang
diinduksi
1,2-
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kurkumin
Kurkumin merupakan salah satu isolat yang diperoleh dari tanaman
Curcuma sp. (Masuda et al., 1993; van der Goot, 1997) yang pertama kali
diisolasi oleh Vogel dan Pelletier pada tahun 1815 (van der Goot, 1997; Aggarwal
et al., 2006). Selanjutnya kurkumin dikristalisasi pertama kali oleh Daube pada
tahun 1870 dan elusidasi struktur kimia dilakukan oleh Lampe pada tahun 1910.
Sintesis kurkumin dilakukan pada tahun 1913 oleh Lampe dan Milobedzka.
Kurkumin
[1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion)
memiliki berat molekul 368,37 g/mol dengan struktur kimia seperti pada gambar 1
(Aggarwal et al., 2006).
O
H3 CO
OCH3
HO
OH
15
hati,
sedangkan
kurkumin
sulfat,
tetrahidrokurkumin,
dan
Kurkumin juga
16
vitro pada cell cultur dan in vivo pada hewan uji (Chauhan, 2002; Hatcher et al.,
2008; Cen et al., 2009; Bhaumik et al., 1999).
Penelitian yang
dilakukan oleh Wahlstrom & Blennow (1978) melaporkan juga bahwa pemberian
oral kurkumin 1 g/kg BB pada tikus galur Sprague-Dawley diekskresikan 75%
dalam feses. Sharma et al. (2001a) melaporkan bahwa kurkumin glukuronida dan
kurkumin sulfat tidak terdeteksi dalam plasma, jaringan atau feses. Garcea et al.
(2004) melaporkan bahwa kurkumin sulfat dan kurkumin glukuronida
teridentifikasi pada jaringan kolorektal dari pasien kanker kolorektal bermetastasi
17
di hati yang mengkonsumsi kapsul kurkumin dengan dosis 450 3600 mg.
Aplikasi
intravena
atau
intraperitoneal
akan
menghasilkan
metabolit
18
b. Gamavuton-0 (GVT-0)
Senyawa gamavuton-0 (GVT-0) adalah senyawa analog kurkumin yang
disintesis dengan mengubah
keton. Gamavuton 0 memiliki struktur dasar dienon yang simetris pada bagian
tengah yang menghubungkan dua cincin aromatis dan merupakan derivat aseton
yang telah diuji aktivitasnya dalam menghambat proliferasi sel endothelial yaitu
pada kadar 3 g/mL menunjukkan persen inhibisi 96,6% dan kadar 6 g/mL
menunjukkan persen inhibisi 97,7% (Robinson et al., 2003).
Gamavuton-0
merupakan
derivat
1,5-difenil-1,4-pentadien-3-on
OCH 3
HO
OH
19
c. Pentagamavunon-0 (PGV-0)
Pentagamavunon-0 (PGV-0) dikenal dengan nama kimia
2,5-
OCH 3
HO
OH
20
d. Heksagamavunon-0 (HGV-0)
Senyawa analog kurkumin yaitu siklovalon [2,6-bis(4'-hidroksi-3'metoksilbenzilidin)sikloheksanon] atau HGV-0 (gambar 4). Perbedaannya dengan
kurkumin hanya pada bagian tengah strukturnya. Kurkumin mengandung diketon sedangkan HGV-0 memiliki posisi yang sama sebagian aseton yang
tergabung dalam cincin sikloheksanon. Studi sebelumnya telah dilakukan pada
aktivitas biologis HGV-0 terutama pada efek koleretiknya terhadap tikus dan
marmut (Hayun, 1995; Sardjiman, 2000).
Pemberian per oral HGV-0 dosis 300 500 mg per hari dapat
memperbaiki fungsi hepar.
bermanfaat mengobati penyakit kandung empedu, ikterus, dan pasca hepatitis dan
kolesistektomi. Namun obat ini tidak diindikasikan untuk mengeluarkan batu
empedu dari saluran empedu karena aktivitas koleretik HGV-0 relatif lemah
(Hayun, 1995).
Heksagamavunon-0
juga
memiliki
aktivitas
antiinflamasi
melalui
antiinflamasi
prostaglandin
dengan
yang
diarahkan
menghambat
pada
penghambatan
siklooksigenase
dengan
biosintesis
Inhibition
21
O
OCH3
CH3O
HO
OH
Gambar 4. Struktur HGV-0 (Sardjiman, 1993)
Ikatan
22
radikal bebas fenoksi, meningkatkan efek penangkal radikal bebas dan antitumor
(Youssef & El-Sherbeny, 2005).
Kurkumin stabil pada pH di bawah 6,5. Ketidakstabilan kurkumin pada
pH di atas 6,5 disebabkan oleh gugus metilen aktif. Hilangnya gugus metilen
aktif dan satu gugus karbonil pada 1,4-pentadien-3-on dapat menghasilkan
senyawa yang lebih stabil dan masih memiliki aktivitas antioksidan. Seri analog
sikloheksanon dan siklopentanon menunjukkan aktivitas antioksidan, ditunjukkan
dengan adanya faktor
1997a). Adanya gugus keto dan ikatan rangkap pada rantai tengah kurkumin dan
analognya (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) diduga berperan dalam aktivitasnya
sebagai kemoprevensi terhadap kanker kolorektal.
f. Kanker Kolorektal
Kanker pada dasarnya merupakan penyakit sel yang ditandai oleh
pergeseran mekanisme kontrol yang menentukan proliferasi dan diferensiasi sel.
Sel tersebut berproliferasi berlebihan dan membentuk tumor lokal yang dapat
menekan atau menginvasi struktur normal berdekatan.
sel-sel dalam tumor ini
23
2000). Kanker atau tumor ganas dibedakan dari tumor jinak karena kecepatan
pertumbuhan sel kanker tinggi, aktivitas mitotiknya tinggi, pertumbuhan bersifat
infiltratif dan mampu membentuk metastasis, biasanya tidak teratur dan
diferensiasinya rendah (Bosman et al., 1999).
Sel kanker memperlihatkan ciri yang berbeda dengan sel normal, yaitu:
1. Sel normal memerlukan kontak dengan permukaan lingkungan ekstraseluler
agar dapat tumbuh, sedangkan sel kanker tumbuh dengan bebas.
2. Sel normal memberikan tanggapan terhadap adanya sel-sel lain dan dalam
biakan akan membentuk lapisan pelindung terhadap kontak dengan
penghambat, sedangkan sel kanker tidak.
3. Sel kanker bersifat kurang melekat dibanding sel normal, artinya pertautan
antar sel pada sel-sel penyusun kanker kurang terikat erat satu dengan yang
lain dibanding sel normal.
4. Sel normal menghentikan perkembangannya pada saat mencapai kerapatan
tertentu, tetapi sel kanker terus berkembang biak (Yuswanto & Sinaradi,
2000).
5. Sel kanker mempunyai kemampuan invasi ke jaringan lain dan masuk ke
peredaran darah karena didukung oleh kemampuan melepaskan diri dari sel
lain dan menempel pada jaringan lain, sehingga dapat membentuk koloni di
jaringan tersebut (Hanahan & Weinberg, 2000).
6. Sel kanker kehilangan kemampuan melakukan apoptosis (program bunuh diri
sel), sehingga sel tersebut terus bertambah.
24
655.000 kematian di dunia per tahun (WHO, 2006). Kanker kolorektal umumnya
terjadi pada individu usia 50 tahun atau lebih. Etiologi untuk kebanyakan kasus
kanker usus besar tampaknya berhubungan dengan faktor lingkungan. Penyakit
terjadi lebih sering pada populasi dengan sosial ekonomi yang tinggi yang hidup
di daerah perkotaan (Isselbacher et al., 1999).
Kira-kira 60% kejadian dari semua kanker usus terjadi pada bagian
rektosigmoid, sehingga tidak dapat teraba pada pemeriksaan rektum atau terlihat
pada sigmoidoskopi. Sekum dan kolon asendens merupakan tempat berikutnya
yang paling sering diserang. Kolon transversa dan fleksura merupakan bagian
yang memiliki kemungkinan terserang yang paling kecil (Price & Wilson, 1995).
Kanker kolorektal ditemukan dua pertiga pada kolon kiri dan sepertiganya
pada kolon kanan (gambar 5). Sebagian besar kanker kolorektal ditemukan pada
rektum sebesar 51,6%, selanjutnya diikuti oleh kolon sigmoid 18,8%, kolon
descendens 8,6%, kolon transversum 8,06%, kolon ascendens 7,8%, dan
multifokal 0,28%.
25
menunjukkan bahwa sekitar 60% dari kanker kolorektal ditemukan pada rektum,
hal ini juga terlihat di Cina sekitar 80% kanker kolorektal terdeteksi di rektum
(Fahlevi, 2008).
Kanker kolon banyak timbul dari polip adenomatus di dalam kolon. Polip
ini tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
cincin anular.
sedangkan polip/polipoid atau lesi yang datar sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens.
adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat mensekresi mukus yang
jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar secara infiltratif langsung ke
struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui pembuluh
limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon dan melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis
relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
26
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe (Price &
Wilson, 1995; King, 2000).
Gejala-gejala paling sering kanker usus besar adalah perubahan kebiasaan
defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan. Tanda
dan gejalanya berbeda-beda menurut tempat kanker dan sering dibagi menjadi
kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar (Price & Wilson, 1995).
Penyakit inflamasi segmen kolon (kolitis, divertikulitis) atau tumor kolon
menyebabkan nyeri yang bisa dirasakan pada bagian bawah abdomen di antara
umbilikus dan pubis, pada daerah midlumbal, atau pada keduanya. Jika sangat
hebat, nyeri bisa mempunyai suatu distribusi seperti sabuk mengelilingi tubuh.
Suatu lesi kolon transversum atau bagian pertama kolon desendens bisa sentral
atau di sisi kiri, dan batas penjalarannya ke bagian belakang tubuh adalah pada
vertebra lumbal kedua sampai ketiga. Jika kolon sigmoid terkena, nyeri terasa
lebih rendah, pada daerah sakral atas dan pada bagian depan pada garis tengah
daerah suprapubik atau kuadran kiri bawah abdomen (Isselbacher et al., 1999).
Karsinoma kolon kiri dan rektum cenderung menyebabkan perubahan
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.
kembung sering terjadi karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul
gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mukus
maupun darah segar sering terlihat pada feses, dapat terjadi anemia akibat
kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai
atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau
27
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut (Price
& Wilson, 1995).
Karsinoma kolon kanan, isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar
hingga lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan
darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes guaiak. Mukus jarang
terlihat karena tercampur dalam feses (Price &Wilson, 1995).
Sebanyak 25% pasien dengan kanker kolorektal dapat mempunyai riwayat
keluarga penyakit tersebut menunjukkan predisposisi herediter.
Kanker usus
besar yang diturunkan ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama: sindroma
poliposis dan sindroma nonpoliposis (Isselbacher et al., 1999).
Poliposis koli (yaitu poliposis kolon familial) merupakan keadaan yang
jarang yang ditandai dengan munculnya ribuan polip adenomatosa di seluruh usus
besar. Keadaan ini diturunkan dengan cara dominan autosomal; pasien tertentu
tanpa riwayat keluarga diperkirakan mengembangkan poliposis akibat mutasi
spontan. Penelitian molekuler telah menghubungkan poliposis koli dengan delesi
lengan panjang kromosom 5 (gen APC). Hilangnya materi genetik ini (yaitu
kehilangan alele) menyebabkan tidak adanya gen penekan tumor yang
memproduksi protein yang secara normal akan menghambat
neoplastik (Isselbacher et al., 1999).
pertumbuhan
nonpoliposis yang berhubungan dengan mutasi gen dalam memperbaiki gen DNA
seperti hMSH2 dan hMLH1 (McPhee et al., 2000).
28
Gambar 6. Familial Adenomatus Polyposis (FAP) pada wanita 18 tahun dengan permukaan
mukosa dipenuhi oleh polip adenoma yang sangat banyak (Fahlevi, 2008)
Kesalahan
penempatan lokasi kromosom DCC jelas terlihat, kesalahan yang nyata adalah gen
terdekat, SMAD4, yang terlibat dalam jalur penanda untuk pembentukan faktor
pertumbuhan (TGF-). Tumour Growth Factor (TGF-) merupakan suatu
penghambat pertumbuhan, menyebabkan perbedaan sitokin jadi hilangnya signal
transduksi dari faktor ini dapat menyebabkan promosi tumor.
29
sebagai inisiator atau kombinasi dua bahan kimia bertindak sebagai inisiatorpromotor. Model ini telah banyak digunakan dalam tahap pra-klinik in vivo untuk
menguji keberhasilan dari bahan kemoprevensi. Dalam beberapa tahun terakhir
model
eksperimental
hewan
telah
dikembangkan
untuk
mempelajari
Induksi 1,2-dimetilhidrazin
30
kolon
untuk
studi
kemoprevensi.
Pertama,
percobaan
DMH/AOM mirip yang terjadi pada manusia, termasuk progresi Abberant Crypt
Foci (ACF) ke adenoma (polip), dan akhirnya terbentuk karsinoma.
Ketiga,
31
elektron dari polip dan karsinoma pada kolon yang diinduksi 3-2-dimetil-4aminodifenill pada tikus menunjukkan kemiripan antara tumor kolon pada
manusia dengan tikus (Spjut & Smith, 1967).
histologis dari neoplasma epitel yang diinduksi secara kimia pada tikus, mirip
dengan manusia dan anjing (Lingeman & Garner, 1972). Perkembangan tumor
dalam duodenum dan usus kecil jarang terjadi pada manusia, tetapi pada hewan
menunjukkan frekuensi kejadian tinggi pada bagian ini (Pozharisski, 1973).
3. Karsinogenesis Kolorektal
Pertumbuhan kanker merupakan proses mikroevolusioner yang dapat
berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun (Albert et al., 1994). Proses
pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis, dimulai dari satu sel kanker yang
memperbanyak diri dan membentuk satu koloni kecil dalam jaringan yang sama.
Selanjutnya perubahan genetik (misalnya aktivasi onkogen) terjadi dalam koloni
sel yang abnormal dan menjadi tumor ganas (Schneider, 1997).
Proses karsinogenesis terjadi melalui beberapa fase yang meliputi fase
inisiasi, fase promosi, fase progresi, dan metastasis.
Fase
32
malignan,
yang
membutuhkan
tambahan
sifat
metastasis
juga
kumparan checkpoint mitosis adalah kritikal dalam proses ini untuk memastikan
bahwa proliferasi sel hanya mengikuti replikasi yang tepat dan mengatur materi
genetik (Worthley et al., 2007).
Terdapat dua kategori utama dari ketidakstabilan genomik dalam kanker
kolorektal. Ketidakstabilan kromosomal [chromosomal instability (CIN)] yang
33
banyak terjadi pada kanker kolorektal, perubahan genetik ini terjadi melalui
akumulasi jumlah atau struktur ketidaknormalan kromosomal (aneuploid)
(Rajagopalan & Lengauer, 2004). Tipe ketidakstabilan genomik lainnya adalah
ketidakstabilan
mikrosatelit
[microsatellite
instability
(MSI)],
yang
34
35
36
Dengan
dengan foki invasif, dan 50 75% pada kanker kolorektal (Leslie et al., 2002).
Mills (2005), menyatakan bahwa protein p53 fungsional menstabilkan kerusakan
DNA yang merupakan faktor transkripsi pada kanker kolorektal. Hal ini bertindak
untuk meningkatkan ekspresi gen penghambat siklus sel, memperlambat siklus sel
dan memberi waktu yang cukup untuk perbaikan DNA. Ketika kerusakan genetik
terlalu besar untuk diperbaiki, p53 menginduksi gen pro-apoptosis.
d. Siklooksigenase (COX)
Dua jenis COX yang merupakan isoform yang ditemukan hingga saat ini
yaitu COX-1 dan COX-2 yang keduanya memiliki aktivitas yang sama sebagai
katalase sintesis prostanoid dari asam arakidonat.
diekspresi secara nyata oleh hampir seluruh jaringan tubuh mamalia, sedangkan
COX-2 hanya sebagian saja dan dalam level yang rendah atau tidak terdeteksi.
Level ekspresi COX-1 pada umumnya konstan dan hanya akan ada kenaikan
sedikit bila ada stimulasi dari faktor pertumbuhan atau selama masa deferensiasi.
Ekspresi COX-2 biasanya akan lebih banyak karena adanya rangsangan dari
mitogen, sitokin, dan tumor promoter yang bisa diakibatkan oleh adanya
kerusakan sel atau bentuk stres sel lainnya (DeWitt, 1991; Dubois et al., 1998).
Perbedaan fungsi COX-1 dan COX-2 dapat dilihat pada gambar 8.
COX-1 memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga prosesproses fisiologis pada berbagai jaringan atau organ. Misalnya pada ginjal, COX-1
berfungsi untuk menjaga elastisitas pembuluh darah sehingga proses filtrasi dapat
37
38
adanya overekspresi bcl2 (Sheng et al., 1998), di samping itu overekspresi COX-2
pada sel-sel kanker kolon juga ikut memacu proses angiogenesis sehingga akan
mempermudah berkembangnya kanker (King, 2000). Peristiwa ini disebabkan
karena produk katalisis COX -2 akan memacu aktivasi faktor angiogenik (Chan et
al., 1998).
Gambar 8. Perbedaan Fungsi COX-1 dan COX-2 (Surh & Kundu, 2005)
39
g. Landasan Teori
Kurkumin merupakan antioksidan yang poten sebagai penangkal berbagai
radikal terhadap radikal hidroksil, nitrogen, superoksida, dan oksigen dari proses
biologis yang terjadi di dalam tubuh, serta inhibitor lipid peroksidasi yang
terinduksi berbagai agen selular atau asing (Rao, 1997). Selain itu, kurkumin
juga memiliki aktivitas antiinflamasi dan berpotensi sebagai antikanker karena
kemampuannya menghambat COX.
40
Dengan
uraian
rumusan
masalah
dan
landasan
teori
yang
41
Kurkumin(in
(invitro):
vitro):
Kurkumin
Antoksidan
- -Antoksidan
Antiiinflamasi
- Antiiinflamasi
Antibakteri
- Antibakteri
Analog Kurkumin:
Antikanker
- -Antikanker
- aktivitas
lebih bagus
- in vitro :
Antioksidan, antiinflamasi,
antibakteri, antifungi,
antiangiogenesis
genetika
diet
epidemiol
ogi
Molekular
Genetik:
APC
K-ras
Kanker Kolorektal
P53
COX-2
42
Kanker
Epitel normal
dari kolon
Kolorektal
Displasia
Adenoma
BAB III
CARA PENELITIAN
a. Bahan
43
c. Jalannya Penelitian
44
kemoprevensi in vivo hasil sintesis GVT-0, PGV-0, dan HGV-0 dengan model
kanker kolorektal pada tikus.
1. Sintesis GVT-0, PGV-0 dan HGV-0 (Sardjiman, 2000)
1.1. Sintesis GVT-0
Vanilin (38,5 g;0,25 mol), (27,75 ml;0,38 mol) aseton, 3,5 ml HCl pekat.
Aduk pada suhu -10oC (dalam lemari pendingin) selama 1 jam, kemudian pada
suhu kamar selama 2 jam. Setelah didiamkan selama 8 hari (warna menjadi
coklat), campuran tersebut dicuci dengan air:etanol (1:0,57) sampai terbentuk
warna jingga.
dikeringkan.
1.2. Sintesis PGV-0
Vanilin (15,4 g; 0,1 mol) dalam Erlenmeyer ditambah siklopentanon (4,4
ml; 0,05 mol) diaduk sampai homogen pada suhu 25 30 oC. Ditambahkan 2,0 ml
HCl pekat bertetes-tetes, kemudian pengadukan dilanjutkan selama 1 jam (sampai
memadat). Hasil didiamkan selama 2 hari pada suhu kamar, kemudian diisolasi
dengan maserasi campuran asam asetat glasial air (1:1), kemudian disaring
dengan cepat dalam keadaan dingin dan dilanjutkan dengan campuran asam asetat
glasial air sampai warna hijau tua hilang. Dicuci dengan air panas sampai bebas
asam dan dikeringkan.
1.3. Sintesis HGV-0
45
46
badan
47
Kompleks antigen-antibodi
.
3.5. Perlakuan dengan Senyawa Kurkumin dan Analognya
Tikus Wistar (130 ekor) dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1 (kontrol
positif) yang diberikan injeksi DMH.2HCl. Kelompok 2, 3, 4, dan 5 dilakukan
hal yang sama dengan kelompok 1 dengan pemberian senyawa kurkumin dan
analognya (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) sebanyak 20, 40, 60 mg/kg bobot badan
yang dibuat suspensi dengan Na CMC 0,5% diberikan per oral dan dibuat segar
setiap perlakuan. Kelompok 5 (kontrol negatif) yang diinjeksi subkutan (s.c)
dengan larutan fisiologis 1 ml. Tikus pada kelompok 1 dan 5diberikan akuades
secara per oral. Bobot badan seluruh hewan ditimbang satu kali seminggu sampai
48
akhir pemberian injeksi DMH, dan setiap minggu sampai akhir perlakuan pada
minggu ke-5. Hewan dibedah pada minggu ke-25. Kolon dikeluarkan dan dibuka
secara longitudinal, dibersihkan dengan PBS, dimasukkan dalam formalin 10%,
dikeringkan dan ditanam dalam parafin, bagian dengan ketebalan 5 m diproses
untuk analisis histopatologi.
Skema/alur kerja pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 10.
d. Analisis Data
Berat badan analisisnya dengan multi factor random design (Split Splot)
49
Sintesis analog
kurkumin
Induksi 1,2dimetilhidrazin.2HCl
Kelompok 1
DMH
Uji kemurnian
KLT
Elusidasi
struktur
Kelompok 2*
Kelompok 3*
Kelompok 4*
Kelompok 5
20 mg/kg BB
40 mg/kg BB
60 mg/kg BB
Larutan NaCl
50
Makroskopik
Mikroskopik
fisiologis
- jumlah nodul
Diberikan
Analog
2xseminggu- derajat kerusakan jaringan
- area (PxL)
- ekspresi protein
hari kemudian
p.o selama
kurkumin
251minggu
Jadwal Penelitian
KEGIATAN
Waktu (Bulan)
5
6
7
8
10
11 12
Persiapan
penelitian:
Alat
dan
Bahan
Sintesis
dan
51
pengukuran
perhitungan
tetapan kimiafisika
Uji aktivitas
antikanker
kolorektal (in
vivo)
Analisis Data
52