Вы находитесь на странице: 1из 8

I.

PENGERTIAN CORPORATE GOVERNANCE


Corporate governance merupakan sebuah system yang mengarahkan dan mengontrol sebuah
perusahaan, dan merupakan sebuah jalan dalam perusahaan dalam mengatur dan memastikan
bahwa semua pemegang saham finansial mendapatkan bagian mereka secara adil dan merata.
Corporate Governence tercipta dari tuntutan masyarakat seiring dengan berjalannya waktu.
Pemeran kunci dalam corporate governance :

Manager, adalah Pihak yang menempati posisi strategis karena pengetahuan &
pengambilan keputusan sehari-hari mereka.
Direksi, adalah Pihak yang memegang otoritas formal & legal mengenai seluruh
kebijakan perusahaan.
Pemegang Saham, baik individu maupun entitas yang mempunyai taruhan terbesar
dalam perusahaan karena merekalah pemiliknya.
Karyawan, khususnya yang tergabung dalam serikat buruh / yang memiliki sebagian
saham karena mereka ikut pula dalam penentuan kebijakan perusahaan.
Pemerintah, pihak yang terlibat melalui regulasi, undang-undang, dan pemberian izinizin untuk kegiatan tertentu.
Kreditor, pihak yg memberi utang pada perusahaan, sedikit banyak mempunyai
pengaruh & mempengaruhi kebijakan perusahaan

II. PRINSIP CORPORATE GOVERNANCE OLEH OECD (Organisation for


Economic Cooperate and Development)
Terdapat beberapa prinsip-prinsip yang diatur oleh OECD mengenai corporate governance,
diantaranya berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate governance
Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan
Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham
Peran stakeholder dalam corporate governance
Disklosur dan transparansi
Tanggung jawab pengurus perusahaan.

Dari keenam prinsip-prinsip tersebut terbentuklah suatu tatanan yang baik dan ideal untuk
sebuah perusahaan dalam mengatur aktivitas dalam kegiatan usahanya.
1. Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate governance
Struktur tata kelola perusahaan harus mempromosikan pasar yang transparan dan efisien,
konsisten dengan aturan hukum dam secara jelas mengartikulasikan pembagian tanggung
jawab diantara supervisor, regulasi, dan badan penegak yang berbeda.
o Struktur pembentukan CG harus dikembangkan dengan memperhatikan dampak
yang diterima dari aspek ekonomi keseluruhan, integritas pasar, dan insentif demi
membentuk pasar yang efisien.
o Kebutuhan legalitas dan aturan yang berhubungan dengan perusahaan dalam
suatu jurdiksi tertentu harus konsisten dangan hukum dan transparan.
1

o Pengawasan dan regulator harus mempunyai otoritas, integritas dan sumberdaya


yang memenuhi kewajiban mereka secara professional dan objektif.
2. Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan
Kerangka kerja corporate governance harus mampu melindungi hak-hak pemegang
saham, berupa :
o Hak-hak untuk memperoleh metode yang aman atas pencatatan
kepemilikan,melakukan pemindahan saham,memperoleh informasi mengenai
perusahaan,memberi pendapat & suara dalam rapat umum pemegang
saham,memilih anggota dewan direksi & dewan komisaris, & mendapatkan laba
perusahaan.
o Hak untuk memperoleh informasi & berpartisipasi secara memadai menyangkut
perubahan perusahaan secara fundamental.
o Hak untuk memperoleh informasi mengenai hak khusus pemegang saham tertentu
yang memberikan hak pengendalian secara tdk seimbang
3. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham
Prinsip yang menjelaskan adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang
saham, yaitu :
o Semua pemegang saham dari kelompok yang sama harus diperlakukan sama dan
adil.
o Praktik-praktik seperti inside trading & self-dealing, yang bersifat
penyalahgunaan wewenang & kesempatan harus dilarang
o Setiap kemungkinan / potensi conflict of interest harus diungkap secara terbuka
4. Peran stakeholder dalam corporate governance
Dalam kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder, yaitu:
o Hak-hak stakeholder yang diakui secara hukum harus dihargai
o Pelanggaran atas hak-hak mereka harus mendapatkan ganti rugi
o Apabila stakeholder ikut dalam pengawasan corporate governance, maka mereka
harus mendapatkan informasi yang cukup.
5. Disklosur dan transparansi
Struktur CG harus memastikan pengungkapan yang dibuat secara akurat dan tepat waktu
sesuai dengan semua elemen termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan
pengelolaan perusahaan, mencakup :
o Pengungkapan
menyangkut
hasil
keuangan,operasi
perusahaan,tujuan
perusahaan,kepemilikan saham,anggota dewan direksi.
o Informasi harus disiapkan & diaudit sesuai standar yang ditentukan.
o Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen untuk mendapatkan
keyakinan obyektif.
o Saluran penyebaran informasi harus memberi akses yang wajar,efisien,tepat
waktu untuk pemakai yang relevan.
6. Tanggung jawab pengurus perusahaan
2

Struktur CG harus memastikan panduan strategy untuk perusahaan, monitoring yang


efektif terhadap menejemen oleh dewan direksi, dan akuntabilitas direksi terhadap
perusahaan dan pemegang saham.
o Anggota dewan bertindak dengan dasar informasi yg lengkap,beritikad baik,serta
atas penelitian yang cermat,hati-hati,dan paling baik bagi kepentingan pemegang
saham.
o Dewan direksi harus menjamin ketaatan atas hukum yang berlaku dan
mempertimbangkan kepentingan stakeholder.
o Dewan direksi harus memenuhi tugas utama pengelolaan perusahaan dengan
good corporate governance
o Dewan direksi harus mempunyai akses terhadap informasi yang
akurat,relevan,tepat waktu.
III.PRINSIP COOPERATE GOVERNANCE OLEH KNKG
1. AKUNTABILITAS: Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN : Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan
masyarakat luas.
3. DAYA TANGGAP: Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan
terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME: Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan
pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya
terjangkau.
5. EFISIENSI & EFEKTIVITAS: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal &
bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam
memperoleh informasi.
7. KESETARAAN: Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN: Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas &
mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa
memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI: Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak langsung.
3

10. PENEGAKAN HUKUM: Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
IV. KODE GOOD GOVERNANCE OLEH KNKG
Bagian ini membahas Kode corporate governance Indonesia untuk memastikan apakah Kode ini
didisain sebagai instrumen untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi BUMN.
Versi terakhir dari Kode corporate governance Indonesia yang telah dipublikasikan oleh Komite
Nasional Governance pada tanggal 17 Oktober 2006 (National Committe on Governance 2006),
terdiridari 8 bab, yakni Penciptaan Situasi Kondusif untuk Melaksanakan Good Corporate
Governance; Asas Good Corporate Governance; Etika Bisnis dan Etika Perilaku; Organ
Perusahaan; Pemegang Saham; Pemangku Kepentingan; Pernyataan tentang Penerapan Pedoman
GCG; dan Pedoman Praktis Penerapan GCG.
Kode ini merupakan prinsip dasar pelaksanaan corporate governance di Indonesia, yang berlaku
bagi seluruh perusahaan, tidak tergantung tipe dan ukurannya. Ini merupakan standar minimum
corporate governance Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penjabaran lanjutan oleh Komite
untuk membuat Kode yang lebih spesifik bagi perusahaan industri tertentu dan kemudian mesti
diikuti oleh perusahaanperusahaan dengan membuat Kode di masing-masing perusahaan sebagai
manual perusahaan.

Penciptaan Situasi Kondusif untuk Melaksanakan Good Corporate Governance


Kode ini memperkenalkan apa yang disebut dengan inter-related pillars, yakni
pemerintah sebagai regulator atau pengambil kebijakan, komunitas bisnis sebagai pelaku
pasar dan masyarakat sebagai pengguna hasil produk dan layanan dari komunitas bisnis.
Oleh karena itu. Kode ini mewajibkan pemerintah, komunitas bisnis dan masyarakat
bekerja secara simultan sebagai governance tripod.
Peran pemerintah sebagai regulator atau pengambil kebijakan telah diakomodasi di dalam
Kode yang menjelaskan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab melahirkan hukum
dan aturan aturan relevan lainnya yang mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat,
efisien dan transparan, disamping menegakkan hukum dan aturan yang dibuatnya.

Asas Good Corporate Governence


Transparansi, akuntabiliti, responsibiliti, independensi dan kesetaraan (fairness) adalah
prinsip umum Kode ini. Kecuali prinsip kesetaraan, prinsip-prinsip umum Kode
Indonesia tidak berbeda dengan prinsip-prinsip umum corporate governance Negara
lainya, contohnya prinsip corporate governance OECD (OECD 2004).
Kode ini menyarankan perusahaan dalam menjalankan aktifitas agar memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip
kesetaraan. Kesetaraan maksudnya adalah sebuah perusahaan harus memberikan
kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk menyatakan pendapatnya demi

kepentingan perusahaan dan perusahaan harus memberikan pelayanan yang setara kepada
seluruh pekerja tanpa diskriminasi.

Etika Bisnis dan Pedoman Berprilaku


Kode ini menyarankan perusahaan untuk memiliki seperangkat pedoman perilaku yang
akan menjadi acuan bagi organ perusahaan dan karyawan dalam mengimplementasikan
nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis, yang diharapkan menjadi bagian dari budaya
perusahaan. Kode ini kemudian juga merincikan prinsip dasar yang mesti dibuat oleh
sebuah perusahaan yakni nilainilai perusahaan, etika bisnis, dan Kode perilaku.

Organ Perusahaan
Sebagai salah satu negara pengikut tradisi civil law, Indonesia menjalankan struktur twotier. Konsekuensinya, tiga entitas rapat umum pemegang saham, dewan komisaris dan
dewan direksi, harus ada dalam sebuah perusahaan. Pembuat Kode percaya bahwa
masing-masing organ memiliki peran penting dalam mengimplementasikan prinsip
corporate governance.

Pemegang Saham
Secara umum, Kode menyatakan bahwa sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham
mesti memperhatikan hak dan tanggung jawabnya dalam perusahaan sesuai dengan
hukum dan aturan lainnya serta anggaran dasar perusahaan. Menurut Kode, pemegang
saham dalam mengoperasionalkan hak dan tanggung jawab mereka harus memperhatikan
keberlanjutan perusahaan dan sebaliknya perusahaan juga harus menjamin terpenuhinya
seluruh hak-hak dan kewajiban pemegang saham berdasarkan penanganan yang setara
sesuai dengan hukum, regulasi dan anggaran dasar perusahaan.

Pemangku Kepentingan
Isu pemangku kepentingan juga diatur oleh Kode. Yang disebut sebagai pemangku
kepentingan adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan
mendapatkan pengaruh secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional
perusahaan, termasuk di dalamnya karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat tempatan.
Kode menegaskan bahwa tidak boleh ada tindakan diskriminatif terhadap karyawan
berdasarkan suku agama, golongan dan gender. Di samping itu, Kode menyarankan agar
antara perusahaan dan mitra bisnis menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Juga,
perusahaan peduli dengan kepetingan masyarakat, terutama masyarakat tempatan serta
masyarakat pengguna produk dan jasa perusahaan.

Pernyataan tentang Penerapan Pedoman CG


Kode ini menganut sistem voluntary. Sebagaimana yang disampaikan di bagian atas,
voluntary model adalah sistem dimana perusahaan dibolehkan untuk tidak mematuhi
prinsip yang disediakan oleh pembuat Kode asal saja perusahaan tersebut menjelaskan
pilihannya itu. Secara rinci Kode menjelaskan bahwa dalam laporan tahunan perusahan
mesti dimuat pernyataan tentang implementasi corporate governance yang mesti
didukung oleh laporan yang menjelaskan tentang struktur perusahaan, mekanisme kerja,
disamping informasi lainnya tentang penerapan corporate governance.
5

Pedoman Praktis Penerapan CG


Kode mendeklarasikan bahwa pelaksanaan corporate governance perlu dilakukan secara
sistimatis dan berkesinambungan. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan membutuhkan
pedoman praktis sebagai acuan dalam menerapkan corporate governance. Menurut
pembuat Kode, pedoman praktis tersebut setidaknya memuat: visi, misi dan nilai-nilai
perusahaan; kedudukan dan fungsi organ perusahaan; kebijakan untuk memastikan fungsi
setiap organ perusahaan berjalan efektif; kebijakan untuk memastikan terlaksananya
akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif dan pelaporan keuangan yang benar;
pedoman perilaku yang berdasarkan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis; sarana
pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya;
dan kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi
prinsip good corporate governance
.
V. Manfaat dan Prasyarat Penerapan Good Corporate Governance
Manfaat dari penerapan good corporate governance ini diharapkan adanya peningkatan
kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan
dan peraturan yang berlaku.
Menurut Mas Ahmad Daniri dalam bukunya yang berjudul Good Corporate Governance:
Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Bahasa Indonesia, jika perusahaan menerapkan GCG
secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara lain:

2.

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Mengurangi biaya modal (cost of capital).
3. meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata publik dalam jangka panjang.
4. menciptakan dukungan para stakeholders dalam lingkungan perusahaan terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan.
Secara umum, menurut Indra Surya dalam bukunya yang berjudul Penerapan Good
Corporate Governance: mengesampingkan hak-hak istimewa demi Kelangsungan Usaha,
penerapan GCG secara konkret memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:

1.
2.

5.

Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing


Mendapatkan cost of Capital yang lebih murah
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari Stakholders terhadap perusahaan.
Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Untuk menciptakan keberhasilan dalam penerapan GCG, maka diperlukan syarat-syarat
tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mas Ahmad Daniri dalam bukunya yang
berjudul Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia,
adalah sebagai berikut :
6

Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua faktor
yang memegang peranan, faktor eksternal dan faktor internal.
Kedua jenis faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, antara lain:
a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b) Adanya dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Cleane Government
menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat yang dapat menjadi standar
pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat.
e) Adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana
perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal
dari dalam perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme dan sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Adanya berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG .
c) Adanya manajemen pengendalian resiko perusahaan yang didasarkan pada kaidahkaidah standar GCG.
d) Terdapatnya sistem audit yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap
penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
f) Kualitas, skill, kredibilitas dan integritas berbagai pihak yang menggerakan
perusahaan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penerapan good corporate governace bukan
untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung
tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus sebagai alat untuk mencapai kemenangan dalam
persaingan global.

Вам также может понравиться