Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Manager, adalah Pihak yang menempati posisi strategis karena pengetahuan &
pengambilan keputusan sehari-hari mereka.
Direksi, adalah Pihak yang memegang otoritas formal & legal mengenai seluruh
kebijakan perusahaan.
Pemegang Saham, baik individu maupun entitas yang mempunyai taruhan terbesar
dalam perusahaan karena merekalah pemiliknya.
Karyawan, khususnya yang tergabung dalam serikat buruh / yang memiliki sebagian
saham karena mereka ikut pula dalam penentuan kebijakan perusahaan.
Pemerintah, pihak yang terlibat melalui regulasi, undang-undang, dan pemberian izinizin untuk kegiatan tertentu.
Kreditor, pihak yg memberi utang pada perusahaan, sedikit banyak mempunyai
pengaruh & mempengaruhi kebijakan perusahaan
Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate governance
Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan
Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham
Peran stakeholder dalam corporate governance
Disklosur dan transparansi
Tanggung jawab pengurus perusahaan.
Dari keenam prinsip-prinsip tersebut terbentuklah suatu tatanan yang baik dan ideal untuk
sebuah perusahaan dalam mengatur aktivitas dalam kegiatan usahanya.
1. Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate governance
Struktur tata kelola perusahaan harus mempromosikan pasar yang transparan dan efisien,
konsisten dengan aturan hukum dam secara jelas mengartikulasikan pembagian tanggung
jawab diantara supervisor, regulasi, dan badan penegak yang berbeda.
o Struktur pembentukan CG harus dikembangkan dengan memperhatikan dampak
yang diterima dari aspek ekonomi keseluruhan, integritas pasar, dan insentif demi
membentuk pasar yang efisien.
o Kebutuhan legalitas dan aturan yang berhubungan dengan perusahaan dalam
suatu jurdiksi tertentu harus konsisten dangan hukum dan transparan.
1
10. PENEGAKAN HUKUM: Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
IV. KODE GOOD GOVERNANCE OLEH KNKG
Bagian ini membahas Kode corporate governance Indonesia untuk memastikan apakah Kode ini
didisain sebagai instrumen untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi BUMN.
Versi terakhir dari Kode corporate governance Indonesia yang telah dipublikasikan oleh Komite
Nasional Governance pada tanggal 17 Oktober 2006 (National Committe on Governance 2006),
terdiridari 8 bab, yakni Penciptaan Situasi Kondusif untuk Melaksanakan Good Corporate
Governance; Asas Good Corporate Governance; Etika Bisnis dan Etika Perilaku; Organ
Perusahaan; Pemegang Saham; Pemangku Kepentingan; Pernyataan tentang Penerapan Pedoman
GCG; dan Pedoman Praktis Penerapan GCG.
Kode ini merupakan prinsip dasar pelaksanaan corporate governance di Indonesia, yang berlaku
bagi seluruh perusahaan, tidak tergantung tipe dan ukurannya. Ini merupakan standar minimum
corporate governance Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penjabaran lanjutan oleh Komite
untuk membuat Kode yang lebih spesifik bagi perusahaan industri tertentu dan kemudian mesti
diikuti oleh perusahaanperusahaan dengan membuat Kode di masing-masing perusahaan sebagai
manual perusahaan.
kepentingan perusahaan dan perusahaan harus memberikan pelayanan yang setara kepada
seluruh pekerja tanpa diskriminasi.
Organ Perusahaan
Sebagai salah satu negara pengikut tradisi civil law, Indonesia menjalankan struktur twotier. Konsekuensinya, tiga entitas rapat umum pemegang saham, dewan komisaris dan
dewan direksi, harus ada dalam sebuah perusahaan. Pembuat Kode percaya bahwa
masing-masing organ memiliki peran penting dalam mengimplementasikan prinsip
corporate governance.
Pemegang Saham
Secara umum, Kode menyatakan bahwa sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham
mesti memperhatikan hak dan tanggung jawabnya dalam perusahaan sesuai dengan
hukum dan aturan lainnya serta anggaran dasar perusahaan. Menurut Kode, pemegang
saham dalam mengoperasionalkan hak dan tanggung jawab mereka harus memperhatikan
keberlanjutan perusahaan dan sebaliknya perusahaan juga harus menjamin terpenuhinya
seluruh hak-hak dan kewajiban pemegang saham berdasarkan penanganan yang setara
sesuai dengan hukum, regulasi dan anggaran dasar perusahaan.
Pemangku Kepentingan
Isu pemangku kepentingan juga diatur oleh Kode. Yang disebut sebagai pemangku
kepentingan adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan
mendapatkan pengaruh secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional
perusahaan, termasuk di dalamnya karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat tempatan.
Kode menegaskan bahwa tidak boleh ada tindakan diskriminatif terhadap karyawan
berdasarkan suku agama, golongan dan gender. Di samping itu, Kode menyarankan agar
antara perusahaan dan mitra bisnis menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Juga,
perusahaan peduli dengan kepetingan masyarakat, terutama masyarakat tempatan serta
masyarakat pengguna produk dan jasa perusahaan.
2.
1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Mengurangi biaya modal (cost of capital).
3. meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata publik dalam jangka panjang.
4. menciptakan dukungan para stakeholders dalam lingkungan perusahaan terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan.
Secara umum, menurut Indra Surya dalam bukunya yang berjudul Penerapan Good
Corporate Governance: mengesampingkan hak-hak istimewa demi Kelangsungan Usaha,
penerapan GCG secara konkret memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:
1.
2.
5.
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua faktor
yang memegang peranan, faktor eksternal dan faktor internal.
Kedua jenis faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, antara lain:
a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b) Adanya dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Cleane Government
menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat yang dapat menjadi standar
pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat.
e) Adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana
perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal
dari dalam perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme dan sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Adanya berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG .
c) Adanya manajemen pengendalian resiko perusahaan yang didasarkan pada kaidahkaidah standar GCG.
d) Terdapatnya sistem audit yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap
penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
f) Kualitas, skill, kredibilitas dan integritas berbagai pihak yang menggerakan
perusahaan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penerapan good corporate governace bukan
untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung
tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus sebagai alat untuk mencapai kemenangan dalam
persaingan global.