Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam struktur penerimaan Negara, penerimaan perpajakan mempunyai
peranan yang sangat strategis dan merupakan sumber utama penerimaan dalam
negeri

untuk

menopang

pembiayaan

penyelenggaraan

pemerintah

dan

pembangunan nasional. Penerimaan perpajakan telah memberikan sumbangan


yang sangat berarti dalam penyediaan sumber dana bagi pembiayaan berbagai
program penanggulangan krisis ekonomi.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang menaungi Direktorat
Jenderal Pajak terus berusaha agar rencana penerimaan pajak yang telah
ditetapkan tiap tahunnya dapat terus tercapai. Peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan perpajakan terus disempurnakan agar pajak dapat
lebih diterima oleh masyarakat.
Dalam penerimaan pajak saat ini kenyataannya belum sesuai dengan
harapan pemerintah, disebabkan karena Wajib Pajak dalam membayar kewajiban
pajaknya tidak tepat waktu dan bahkan tidak sedikit pengusaha yang tidak
melaporkan usahanya sehingga penerimaan pajak tidak

dapat

maksimal,

padahal melihat keadaan yang sebenarnya di wilayah Surakarta banyak badan


usaha yang telah berdiri dan telah melaksanakan kegiatan usaha. Permasalahan
lain yang timbul adalah masih banyak terdapat kekeliruan yang berasal dari
Wajib Pajak itu sendiri. Kekeliruan tersebut seperti Wajib Pajak kurang teliti
dalam menghitung jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar atau PPh
Kurang Bayar sehingga penerimaan pajak tidak sesuai target yang telah
ditetapkan. Selain kurang bayar masalah lain yaitu Lebih bayar pajak hal ini
terjadi apabila jumlah pajak yang telah dibayar (kredit pajak) lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak

seharusnya terutang. sehingga mengakibatkan lebih bayar pajak. Dalam kasus ini
membutuhkan prosedur panjang dalam proses pengembalian kelebihan pajak nya
(Restitusi).
Restitusi

merupakan

Prosedur

yang

disediakan

pemerintah

atas

pegembalian kelebihan jumlah pajak yang disetor. Pengembalian kelebihan


pembayaran pajak dapat diperoleh dengan cara pengajuan permohonan restitusi
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian berjudul Mekanisme Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak (Restitusi) di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surakarta
B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui mekanisme pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (Restitusi) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
2. Untuk mengetahui kriteria-kriteria Wajib Pajak yang didahulukan
pengembalian pajak nya.
3. Untuk mengetahui dokumen apa saja yang diperlukan dalam
kelengkapan surat pengajuan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak.
4. Untuk mengetahui permasalahan mengenai lebih bayar pajak.
C. Manfaat Masalah
a. Bagi Mahasiswa :
1. Mendapat ketrampilan untuk melaksanakan program kerja pada
Instansi.
2. Mendapat pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi
dunia kerja.
3. Mengetahui secara mendalam mengenai perpajakan selain apa
yang telah diajarkan dalam kegiatan perkuliahan.

4. Melatih mahasiswa agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan


dan melatih kerjasama kelompok pada saat melakukan sebuah
pekerjaan.
b. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Lembaga dapat menjalin kerjasama dengan dunia usaha.
Praktek Kerja Lapangan dapat mempromosikan keberadaan Akademik
di tengah-tengah dunia kerja.
c. Bagi Tempat PKL
Institusi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang
berwawasan akademi dari Praktek Kerja Lapangan tersebut. Dunia
kerja tersebut akan memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan
bidangnya.

Kemudian

laporan

praktek

kerja

lapangan

dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai situasi


umum institusi tempat praktek tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Jenis Pajak
Pengolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di
Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat yang dalam hal ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Segala pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak Pusat akan
dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak.
Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
meliputi :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4) Bea Materai
b. Pajak Daerah
Pajak

Daerah

adalah

pajak-pajak

yang

dikelola

oleh

Pemerintah Daerah baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pengadministrasian

yang

berkaitan

dengan

Pajak

Daerah

akan

dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah.


Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1) Pajak Kendaraan bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok
6) Pajak Hotel
7) Pajak Restoran
8) Pajak Hiburan
9) Pajak Penerangan Jalan
10) Pajak Parkir
2. Asas Pengenaan Pajak
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh Negara sebagai asas
dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak. Asas utama
yang paling sering digunakan oleh Negara sebagai landasan untuk
mengenakan pajak adalah:
a. Asas Domisili
Berdasarkan asas ini Negara mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan,
apabila untuk kepentingan perpajakan orang pribadi tersebut
merupakan penduduk yang berdomisili dinegara itu.
b. Asas Sumber
Pengenaan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang diterima atau

diperoleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumbersumber yang berada di Negara itu.
c. Asas Kebangsaan
Dalam asas ini yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan.
B. Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak,objek
pajak dan atau harta dan kewajiban. Menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. SPT Masa
SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan
atas pembayaran pajak pada masa tertentu (bulanan). Terdapat 9 jenis SPT
Masa, yang meliputi SPT Masa untuk melaporkan pembayaran bulanan :
a. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
b. PPh Pasal 22
c. PPh Pasal 23
d. PPh Pasal 25
e. PPh Pasal 26
f. PPh Pasal 4 ayat 2
g. PPh Pasal 15
h. Pungutan PPN
i. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)

2. SPT Tahunan
SPT yang digunakan untuk Pelaporan tahunan.terdapat dua jenis SPT
Tahunan yaitu :
a.SPT Tahunan WP Orang Pribadi (OP)
b. SPT Tahunan PPh WP Badan
Bagi

WP

Surat

Pemberitahuan

berfungsi

sebagai

sarana

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah


pajak yang sebenarnya terhutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam1
( satu ) tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan
objek pajak.
c. Harta dan kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu )
Masa Pajak, yang ditentukan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku
C. Peraturan Menteri Keuangan No.198/PMK.03/2013 tentang
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi
Wajib Pajak Yang Memenuhi Persyaratan Tertentu
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
atau seharusnya tidak terutang.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang kepada
7

Direktorat

Jenderal

permohonan

Pajak

dengan

mencentang/mengisi

kolom

pada lembar SPT. setelah mengajukan permohonan

pengembalian atas kelebihan pajak diterima oleh Direktorat Jenderal


Pajak selanjutnya mereka menindak lanjuti dengan penelitian :
a. Kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya.
b. Kebenaran penulis dan perhitungan pajak.
c. Kebenaran kredit pajak atau pajak masukan berdasarkan sistem
aplikasi Direktorat Jenderal Pajak.
d. Kebenaran pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Dalam hal restitusi atas SPT LB tersebut diajukan oleh Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu, Direktorat Jenderal Pajak setelah
melakukan

penelitian

harus

menerbitkan

Surat

Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat


15hari kerja untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 1 bulan untuk WP
Badan sejak permohonan diterima. Tata cara penerbitan SKPPKP :
a. Meneliti apakah WP patuh mengajukan surat pernyataan tidak
menghendaki

diterbitkan

Surat

Keputusan

Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)


b. Memastikan SPT LB yang dilaporkan WP patuh sudah dilakukan
proses Penelitian dan direkam dalam Aplikasi Sistem Informasi
Perpajakan.
c. Membuat nota perhitungan SKPPKP sesuai dengan SPT LB WP
patuh yang telah diedit dan direkam.apabila SPT LB belum dapat
direkam maka nota penghitungan SKPPKP dibuat berdasarkan hasil
penelitian dengan syarat SPT LB harus segera direkam apabila
komputer sudah dapat merekam.
d. Menerbitkan SKPPKP paling lambat 1 bulan untuk PPh, 1 bulan
untuk PPN, 15hari kerja untuk WP OP dan 1bulan untuk WP Badan
sejak permohonan diterima secara lengkap.
8

e. Memproses SKPPKP sebagaimana proses SKPLB


f. Melakukan konfirmasi atas kredit pajak yang diperhitungkan dalam
SPT LB.
Setelah menerbitkan SKPPKP tersebut Dirjen Pajak masih melakukan
pemeriksaan Kriteria tertentu yaitu : (Pasal 2 PMK-198/PMK.03/2013)
a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
c. Wajib Pajak badan yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); atau
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih bayar restitusi dengan
jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Selain pemeriksaan Kriteria tertentu Peraturan Menteri Keuangan
nomor 74/PMK.03/2012 telah menentukan juga kriteria-kriteria Wajib Pajak
Patuh. Kriteria kepatuhan disini lebih kepada kepatuhan formal yang
dilakukan oleh Wajib Pajak. Berikut kriteria Wajib Pajak Patuh :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang


perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Namun mulai 1 Juni 2015 PMK No. 74/PMK.03/2012 tidak lagi
digunakan. Proses verifikasi ini hanya digunakan apabila Wajib Pajak
Orang Pribadi SPTLB nya lebih dari Rp. 10.000.000,00 dan Wajib Pajak
Badan yang SPTLB nya lebih dari Rp.100.000.000,00.
Selain memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 PMK-198/PMK.03/2013, pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak harus didasarkan pada analisis risiko yang
pedomannya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 3 ayat (1)
PMK-198/PMK.03/2013)
Analisis risiko ini harus mempertimbangkan perilaku dan
kepatuhan Wajib Pajak yang dapat berupa:
a. Kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan;
b. Kepatuhan dalam melunasi utang pajak; dan
c. Kebenaran Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, dan Tahun Pajak sebelum-sebelumnya.
D. Peraturan Menteri Keuangan No.10/PMK.03/2013 tentang Tata
Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak Yang
Seharusnya Tidak Terutang
1.

Kondisi yang Dapat Menjadi Dasar Pengajuan Permohonan


Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan

Nomor

10/PMK.03/2013 Pasal 2, permohonan pengembalian kelebihan


pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, dapat diajukan
dalam hal:
a. Terdapat pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang bukan
merupakan obyek pajak yang terutang atau yang seharusnya
tidak terutang.
10

b. Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang


mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar
daripada pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut.
c. Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan
merupakan obyek pajak
d. Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang
terkait dengan pajak-pajak dalam rangka impor.
2.

Dokumen untuk mengajukan permohonan


a. Asli bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Pajak
atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan
Surat Setoran Pajak
b. Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang
c. Alasan permohonan pengembalian atas kelebihan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

E. Mekanisme Penghitungan sesuai dengan Akuntansi Perpajakan


Pada akhir tahun fiskal, Wajib Pajak akan menentukan pajak
penghasilan sebenarnya didasarkan pada laba atau rugi pada tahun itu
dan menentukan apakah pajak penghasilan kurang bayar atau lebih
bayar.
1.
Pajak penghasilan kurang bayar : Jumlah pajak penghasilan yang
dibayar sepanjang tahun fiskal kurang dari kewajiban pajak yang
sebenarnya. Dalam hal ini, Wajib Pajak akan mendebit Beban
Pajak Penghasilan (untuk jumlah kurang bayar) dan kredit untuk
2.

Hutang Pajak Penghasilan.


Kelebihan pembayaran pajak penghasilan : Jumlah pajak
penghasilan yang dibayarkan lebih dari kewajiban pajak. Dalam
hal ini, Wajib Pajak akan mendebit Pajak penghasilan Dibayar di
Muka dan kredit untuk Beban Pajak Penghasilan.

F. Strategi Lebih Bayar menurut Tax Planing


Dalam hal estimasi menunjukkan PPh Badan Lebih Bayar, dan
dengan

alasan

tertentu
11

perusahaan

bermaksud

menghindari

pemeriksaan, maka strateginya adalah menunda transaksi yang akan


menghasilkan laba dan mempercepat pengakuan biaya. Sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia, PPh Badan Lebih
Bayar akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum diberikan
pengembalian kelebihan tersebut ke perusahaan.
Dari perspektif perusahaan sebagai Wajib Pajak, kecuali dalam
keadaan terpaksa, perusahaan pada umumnya menghindari PPh Badan
Lebih Bayar yang akan mengundang pemeriksaan yang cukup menyita
waktu, tenaga dan biaya. Perencanaan PPh Badan akhir tahun yang
menghasilkan pajak terutang lebih kecil dari tahun sebelumnya.juga
menguntungkan dari sisi time value of money karena terdapat
penundaan pembayaran pajak secara riil.

12

BAB III
DESKRIPSI INSTITUSI
A Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta telah ada sejak lama dengan
berbagai nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta berstatus sebagai kantor Dinas Luar Tingkat I ( KDL. Tk. I )
Surakarta di bawah wewenang Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta. Pada tahun
1966, karena semakin banyaknya jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan
pajak, Kantor Dinas Luar ( KDL. Tk. I ) Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor
Inspeksi Keuangan ( KIK ) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I
Klaten. Istilah Kantor Inspeksi Keuangan Surakarta berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tentang
organisasi dan tata kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta
tipe A dengan wilayah kerja yang meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP )
Pratama Surakarta. KPP Pratama Surakarta terletak di jalan Kyai Haji Agus Salim
No.1 Surakarta. Dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan
Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I , Kantor Wilayah
DJP Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Surakarta mulai beroperasi
sejak tanggal 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta sudah
meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu:
a

Kecamatan Laweyan

13

Kecamatan laweyan terkenal sejak dulu hingga kini, karena statusnya


sebagai kampung batik, penduduknya sejak dulu banyak yang menjadi
produsen dan pedagang batik. Kampung batik Laweyan adalah salah satu
sentra pariwisata batik di kota Solo yang terus berbenah.
b

Kecamatan Jebres
Kecamatan Jebres memiliki potensi daerah dan penyumbang
penerimaan pajak diwilayah ini diantaranya berasal dari sector
perdagangan dan persewaan gedung.

Kecamatan Serengan
Potensi daerah dan penyumbang penerimaan pajak di wilayah ini
diantaranya berasal sari sektor industri dan perdagangan seperti pakaian,
bahan bangunan, dan spare part kendaraan.

Kecamatan Pasar Kliwon


Potensi daerah dan peyumbang penerimaan pajak diwilayah ini
diantaranya berasal dari sektor industri dan perdagangan produk-produk
kain, batik dan pakaian.

Kecamatan Banjarsari
Potensi daerah dan penyumbang penerimaan pajak di wilayah ini
diantaranya berasal dari sektor industri, perdagangan, hotel dan kost.
Pembentukan KPP Pratama di seluruh Indonesia tahun 2007-2008.

Perubahan yang dilakukan meliputi struktur Organisasi, Proses Bisnis,


teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen
sumber daya manusia. Perbaikan dalam Struktur DJP terefleksi pada karakter
kantor modern antara lain adanya Account Representative ( AR ) untuk
pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi
oleh komite kode etik pegawai dan sistem penggajian yang lebih baik.
1

Lokasi KPP Pratama Surakarta


14

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berlokasi di jalan


Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon (0271)
717522/718400/720821,

Fax.

(0271)

728436,

Homepage

DJP

www.pajak.go.id.
2

Tugas Pokok KPP Pratama Surakarta


Melakukan kegiatan operasional dibidang pajak Negara di wilayah
Surakarta berdasarkan undang-undang perpajakan dan peraturan yang berlaku.
Adapun pajak-pajak yang dimaksud adalah Pajak Penghasilan( PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).
Selain itu tugas pokok KPP Pratama Surakarta adalah melaksanakan
pelayanan, pengawasan administrative, dan pemeriksaan sederhana terhadap
Wajib Pajak.

Fungsi KPP Pratama Surakarta


a

Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi


perpajakan,penyajian informasi,perpajakan, pendataan objek dan
subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan dan


pengolahan Surat Pemberitahuan, serta Penerimaan Surat lainnya.

Penyuluhan perpajakan.

Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

Pelaksanaan Ekstensifikasi

Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak

Pengawasaan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

Pelaksanaan konsultasi perpajakan


15

Pelaksanakan intensifikasi

Pembetulan ketetapan pajak

m Pelaksanaan administrasi kantor


n

Penerbitan surat ketetapan pajak

Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa


serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN,
dan Pajak tidak langsung lainnya.

Melakukan urusan penagihan,penyelesaian,keberatan dan restitusi


pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak tidak langsung
lainnya.

Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta


a

Visi
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang menyelenggarakan system
administrasi perpajakan yang dapat dibanggakan.

Misi
Memberikan pelayanan terbaik dan mencapai target yang telah
ditetapkan dengan dukungan teknologi informasi dan Sumber Daya
Manusia yang handal.

Janji Pelayanan
16

Handal

Memberikan kemampuan terbaik sesuai standar

Dapat Dipercaya

yang telah ditetapkan institusi.


Dapat memberikan kepercayaan kepada Wajib
Pajak, bahwa pelayanan yang diberikan telah sesuai

Ramah

dengan ketentuan yang berlaku.


Memberikan pelayanan dengan ramah melalui

Bebas KKN

Senyum, Salam, dan Sapa.


Pelayanan diberikan tanpa adanya Korupsi, Kolusi,

Nyaman

Nepotisme.
Interaksi dan pelayanan menjadi suatu proses yang

Inovatif

nyaman bagi Wajib Pajak.


Kreatif dan selalu berusaha untuk menciptakan
peluang/ cara baru dalampenyelesaian masalah.

B Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta


Dalam setiap Instansi baik pemerintah maupun swasta perlu ditetapkan
sebuah Struktur Organisasi. Struktur organisasi mengambarkan dengan jelas
pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Selain itu digunakan untuk
mengatasi status dan kedudukan pegawai serta menetapkan kelancaran
jalannya pelaksanaan proses pekerjaan masing-masing karyawan. Susunan
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta terdiri dari :

17

18

C. Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta


1. Kepala Kantor
Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama adalah sebagai berikut:
a

Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan


Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah.

Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan


pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi
keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial


dalam rangka instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan


pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak
berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan


tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran
PBB dan BPHTB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak
serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Bagian Umum
Adapun tugas dan tanggung jawab Bagian Umum Kantor Pelayanan
Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
a

Menyelenggarakan

pengurusan

surat-surat

masuk

atau

berkas

dokumen yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


b

Menyelenggarakan

penyusunan

surat

keluar

agar

komunikasi

administrasi berjalan dengan lancar.


c

Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan


kembali surat atau dokumen yang diperlukan.

Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.


19

Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan pengangkatan Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan pangkat


pegawai golongan II/d kebawah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala sesuai


ketentuan yang berlaku.

h
3

Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan calon peserta diklat.

Seksi Pelayanan.
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
a

Mengkoordinasikan

penerimaan

dan

penatausahaan

surat-surat

permohonan dari wajib pajak dan surat lainnya.


b

Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT Tahunan


PPh berikut aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh oleh wajib pajak dan
penatausahaan SPT Tahunan yang telah diterima kembali.

Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk meningkatkan


motivasi dan prestasi pegawai.

Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi Pelayanan


sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

Seksi Ekstensifikasi
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Ekstensifikasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
a Pelaksanaan dan penatausaha pengamatan potensi perpajakan
b

Pendataan objek dan subyek pajak

Penilaian objek pajak

Kegiatan ekstensifikasi perpajakan


20

Seksi Pengolahan Data dan Informasi


Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pengolahan Data dan
Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut:

Pengumpulan dan pengolahan data

Penyajian informasi perpajakan

Peekaman dokumen perpajakan

Urusan tata usaha penerimaan perpajakan

Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

Penyiapan laporan kinerja

Seksi Pengawasan dan Konsultasi


Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut:
a

Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak. Melalui


pemanfaatan data dan Sistem Administrasi perpajakan terpadu (SAPT)
atau Sistem Informasi DJP (SIDJP)

Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak

Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak

Rekonsiliasi data Wajib pajak dalam rangka intensifikasi

Memonitor Penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan

Membantu Wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi


masalah perpajakan

Seksi Pemeriksaan
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pemeriksaan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut:

Penyusunan rencana pemeriksaan

Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan


c

Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat pelaksanaan pemeriksaan pajak)


21

Seksi Penagihan
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Penagihan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan dan penatausahaan secara aktif

Piutang pajak

Penundaan angsuran tunggakan pajak


d

Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihihan dengan surat


paksa

Kelompok Jabatan fungsional


Fungsional pemeriksa adalah jabatan fungsional yang diberikan
kepada petugas pemeriksa. Pemeriksa pajak terdiri atas beberapa tim
pemeriksa yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.

D. Kegiatan Praktek Kerja Akuntansi


1
Jadwal Magang
Dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan, mahasiswa diwajibkan
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Penulis ditempatkan di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Kegiatan magang ini
dimulai pada tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 28 Agustus 2015. Kegiatan
PKL ini di laksanakan pada hari Senin sampai Jumat , sesuai dengan jadwal
para pegawai di KPP Pratama Surakarta, yaitu mulai pukul 07.30 WIB sampai
Pukul 17.00 WIB.
2

Uraian Kegiatan
a Deskripsi Bidang Kerja pada bagian Fungsional Pemeriksa
Pada hari pertama PKL ,Penulis langsung di tunjuk dan di
tempatkan di bagian Fungsional Pemeriksa. Fungsional pemeriksa
merupakan bagian yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak ketika ada SP yang dikeluarkan.
22

Pegawai pajak yang berada didalam kelompok fungsional


pemeriksa ini layaknya auditor yang berkerja untuk Negara (dibawah
Direktorat Jendral Pajak). Kelompok fungsional ini bekerja ketika SP
diterima. Pemeriksaan pajak dilakukan dengan melihat laba bersih
yang dihasilkan, apakah layak dengan asset, biaya dan penjualan
ataupun pembelian yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi wajib
pajak.
Dalam bidang Fungsional Pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan
dengan tujuan untuk menguji Kepatuhan :
1
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan
2

pengembalian kelebihan pembayaran pajak.


Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan

kelebihan pembayaran pajak.


Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang

menyatakan rugi tidak lebih bayar.


Wajib Pajak melakukan pengabungan ,peleburan, pemekaran,
likuidasi,pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia

untuk selama-lamanya.
Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode

pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali.


Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan analisis risiko

Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang


terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis
resiko.

Kegiatan Mahasiswa di bagian Fungsional Pemeriksa

23

Penulis melaksanakan kegiatan PKL di KPP Pratama Surakarta


mulai tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 28 Agustus 2015. Hal-hal
yang dilakukan penulis selama PKL di KPP Pratama Surakarta yaitu :
1
Menyusun buku besar biaya berdasarkan pengeluaran kas
( buku besar kas) sesuai dengan post-post nya masing-masing
2

disertai dengan bukti fisik dari Wajib Pajak yang di periksa.


Input biaya pengeluaran selama 1 periode sesuai dengan bukti

pengeluaran kas tahun 2010.


Mengklarifikasi bukti potong PPh 23

dilaporkan sendiri dengan yang dilaporkan oleh lawan.


Mengklarifikasi PPN masukan dan PPN Keluaran tahun 2012

yang dilaporkan sendiri dengan yang dilaporkan oleh lawan


Input bukti fisik dokumen bulan Agustus dan September 2011

untuk keperluan banding data wajib pajak di Surakarta.


Input SPT Wajib Pajak Orang Pribadi (formulir 1700) selama

4 tahun untuk kepentingan Audit.


Input SPT Wajib Pajak Badan ( formulir 1771) selama 3

8
9

tahun untuk keperluan Audit


Meneliti bukti soft file dari Wajib Pajak dengan bukti fisik
Meneliti kebenaran data yang diberi perusahaan dengan bukti

tahun 2013 yang

fisik yang ada tahun 2010 Wajib Pajak di Surakarta.


10 Rekam General Leader (GL) berdasarkan bukti fisik
11 Membuat Analisis horizontal untuk keperluan Audit.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Fungsional Pemeriksa
Pelaporan SPT yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yaitu SPT
Lengkap. SPT lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT Induk dan
lampirannya telah diisi dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh
Wajib Pajak atau kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta

24

keterangan dan/atau dokumen yang disyaratkan. Tetapi Permasalahan yang


dihadapi bagian fungsional pemeriksaan saat penulis melakukan Praktek Kerja
Lapangan adalah terjadi nya Lebih Bayar pajak, hal ini terjadi akibat jumlah pajak
yang telah dibayar (kredit pajak) lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang,
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Bagi
Direktorat Jenderal Pajak, khususnya KPP, terhadap SPT Wajib Pajak dengan
kasus seperti di atas akan diproses melalui pemeriksaan rutin oleh fungsional.
Bisa dibayangkan bila semua SPT LB dengan nominal kecil mengalami kasus
yang serupa sehingga pemeriksa pajak harus melakukan proses pemeriksaan rutin
hal ini dilakukan sebelum adanya PMK No.198/PMK.03/2013.
Tentu saja fokus pemeriksaan khusus terhadap Wajib Pajak yang jarang
diperiksa oleh fungsional pemeriksa akan menjadi lebih fokus. Pemeriksa tidak
akan disibukkan kembali dengan kegiatan pemeriksaan rutin lebih bayar. Terlebih
lagi bila nominal lebih bayar dalam SPT LB tersebut kecil sehingga opportunity
cost yang dikeluarkan tidak sebanding dengan waktu dan biaya pemeriksaan yang
dilakukan. sehingga pemeriksaan rutin LB dengan nominal kecil ini dapat
dipangkas, diharapkan pemeriksa pajak akan lebih fokus melakukan pemeriksaan
dalam rangka penggalian potensi perpajakan. Selain itu, dengan adanya kepastian
hukum dan percepatan penyelesaian SKPPKP/ SKPPLB seperti ini diharapkan
akan mampu meningkatkan pelayanan serta memenuhi hak-hak Wajib Pajak.
Tata cara (prosedur) pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak
(restitusi pajak) adalah sebagai berikut:
1.

Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke


Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat.

2.

Direktorat

Jenderal

Pajak

setelah

melakukan

pemeriksaan,

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

25

a. Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang.
b. Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak
terutang yang dipungut oleh Pemungut PPN , maka jumlah
pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran setelah
dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut
c. Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari
jumlah

pajak

yang

terutang,

atau

telah

dilakukan

pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.


3.

SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12


(dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap,
kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan
Direktur Jenderal Pajak.

4.

Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi,


Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka
permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dirumuskanlah Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 198 tahun 2013 yang menunjukkan skema Wajib Pajak yang
dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
berdasarkan persyaratan tertentu:
1.

Wajib Pajak Orang Pribadi tidak menjalankan usaha/ pekerjaan


bebas yang menyampaikan SPT lebih bayar restitusi dengan tidak
ada batasan lebih bayar.

26

2.

Wajib Pajak Orang Pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan


bebas menyampaikan SPT lebih bayar restitusi jumlah lebih bayar

3.

maksimal RP. 10.000.000,00


Wajib Pajak Badan menyampaikan SPT LB restitus maksimal RP.

4.

100.000.000,00
PKP menyampaikan SPT Masa PPN LB Restitusi maksimal
Rp.100.000.000,00

Selain memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal


2 PMK-198/PMK.03/2013 Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak harus didasarkan pada analisis resiko yang pedomannya ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 3 ayat (1) PMK-198/PMK.03/2013)
Analisis risiko ini harus mempertimbangkan perilaku dan kepatuhan Wajib
Pajak yang dapat berupa:
d. Kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan;
e. Kepatuhan dalam melunasi utang pajak; dan
f. Kebenaran Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, dan Tahun Pajak sebelum-sebelumnya.

B. Sebab terjadinya Lebih Bayar


Menurut Peraturan Menteri Keuangan Pasal 2 No.10/PMK.03/2013
yang menyebabkan terjadinya lebih bayar pajak yaitu :
1.
Terdapat pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang bukan merupakan
2.

objek pajak yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang


Terdapat
kesalahan
pemotongan
atau
pemungutan

yang

mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar


3.

daripada pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut


Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan

4.

merupakan objek pajak


Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang terkait
dengan pajak-pajak dalam rangka impor.
27

C. Solusi Permasalahan
Pembayaran PPh yang dilakukan dimuka selama tahun pajak berjalan
baik melalui pelunasan sendiri maupun pelunasan oleh pihak lain yang
menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran PPh terutang setelah dihitung
kembali pada akhir tahun pajak tentu akan mengakibatkan terjadi in-efisiensi
bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
Kelebihan pembayaran PPh ini dapat pula mengganggu likuiditas
finansial Wajib Pajak karena untuk proses pengembalian kelebihan bayar PPh
ini harus dilakukan melalui proses verifikasi atau pemeriksaan. Proses
verifikasi atau pemeriksaan dapat memakan waktu antara 1 (satu) bulan
hingga 1 (satu) tahun sejak SPT Tahunan PPh yang menyatakan kelebihan
pembayaran PPh tersebut disampaikan secara lengkap ke Kantor Pelayanan
Pajak ditambah lagi waktu maksimal 1 bulan untuk proses transfer kelebihan
bayar PPh hasil dari verifikasi atau pemeriksaan tersebut ke rekening Wajib
Pajak.
1.

Solusi sesuai dengan Ketentuan Perpajakan


Wajib Pajak dapat mencegah terjadinya kelebihan pembayaran PPh
karena pelunasan yang dilakukan sendiri maupun pelunasan yang dilakukan
oleh pihak lain melalui pemotongan dan pemungutan ini dengan cara
sebagaimana diatur dalam ketentuan perpajakan, sebagai berikut:
a. Mengajukan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 selama tahun pajak
berjalan.
Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu
tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak
Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari
75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang
yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal
25, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan

28

besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala


Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar.
Pengurangan angsuran PPh Pasal 25 ini baru dapat diterapkan oleh
Wajib Pajak setelah mendapatkan surat keputusan yang diterbitkan
oleh Kepala KPP.
b. Mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau
pemungutan PPh yang dilakukan oleh pihak lain.
Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat
membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena:
a. Mengalami kerugian fiskal;
b. Berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal
c. Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dari
Pajak Penghasilan yang akan terutang
d. Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak
bersifat final, dapat mengajukan permohonan pembebasan dari
pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak
lain kepada Direktur Jenderal Pajak dalam hal ini melalui Kepala
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Wajib Pajak yang setelah mendapatkan keputusan tentang
pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh dari Kepala
KPP (berupa Surat Keterangan Bebas/SKB) dapat memperoleh
pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan dari pihak yang
membayarkan penghasilan.
2.

Solusi menurut Penulis


a. Bagi Wajib Pajak
Untuk mengurangi

permasalahan

Lebih

Bayar

Dalam

pembayaran pajak dan membantu meringankan pekerjaan pemeriksaan


di Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Disini penulis memberikan
beberapa solusi agar tidak lebih bayar, yaitu :

29

1) Mengunakan

Akuntan

Publik/

Staf

Accounting

yang

berpengalaman dalam hal pemotongan dan penghitungan


pajak, sehingga meminimalkan kesalahan pelaporan SPT.
2) Wajib Pajak harus selalu update mengenai isu-isu/ berita
perpajakan terutama tentang perubahan pengenaan tarif, biaya
administrasi,sanksi administrasi,dll. Sehingga sewaktu-waktu
ada perubahan Wajib Pajak bisa langsung menyesuaikan diri.
3) Melakukan pemeriksaan ulang sebelum pelaporan SPT , SPT
diperiksa apakah sudah terbukti sesuai dengan data yang ada
atau belum.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama


Dalam kasus diatas khususnya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama makin disibukan lagi dengan proses pemeriksaan lebih bayar.
Kejadian seperti ini adalah salah satu hal yang menyebabkan proses
pengembalian kelebihan pajak berlangsung cukup lama. Maka penulis
memberikan solusi agar tidak lebih bayar, yaitu :
1) Meningkatkan pelayanan dengan cara membuka konsultasi/
seminar mengenai pajak, agar WP bisa secara langsung
menyampaikan permasalahan yang terjadi.
2) Penegakan hukum, Wajib Pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya harus semakin dicermati,kemungkinan besar
wajib pajak akan menyadari resiko yang dihadapi apabila
melakukan pelanggaran hukum dan akan dihadapkan oleh
pengadilan.
3) Melakukan

sosialisasi

perpajakan.

30

terhadap

perubahan

ketentuan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan yang dialami saat penulis melakukan Praktek Kerja
Akuntansi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta salah satu nya adalah
Kelebihan Pembayaran Pajak (lebih bayar), hal ini terjadi akibat jumlah kredit
pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Pasal 2 No.10/PMK.03/2013
yang menyebabkan terjadinya lebih bayar pajak yaitu :
5.

Terdapat pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang bukan merupakan


objek pajak yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang

6.

Terdapat

kesalahan

pemotongan

atau

pemungutan

yang

mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar


daripada pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut
7.

Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan


merupakan objek pajak

8.

Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang terkait


dengan pajak-pajak dalam rangka impor.
Tata cara (prosedur) pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak

(restitusi pajak) adalah sebagai berikut:


1

Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktorat


Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:

31

Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang

seharusnya tidak terutang.


Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang
dipungut oleh Pemungut PPN , maka jumlah pajak yang terutang
adalah jumlah pajak Keluaran setelah dikurangi Pajak yang dipungut

oleh Pemungut PPN tersebut


Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.

SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua


belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali
untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur
Jenderal Pajak.

Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi,


Direktur

Jenderal

Pajak

tidak

memberikan

keputusan,

maka

permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam


waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.
B. Saran
Setelah penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, ada beberapa saran yang ingin diberikan oleh
penulis, diantaranya adalah :

32

1.

Saran untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta:


a. Kedisiplinan para pegawai harus ditingkatkan kembali, istirahat harus
sesuai jam

istirahat. Saat jam bukan istiharat apabila tidak ada

kepentingan sebaiknya pegawai harus tetap berada di kantor.


b. Seluruh karyawan dapat lebih akrab dengan para mahasiswa PKL
c. Pihak instansi sebaiknya menempatkan peserta PKL di bagian yang
sesuai dengan jurusan setiap mahasiswa yang bersangkutan.
d. Pihak instansi sebaiknya menganggap Mahasiswa PKL seperti
karyawan sesungguhnya. Dengan demikian akan dapat menumbuhkan
sikap dan sifat profesional terhadap diri mahasiswa.
2.

Saran untuk Universitas Setia Budi


a. Pihak Kampus diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan yang
cukup sebelum para mahasiswa melakukan PKL.
b.
Pihak kampus diharapkan lebih selektif

dalam

memilih

perusahaaan/kantor yang akan di jadikan sebagai tempat PKL


c. Pembagian tempat untuk melaksanakan PKL diharapkan bisa lebih
merata dan serentak, terjangkau dari tempat tinggal para mahasiswa.

33

Вам также может понравиться