Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bab I
Pendahuluan
Bab II
Laporan Kasus
Nyonya X menderita fraktur tulang belakang (vertebra thoracalis), sehingga posisi tubuh
Nyonya X harus dijaga agar selalu dalam posisi berbaring lurus.
Perawat bangsal bedah menitip pesan pada petugas pengantar agar posisi Nyonya X tidak
diubah.
Setelah pemeriksaan radiologi Nyonya X diantar kembali ke bangsal bedah oleh perawat
bangsal dan perawat bangsal kaget melihat posisi tubuh Nyonya X yang telah berubah, ia
segera mengembalikan posisi Nyonya X ke posisi berbaring lurus dan segera memanggil
dokter ruangan untuk memeriksa Ny. X dan dokter ruangan melakukan konsul ke dokter
saraf dan berdasarkan pemeriksaan dokter saraf disimpulkan bahwa Ny. X mengalami
kelumpuhan kedua tungkai kaki.
Pendek kata: masalah berawal dari adanya seorang pasien bernama Nyonya X yang
menderita fraktur tulang belakang (vertebra thoracalis) yang harus menjalani
pemeriksaan radiologi dan sebelum menjalani pemeriksaan Ny. X beri obat analgetika
sehingga ia tertidur dan melaksanakan pemeriksaan radiologi tersebut dalam keadaan
tidur, ditambah lagi pesan dari perawat bangsal yang tidak disampaikan ke petugas
radiologi oleh petugas pengantar sehingga posisi Ny.X diubah posisinya dari berbaring
lurus menjadi setengah duduk yang menyebabkan Ny. X mengalami kelumpuhan kedua
tungkai nya.
d. Pengkajian
Ny. X awalnya menderita cedera fraktur tulang belakang (vertebra thoracalis)
tetapi karena posisi tubuh Ny. X diubah (seperti yang sudah dijelaskan diatas)
mengakibatkan Ny. X mengalami kelumpuhan kedua tungkainya.
Bab III
Pembahasan
Menurut kelompok kami, yang menjadi penyebab utama terjadinya masalah diatas adalah
karena tidak adanya komunikasi yang baku dan tidak adanya pelimpahan tanggung jawab
(antara petugas pengantar dan petugas radiologi). Dan solusinya menurut kelompok kami
adalah:
1.
Komunikasi dan pelimpahan tanggung jawab antar para perawat dan petugas di
Rumah Sakit harus diperbaiki agar kasus seperti yang terjadi pada Ny. X ini tidak
terjadi lagi pada pasien RS. lainnya.
2.
3.
Sistem di RS harus diperbaiki agar peristiwa seperti ini tidak terulang lagi.
Misalnya RS menetapkan bahwa setiap pasien yang ada dirumah sakit memiliki
perawat masing-masing yang bertugas menjaga dan mengantar pasien ke setiap
pemeriksaan yang hendak dijalani pasien.