Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Lahirnya UU No. 22/ 1999 tentang otonomi daerah dan adanya hembusan angin
demokrasi yang bertujuan untuk lebih meningkatkan peran masyarakat dalam
pengambilan keputusan telah mendorong lahirnya propinsi baru. Disisi lain, fenomena ini
telah memunculkan tantangan bagi propinsi baru untuk menata sistem pembangunannya
dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Penatan ruang menjadi sangat relevan untuk
dijadikan acuan dalam pengembangan wilayah. Melalui penataan ruang dapat
diwujudkan pembangungan yang bersinergi dan sistematis. Paper ini memberikan
gambaran tentang kedudukan Propinsi Gotontalo dalam konteks pengembangan Pulau
Sulawesi, Issue, permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh Propinsi Gorontalo dan
konsep pengembangan kawasan.
1. LATAR BELAKANG
Lahirnya UU 22/ 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan angin demokrasi yang
berhembus akhir-akhir ini di seluruh dunia yang mengutamakan aspirasi masyarakat dan
keinginan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat telah menjadi salah
satu faktor pendorong terbentuknya propinsi-propinsi baru di Indonesia. Sampai saat ini
telah terbentuk 4 propinsi baru di Indonesia yaitu Propinsi Maluku Utara, Banten, Bangka
Belitung dan Gorontalo. Usulan pembentukan propinsi-propinsi baru juga muncul antara
lain dari Kepulauan Riau, Kalimantan Utara di Kalimantan Timur, Maluku Tenggara di
Maluku, Bima di Nusa Tenggara Barat, Tapanuli di Sumatra Utara, Flores di Nusa
Tenggara Timur, Madura di Jawa Timur, Ketapang di Kalimantan Barat dan Luwu Raya
di Sulawesi Selatan. Kesemuanya masih dalam proses pertimbangan di pemerintah.
Bila dicermati lebih dalam, terbentuknya propinsi baru ini tidak terlepas dari asumsi
bahwa dengan semakin dekatnya pengambil keputusan terhadap masyarakat dan semakin
pahamnya pengambil keputusan terhadap karakteristik masyarakatnya akan dicapai suatu
kebijakan pelayanan masyarakat yang lebih efisien (maximazing utility). Disamping itu,
masyarakat akan dapat mengontrol pelaksanaan pelayanan publik secara langsung akibat
jarak antara pengambil kebijakan yang semakin dekat masyarakatnya sehingga
akuntabilitas dari pengambil keputusan dapat dipantau terus menerus yang menjadi
prasyarat terciptanya kebijakan publik yang efisien dan efektif (good governance).
Meskipun demikian, terbentuknya propinsi-propinsi baru telah memunculkan berbagai
tantangan, antara lain :
1. Itikad untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sangat rentan untuk dicapai dengan
segala cara tanpa memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan. Konversi lahan
II.
RTRW
PULAU
SULAWESI
SEBAGAI
ACUAN
keterpaduan
program pembangunan
III.
PENGEMBANGAN
PROPINSI
GORONTALO
DALAM
1. Sebagai pusat pengembangan kawasan prioritas, kawasan cepat tumbuh dan potensial
tumbuh mengingat lokasinya yang dekat dengan BIMP-EAGA.
2. Pengembangan kawasan tertinggal terutama di wilayah Batudara dan Popayato.
3. Sebagai simpul utama KTI dan didorong sebagai pusat (hub ekonomi) wilayah timur
Indonesia ke pasar internasional yang didukung oleh industri pengolahan. Konstalasi
keterkaitan simpul-simpul strategis itu adalah : Gorontalo, Manado, Bitung, Tahuna,
Palu, Kendari, Makasar, Pare-pare, Maros, Takalar, Palopo, dan Sungguminasa.
4. Sebagai sentra pendukung ketahanan pangan nasional yang diarahkan untuk
mendukung kebijakan substitusi impor. Hal ini dicapai melalui pengembangan pola
agroindustri terpadu dengan pengembangan potensi pertanian skala besar (agriculture
estate) yang dilengkapi dengan sistem manajemen modern berbasis teknologi serta
memiliki akses ke sentra produksi dan pasar regional atau internasional dengan
memanfaatkan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.
5. Sebagai sentra pengembangan kelautan terpadu dengan memperhatikan peningkatan
kemampuan teknologi kelautan dan perikanan secara bertahap, pemanfaatan sumber
daya alam yang belum tergali secara berkelanjutan, pengembangan tidak terfokus
pada kawasan pesisir saja namun termasuk juga kawasan yang lebih luas menuju
pasar dunia.
IV.
SKENARIO
DAN
STRATEGI
PENGEMBANGAN
fungsional
dan
dengan
memperhatiakan
keseimbangan
antara
bandara primer, beberapa pelabuhan/ bandara sekunder dan tersier. Hirarki ini ditujukan
untuk efisiensi pergerakan barang dan orang, serta menghemat pengeluaran pemerintah
dalam pembangunan infrastruktur.
Untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan pemerataan, maka diadala pulau diupayakan
adanya interaksi antar pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah belakangnya. Prasarana
transportasi selain akan berfungsi sebagai media peningkatan akses pergerakan barang
dan jasa juga meningkatkan peningkatan ekonomi (spread effect) ke wilayah
belakangnya.
Secara diagramatis, skenario pengembangan Pulau Sulawesi yang terkait dengan
pengembangan Propinsi Gorontalo adalah sebagai berikut (diagram 1) :
Diagram 1
Konsep & Skenario Pengembangan Pulau Sulawesi
Tolitoli
Gorontalo
Manado
Nasional
Nasional &
Internasional
Nasional
Bitung
Nasional
Poso
KTI: Maluku,
Irian
Palu
Luwuk
Palopo
Kalimantan
Selatan dan
Timur
Pare
pare
Watam
-pone
Kolaka
Kendari
Nasional
Makassar
Nasional &
Internasional
Baubau
Takalar
Bulukumb
a
Berdasarkan diagram diatas, konsep pengembangan Pulau Sulawesi yang terkait dengan
Pengembangan Propinsi Gorontalo diarahkan sebagai berikut :
1. Pulau Sulawesi akan memiliki 2 (dua) outlet utama yaitu Makassar dan Bitung, serta
beberapa outlet sekunder yaitu Kendari, Palu dan Luwuk. Pelabuhan Makassar
melayani wilayah Sulsel dan Sultra, Kalteng, Kaltim, Kalsel, dan NTT untuk pasar
ekspor. Pelabuhan Bitung melayani Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku, dan Papua,
untuk pasar ekspor.
2. Produksi kawasan andalan akan dikumpulkan pada simpul terdekat untuk dibawa ke
simpul hirarki yang lebih tinggi. Akses antar simpul harus diupayakan lebih baik.
Pengembangan
jaringan
transportasi
yang
menghubungkan
antar
AIDA, untuk mewujudkan Sulawesi sebagai salah satu prime mover pengembangan
KTI.
IV.
5. Masih kurangnya perhatian terhadap sektor distribusi akibat pelayanan dan kapasitas
prasarana dan sarana outlet (terutama pelabuhan laut) yang kurang memadai. Dalam
hal ini pelabuhan yang dimiliki hanya terdapat di Gorontalo sedangkan pelabuhan
Anggrek dan Kwandang masih kurang begitu optimal dioperasionalisasikan.,
sehingga mengakibatkan ketergantungan pengangkutan produk-produk ekspor pada
kapal asing serta orientasi pemasaran melalui Jakarta ataupun Surabaya.
V.
memiliki
potensi-potensi
yang
dapat
digunakan
untuk
mendorong
pengembangan wilayah. Adapun potensi yang dimiliki oleh Propinsi Gorontalo adalah :
Letaknya yang strategis karena berada pada perlintasan dua kutub wilayah
perekonomian di sulawesi yaitu KAPET Manado-Bitung dan KAPET Batui sehingga
dapat menjadi persinggahan komoditi-komoditi antar kedua produsen tersebut
sebelum dipasarkan ke Konsumen.
Terdapatnya potensi perikanan yang belum terolah yang terdapat di Laut Sulawesi
dan Teluk Tomini dimana berdasarkan data yang ada masih terdapat potensi yang
dapat dikembangkan yaitu sebesar 10-25 % .
VI.
KONSEP
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PROPINSI
GORONTALO
a. Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, sistem kota-kota di Propinsi
Gorontalo telah disusun secara berhirarkis dalam rangka pengembangan wilayah yang
sistematis. Kota Gorontalo ditetapkan sebagai Pusat Kota Nasional (PKN) yang berarti
merupakan pusat utama wilayah Propinsi Gorontalo dan didukung oleh Kota Limboto
dan Suwawa sebagai Pusat Kota Lokal (PKL).
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
b. Kota Gorontalo merupakan wilayah yang diarahkan menjadi pusat pertumbuhan
utama wilayah Propinsi Gorontalo dengan susunan fungsi kawasan sebagai wilayah
perkotaan dan didukung oleh sarana dan prasarana perkotaan.
c. Kota Limboto dan Suwawa diarahkan untuk menjadi kota tingkat kedua yang
menghubungkan kota utama dengan kota-kota kecil disekitarnya. Kota-kota ini juga
berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi wilayah belakangnya sebelum menuju
kota utama yaitu Gorontalo.
10
Perikanan
potensial
untuk
dikembangkan
hampir
diseluruh
11
3. Perbaikan jalan yang ada mengingat total jalan yang rusak saat ini mencapai kurang
lebih 60 % dari jalan yang ada.
4. Dalam mendukung pengembangan perdagangan internasional produk unggulan
Propinsi Gorontalo, mempertimbangkan skala ekonomi (scale of Economic) dari
kegiatan yang ada dan jarak terhadap outlet, pengembangan infrastruktur ditujukan
untuk mempermudah akses ke Pelabuhan Bitung (Sulut) melalui pengembangan jalan
bebas hambatan dan jalur Kereta Api.
VII. PENUTUP
Pertimbangan penataan ruang menjadi cukup relevan untuk propinsi baru dalam rangka
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh propinsi baru dan meminimalkan dampak
pembangunan yang telah terjadi dan potensial untuk terjadi dimasa depan. Melalui proses
penataan ruang diharapkan berbagai macam pemanfaatan ruang yang berkompetisi dapat
dikelola sehingga pada akhirnya dapat tercipta ruang yang berkualitas, bernilai dan pada
akhirnya menuju kepada pembangunan yang berkelanjutan.
Mengingat penataan ruang merupakan komitmen bersama pelaku pembangunan, maka
dalam setiap penyusunan kebijakan pertimbangan-pertimbangan aspek teknis harus
dilengkapi dengan adanya partisipasi masyarakat dan seluruh pelaku pembangunan.
Tanpa adanya partisipasi masyarakat, maka rencana pemanfaatan ruang yang disusun
hanya dilihat sebagai kepentingan pemerintah dan mengabaikan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat. Pada akhirnya investasi publik yang dilaksanakan menjadi tidak
berkelanjutan karena rendahnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap investasi yang
diperuntukkan kepadanya.
Peran pemerintah pusat sangat penting dalam memfasilitasi masalah pembangunan lintas
wilayah administratif. Dalam kerangka ini, pemerintah pusat harus mendukung
penyiapan sumberdaya manusia pemerintah daerah dalam penataan ruang dan
mendukung penyiapan Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM) sehingga tercipta
pemerintah daerah yang mampu mengelola pembangunannya.
12