Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perubahan warna memperlihatkan indikasi kematangan pada buah. Perubahan tersebut ditandai
dengan hilangnya warna hijau akibat adanya degradasi klorofil (Wills et al., 1989), dan aktifitas dari
pigmen lainnya seperti likopen (antosianin), flavonoid, dan karotenoid (Winarno dan Arman, 1981)
selama pemasakan. Pada jenis buah tertentu telah dikembangkan skala warna yang menunjukan
indeks kematangan buah sehingga data menjadi kuantitatif dan dapat diolah secara statistik.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelunakan dan skala warna pada buah
tomat dengan berbagai tingkat kematangan.
Pengukuran kelunakan buah tomat diuji dengan alat penetrometer. Pengukuran dilakukan pada
tiga buah tomat dengan tingkat kematangan green, turning dan green light. Masing- masing buah di
ukur pada tiga tempat yaitu pangkal, ujung dan tengah. Cara kerja alat penetrometer dimulai dengan
mengatur beban seberat 50 gram selanjutnya atur jarum penunjuk skala kedalam tusukan ke angka
nol. Waktu yang digunakan dalam pengujian dilakukan selama 5 detik. Tempatkan buah dibawah
jarum sehingga ujung jarum menempel pada buah tapi tidak menusuk kulit buah. Pencet tombol
start dan tunggu hingga berhenti. Selanjutnya baca jauhnya skala penanda bergeser dari angka nol.
TINJAUAN PUSTAKA
Pasca panen tomat
Salah satu perubahan yang akan terjadi pada buah setelah dipanen adalah tingkat kelunakan buah.
Kondisi ini terjadi karena adanya perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut. Jumlah
zat-zat pektat selama pematangan buah akan meningkat. Selama pematangan buah kandungan pektat dan
pektinat yang larut akan meningkat sehingga ketegaran buah akan berkurang (Matto et al., 1989).
Menurut Hobson dan Grierson(1993), buah tomat akan menjadi lunak disaat terjadi reduksi galactan,
araban dan polyurodin di dinding sel. Zat-zat yang ada pada dinding sel akan terdegradasi sehingga dinding sel
akan lunak.
Menurut Zulkarnain (2010), selama pematangan buah akan menjadi lunak dan kadar bahan-bahan
pectin meningkat. Hal ini dikarenakan pelarutan pectin memengaruhi sifat-sifat fisik dinding sel yang
berdampak pada integrasi structural buah. Proses ini akan semakin cepat jika buah berada pada suhu yang
tinggi.
Skala warna buah tomat
Pematangan buah tomat dapat diketahui dengan melihat perubahan warna kulit buah tomat. Warna
kulit buah tomat akan berubah dari hijau penuh (green) menjadi merah penuh (red). Klasifikasi perubahan
warna kulit tomat dapat dijelaskan pada gambar berikut.
Kelunakan
(mm/g/5s)
Tingkat Kematangan
Ulanga
Kelompok n
U1
U2
A1
U3
U1
U2
A2
U3
U1
U2
A3
U3
U1
U2
A4
U3
U1
U2
A5
U3
U1
U2
A6
U3
MG B
P
19
33
80
15
43
45
17
28
56
16
23
76
23
38
62
25
44
81
T
22
36
91
7
33
66
17
32
61
19
23
82
13
31
44
20
42
82
Tingkat
Kematangan
MG
B
T
P
LR
Kelunakan (mm/g/5s)
P
T
U
19.17
16.33
20.17
38
31
35.5
34.7
33.7
39.7
33.5
32.5
42
66.67
71
62
U
19
38
38
17
54
72
24
27
71
26
24
50
14
35.5
66
21
60
75
Pembahasan
Pada praktikum pasca panen kali ini dilakukan dua kegiatan sekaligus yaitu menentukan
indeks skala warna pada masing-masing sample buat tomat yang diberikan serta menguji tingkat
kelunakan buah tomat tersebut. Kegiatan penentuan indeks skala warna dilakukan dengan
mengamati dan membandingkan secara langsung sample buah tomat dengan standar indeks skala
warna yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengklasifikasian tingkat kombinasi antara warna merah
dan hijau serta guratan yang ada pada sisi tomat, maka diperoleh hasil lima skala warna pada
sample buah tomat yaitu mature green (matang hijau), breaker, turning, pink, dan light red.
Perbedaan indeks skala warna tersebut menunjukkan adanya perbedaan tingkat kematangan pada
masing-masing sample buah tomat.
Warna buah tomat disebabkan oleh pigmen yang dikandungnnya seperti klorofil, karoten dan
likopen (Winarno dan Wirakartakusuma, 1979). Perubahan warna yang terjadi selama proses
pematangan disebabkan oleh adanya proses degradasi maupun proses sintesis dari pigmen-pigmen
tersebut misalnya degradasi klorofil yang diikuti dengan munculnya pigmen likopen. Menurut
Eskin et al. (1971), perubahan warna yang terjadi juga dipengaruhi oleh peningkatan laju respirasi
dan perubahan tekstur buah tomat.
Kegiatan kedua yang dilakukan adalah menentukan tingkat kelunakan dari masingmasing sample buah tomat yang memiliki perbedaan tingkat kematangan. Penentuan tingkat
kelunakan dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer. Setiap sample buah tomat dilakukan
tiga kali ulangan yaitu penusukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung. Parameter yang diukur
adalah kedalaman penusukan jarum terhadap buah tomat (mm/g/5s). Semakin dalam tusukan atau
semakin besar nilai kelunakan buah maka buah tersebut semakin lunak.
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa pada tingkat kematangan mature
green menunjukkan nilai yang paling kecil yaitu 19.17 mm/g/5s (pangkal), 16.33 mm/g/5s (tengah),
dan 20.17 mm/g/5s (ujung), sedangkan nilai kelunakan buah tertinggi yaitu saat tomat memiliki
tingkat kematangan light red dengan nilai kelunakan pada pangkal, tengah, ujung secara berturutturut yaitu 66.67 mm/g/5s, 71 mm/g/5s dan 62 mm/g/5s. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
kelunakan buah dipengaruhi oleh dengan tingkat kematangan buah. Semakin matang buah maka
nilai kelunakan buah semakin tinggi, sedangkan nilai kekerasan akan semakin kecil. Kondisi ini
terjadi karena adanya perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut. Jumlah
zat-zat pektat selama pematangan buah akan meningkat. Selama pematangan buah kandungan
pektat dan pektinat yang larut akan meningkat sehingga ketegaran buah akan berkurang (Matto et
a., 1989). Muchtadi (1992) menyatakan penurunan kekerasan pada buah tomat terjadi akibat
terjadinya depolimerisasi karbohidrat dan zat pektin penyusun dinding sel sehingga akan
melemahkan dinding sel dan ikatan kohesi antar sel sehingga viskositas sel menurun dan tekstur
tomat menjadi lunak.
Menurut Apandi (1984) perubahan tekstur yang terjadi pada buah yaitu dari keras menjadi
lunak sebagai akibat terjadinya proses kelayuan akibat respirasi dan transpirasi. Proses kelayuan ini
merupakan masa senescence atau penuaan yang disusul dengan kerusakan buah. Adanya proses
respirasi dan transpirasi menyebabkan buah dan sayur kehilangan air akibat berkurangnya karbon
dalam proses respirasi. Jika air di dalam sel berkurang maka sel akan menjadi lunak dan lemas.
Berdasarkan tabel 2 juga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelunakan pada ujung lebih
besar dibandingkan dengan pangkal dan tengah, sedangkan nilai kelunakan pada bagian tengah
adalah nilai terkecil. Hal ini menunjukkan bahwa tomat matang pada bagian ujung, pangkal
kemudian tengah buah.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayuran. Alumni.Bandung.
Hobson, G.E. and Grierson, D. 1993. Tomato. In Burg, S.P. (Ed.). Postharvest Physiology and Hypobarie
Storage of Fresh Produce. CABI Publishing. USA.
Kader, A. A.1992. Postharvest biology and technology. p. 15-20. In A. A. Kader (Ed.). Bananas and
Plantains. Postharvest Technology of Horticulture Corps. Agriculture ang Natural Resources
Publication, Univ. of California. Bakerley.
Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata dan C. T Phan. 1989. Perubahan-perubahan
kimiawi selama pematangan dan penuaan, p. 160-197. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi
Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan
Subtropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Muchtadi, D.1992. Fisiologi Pascapanen Sayuran dan Buah-buahan. Departemen.
Pantastico, Er.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Sub-tropika (Terjemahan Kamariyani). Gajahmada University Press.
Yogyakarta. 409 hal.
Setijorini, L. E. 2000. Aplikasi Poliamin Prapanen untuk Mempertahankan Kualitas Buah Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.) Setelah Panen. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Setijorini, L. E. 2000. Aplikasi Poliamin Prapanen untuk Mempertahankan Kualitas Buah Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.) Setelah Panen.Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Simmonds, N. W. 1966. Banana. 2nd Edition. Longman Inc, New York. 446 p.
Wills, R.B.H., W.B. McGlasson, D. Graham, T.H. Lee, and E.G. Hall. 1989. Postharvest: An Introduction to
the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An Avi Book, Van Nostrand Reinhold. New
York. 164p.
Winarno, F.G. dan M. Arman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal.
Zulkarnain, H. 2010. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
Selama proses pematangan, tomat akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik
maupun kimia. Perubahan secara fisik yang terjadi diantaranya adalah perubahan warna kulit,
ukuran, perubahan tekstur serta kekerasan buah. Perubahan-perubahan tersebut akan
menurunkan mutu, kondisi dan penampakan buah tomat sehingga menurunkan harga jualnya.
Menurut Zulkarnain (2010), selama pematangan buah akan menjadi lunak dan kadar bahanbahan pectin meningkat. Hal ini dikarenakan pelarutan pectin memengaruhi sifat-sifat fisik
dinding sel yang berdampak pada integrasi structural buah. Proses ini akan semakin cepat jika
buah berada pada suhu yang tinggi.
Simmonds (1989) menyatakan selama proses pematangan warna kulit akan mengalami
perubahan dari hijau gelap menjadi berwarna kuning/merah. Hal tersebut terjadi karena klorofil
mengalami degradasi disertai menurunnya konsentrasi klorofil dari 50-100 mg/kg pada kulit
pisang hijau menjadi nol pada stadia matang penuh. Hobson dan Grierson (1993) menjelaskan
perubahan warna pada tomat terjadi karena klorofil dalam jaringan rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Hobson, G.E. and Grierson, D. 1993. Tomato. In Burg, S.P. (Ed.). Postharvest Physiology and
Hypobarie Storage of Fresh Produce. CABI Publishing. USA.
Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata dan C. T Phan. 1989. Perubahanperubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan, p. 160-197. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.).
Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan
Subtropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Simmonds, N. W. 1966. Banana. 2nd Edition. Longman Inc, New York. 446 p
Zulkarnain, H. 2010. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
Daftar Pustaka:
Pantastico, Er.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Sub-tropika (Terjemahan Kamariyani). Gajahmada University Press.
Yogyakarta. 409 hal.
Winarno, F.G. dan M. Arman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal.
Wills, R.B.H., W.B. McGlasson, D. Graham, T.H. Lee, and E.G. Hall. 1989. Postharvest: An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An Avi Book, Van Nostrand
Reinhold. New York. 164p.