Вы находитесь на странице: 1из 92

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN

KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN

Disusun oleh
Nama Peneliti/Pengkaji I
NIP
Pangkat/Golongan
Jabatan

:
:
:
:

Noor Cholis Madjid


196902041990011001
Penata Tk.I / III/d
Widyaiswara Madya

Nama Peneliti/Pengkaji II
NIP
Pangkat/Golongan
Jabatan

:
:
:
:

Hasan Ashari
197402251993011001
Penata Tk.1 / III/d
Widyaiswara Madya

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


JAKARTA
2012

SURAT PERNYATAAN

ii

Kajian Terhadap Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka


Menengah Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan
Abstrak
Penelitian
tentang
Kajian
Terhadap
Penerapan
Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan
Keuangan Kementerian Keuangan, bertujuan untuk: melakukan Identifikasi
kelengkapan elemen KPJM telah dipenuhi dan dipatuhi oleh BPPK;
mengidentifikasi penerapan KPJM dilingkungan BPPK, meneliti Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan KPJM; mengetahui
persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan dan penyusunan
anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK.
Untuk dapat mencapai tujuan penelitian alat analisis yang dipergunakan
adalah: Research lapangan dengan penyebaran kuestioner, study kepustakaan
dan Indepth interview dipergunakan untuk mendapatkan jawaban terkait dengan
identifikasi kelengkapan elemen KPJM, identifikasi penerapan KPJM di BPPK
dan persepsi pejabat perencana dan penganggaran terkait penerapan KPJM di
BPPK. Adapun Statistik kuantitatif dengan model persamaan linear dan uji
asumsi klasik dipergunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi penerapan kebijakan KPJM di BPPK dengan model
yang dipergunakan KPJM { Aturan, Pemahaman, Konsistensi, Evaluasi}
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terkait Kelengkapan elemen dan
penerapan KPJM. BPPK telah menyusun perangkat perencanaan dan
penganggaran sesuai dengan ketentuan. Kesulitan yang dihadapi adalah: BPPK
menyusun renstra dan renja dengan berbasis fungsi namun renstra dan renja
tersebut sulit untuk dieksekusi karena birokrasi yang ada disusun berdasarkan
struktur yang relatif sulit untuk diubah, akibatnya tujuan yang dibuat dan
dicantumkan dalam Renstra tidak dapat dibandingkan langsung dengan output
pada RKA KL. Kondisi ini menyulitkan bagi para pengambil kebijakan untuk
mengukur sampai sejauhmana kemampuan organisasi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam Renstra.
Berdasarkan hasil uji persamaan statistik menunjukkan persamaan yang
diuji menghasilkan arah yang sesuai dengan teori. Selain itu uji persamaan
menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.675 sehingga dapat
disimpulkan bahwa 67,5 % keberhasilan penerapan KPJM dipengaruhi oleh:
aturan, pemahaman, konsistensi dan evaluasi sedangkan 32,5% sisanya
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model. Dari persamaan yang diuji
dapat diketahui bahwa secara bersama-sama aturan, pemahaman, konsistensi
dan evaluasi mempengaruhi keberhasilan penerapan KPJM namun secara
individu hanya aturan dan konsistensi yang significance sedangkan pemahaman
dan evaluasi tidak significance pada = 10 % .
Dari uji Persepsi terhadap pejabat/pelaksana disimpulkan: Kelengkapan
Aturan memerlukan penjabaran lebih detil dan terkait Konsistensi Penerapan
KPJM disimpulkan penyusunan alokasi anggaran masih kurang memperhatikan
perhitungan prakiraan maju.
Kata kunci: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, Implementasi Kebijakan,
Penerapan KPJM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

iii

Kajian Terhadap Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka


Menengah Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan
Abstract
Research on "Studies Toward Implementation of the Medium Term
Expenditure Framework In Financial Education And Training Agency, Ministry of
Finance", aims to: Identify completeness perform MTEF elements are met and
adhered to by the FETA; identify MTEF implementation within the FETA,
examines factors that influence the success of policy implementation; know the
perception of the officials related planning and budgeting associated with the
implementation of the MTEF in Financial Educatioan and Training Agency
(FETA).
To achieve the research goals, we use the analysis tools: Research field
by distributing questionnaires, interviews indepth, study of literature to get the
answers related to: identification the completeness of MTEF elements,
identification and implementation of the MTEF in FETA, and perception of official
related to the implementation of MTEF in FETA. The quantitative statistics with
linear equations model and the classical assumption test is used to examine the
factors that influence the successful of policy implementation of the MTEF in
FETA. The model is: MTEF {Rules, understanding, consistency, Evaluation}
The results showed that: Completeness related elements and
implementation of the MTEF. FETA has compiled the planning and budgeting in
accordance with the provisions. The difficulties encountered are: FETA compose
function-based strategic plan. Strategic difficult to execute because of the
bureaucracy that is organized based on the structure that is difficult to change,
consequently goals made and included in the Strategic Plan can not be directly
compared with the output on RKA KL (budget document). This condition makes it
difficult for policy makers to measure an organization's ability to achieve the goals
set in the Strategic Plan.
Based on the statistical tests show that the direction of equations match
with the theory. Test equations result the coefficient of determination (R2) is
0.675 so that it can be concluded that 67.5% successful implementation of the
MTEF is influenced by variables:
rules, understanding, consistency and
evaluation while the remaining 32.5% is influenced by other variables outside the
model. Furthermore simultaneously independent variables (the rules,
understanding, consistency and evaluation) affect the successful implementation
of the MTEF. In individual variables (rules and consistency) are significance,
whereas the variable (understanding and evaluation) are not significance at =
10%.
Based Perception test against officers / executive concluded: Variable
Rules require more detailed elaboration. Related variables Consistency in
applying the MTEF, FETA should formulate the budget allocation that related to
forecast forward.
Keywords: Medium Term Expenditure Framework, Policy Implementation,
Implementation of the MTEF, Finance Education and Training Agency.

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan kajian akademis ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Kepala Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan (BPPK);
2. Kepala Pusdiklat Anggaran Badan Diklat Kementerian Keuangan beserta
staff;
3. Bapak Sekretaris BPPK beserta staff;
4. Bapak Made Arya Wijaya dari Ditjen Anggaran sebagai penilai substansi;
5. Bapak Bambang Juanda dan Bapak Dedi dari IPB sebagai penilai
metodologi;
6. Seluruh Pegawai BPPK yang telah berpartisipasi dalam penulisan kajian ini
yang tidak dapat kami sebut satu persatu ;
Atas segala bantuan yang diberikan selama penulisan, serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebut satu persatu;
Penulis menyadari bahwa kajian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, maupun usulan yang
bersifat membangun.
Akhir kata, semoga Kajian ini dapat bermanfaat bagi BPPK, para
pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup .................................................................................. 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
1. Tujuan .......................................................................................... 5
2. Manfaat ........................................................................................ 6
E. Sistematika Penulisan....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perencanaan dan Penganggaran ..................................................... 7
1. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah .................................. 8
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) ....................... 10
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)................... 13
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) ............................................... 14
5. Visi dan Misi Kementerian Negara/Lembaga ............................... 15
6. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga...................... 16
7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(RKA-KL) ...................................................................................... 16
8. Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah ............... 17
B. Implementasi Kebijakan .................................................................... 18
1. Penerapan Kebijakan KPJM ........................................................ 20
2. Hierarki Penerapan Kebijakan Publik........................................... 22
C. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 26
D. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 27
E. Hipotesis ........................................................................................... 31
BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 32
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 32
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 33
D. Metode Analisis Data ........................................................................ 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kelengkapan Elemen KPJMP pada BPPK ....................................... 40
1. Tugas Dan Fungsi BPPK ............................................................. 40
2. Visi dan Misi BPPK...................................................................... 41
B. Penerapan KPJM oleh BPPK ........................................................... 44
1. Program dan Kegiatan BPPK....................................................... 44
2. Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran ............................. 46

vi

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi


KPJM ................................................................................................ 51
1. Uji Teori (Uji Tanda). ................................................................... 52
2. Uji t .............................................................................................. 52
3. Uji F............................................................................................. 53
4. Uji koefisien determinasi (R2) ...................................................... 53
5. Uji Asumsi Klasik.......................................................................... 53
6. Uji Normalitas............................................................................... 58
D. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan dan
penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK ... 59
1. Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran ............................... 60
2. Pemahaman Konsep KPJM ......................................................... 61
3. Konsistensi Penerapan KPJM...................................................... 61
4. Melaksanakan evaluasi terhadap program dan kegiatan............. 63
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................... 65
1. Pemenuhan kelengkapan elemen KPJM dan penerapan
KPJM Oleh BPPK ....................................................................... 65
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
KPJM;........................................................................................... 68
3. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan
dan penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM
di BPPK........................................................................................ 69
B. Saran ................................................................................................ 70
1. Pemenuhan kelengkapan elemen KPJM dan penerapan
KPJM Oleh BPPK ....................................................................... 70
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
KPJM............................................................................................ 72
3. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan
dan penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM
di BPPK........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 74
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENELITI

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Indikator Variabel Penelitian ................................................................30

Tabel 4.1

Tujuan, Sasaran dan Strategi BPPK....................................................42

Tabel 4.2

Kegiatan dan Output BPPK .................................................................45

Tabel 4.3

Perbandingan Sasaran Renstra dengan Kegiatan Output BPPK ........49

Tabel 4.4

Ringkasan Hasil Regresi Persamaan Penerapan Kebijakan KPJM ....52

Tabel 4.5

Uji Heteroskedastisitas ........................................................................54

Tabel 4.6

Uji Autokorelasi ....................................................................................56

Tabel 4.7

Uji Multikolinearitas ..............................................................................57

Tabel 4.8

Uji Normalitas.......................................................................................58

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Kerangka KPJM di Indonesia.................................................................

Gambar 2.2

Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada

Implementasi Kebijakan Publik .............................................................. 25


Gambar 2.3

Kerangka Pikir........................................................................................ 28

Gambar 4.1

Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran ......................................... 60

Gambar 4.2

Pemahaman Konsep KPJM ................................................................... 61

Gambar 4.3

Konsistensi Penerapan KPJM................................................................ 62

Gambar 4.4

Mekanisme Evaluasi terhadap Program dan Kegiatan .......................... 63

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ..................................................................................... 76
Lampiran 2. Data Responden .......................................................................... 78

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu paradigma baru dalam perencanaan dan penganggaran
adalah kebijakan penganggaran dengan dimensi waktu lebih dari satu tahun.
Kebijakan penganggaran yang dikenal dengan nama Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah (KPJM) tersebut

menuntut adanya keterkaitan antara

kebijakan dan alokasi anggaran. Selain KPJM, dua pendekatan penganggaran


yang lain yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja yang focus pada kinerja (output
dan outcome) serta pendekatan Unified Budgeting (Penyatuan Anggaran) yang
fokus pada kejelasan masing-masing tugas pokok dan fungsi organisasi serta
mengurangi duplikasi penganggaran.
Penerapan pendekatan KPJM dalam skala nasional secara teoritis akan
memberikan kerangka kerja perencanaan penganggaran yang menyeluruh
dengan memberikan manfaat berupa: tercipta alokasi sumber daya anggaran
yang efisien, meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran, fokus terhadap
kebijakan prioritas, meningkatkan disiplin fiskal dan menjamin kesinambungan
fiskal.
Kondisi saat ini masih dianggap belum memuaskan terkait dengan tidak
jelasnya capaian kemajuan negara Indonesia sesuai amanat para pendiri
bangsa.

Ketidak pastian dan ketidakjelasan kemajuan bangsa ini antara lain

diakibatkan alokasi anggaran terserap untuk menyelesaikan permasalahan klasik


dan tidak berubah dari tahun ke tahun seperti masalah banjir, penyakit menular
(malaria, demam berdarah), kemacetan, kemiskinan dll yang tidak jelas

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

penyelesaiannya.

Dengan

penerapan

KPJM

yang

baik

pada

seluruh

kementerian/lembaga masalah-masalah tersebut dapat diprediksi kapan akan


ditanggulangi dan negara kita bebas dari masalah tersebut. Keberhasilan
mengatasi permasalahan klasik tersebut niscaya akan memberi energi baru
untuk mengejar target-target baru sehingga cita-cita negara yang adil makmur
dan sejahtera bukan sekedar impian.
Kewajiban

untuk

menerapkan

pendekatan

penganggaran

dengan

perspektif jangka menengah atau KPJM telah dimulai sejak tahun anggaran
2004, namun masih belum dirasakan manfaat penerapan kebijakan tersebut
secara nyata. Untuk membuat kajian terhadap keberhasilan penerapan KPJM,
kami akan mulai dari salah satu unit eselon I di Kementerian Keuangan yaitu
BPPK. Pada prinsipnya unit Eselon I adalah ujung tombak dalam pembuatan
kebijakan beserta implementasinya.

Sehingga apabila seluruh unit eselon I

menerapkan dan mengimplementasikan kebijakan dengan benar maka secara


nasional penerapan kebijakan tersebut akan berhasil.
Hasil kajian ini kami harapkan dapat dilakukan pada seluruh unit
Kementerian/Lembaga sehingga kedepannya dapat dipetakan dengan jelas
permasalahan dalam penerapan kebijakan KPJM dan dapat dicarikan solusinya.
Dengan adanya penerapan KPJM secara benar dan tepat pada seluruh
Kementerian/Lembaga diyakini kebijakan perencanaan dan penganggaran di
negeri ini akan mampu membawa Indonesia ke jajaran negara maju.
Pemilihan BPPK sebagai obyek kajian dilandasi oleh fakta bahwa BPPK
secara formal telah menerapkan konsep KPJM dalam penyusunan perencanaan
dan penganggarannya. Namun faktanya sampai setelah sekian tahun (sejak
2004) BPPK telah menerapkan konsep tersebut belum didapatkan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN

yang significant dari BPPK. Pencapaian visi, misi dan tupoksi BPPK masih
dianggap jauh dari harapan pemangku kepentingan yaitu Kementerian Keuangan
khususnya unit Eselon I yang dilayani oleh BPPK.
Pengalokasian dana bagi BPPK yang meningkat secara dratis dari tahun
ke tahun masih belum mampu meningkatkan kepuasan stakeholder. Kajian ini
berusaha untuk melihat sejauh mana keterkaitan penyusunan perencanaan dan
penganggaran di BPPK. BPPK diduga belum mampu menjaga keterkaitan antara
visi, misi, resntra, renja, tupoksi dengan sasaran, kegiatan dan alokasi dana dan
output serta outome

sesuai denan konsep KPJM. Ketidaksinkronan tersebut

selanjutnya diduga menjadi penyebab ketidakjelasan capaian BPPK dalam


jangka menengah. BPPK dianggap tidak pernah berubah dari tahun ke tahun
meskipun anggaran telah meningkat secara significant. Berdasarkan dugaan
tersebut maka penulis melakukan studi terhadap implementasi KPJM pada
BPPK.
Berhubung kajian implementasi KPJM yang dilakukan dalam penelitian ini
hanya pada level unit eselon I, maka manfaat penerapan KPJM yang dapat
dinilai tidak dapat mengcover secara menyeluruh. Manfaat KPJM yang dapat
dinilai dari kajian ini terbatas pada: alokasi sumber daya anggaran yang tepat,
kualitas perencanaan penganggaran, serta fokus terhadap kebijakan prioritas

B. Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran terdapat masalah
pokok yang sampai sekarang belum mampu diatasi dengan baik oleh
pemerintah. Permasalahan tersebut adalah (Reformasi Sistem Penganggaran,
Ditjen Anggaran, 2006): Alokasi sumber daya anggaran yang tidak konsisten dan

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

kurang transparan, Kurangnya keterkaitan antara perencanaan

dengan

penganggaran, Kebijakan prioritas yang tidak focus, Disiplin fiscal yang lemah,
Kesinambungan fiscal yang kurang terjaga.
Ketidak mampuan mengatasi masalah tersebut mengakibatkan cita-cita
bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil

dan

makmur senantiasa masih menjadi impian bagi seluruh masyarakat Indonesia.


Potensi bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut sebenarnya sangat
besar dan berlimpah, namun diyakini ketidaksempurnaan manajemen di bidang
perencanaan dan penganggaran menjadi salah satu penyebab masih sulitnya
mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.
Pendekatan penganggaran berbasis kinerja dan penganggaran terpadu
telah diterapkan secara formal sejak tahun 2002 meskipun dalam pelaksanaan
masih ditemukan banyak kesenjangan.Pendekatan penganggaran kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah telah mulai diujicobakan penerapannya sejak
tahun 2004. Dalam penerapan KPJM masih banyak ditemui kesenjangan antara
teori KPJM dengan kondisi

yang ada di lapangan. Harapan KPJM dapat

menyelesaikan permasalahan di bidang perencanaan dan penganggaran masih


sangat jauh dari kenyataan.
Karena penelitian ini masih berfokus pada unit Eselon I maka tidak semua
manfaat penerapan KPJM dapat dikaji. Fokus kajian akan diarahkan pada tiga
manfaat KPJM yaitu transparansi alokasi sumber daya anggaran, kualitas
perencanaan penganggaran dan fokus yang lebih baik terhadap kebijakan
prioritas.

BAB I PENDAHULUAN

C. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini akan menganalisis tentang implementasi penerapan KPJM
pada

Badan

Pendidikan

dan

Pelatihan

Keuangan

(BPPK)Kementerian

Keuangan. Kementerian Keuangan dipilih karena kementerian ini merupakan


pilot project pelaksanaan reformasi di bidang perencanaan dan penganggaran di
Indonesia, dan BPPK dipilih karena penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara langsung kepada organisasi.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan KPJM pada BPPK
terkait:
a. Identifikasi kelengkapan elemen KPJM telah dipenuhi dan dipatuhi oleh
BPPK;
b. Identifikasi penerapan KPJM dilingkungan BPPK ;
c. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan implementasi KPJM;
d. Bagaimana persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan
dan penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK
Pengetahuan terhadap keberhasilan atau kendala dalam penerapan
KPJM dilingkungan BPPK Kementerian keuangan dapat dimanfaatkan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki penerapan kebijakan dimasa mendatang. Selain
itu penelitian ini juga dapat diperluas untuk unit eselon I lain di Kementerian
Keuangan dan juga seluruh kementerian lembaga.

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

2. Manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik
akademis maupun praktis sebagai berikut :
Manfaat Akademis

a. Mampu mengidentifikasi kelengkapan elemen KPJM telah dipenuhi dan


dipatuhi oleh BPPK;

b. Mampu mengidentifikasi penerapan KPJM dilingkungan BPPK;


c. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
KPJM.

d. Dapat

mengetahui

persepsi

para

pejabat/pelaksana

yang

terkait

perencanaan dan penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di


BPPK
Berdasarkan keempat hal tersebut diatas maka kajian akan dapat
memberikan landasan untuk menganalisis kendala yang dihadapi dalam
penerapan KPJM pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian
Keuangan serta memberikan alternatif solusi;
Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk memperbaiki dan
mengevaluasi pelaksanaan KPJM di BPPK;
b. Hasil kajian dapat dijadikan benchmarking bagi unit eselon I lain pada
Kementerian

Keuangan

dan

juga

Kementerian/Lembaga

Kementerian Keuangan dalam rangka menerapkan KPJM.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kajian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

di

luar

BAB I PENDAHULUAN

Bab I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan, perumusan
masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan
Bab II : LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini disampaikan mengenai landasan teori yang dipergunakan
dalam melakukan kajian akademis
Bab III : METODE KAJIAN AKADEMIS
Dalam Bab ini ditulis mengenai metode kajian yang dilakukan
Bab IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini ditulis mengenai analisis dan pembahasan data-data kajian
yang dilakukan.
Bab V : PENUTUP
Bab ini memuat simpulan dan saran dari kajian yang dilakukan,

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Dan Penganggaran


1. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Kerangka

Pengeluaran

Jangka

Menengah

atau

Medium

Term

Expenditure Framework adalah pendekatan baru dalam system Perencanaan


dan Penganggaran di Indonesia.Definisi KPJM yang dikeluarkanoleh Bank Dunia
dalam Public Expenditure Management Handbook (1998:46),yaitu :
A MTEF is a projection of the current budget estimates and policies over
a fixed time period The MTEF consists of a top-down resource
envelope, a bottom-up estimation of the current and medium term costs of
existing policy and,ultimately, the matching of these costs with available
resources. In the context of the annual budget process.
Dari definisi di atas, ada tiga elemen utama yang menjadi dasar konsep
KPJM:
a. Adanya proyeksi dari kebijakan dan estimasi anggaran yangsedang berjalan.
Proyeksi tersebut setidaknya menggambarkan dampak dari kebijakan yang
telah dilaksanakan saat ini terhadap pengeluaranbeberapa tahun ke depan
dan rencana perubahan pengeluaran karena adanya program/kegiatan baru
dan atau karena adanya program/kegiatan yang ditiadakan;
b. Adanya penetapan perkiraan penerimaan dalam jangka menengah yang
dilakukan secara top-down. Dalam proses penyusunan anggaran, prakiraan
penerimaan ini selanjutnya menjadi acuan dalam menetapkan pagu-pagu
anggaran kementerian/lembaga:

BAB II LANDASAN TEORI

c. Pengalokasian

sumber-sumber

atau

pagu-pagu

anggaran

ke

dalam

program/kegiatan. Alokasi tersebut dilakukan oleh line ministry atau


kementerian/lembaga secara bottom up dan menimbulkan pengeluaran bagi
negara.
Berbeda dengan sistem anggaran tradisional yang bersifat tahunan,
dalam KPJM disamping rencana pengeluaran tahun berikutnya juga disusun
prakiraan pengeluaran untuk beberapa tahun berikutnya, dalam hal ini
tergantung periode KPJM.
Dalam proses penyusunan, KPJM adalah satu rangkaian dalam siklus
perencanaan dan penganggaran, dalam sebuah siklus harus terdapat keterkaitan
antara satu tahap dengan tahap yang lainnya.Siklus perencanaan dan
penganggaran secara sederhana terdapat pada gambar dibawah ini
Gambar 2.1

Kerangka KPJM di Indonesia

Sumber: Presentasi DJA, Sosialisasi Peerapan Anggaran Berbasis


Kinerja
Konsep KPJM dalam ilustrasi tersebut diatas adalah konsep KPJM dalam
kerangka perencanaan dan penganggaran dalam level nasional. Dalam
prakteknya

system

tersebut

seharusnya

diturunkan

dalam

level

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Kementerian/Lembaga dan selanjutnya diturunkan

(cascading)

ke level unit

eselon I dan II. Kajian ini akan difokuskan pada kajian KPJM pada level eselon I.
Fokus kajian akan melihat bagaimana unit eselon I BPPK menyusun Renstra dan
selanjutnya melakukan cascading renstra ke dalam renja dan selanjutnya
bagaimana penyediaan dana atau pembiayaan yang dilakukan dalam rangka
mencapai renstra yang telah ditetapkan.
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah atau Penerapan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah dalam skala nasional secara teoritis
akan memberikan kerangka kerja perencanaan penganggaran yang menyeluruh,
dengan manfaat berupa:
Transparansi alokasi sumber daya anggaran yang lebih baik(allocative
efficiency);
a.

Meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran (to improvequality of


planning);

b.

Fokus yang lebih baik terhadap kebijakan prioritas (best policyoption);

c.

Meningkatkan disiplin fiskal (fiscal dicipline); dan

d.

Menjamin adanya kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).


Namun untuk level eselon I penerapan KPJM tidak mampu mengcover

seluruh lima manfaat tersebut. Hanya manfaat 1 sampai dengan 3 yang mampu
dianalisis untuk level unit selon I.

2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan landasan konstitusional penyelenggaraan negara telah mengalami 4

10

BAB II LANDASAN TEORI

(empat) kali perubahan. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 merubah pola pengelolaan pembangunan, diantaranya :
a. Penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
b. Ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pernbangunan nasional.
c. Diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak
adanya

GBHN

pembangunan

sebagai
maka

pedoman

dibutuhkan

Presiden

untuk

menyusun

pengaturan

lebih

lanjut

bagi

rencana
proses

perencanaan pembangunan nasional.


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dibentuk untuk mengatur Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional bertujuan untuk:


a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan.
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah.
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

11

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Perencanaan

Pembangunan

Nasional

mencakup

penyelenggaraan

perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang


kehidupan

secara

terpadu

dalam

Wilayah

Negara

Republik

Indonesia.

Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan:


a. Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP).
b. Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM).
c. Rencana pembangunan tahunan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional merupakan
penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional.
Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:
a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan.
b. musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).
c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Rancangan RPJP Nasional dalam penyusunannya disiapkan oleh Menteri
Perencanaan

Pembangunan

Nasional/Kepala

Badan

Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas).

Perencanaan

Rancangan RPJP

Nasional menjadi bahan utama bagi Musrenbang. Musrenbang diselenggarakan


dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara
negara dengan mengikutsertakan masyarakat.
oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas.

Musrenbang diselenggarakan

Musrenbang Jangka Panjang Nasional

dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhimya periode RPJP


yang sedang berjalan. RPJP Nasional ditetapkan dengan Undang-Undang.

12

BAB II LANDASAN TEORI

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)


Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. RPJM Nasional merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
nasional,

kebijakan

umum,

program

Kementerian/Lembaga

dan

lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka


ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan RPJM
Nasional dan RKP dilakukan melalui urutan kegiatan:
a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan.
b. penyiapan rancangan rencana kerja.
c. musyawarah perencanaan pembangunan.
d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Penyusunan rancangan awal RPJM Nasional disiapkan oleh Menteri
PPN/Kepala Bappenas sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program presiden
ke dalam strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program prioritas
presiden,

serta

kerangka

ekonomi

makro

yang

mencakup

gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.


Menteri PPN/Kepala Bappenas menyusun rancangan RPJM Nasional
dengan

menggunakan

negara/lembaga

(Renstra

rancangan
K/L)

dan

rencana
berpedoman

strategis
pada

kementerian

RPJP

Nasional.

Rancangan RPJM Nasional menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah.

13

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM


diikuti

oleh

unsur-unsur

penyelenggara

negara

dan

mengikutsertakan

masyarakat. Musrenbang Jangka Menengah Nasional diselenggarakan oleh


Menteri PPN/Kepala Bappenas.

Musrenbang Jangka Menengah Nasional

dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah presiden dilantik.


Menteri PPN/Kepala Bappenas menyusun rancangan akhir RPJM
Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional. RPJM
Nasional ditetapkan dengan peraturan presiden paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah presiden dilantik.

4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)


Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan Rencana Pembangunan
Tahunan Nasional. RKP adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1
(satu) tahun. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas
pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Rancangan awal RKP disiapkan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas
sebagai penjabaran dari RPJM Nasional. Pimpinan Kementerian/Lembaga
menyiapkan rancangan rencana kerja kementerian negara/lembaga (Renja-KL)
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan
awal RKP dan berpedoman pada Renstra-KL. Menteri PPN/Kepala Bappenas
mengkoordinasikan

penyusunan

rancangan Renja-KL.

14

rancangan

RKP

dengan

menggunakan

Rancangan RKP menjadi bahan bagi Musrenbang.

BAB II LANDASAN TEORI

Musrenbang

dalam

rangka

penyusunan

RKP

diikuti

oleh

unsur-unsur

penyelenggara pemerintahan.
Menteri

PPN/Kepala

Bappenas

menyelenggarakan

Musrenbang

penyusunan RKP. Musrenbang penyusunan RKP dilaksanakan paling lambat


bulan April.

Menteri PPN/Kepala Bappenas menyusun rancangan akhir RKP

berdasarkan hasil Musrenbang. Rancangan RKP dibahas dalam Sidang Kabinet


untuk ditetapkan menjadi RKP paling lambat pertengahan bulan Mei.
menjadi pedoman penyusunan RAPBN.

RKP

RKP ditetapkan dengan Peraturan

Presiden. RKP dipergunakan sebagai bahan pembahasan kebijakan umum


danprioritas anggaran di DPR.

5. Visi dan Misi Kementerian Negara/Lembaga


Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dimulai dengan disusunnya visi
dan misi penyelenggara pemerintahan dan hasil-hasil yang diharapkan dalam
suatu perencanaan stratejik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) merupakan suatu sistem yang membentuk suatu siklus yang dimulai
dari: proses penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi yang akan
dicapai yang tercantum dalam perencanaan stratejik organisasi; yang kemudian
dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana Kinerja Tahunan; kemudian ditetapkan
dalam Penetapan Kinerja; penetapan pengukuran kinerja; pengumpulan data
untuk menilai kinerja; menganalisis, mereviu dan melaporkan kinerja; serta
menggunakan data kinerja tersebut untuk memperbaiki kinerja organisasi pada
periode berikutnya.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan. Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana

15

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi
adalah gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan oleh instansi pemerintah.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi adalah sesuatu yang harus
dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana
dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh
pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah,
dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh
dimasa mendatang.

6. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga


Rencana

Strategis

Kementerian

Negara/Lembaga

(Renstra-KL)

merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga


adalah dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5 (lima)
tahun. Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada
rancangan awal RPJM Nasional. Renstra-KL ditetapkan dengan peraturan
pimpinan Kementerian/Lembaga setelah disesuaikan dengan RPJM Nasional.
Penyusunan Renstra berpedoman pada Keputusan Kepala LAN Nomor
589/IX/6/Y/99 tahun 1999 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.

7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)


Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
selanjutnya disebut RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran

16

BAB II LANDASAN TEORI

yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga yang


merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran
serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Penyusunan rencana
kerja dan pendanaannya

menggunakan Renja-KL sebagai bahan masukan.

Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL) adalah dokumen


perencanaan kementerian negara/lembaga untuk untuk periode 1 (satu) tahun.
Kementerian negara/lembaga menyusun RKA-KL berpedoman kepada
rencana kerja pemerintah.

RKA-KL terdiri dari rencana kerja kementerian

negara/lembaga dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan rencana


kerja tersebut. Di dalam rencana kerja diuraikan visi, misi, tujuan, kebijakan,
program, hasil yang diharapkan, kegiatan, keluaran yang diharapkan. Di dalam
anggaran yang diperlukan tersebut diuraikan biaya untuk masing-masing
program dan kegiatan untuk tahun anggaran yang direncanakan yang dirinci
menurut jenis belanja, prakiraan maju untuk tahun berikutnya, serta sumber dan
sasaran pendapatan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. RKA-KL
meliputi

seluruh

kegiatan

satuan

kerja

di

lingkungan

kementerian

negara/lembaga termasuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi dan tugas


pembantuan.

8. Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah


Penerapan KPJM dalam level eselon I diyakini akan membuat
perencanaan dan penganggaran pada eselon I tersebut menjadi dapat
memberikan manfaat berupa: Transparansi alokasi sumber daya anggaran yang
lebih

baik(allocative

efficiency);

Meningkatkan

kualitas

perencanaan

17

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

penganggaran (to improvequality of planning); Fokus yang lebih baik terhadap


kebijakan prioritas (best policyoption).
Untuk mencapai manfaat tersebut maka secara teoritis untuk penerapan
KPJM dengan baik harus sesuai kerangka konseptual KPJM yang meliputi:
a. Penerapan sistem rolling budget tidak zero based budgeting;
b. Penetapan Baseline (angka dasar);
c. Penetapan Parameter;
d. Adanya mekanisme penyesuaian angka dasar; dan
e. Adanya mekanisme untuk pengajuan usulan dalam rangka tambahan
anggaran bagi kebijakan baru (additional budget for new initiatives).
1) Penerapan sistem anggaran bergulir (rolling budget)
Paradigma sistem penganggaran bergulir (rolling budget) merupakan
paradigma baru penganggaran untuk memperbaiki sistem penganggaran zero
based yang mengabaikan alokasi anggaran tahun sebelumnya. Penerapan
paradigma rolling budget dengan baik mempersyaratkan kebijakan sebagai basis
utama (policy driven)

dalam

proses

penganggaran

(budget

alignment).

Desain kebijakan yang disusun harus dapat memberikan informasi yang jelas,
khususnya

menyangkut

target

rencana

penyelesaian

kebijakan

(policy

accomplishment indicator) yang jelas sehingga dampak anggaran yang melebihi


satu tahun anggaran dapat diproyeksikan indikasi kebutuhan pendanaan
anggarannya secara baik.
2) Angka dasar (baseline)
Angka dasar (baseline) merupakan jumlah total biaya yang ditimbulkan
untuk melaksanakan kebijakan Pemerintah pada saat tahun anggaran berjalan

18

BAB II LANDASAN TEORI

dan tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan target waktu penyelesaian


kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk menetapkan angka dasar anggaran masing-masing kebijakan
publik yang akan dilaksanakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penetapan kebijakan-kebljakan yang akan dilanjutkan pada tahun-tahun
mendatang,

dengan

indikator

penyelesaian

yang

jelas

(Policy

Accomplishment Indicator).
b) Penetapan besaran angka dasar (baseline) anggaran kebijakan ini harus
memperhatikan prinsip penghitungan secara keseluruhan (full costing)
sehingga pada saat implementasi kebijakan dapat memenuhi seluruh
kebutuhan pendanaannya.
3) Parameter (assumption)
Parameter adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai acuan.Nilai-nilai
tersebut dapat berupa keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batasbatas atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem. Agar dapat menerapkan
KPJM secara efektif maka perlu dilakukan identifikasi terhadap parameterparameter yang mempengaruhi proyeksi penghitungan pendanaan pada masa
yang akan datang baik berupa parameter ekonomi maupun parameter
nonekonomi.
4) Mekanisme penyesuaian baseline (baseline adjustment)
Penyesuaian terhadap angka dasar (baseline) sangat diperlukan bagi
kesinambungan implementasi kebijakan yang ditetapkan untuk dilanjutkan pada
tahun anggaran berikutnya.Mekanisme penyesuaian ini dilakukan dengan
menggunakan parameter-parameter yang telah ditetapkan baik parameter
ekonomi maupun nonekonomi.

19

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

5) Mekanisme pengajuan usulan anggaran bagi kebijakan baru (new policy


proposals)
Pengajuan usulan anggaran untuk kebijakan baru harus diatur untuk
memberikan kepastian mekanisme dan prosedural bagi para pihak yang
berkepentingan. Usulan anggaran bagi kebijakan baru diajukan setelah diketahui
terdapat sisa ruang fiskal (fiscal space) berdasarkan penghitungan terhadap
proyeksi sumber daya anggaran yang tersedia (resources availibility) dikurangi
dengan angka dasar (baseline) anggaran bagi implementasi kebutuhan dasar,
layanan birokrasi/publik dalam kerangka pelaksanaan tugas dan fungsinya dan
hasil evaluasi yang menetapkan sebuah kebijakan tetap dilanjutkan pada tahun
anggaran berikutnya.

B. Implementasi Kebijakan
1. Penerapan Kebijakan KPJM
Dalam konteks kebijakan, KPJM merupakan ekstrapolasi dari suatu
kebijakan-kebijakan dan anggaran ke dalam suatu periode tahun tertentu, dalam
hal ini umumnya 3 sampai dengan 5 tahun. Tekanan dari mekanisme ini adalah
untuk menunjukkan dampak dalam jangka menengah dari suatu kebijakan dan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Disebut proses bergulir karena tahun
pertama dari forward estimate suatu periode KPJM akan menjadi tahun anggaran
berjalan pada periode KPJM berikutnya. Dengan keadaan demikian, maka akan
terjadi kesesuaian antara anggaran berjalan dengan periode KPJM sebelumnya,
dandapat diketahui adanya perubahan-perubahan

sebagai akibat adanya

kebijakan baru ataupun adanya penyesuaian-penyesuaian parameter.

20

BAB II LANDASAN TEORI

KPJM

digunakan

sebagai

alat

untuk

menghubungkan

kebijakan,

perencanaan dan penganggaran dalam periode jangka menengah (misalnya 3


tahun). Dalam pelaksanaannya KPJM terdiri atas top-down resource anvelope
dan estimasi biaya dari kebijakan-kebijakan yang sedang berjalan maupun
perkiraan dalam jangka menengah yang disusun secara bottom-up, dimana
proses tersebut dilakukan secara bergulir setiap tahun sebagai refleksi terhadap
perubahan-perubahan

kebijakan.

KPJM

sebagai

alat

yang

dapat

menghubungkan kebijakan dan perencanaan dengan penganggaran. Dan dalam


pelaksanaannya Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah bersifat fleksibel
disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, sehingga jika terjadi
perubahan-perubahan kebijakan ataupun adanya kebijakan-kebijakan baru tetap
dapat diakomodir dalam anggaran. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan
bahwa KPJM adalah sebagai bagian dari kebijakan yang ditetapkan untuk
diimplementasikan.
Definisi kebijakan antara lain diuraikan oleh Andersen. Andersen (1979)
sebagaimana dikutip Naniek Pangestuti mendefinisikan kebijakan sebagai
rangkaian kegiatan (course of action) dan maksud tertentu yang diikuti oleh
seseorang atau satu perangkat aktor dalam mengatasi masalah mengenai satu
hal. Secara umum, istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk perilaku
seorang aktor, misalnya pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga
pemerintah atau sejumlah aktor dalam bidang kegiatan tertentu. Banyak definisi
Kebijakan (policy) yang diberikan oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan.
Menurut Jatnodiprodjo (1988:8)sebagaimana dikutip Naniek Pangestuti
kebijakan adalah ketetapan ataupun ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh
pejabat dari instansi yang berwenang, yang bersifat sebagai pedoman,

21

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

pegangan, petunjuk, bimbingan untuk mewujudkan suatu kesepahaman dan


kecocokan tentang tindakan, langkah-langkah dan cara-cara yang harus
ditempuh, serta sumber-sumber dan waktu yang harus dipergunakan, dalam
rangka melaksanakan rangkaian kegiatan dari sekelompok manusia yang
terorganisir sehingga terjadi dan terpelihara dinamika gerak langkah yang
terpadu, searah dan seirama bagi tercapainya tujuan dan sasaran yang sudah
ditetapkan.
Apabila diperhatikan secara keseluruhan dari pendapat para ahli diatas
maka dapat dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan proses atau rangkaian
atau pola dari aktivitas pemerintah atau keputusan yang dibuat untuk mengatasi
permasalahan yang nyata atau tidak nyata terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Karenanya secara garis besar kebijakan publik berbicara tentang manusia
(masyarakat), nilai-nilai yang dianut, kebutuhannya, hal-hal yang bisa dipilih dan
pilihannya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kebijakan publik adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang merupakan pelaksanaan
dari serangkaian keputusan yang memuat petunjuk-petunjuk pelaksanaan.
Dengan demikian, KPJM pada dasarnya adalah bagian dari kebijakan publik.

2. Hierarki Penerapan Kebijakan Publik


Menurut Bromley (1989:32) sebagaimana dikutip oleh Suyadi kebijakan
publik secara hierarki terbagi dalam tiga tingkat yaitu policy level, organizational
level, dan operational level.Policy level adalah tingkat kebijakan publik dimana
pihak yang terlibat dalam pembentukan kebijakan pada tingkatan ini (institutional
arrangements) adalah kebijakan nasional berupa perundang-undangan (UndangUndang) dan kelembagaan tinggi negara. Organizational level merupakan tingkat

22

BAB II LANDASAN TEORI

tingkat kedua kebijakan poblik setelah policy level.Kebijakan yang diformulasikan


oleh

lembaga eksekutif berupa institutional arrangements teknis seperti

Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Menteri, program


pembangunan atau pemerintah dan ketetapan pembiayaan program tersebut.
Operational level merupakan tingkat kebijakan yang personilnya melakukan
implementasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh policy level dan
organizational level seperti rumah tangga dan perusahaan. Evaluasi kebijakan
dilakukan pada tiap tingkat kebijakan melalui perumusan masalah pada
peraturan perundang-undangan terkait (institutional arrangements) dengan
konsistensi dan koherensi antar kebijakan tersebut.
Hal yang penting untuk memastikan kebijakan tidak terjadi penyimpangan
dari level atas sampai dengan bawah adalah konsistensi.Konsistensi kebijakan
terbagi menjadi dua jenis yaitu konsistensi internal dan konsistensi tujuan
(eksternal). Konsintensi internal adalah konsistensi antara perumusan tujuan
fokus dan mekanisme serta implementasi yang dijalankan dengan evaluasi
kinerja yang ditetapkan sejak awal. Sedangkan konsistensi eksternal adalah
adanya arah yang jelas dari kebijakan sehingga stakeholders memahami tujuan
yang ingin dicapai oleh pemerintah secara konsisten. Koherensi merupakan
keterpaduan antar kebijakan agar tidak saling meniadakan, bertabrakan dan
membingungkan sehingga terjadi sinergi.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar

sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Sehingga tercapai atau tidaknya tujuan dari
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat, akan tergantung pada saat kebijakan
tersebut

diimplementasikan.

Namun

berdasarkan

realitas,

sering

terjadi

23

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

kesenjangan antara kebijakan yang telah digariskan dengan implementasi atas


kebijakan tersebut.
Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keputusan
Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, dan lain-lain.Implementasi
kebijakan (policy implementation) berarti pelaksanaan dan pengendalian arah
tindakan kebijakan sampai tercapainya hasil kebijakan itu sendiri. Implementasi
kebijakan merupakan aktivitas yang bersifat praktis, yang dibedakan dari
formulasi kebijakan, yang pada dasarnya bersifat teoritis.
Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan dari proses
kebijakan publik (public policy process) sekaligus studi yang sangat crusial
(penting). Bersifat crusial (penting) karena bagaimanapun baiknya suatu
kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam
implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan terwujud. Demikian pula
sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi
kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan juga tidak
akan tercapai. Hal ini berarti bahwa jika menghendaki tujuan kebijakan dapat
dicapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap implementasi yang harus
dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan
atau pembuatan kebijakan juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.
Dalam mengkaji implementasi kebijakan, Edwards menjawab dua
pertanyaan penting dalam implementasi yaitu prakondisi-prakondisi apa yang
diperlukan sehingga suatu implementasi kebijakan berhasil dan hambatan apa
yang mengakibatkan suatu implementasi gagal dengan membicarakan empat
faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakn publik. Berkaitan dengan
penelitian ini, maka dengan merujuk kepada pendapat George C. Edwards III

24

BAB II LANDASAN TEORI

(1978:295-305) sebagaimana dikutip oleh Naniek Pangestuti dan juga oleh


Suyadi, yang menyatakan pada dasarnya ada empat factor atau variabel krusial
yang menentukan berhasil tidaknya implementasi kebijakan publik, yaitu :
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Karakteristik/disposisi pihak pelaksana
4. Struktur birokrasi
Keempat faktor tersebut bekerja secara simultan dan berinteraksi satu
sama lain untuk mendukung atau menghambat implementasi kebijakan. Oleh
sebab itu, evaluasi terhadap implementasi kebijakan idealnya dilakukan dengan
menilai seluruh variabel tersebut sekaligus. Agar dapat dinilai, variabel-variabel
tersebut perlu dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih detail dan jelas.
Komponen-komponen tersebut berupa indikator-indikator yang dapat diukur atau
diteliti untuk mewakili empat variabel tersebut. Gambar dibawah ini menjelaskan
interaksi-interaksi empat faktor atau variabel krusial yang menentukan berhasil
tidaknya implementasi kebijakan publik (Edwards III).
Gambar 2.2 Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada
Implementasi Kebijakan Publik

25

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Sumber : Edwar George, Implementing Public Policy, Hal : 148 (dikutip


dari Naniek Pangestuti)
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait Medium Expenditure Framework atau KPJM belum
banyak dilakukan di Indonesia. Dari beberapa kajian yang telah dilakukan antara
lain penelitian yang dilakukan oleh Suyadi (2006) : Studi Persepsi Terhadap
Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Implementasi

Kebijakan

Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah Dalam Penyusunan Anggaran di Indonesia :


Studi kasus pada Departemen Pertanian. Kajian ini meneliti tingkat keberhasilan
pelaksanaan KPJM di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan teori
implementasi Edwards III, ada empat faktor atau variabel yang dianalisis yaitu,
faktor komunikasi, sumber daya, sikap aparat pelaksana dan struktur birokrasi.
Hasil analisis menunjukan bahwa secara umum faktor komunikasi, sumber daya,
sikap dan struktur birokrasi cukup mendukung implementasi KPJM. Namun
masih terdapat beberapa indikator yang bernilai masih kurang, antara lain :
indicator konsistensi komunikasi dari variabel komunikasi, indikator informasi dan
referensi dari variabel sumber daya, dan indikator prosedur operasional serta
indicator komunikasi antar organisasi dari variabel struktur birokrasi.
Penelitian Naniek Pangestuti (2008) : Studi Persepsi Terhadap FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah Dalam Penyusunan Anggaran Pada Direktorat Jenderal
Perlindungan HAM. Dengan menggunakan pendekatan teori implementasi
Edwards III, ada empat faktor atau variabel yang dianalisis yaitu, faktor
komunikasi, sumber daya, sikap aparat pelaksana dan struktur birokrasi. Hasil

26

BAB II LANDASAN TEORI

analisis menunjukan bahwa secara umum faktor komunikasi, sumber daya, sikap
dan struktur birokrasi tidak mendukung implementasi KPJM.
Penelitian terdahulu yang lain dilakukan oleh Petkova, Nelly dengan judul
Integrating Public Environmental Expenditure Within Muti-Year Budgetary
Frameworks menyatakan bahwa pendekatan penganggaran jangka menengah
menghasilkan alokasi sumber daya yang lebih efektif dan efisien baik di Negara
maju maupun Negara berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan metode
descriptive analysis.Shao-Jen Weng melakukan penelitan dengan judul A
Framework for Efficient Resource in Healthcare meyatakan bahwa pelayanan
kesehatan

menjadi

lebih

efektif

dengan

menggunakan

pendekatan

penganggaran KPJM. Penelitian ini menggunakan alat analisis DEA.

D. Kerangka Pemikiran Teoritis


Berdasarkan pendapat Edwar, implementasi kebijakan dipengaruhi empat
faktor yaitu komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan dan birokrasi. Dalam
penilitian ini, variabel yang akan dijadikan sebagai faktor yang menentukan
keberhasilan Penerapan KPJM terdiri dari Kelengkapan aturan, Pengetahuan
Pelaksana terkait aturan, Konsistensi Pelaksanaan, Evaluasi Pelaksanaan.
Variabel dalam kajian ini pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan variabel
yang dikemukakan dalam teori Edward III, hanya dimodifikasi dalam penyebutan
dengan memilih faktor kunci yang dianggap lebih tepat dalam implementasi
kebijakan pada lingkup BPPK.
Secara sederhana Kerangka Pemikiran Teoritis dapat digambarkan sebagai
berikut:

27

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Penilaian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapangan untuk


mengetahui apakah BPPK telah menerapkan pendekatan KPJM dalam
penyusunan anggaran berdasarkan dokumen, SOP dan pelaksanaan pekerjaan
penganggaran. Secara umum masing-masing variable akan dikaji secara
deskriptif melalui uji pengamatan berdasarkan dokumen formal yang tersedia.
Selain itu untuk mendapatkan hubungan antar variable secara statistik dilakukan
uji statistic kuantitatif dengan membuat kuestioner.

Secara lebih rinci

pengamatan dilakukan dengan:


a. Perangkat Aturan: Kajian dilakukan

dengan

melakukan observasi

dilapangan dan indepth interview terkait kelengkapan aturan yang ada terkait
dengan pelaksanaan KPJM antara lain: Undang-Undang, Peraturan Menteri
Keuangan, petunjuk pelaksanaannya di unit eselon I yang bersangkutan.
Selain itu juga akan dinilai persepsi dari pegawai BPPK yang terlibat
perencanaan dan penganggaran terkait kelengkapan aturan pelaksanaan
pendekatan KPJM;

28

BAB II LANDASAN TEORI

b. Pengetahuan dan Ketrampilan Pelaku: Untuk mengetahui apakah para


pelaku yang melaksanakan kebijakan terkait KPJM telah benar-benar
memahami konsep KPJM dilakukan dengan melakukan melakukan observasi
dilapangan dan indepth interview serta membuat kuestioner apakah hasil
pekerjaan atau pelaksanaan perencanaan dan penganggaran pada BPPK
telah dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku;
c. Konsistensi Penerapaan KPJM: Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan
KPJM dilakukan melakukan observasi dilapangan dan indepth interview
apakah komponen-komponen KPJM telah terdapat dalam unit eselon I:
Renstra BPPK, Visi dan misi organisasi, program prioritas, kegiatan-kegiatan
pada unit organisasi, penerapan rolling budget, penetapan baseline,
penetapan

new

initiative,

penggunaan

parameter

untuk

penyesuain,

kejelasan keterkaitan kegiatan dengan program dan keterkaitan program


dengan renstra Kementerian Keuangan, Tahapan pencapaian target yang
jelas dan penuangan dalam dokumen anggaran.
dipergunakan

untuk

mengetahui

persepsi

Hasil Kuestioner juga

pegawai

yang

menangani

perencanaan dan penganggaran terkait konsistensi penerapan KPJM di


BPPK;
d. Pelaksanaan

Evaluasi

Kebijakan:

Dilakukan

dengan

cara

observasi

dilapangan dan indepth interview Untuk mengetahui apakah unit eselon I


telah melakukan evaluasi atas program dan kegiatan yang dilakukan dan
apakah telah ada tindak lanjut perbaikan terkait dengan hasil evaluasi yang
dilaksanakan. Hasil Kuestioner juga dipergunakan untuk mengetahui
persepsi pegawai yang menangani perencanaan dan penganggaran terkait
evaluasi penerapan KPJM di BPPK;

29

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Adapun Indikator untuk tiap-tiap variabel adalah sebagai beikut :

Faktor-Faktor/
Variabel yang
mempengaruhi
Implementasi
KPJM di BPPK

30

Tabel 2.1
Indikator Variabel Penelitian
Variabel
Indikator
a. Peraturan tentang KPJM sudah
memadaii
Kelengkapan
b. Peraturan tentang KPJM perlu di
Aturan
jabarkan lebih detil
Penyusunan
c. Data-data dan referensi dalam
Anggaran
penyusunan KPJM mudah diperoleh
di instansi
a. Adanya sosialisasi tentang KPJM
b. mengetahui
informasi
tentang
penyusunan
anggaran
dengan
konsep KPJM
Pemahaman
c. Pemahaman
informasi
tentang
konsep KPJM
penyusunan
anggaran
dengan
konsep KPJM
d. Adanya
informasi
mengenai
penyusunan
anggaran
dengan
konsep KPJM
a. Penyusunan
perencanaan
berpedoman kepada Visi dan Misi
b. penyusunan
renja
berpedoman
kepada renstra K/L
c. penyusunan
Program
Saudara
berpedoman pada Renstra K/L
d. penyusunan Kegiatan berpedoman
pada Renja K/L
e. penyusunan Outcome mendukung
program
f. Dalam
penyusunan
output
mendukung kegiatan
Konsistensi
g. Penyusunan anggaran berpedoman
Penerapan
kepada dokumen perencanaan
KPJM.
h. Saudara Menerapkan konsep KPJM
dlm perencanaan penganggaran
i. Dalam
penyusunan
anggaran
dilakukan dengan prakiraan maju
untuk semua program dan kegiatan
j. Dalam penyusunan alokasi anggaran
berpedoman pada prakiraan maju
dalam dokumen KPJM
k. Apakah Saudara bekerjasama dalam
penyusunan
KPJM
dengan
bagian/unit lain
l. Perlunya ketersediaan alokasi dana
untuk menyusun KPJM
Melaksanakan
a. evaluasi atas pelaksanaan program

BAB II LANDASAN TEORI

Variabel
evaluasi
terhadap
program dan
kegiatan

Indikator
dan kegiatan
b. menjadikan hasil evaluasi sebagai
dasar penyusunan rencana program
dan kegiatan
c. penyusuanan
program
baru
berdasarkan hasil evaluasi atas
pelaksanaan program sebelumnya
d. penyusunan anggaran menyusun
baseline
e. melakukan review atas baseline
f. menindaklanjuti
hasil
evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan

Sumber: Diolah oleh Penulis


Adapun model penelitian yang hendak diestimasi adalah sebagai berikut:
Implementasi kebijakan = + aturan + pemahaman + konsistensi +
evaluasi

E. Hipotesis
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan sebagai institusi dibawah
Kementerian Keuangan telah melaksanakan penerapan penganggaran dengan
pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah. Penerapan KPJM pada
instansi BPPK masih perlu untuk disempurnakan secara terus menerus. Kajian
ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu ditingkatkan terkait
penerapan KPJM di BPPK dan bagaimana alternatif langkah yang harus
ditempuh BPPK untuk dapat menerapkan pendekatan KPJM di lingkungan
BPPK.

31

BAB III
METODE KAJIAN AKADEMIS

A. Jenis penelitian
Untuk mendapatkan hasil kajian sesuai dengan tujuan penelitian maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kajian secara deskriptif kualitatif terhadap penerapan KPJM di BPPK.
Kajian ini dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap implementasi
kebijakan,

kelengkapan

aturan,

konsistensi

pelaksanaan

kebijakan,

pelaksanaan evaluasi kebijakan, kelengkapan dokumen dan ketaatan unit


Eselon I untuk menyusun/membuat dokumen yang dipersyaratkan untuk
melaksanakan KPJM seperti: penyusunan visi, misi, program, kegiatan,
penetapan baseline, pengajuan new initiatif, dokumen anggaran dan
pelaksanaan evaluasi atas pelaksanaan anggaran;
2. Kajian statistik kuantitatif
Kajian ini dilakukan dengan cara melakukan penyusunan dan penyebaran
Kuesioner. Selanjutnya hasil dari kuesioner ditabulasi dan diolah dengan
metode statistik kuantitatif. Kajian terkait implementasi KPJM pada BPPK
akan melakukan pengujian model penelitian. Model penelitian yang dipilih
selanjutnya diuji dengan metode statistik yang umum berlaku.

B. Jenis Dan Sumber Data


Data-data yang dipakai dalam penulisan ini adalah:
1. Data-data sekunder yang bersumber dari Sekretariat Badan Pendidikan Dan
Pelatihan Keuangan c.q Bagian Organisasi Dan Tata Laksana serta Bagian

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS

Keuangan. Data sekunder yang dipakai adalah Data Tugas Pokok dan
Fungsi, Visi, Misi, Renstra, Renja, RKA KL dan DIPA. Data-data yang dipakai
adalah data-data kurun waktu 2009 sampai dengan 2012.
2. Data Primer
Data primer didapatkan dengan cara melakukan penyebaran kuestioner
kepada seluruh pejabat yang secara struktural terlibat dalam penyusunan
perencanaan dan penganggaran pada Sekretariat Badan Pendidikan Dan
Pelatihan Keuangan serta eluruh Pusdiklat (tidak termasuk STAN). Dari
sekitar 40 kuestioner yang disebarkan terdapat 33 buah yang berhasil
dikumpulkan kembali.

C. Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian penulis mengumpulkan data dengan cara:
1. Melakukan

penelitian

kepustakaan

(library

research)

dalam

mencari

datasekunder, kerangka referensi dan landasan teori yang bersumber dari


buku, majalah, jurnal ilmiah yang relevan serta publikasi dari Kementerian
Keuangan dan BPPK.
2. Melakukan penelitian lapangan dengan melakukan penyebaran kuestioner
dan melakukan indepth interview terhadap beberapa narasumber yang
dianggap

memiliki

peran

yang

besar

terkait

dengan

pelaksanaan

perencanaan dan penganggaran.

33

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

D. Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, dilakukan analisis kebijakan penerapan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah. Ada tiga tahapan penelitian yang dilakukan
yaitu :
1. Melakukan kajian secara mendalam (in depth analysis) terhadap penerapan
KPJM di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK);
2. Menguji model penelitian untuk melihat sejauhmana pengaruh atau
hubungan antara Penerapan KPJM (Y) dengan Kelengkapan aturan (X1),
Pengetahuan dan Keahlian Pelaku (X2), Konsistensi Penerapan kebijakan
(X3), Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan (X4);
3. Menguji penerapan KPJM di BPPK menurut persepsi petugas penyusun
perencanaan dan penganggaran di BPPK serta sejauh mana variabelvariabel dalam penelitian dilaksanakan.
Model penelitian yang diuji adalah

variabel Dependen Keberhasilan

Penerapan KPJM (Y) dipengaruhi variabel independen: Kelengkapan aturan


(X1)+ Pengetahuan dan Keahlian Pelaku (X2)+Konsistensi Penerapan Kebijakan
(X3)+ Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan (X4). Model ini akan diuji dengan cara
melakukan survey dan menyebarkan kuesioner kepada seluruh pejabat yang
menyusun perencanaan di BPPK beserta unit eselon II dibawahnya.
Penilaian terkait Penerapan KPJM di BPPK (uji persepsi):
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui persepsi atau pendapat semua
pihak yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran di BPPK. Kajian
dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan
penerapan KPJM di BPPK. Variabel yang dikaji adalah:

34

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS

1. Keberhasilan Penerapan KPJM di BPPK: Kajian dilakukan

dengan

mengukur persepsi para penyusun perencanaan dan penganggaran di BPPK


terkait keberhasilan pelaksanaan KPJM;
2. Perangkat Aturan: Kajian dilakukan dengan mengukur persepsi para pelaku
terkait kelengkapan aturan yang ada terkait dengan pelaksanaan KPJM;
3. Pengetahuan dan Ketrampilan Pelaku: Untuk mengukur persepsi pelaku
terkait kemampuan pelaku kebijakan memahami konsep KPJM dilakukan
dengan melakukan survey (mengirim questionair) dan wawancara mendalam
kepada para penyusun perencanaan penganggaran di unit Eselon I dan II
Kementerian Keuangan ;
4. Konsistensi Penerapan KPJM: Untuk mengetahui persepsi pelaku apakah
mereka merasa telah pelaksanaan penerapan KPJM dilakukan survey
kepada

para

pemangku

kepentingan

terkait

pelaksanaan

kebijakan

penganggaran (pejabat dan pegawai unit es I, II, III di Kementerian


Keuangan);
5. Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan: Untuk mengetahui persepsi pelaku apakah
unit eselon I telah melakukan evaluasi atas program dan kegiatan yang
dilakukan dan apakah telah ada tindak lanjut perbaikan terkait dengan hasil
evaluasi yang dilaksanakan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif.
1. Kajian

analisis kualitatif

deskriptif terhadap penerapan KPJM di

BPPKdigunakan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang berkaitan


dengan permasalahan yang diteliti. Analisis ini dilakukan dengan cara

35

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

mempelajari

dokumen-dokumen

terkait

penganggaran

pada

Badan

Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan.


Kajian ini dibuat dengan mendasarkan hasil survey mengenai uji persepsi
para pegawai yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran di BPPK.
Dalam survey kepada para pegawai tersebut akan ditanyakan sejauh mana
persepsi mereka terhadap kelengkapan aturan, Pemahaman pegawai
terhadap

penerapan

kebijakan

KPJM,

Konsistensi

penerapan

dan

pelaksanaan evaluasi kebijakan. Hasil dari pengolahan data dari kuestioner


yang dibuat dijadikan landasan untuk memberikan rekomendasi kebijakan
bagi para pengambil kebijakan di BPPK.
2. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi kuantitatif (data
yang dapat diukur, diuji dan diinformasikan dalam bentuk persamaan, tabel
dan sebagainya).
Tahapan analisis kuantitatif terdiri dari uji spesifikasi model,

regresi

persamaan, uji statistik dan uji asumsi klasik. Model yang dipakai dalam
penelitian adalah modifikasi atas model yang dikemukakan oleh Edward
terkait dengan Implementasi Kebijakan.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh gambaran
sebagai referensi untuk memilih alat analisis yang tepat bagi penyelesaian model
yang telah dipilih. Tujuan penggunaan alat analisis yang tepat adalah untuk
mendapatkan penaksir parameter yang BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator)
yang dikenal dengan teorema Gauss-Markov. Adapun syarat penaksir yang
BLUE adalah: penaksir tidak bias, efisien dan konsisten.Adapun langkah-langkah
uji statistik dan alat analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

36

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS

1. Regresi linier berganda metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS)


Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat, alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda
yang diestimasi menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least
Squares [OLS]). Ketepatan fungsi regresi sampel menaksir nilai aktual diukur
dari goodness of fit yang mencakup uji teori atau uji tanda, uji koefisien
determinasi, uji F dan uji t.
a. Uji Teori atau uji tanda
Salah satu kriteria utama dalam menentukan apakah suatu persamaan valid
adalah kesesuaian dengan teori yang ada dan telah diakui kebenarannya.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.
c. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependent (terikat).
d.

Uji t

Uji t yang pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu


variable independen secara individual mampu menerangkan variasi variabel
dependent (terikat).

37

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

2. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua
pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi
dasar regresi linier homoskedastisitas, yaitu variasi residual sama untuk
semua pengamatan. Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedastisitas
maka penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tadi tidak
lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar . Menurut
Gujarati (2003) bahwa masalah heteroskedastisitas nampaknya menjadi lebih
biasa dalam data cross section dibandingkan dengan data time series.
Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas. Secara manual uji ini dilakukan dengan meregres
residual kuadrat (e2) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan
perkalian variabel bebas. Kemudian dicari nilai 2 hitung dengan cara
2=n*R2. Kriteria ujinya adalah jika 2 hitung < 2 tabel, maka hipotesis
alternatif adanya heteroskedastisitas dalam model ditolak.
b.

Uji Autokorelasi

Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah tidak ada autokolerasi.
Autokorelasi adalah keadaan di mana disturbance term pada periode tertentu
berkorelasi dengan disturbance term pada periode lain yang berurutan.
Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan
variannya tidak minimum.
Penelitian ini akan menggunakan Breusch-Godfrey (BG) Test untuk melihat
gejala autokorelasi. Pengujian dengan BG Test dilakukan dengan meregres
variabel pengganggu ut, menggunakan autoregressive model dengan orde :

38

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS

dengan hipotesa nol H0 adalah : 1 = 2 == p = 0, di mana koefisien


autoregressive secara simultan sama dengan nol, menunjukkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada setiap orde.
c.

Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi model regresi klasik adalah tidak terdapat Multikolinearitas
diantara variabel independen dalam model regresi. Menurut Gujarati (2003)
multikolinearitas berarti adanya hubungan sempurna atau pasti antara
beberapa variabel independen atau semua variabel independen dalam model
regresi.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas dalam
persamaan. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum uji statistik dilaksanakan.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi secara
normal.

39

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Kelengkapan Elemen KPJM Pada BPPK


Dokumen Perencanaan dan Penganggaran diperlukan dalam penerapan
pendekatan penganggaran KPJM. Dokumen tersebut sangat penting bagi BPPK
untuk dapat menilai sejauh mana keberhasilan organisasi mencapai tujuan dalam
jangka menengah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk melakukan kajian terkait dengan penerapan KPJM pada BPPK maka
dilakukan pembahasan terkait struktur perencanaan dan penganggaran di BPPK.
Struktur perencanaan dilihat dari tugas pokok dan fungsi, renstra dan renja
BPPK. Sedangkan struktur pendanaan dilihat dari Rencana Kerja Anggaran
BPPK (RKA K/L BPPK).

1. Tugas Dan Fungsi BPPK


Tugas

BPPK

berdasarkan

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,


Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang selanjutnya disingkat BPPK
adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara.
Adapun dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan kebijakan teknis rencana dan program pendidikan dan
pelatihan dibidang keuangan negara;
b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara;

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan


di bidang Keuangan Negara;
d. Pelaksanaan administrasi Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan.
Selanjutnya berdasarkan tugas dan fungsi tersebut BPPK dengan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 297/KMK.012/2010 tentang
Rencana Strategis BPPK Tahun 2010 2014 menetapkan visi dan misi sebagai
berikut:

2. Visi dan Misi BPPK


Sesuai dengan misi Kementerian Keuangan untuk membangun dan
mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan
bertanggung jawab, maka BPPK menetapkan visinya sebagai berikut :
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan terdepan dalam menghasilkan SDM
Keuangan dan Kekayaan Negara yang amanah, profesional, berintegritas tinggi
dan bertanggung jawab
Adapun misi BPPK dirumuskan sebagai berikut:
a. Misi Umum
Melaksanakan pengembangan SDM pengelola keuangan dan kekayaan
negara melalui pendidikan dan pelatihan. Misi ini merupakan misi umum
BPPK sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan dan
sebagai lembaga penunjang tugas-tugas Kementerian Keuangan dalam
memiliki

SDM

keuangan

dan

kekayaan

negara

yang

amanah,

profesional, berintegritas tinggi, dan bertanggung jawab.

41

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

b. Misi Khusus
1) Meningkatkan kegiatan penelitian di bidang pengembangan SDM serta
bidang Keuangan dan Kekayaan Negara
Misi ini merupakan misi khusus untuk menjadikan BPPK sebagai
lembaga diklat yang memiliki pendidikan dan pelatihan terdepan dalam
menghasilkan SDM keuangan dan kekayaan negara yang amanah,
profesional, berintegritas tinggi, dan bertanggung jawab.
2) Melanjutkan reformasi birokrasi BPPK
Misi ini merupakan misi khusus dalam melanjutkan kembali reformasi
birokrasi di BPPK yang telah digulirkan pertama kali pada tahun 2007
seraya melakukan persiapan dalam penambahan fungsi BPPK sebagai
Badan

Transformasi/

Reformasi

Birokrasi

yang

bertugas

untuk

merumuskan kebijakan pelaksanaan program reformasi birokrasi di


Kementerian Keuangan.
3) Mewujudkan tata kelola yang baik di BPPK
Misi ini merupakan misi khusus dalam mengelola manajemen di BPPK
melalui

penerapan

praktik-praktik

manajemen

terbaik

guna

terselenggaranya pemerintahan yang efektif dan efisien.

Tabel 4.1
Tujuan, Sasaran dan Strategi BPPK
Tujuan

Sasaran

Strategi

menghasilkan
SDM
pengelola
keuangan
dan
kekayaan
negara yang
amanah,

Terwujudnya pendidikan
dan pelatihan berbasis
penelitian dan
pemutakhiran data
kebutuhan diklat

menumbuhkan budaya penelitian pada SDM di


lingkungan BPPK;melaksanakan penelitian/kajian
ilmiah dalam rangka merencanakan dan mendesain
diklat; mewujudkan diklat melalui memanfaatkan
hasil-hasil penelitian dan data kebutuhan diklat yang
relevan dengan kebutuhan kompetensi pemangku
kepentingan;
penyempurnaan
tata
kelola
penelitian/kajian ilmiah (kajian Akademis, AKD, IKD);

42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tujuan

Sasaran

Strategi

profesional,
berintegritas
tinggi
dan
bertanggung
jawab melalui
pendidikan
dan
pelatihan.

Terwujudnya pendidikan
dan pelatihan berbasis
penelitian dan
pemutakhiran data
kebutuhan diklat

pemberian dukungan fasilitas penelitian dalam bentuk


dukungan finansial dan non-finansial

Terwujudnya kualitas
layanan diklat yang
memuaskan pemangku
kepentingan

penyediaan tenaga pengelola diklat yang profesional;


penyediaan tenaga pengajar yang kompeten dan
berkualitas; pemberian dukungan sarana dan
prasarana bagi peserta diklat secara maksimal;
menghasilkan lulusan diklat yang berkualitas.

Terwujudnya evaluasi
pendidikan dan
pelatihan yang
menyeluruh dan
berkelanjutan

Peningkatan mutu dan teknik evaluasi


penyelenggaraan diklat; Peningkatan mutu
rekomendasi hasil evaluasi

Terwujudnya penataan
organisasi BPPK yang
handal dan modern

Perencanaan, penataan, dan pengembangan


organisasi sesuai dengan kebutuhan; Pengembangan
sistem dan prosedur

Tercapainya
peningkatan
pemanfaatan teknologi
informasi dan
komunikasi yang
mendukung pendidikan
dan pelatihan

Pengembangantata kelola TIK; Pengembangan


sistem aplikasi TIK ; Pengembangan infrastruktur TIK

Penerapan mana-jemen
pengemba-ngan SDM
dalam rangka mewujudkan SDM BPPK yang
amanah, profesional,
berintegritas tinggi dan
bertanggung jawab

Melaksanakan pengadaan pegawai (human resource


planning) sesuai kebutuhan Melaksanakan
Assessment Center; Melaksanakan penataan
pegawai; Mengembangkan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian ; Menyelenggarakan
penyelesaian administrasi kepegawaian;
Melaksanakan penegakan disiplin pegawai

Terwujudnya
akuntabilitas sistem
manajemen keuangan
dan manajemen aset

Peningkatan efisiensi dan akurasi pelaksanaan


anggaran yang diupayakan sejalan dengan
peningkatan kinerja dan sesuai dengan kerangka
pengeluaran yang telah ditetapkan; Peningkatan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara ; Meningkatkan daya guna dan hasil guna
pengelolaan sarana dan prasarana BPPK.;
Pengamanan aset kekayaan negara

Tercapainya
peningkatan jejaring
kerjasama BPPK
dengan institusi di dalam
maupun di luar negeri
dalam rangka
peningkatan kapasitas
organisasi

Peningkatan jumlah dan mutu jejaring kerjasama


dengan institusi di dalam negeri (nasional) dan luar
negeri (internasional) dengan kebijakan
memprioritaskan kerjasama yang memberikan posisi
strategis BPPK di tingkat nasional maupun
internasional

menjadi
lembaga
pendidikan
dan pelatihan
dengan tata
kelola yang
baik

43

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Sumber: Renstra dan Renja BPPK


B. Penerapan KPJM oleh BPPK
1. Program dan Kegiatan BPPK
a. Program
Setelah

dilaksanakan

restrukturisasi

program

dan

kegiatan

oleh

Bappenas maka ditetapkan bahwa satu unit Eselon I memiliki satu program.
Program yang menjadi milik BPPK adalah: Program Pendidikan Dan Pelatihan
Aparatur Kementerian Keuangan.
Program yang dilaksanakan oleh BPPK tersebut ditargetkan

untuk

memberikan hasil:
1) Meningkatkan

pemahaman

masyarakat

dan

pelaku

ekonomi

akan

penyelenggaraan pengelolaan keuangan Negara;


2) Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi
Kementerian Keuangan;
3) Mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkometensi tinggi
4) Mengembangkan organisasi yang handal dan modern
b. Kegiatan
Hasil restrukturisasi program dan kegiatan oleh Bappenas menghasilkan
rumusan secara umum satu unit eselon II menjalankan satu kegiatan. Dari
seluruh unit eselon II yang terdapat pada BPPK maka kegiatan yang diberikan
dan terdapat dalam RKA KL BPPK adalah sebagai berikut:

44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.2
Kegiatan dan Output BPPK
Kegiatan

Output

Pengembangan SDM Melalui


Penyelenggaraan Pendidikan
Dan Pelatihan Keuangan
Negara di Daerah

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat, tanah, gedung
dan bangunan,, peralatan kantor dan kendaraan operasional,
kendaraaan bermotor, perangkat pengolah data, peralatan
fasilitas perkantoran, gedung/bangunan, perangkat pengolah
data dan komunikasi, peralatan dan fasilitas perkantoran

Pengembangan SDM Melalui


Diklat Teknis dan Fungsional Di
Bidang Anggaran Dan
Perbendaharaan

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat,
gedung/bangunan, peralatan dan fasilitas perkantoran

Pengembangan SDM Melalui


Diklat Teknis dan Fungsional Di
Bidang Kepabeanan dan Cukai

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat, tanah, gedung
dan bangunan lainnya.

Pengembangan SDM Melalui


Diklat Teknis dan Fungsional Di
Bidang Kekayaan negara dan
Perimbangan Keuangan
Pengembangan SDM Melalui
Diklat Teknis dan Fungsional Di
Bidang selain anggaran,
Perbendaharaan, Perpajakan,
Kepabeanan CukaiKekayaan
negara dan Perimbangan
Keuangan

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat,
gedung/bangunan, peralatan dan fasilitas perkantoran

Pengembangan SDM Melalui


Diklat Teknis dan Fungsional Di
Bidang , Perpajakan,

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat, tanah,
perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan
fasilitas perkantoran, gedung/bangunan

Pengembangan SDM Melalui


Penyelenggaraaan Diklat
Kepemimpinan dan Manajemen
serta Pendidikan Pasca
Sarjana Bagi Pegawai
Kementerian Keuangan

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat, perangkat
pengolah data, peralatan fasilitas perkantoran,
gedung/bangunan, peralatan dan fasilitas perkantoran

Pengembangan SDM Melalui


Pendidikan Program Diploma
Keuangan

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah mahasiswa, peralatan fasilitas
perkantoran, gedung/bangunan.

Penyelenggaraan dukungan
manajemen Dan Dukungan
Teknis lainnya bagi unit kerja di
lingkungan BPPK

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, layanan kepegawaian, kajian
akademis, jurnal BPPK, gedung/bangunan, KENDARAAN
BERMOTOR, perangkat pengolah data DAN KOMUNIKASI,
peralatan dan fasilitas perkantoran

Layanan perkantoran, dokumen kesekretariatan, laporan


keuangan dan kegiatan, jumlah peserta diklat, tanah,
perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan
fasilitas perkantoran, gedung/bangunan

Sumber: Renstra BPPK

45

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

2. Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran


Pada prinsipnya BPPK telah menyusun perangkat perencanaan dan
penganggaran

sesuai

dengan

penganggaran.

Penerapan

ketentuan

KPJM

bukan

reformasi
semata

perencanaan
berbicara

dan

mengenai

ketersediaan dana namun juga harus focus pada program atau kegiatan apa
yang akan didanai. Keterkaitan struktur perencanaan dengan penganggaran
menjadi hal yang penting dalam rangka implementasi kebijakan KPJM secara
tepat. Ada beberapa hal yang menurut hemat kami perlu untuk ditingkatkan dan
dibuat lebih fokus untuk mempermudah kontrol pencapaian tujuan BPPK.
Beberapa hal yang menurut hemat kami perlu di tingkatkan adalah:
a. Keterkaitan Tugas, Fungsi Dengan Visi, Misi Dan Tujuan BPPK
Dari sisi keterkaitan tugas, fungsi, visi, misi dan tujuan BPPK telah
mendeskrepsikan dengan baik dan runtut sehingga dapat dengan mudah semua
orang membaca dan memahami apa yang menjadi tugas, fungsi dan tujuan yang
hendak dicapai oleh BPPK.
b. Konsistensi Renstra/Renja Dengan Kegiatan
Penerapan penganggaran Berbasis Kinerja antara lain ditunjukkan oleh
konsep Money follow function, function followed by structured. Sasaran stetegis
BPPK untuk tujuan menghasilkan SDM pengelola keuangan dan kekayaan
negara yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab
melalui pendidikan dan pelatihan menentukan kondisi yang ingin dicapai ialah:
1) Terwujudnya pendidikan dan pelatihan berbasis penelitian dan pemutakhiran
data kebutuhan diklat.

46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2) Terwujudnya

kualitas

layanan

diklat

yang

memuaskan

pemangku

kepentingan.
3) Terwujudnya evaluasi pendidikan dan pelatihan yang menyeluruh dan
berkelanjutan.
Sasaran strategis ini dapat diturunkan secara langsung kepada masingmasing Pusdiklat dan Balai DIklat yang ada pada BPPK sehingga relative mudah
untuk dipantau keberhasilannya. Namun untuk sasaran strategis menjadi
lembaga pendidikan dan pelatihan dengan tata kelola yang baik dengan kondisi
yang ingin dicapainya berupa:
1) Terwujudnya penataan organisasi BPPK yang handal dan modern.
2) Tercapainya peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
yang mendukung pendidikan dan pelatihan.
3) Penerapan manajemen pengembangan SDM dalam rangka mewujudkan
SDM BPPK yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung
jawab.
4) Terwujudnya akuntabilitas sistem manajemen keuangan dan manajemen
aset.
5) Tercapainya peningkatan jejaring kerjasama BPPK dengan institusi di dalam
maupun di luar negeri dalam rangka peningkatan kapasitas organisasi.
Tidak semua dapat diturunkan langsung kepada Pusdiklat (unit selevel
eselon II) di BPPK. Ketika sasaran strategis ini tidak dapat langsung diturunkan
ke unit Eselon II maka beban mewujudkan sasaran strategis ini oleh BPPK
diturunkan ke unit atau level yang lebih rendah (level Eselon III) yang ada di
Sekretariat Badan ataupun Pusdiklat.

47

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Idealnya strategi yang telah dibuat dapat diimplementasikan dalam


kegiatan BPPK.Tetapi dalam prkateknya straegi yang telah dibuat tidak dapat
dicerminkan secara langsung dalam kegiatan BPPK. Hal ini disebabkan
keterbatasan kegiatan dalam RKA KL. Penurunan sasaran strategis ke level unit
eselon III berpotensi menyulitkan mengukur keberhasilan kegiatan dan
penyusunan komposisi pendanaan. Dimana berdasarkan restrukturisasi program
dan kegiatan kepada BPPK hanya diberikan kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan dan melekat pada level eselon II.
Kesulitan tersebut muncul karena secara teori seharusnya BPPK dapat
fleksibel menyusun struktur organisasi sesuai dengan fungsi dan sasaran
strategisnya (function followed by structured) tapi dalam konteks penganggaran
di Indonesia tidak semudah itu. Kondisi tersebut terjadi karena untuk menyusun
organisasi harus melalui mekanisme yang panjang dan belum ada fleksibilitas
disana. Untuk menjalankan Pendekatan penganggaran KPJM sampai dengan
level tertentu organisasi sebaiknya diberikan keleluasaan untuk menyusun
struktur organisasi tidak seperti saat ini dimana struktur organisasi ditentukan
sangat rigid sampai dengan level eselon IV oleh Menpan.
BPPK menyusun renstra dengan berbasis fungsi, ketika fungsi tersebut
akan

dieksekusi

muncul

kesulitan

karena

birokrasi

yang

ada

disusun

berdasarkan struktur da nada keterbatasan mengubah struktur yang telah ada.


Kondisi ini berpotensi menghambat pencapaian tujuan BPPK sesuai Renstra
yang telah dibuat.
c. Konsistensi Tujuan/Output
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai BPPK (baik outcome maupun
output) dapat kita gambarkan dalam matrik berikut:

48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.3
Perbandingan Sasaran Renstra dengan Kegiatan dan Output BPPK

Sumber: Renstra dan RKA KL BPPK (diolah)


Dari tabel tersebut antara sasaran yang ingin dicapai dalam Renstra tidak
dapat dibandingkan langsung dengan output pada RKA KL. Kondisi ini memang
bukan berarti RKA KL tidak mengacu pada Renstra namun hal ini akan

49

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

menyulitkan bagi para pengambil kebijakan untuk mengukur sampai sejauhmana


kemampuan organisasi akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam Renstra.
d. Konsistensi Pendanaan dan Rolling Budget
Konsistensi pendanaan ditunjukkan oleh seberapa kuat komitmen BPPK
mengalokasikan dananya bagi kegiatan prioritas. Dalam struktur RKA KL yang
seperti sekarang dimana kegiatan terus muncul setiap tahun maka hamper
mustahil ada kegiatan yang tidak teralokasikan dananya. Tetapi harus dicermati
kegiatan yang ada pada BPPK saat ini hanya mampu menggambarkan secara
langsung sebagian dari renstra.
Ada beberapa rencana strategis yang tidak dapat dikaitkan langsung
dengan kegiatan karena kegiatan yang ada dibuat mengikuti struktur yang ada.
Kalau dicermati ada beberapa rencana strategis di tahun 2009 tidak lagi
dimasukkan dalam output renstra ditahun-tahun berikutnya. Beberapa output
yang sempat masuk pada renstra akhir periode (2009) tidak lagi Nampak
kebelanjutannya. Beberapa output renstra di akhir tahun 2009 yang tidak lagi
disebut secara eksplisit pada tahun 2010 dan seterusnya adalah tujuh produk
unggulan BPPK yaitu: Modul Keuangan Negara; Ujian Masuk STAN, e-learning
BPPK, unit tes BPPK, Pelayanan Prima BPPK, Integritas BPPK, e-government
BPPK.
Pada prinsipnya beberapa produk unggulan tersebut kalau diteliti dengan
cermat masih muncul pendanaannya namun beberpa yang lain seperti: egovernment BPPK, USM STAN, Integritas tidak dapat dilihat secara langsung
dimana produk unggulan tersebut didanai. Beberapa masih didanai tetapi
dengan proporsi yang tidak lagi menggambarkan sebagai produk unggulan

50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

seperti: e-learning BPPK, unit tes, pelayanan prima. Sulit untuk mengukur
pendanaan masing-masing produk unggulan tersebut karena tersebar di banyak
unit eselon II dan malah beberapa hanya ada di unit level eselon III.
Selain itu dalam struktur perencanaan dan penganggaran BPPK sekarang
sulit untuk mendeteksi kegiatan-kegiatan yang bersifat prioritas. Semua kegiatan
yang dilaksanakan nampaknya memiliki tingkat prioritas yang sama, tidak ada
perbedaan yang menonjol antara dari sisi prioritas antara satu kegiatan dengan
kegiatan yang lain.
e. Penetapan Base Line Dan Pengusulan New Inisiatif
Angka dasar (baseline) merupakan jumlah total biaya yang ditimbulkan
untuk melaksanakan kebijakan Pemerintah pada saat tahun anggaran berjalan
dan tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan target waktu penyelesaian
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun Inisiatif Baru merupakan
salah satu mekanisme yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sistem
perencanaan dan penganggaran yang lebih baik, utamanya dalam penerapan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah.
BPPK telah melaksanakan konsep baseline dan new inisiatif sesuai
dengan program RKA KL yang ada sekarang. Namun ketika struktur anggaran
dan kegiatan berjalan otomatis sebagaimana yang ada dalam program RKA KL
sulit sekali untuk menilai ketepatan baseline dan new inisiatif yang disusun.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi KPJM


Hasil regresi persamaan dengan metode OLS yang dilakukan terhadap
persamaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) sebagai variabel

51

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

dependen dengan

Aturan (At), Pemahaman (Pmh), Konsistensi (Kons) dan

Evaluasi (Ev) sebagai variabel independen adalah sebagai berikut:


Hasil regresi persamaan Pengeluaran Jangka Menengah adalah:
KPJM = 1 + 1 Aturan +2 Pemahaman + 3 Konsistensi + 2 Evaluasi+ e1
KPJM = -0.09565+ 0.490034 At + 0.100868 Pmh+ 0.371929 Kons + 0.016327
Ev (5.1)
t - stat = (-0.192409)

(2.562938)

(0.518644)

(1.746588)

(0.096403)
Tabel 4.4
Ringkasan Hasil Regresi Persamaan Penerapan Kebijakan KPJM
Variable
C
Aturan
Pemahaman
Konsistensi
Evaluasi
R-squared

Coefficien
t
-0.095650
0.490034
0.100868
0.371929
0.016327

Std. Error

t-Statistic

Prob.

0.497118
0.191200
0.194484
0.212946
0.169357
F-statistic

-0.192409
2.562938
0.518644
1.746588
0.096403

0.8488
0.0160
0.6081
0.0917
0.9239
14.5679
9
0.00000
2

0.675445
Adjusted R-squared

Prob(F-statistic)
0.629080

Kesimpulan
Tdk Sign
Significance
Tdk Sign
Significance
Tdk Sign

Significance

Sumber: Hasil uji statistik


Untuk membaca hasil pengolahan data persamaan penerapan kebijakan
pendekatan anggaran dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM)adalah sebagai berikut:
1. Uji Teori (Uji Tanda).
Dengan melihat

tanda pada setiap koefisien regresi dapat disimpulkan

bahwa penerapan kebijakan KPJM berhubungan secara positip dengan


kelengkapan aturan (At), tingkat pemahaman (Pmh), Konsistensi Penerapan

52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

(Kons) dan Pelaksanaan Evaluasi (Ev).Hasil ini secara a priori telah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Edward III ;
2. Uji t.
Secara statistik, melalui uji t diketahui bahwa secara individual variabel
independen

Aturan

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

variabel

dependen (KPJM) pada = 5 % sedangkan Konsistensi significant pada =


10 % . Dua variabel independen yang lain yaitu Pemahaman dan Evaluasi
tidak significance.
3. Uji F
Dari uji statistik dengan menggunakan uji F diketahui

bahwa secara

bersama-sama

mempengaruhi

seluruh

variabel

independen

signifikan

variabel dependen pada = 5 % .


4. Uji koefisien determinasi (R2)
Dari nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0.675445 dapat disimpulkan
bahwa 67,5 % variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel
independen dalam model sedangkan 32,5% sisanya dijelaskan oleh variabelvariabel lain diluar model. Adapun untuk nilai koefisien determinasi (R2 )
adjusted sebesar 0.629080 dapat disimpulkan 62,9 % variasi variabel
dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen dalam model
sedangkan 37,1% sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model.
5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan apakah persamaan yang
dibangun tidak melanggar kriteria ekonometrik atau tidak melanggar asumsi
Ordinary

Least

Square

(OLS)

yaitu

meliputi

heteroscedastisitas,

53

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

autocorrelation dan multicolinearity. Kriteria ekonometrik

diperlukan untuk

menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).


a. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk
semua pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu
asumsi dasar regresi linier homoskedastisitas, yaitu variasi residual sama
untuk

semua

pengamatan.

Secara

ringkas

walaupun

terdapat

heteroskedastisitas maka penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten


tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun
dalam sampel besar .
Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas. Secara manual uji ini dilakukan dengan meregres
residual kuadrat (e2) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan
perkalian variabel bebas. Kemudian dicari nilai 2 hitung dengan cara
2=n*R2. Kriteria ujinya adalah jika 2 hitung < 2 tabel, maka hipotesis
alternatif adanya heteroskedastisitas dalam model ditolak.
Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan program e-views 7
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

0.850739
13.14065
7.815742

Prob. F(14,18)
Prob. Chi-Square(14)
Prob. Chi-Square(14)

0.6154
0.5155
0.8987

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 10/19/12 Time: 09:05
Sample: 1 33
Included observations: 33
Variable

54

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C
ATURAN
ATURAN^2
ATURAN*PEMAHAMAN
ATURAN*KONSISTENSI
ATURAN*EVALUASI
PEMAHAMAN
PEMAHAMAN^2
PEMAHAMAN*KONSISTE
NSI
PEMAHAMAN*EVALUASI
KONSISTENSI
KONSISTENSI^2
KONSISTENSI*EVALUASI
EVALUASI
EVALUASI^2

-3.750926
1.287707
-0.170967
0.264512
-0.178780
-0.080408
0.439051
-0.441415

2.433452
1.166362
0.209074
0.351511
0.337672
0.321287
0.854290
0.336513

-1.541401
1.104036
-0.817736
0.752499
-0.529450
-0.250268
0.513936
-1.311733

0.1406
0.2841
0.4242
0.4615
0.6030
0.8052
0.6135
0.2061

0.418268
0.002456
1.702370
-0.218382
-0.235839
-1.263134
0.342205

0.389238
0.288087
1.344989
0.254954
0.478474
0.845449
0.317547

1.074580
0.008524
1.265713
-0.856557
-0.492898
-1.494039
1.077652

0.2968
0.9933
0.2218
0.4029
0.6280
0.1525
0.2954

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.398201
-0.069864
0.180978
0.589554
19.58582
0.850739
0.615378

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

0.134039
0.174969
-0.277929
0.402302
-0.049052
2.826100

Dari tabel tersebut diatas maka dapat disimpulkan:


1. H0 : Tidak ada Heteroscedastisitas (homocedastis);
H1 : Ada Heteroscedastisiotas
2. = 5 % , tolak H0 jika obs*R-square > 2 df=4 atau Probability (Pvalue) <
3. Karena P-Value = 0.8987 > 0.05 maka terima H0
4. Kesimpulan dengan tingkat keyakinan 95 % maka tidak ada
heteroscedastisitas.
b.

Uji Autokorelasi
Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah tidak ada
autokolerasi. Autokorelasi adalah keadaan di mana disturbance term
pada periode tertentu berkorelasi dengan disturbance term pada periode

55

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

lain yang berurutan. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang


diamati menjadi bias dan variannya tidak minimum.
Penelitian ini akan menggunakan Breusch-Godfrey (BG) Test untuk
melihat

gejala

autokorelasi.

Hasil

pengujian

dengan

BG

Test

menggunakan program e-views 7 maka diperoleh hasil uji autocorrelation


test sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Autikorelasi


Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared

0.404726
0.996361

Prob. F(2,26)
Prob. Chi-Square(2)

0.6713
0.6076

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 10/18/12 Time: 22:04
Sample: 1 33
Included observations: 33
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
ATURAN
PEMAHAMAN
KONSISTENSI
EVALUASI
RESID(-1)
RESID(-2)

-0.084212
0.043088
-0.037000
-0.023611
0.036257
0.118308
0.138925

0.517556
0.205146
0.203159
0.222695
0.177707
0.213239
0.205528

-0.162710
0.210035
-0.182124
-0.106024
0.204025
0.554814
0.675943

0.8720
0.8353
0.8569
0.9164
0.8399
0.5838
0.5050

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.030193
-0.193609
0.406190
4.289740
-13.16033
0.134909
0.990463

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

Dari tabel tersebut diatas maka dapat disimpulkan:


1. H0
H1

56

: Tidak ada Serial correlations;


: Ada Serial correlations

-4.04E-17
0.371790
1.221838
1.539279
1.328647
1.953321

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2. = 5 % , tolak H0 jika obs*R-square > 2 df=4 atau Probability (Pvalue) <


3. Karena P-Value = 0.6076 > 0.05 maka terima H0
4. Kesimpulan dengan tingkat keyakinan 95 % maka tidak ada Serial
correlations.
c. Uji Multikolinearitas
Salah

satu

asumsi

model

regresi

klasik

adalah

tidak

terdapat

Multikolinearitas diantara variabel independen dalam model regresi.


Menurut Gujarati (2003) multikolinearitas berarti adanya hubungan
sempurna atau pasti antara beberapa variabel independen atau semua
variabel independen dalam model regresi.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas dalam persamaan. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol.
Salah satu uji yang harus dilakukan adalah melakukan deteksi adanya
hubungan antara variabel bebas atau lebih dikenal dengan istilah uji
multikolinearitas.

Indikasi yang menunjukkan bahwa dalam suatu

persamaan terdapat multikolinearitas adalah apabila:


1. Pada hasil regresi persamaan terdapat nilai VIF (Variance Inflation
Factors) lebih dari 5 pada lebih dari satu variable;
2. R-square tinggi tetapi sedikit variabel yang signifikan.

57

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan program e-views 7


maka diperoleh hasil uji multikolinearitas test sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 10/18/12 Time: 14:01
Sample: 1 33
Included observations: 33
Variable
C
ATURAN
PEMAHAMAN
KONSISTENSI
EVALUASI

Coefficient Uncentered Centered


Variance
VIF
VIF
0.247127
0.036557
0.037824
0.045346
0.028682

51.62335
100.3048
92.36690
134.2876
88.54581

NA
2.109990
3.508420
4.290104
2.808984

Dari table tersebut diatas dapat disimpulkan tidak terdapat nilai centered
VIF yang melebihi 5 pada semua variable bebas sehingga disimpulkan
tidak terdapat multikolinearitas pada persamaan.

6. Uji Normalitas
Pada prinsipnya uji normalitas diperlukan apabila sampel yang digunakan
kurang dari 30, karena jika sampel lebih dari 30 maka error term akan
terdistribusi secara normal. Kajian yang dilakukan menggunakan sampel 33
sehingga secara teoritis akan menghasilkan error term akan terdistribusi
secara normal. Namun untuk meyakinkan bahwa sampel yang dipergunkaan
berdistribusi

normal

kajian

ini

melakukan

Uji

normalitas

dengan

menggunakan Jarque-Bera Test.


Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan program e-views 7 maka
diperoleh hasil uji normality test sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Normalitas

58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari tabel tersebut diatas maka dapat disimpulkan:


1. H0
H1

: error term terdistribusi normal;


: error term tidak terdistribusi normal

2. = 5 % , maka daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque Bera (J-B)


> 2 df=4 atau Probability (P-value) <
3. Karena P-Value = 0.858386 > 0.05 maka terima H0
4. Kesimpulan dengan tingkat keyakinan 95 % maka error term
terdistribusi secara normal
Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan nilai probability lebih dari 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.

D. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan


penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK

dan

Uji statistik deskriptive ini diperlukan untuk melihat secara individual


variabel bebas yang dipergunakan dalam persamaan. Dari uji statistik deskriptif
ini dicari nilai rata-rata masing-masing varibel dan akan dipergunakna sebagai
dasar untuk memberikan rekomendasi bagi penerpan kebijakan dibidang
penerapan KPJM.
Berdasarkan kuesioner yang telah dihimpun dari para responden, analisa
deskriptif atas variabel penelitian adalah sebegai berikut :

59

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

1. Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran


Gambar 4.1

Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran

Kelengkapan Aturan Penyusunan


Anggaran
12% 0% 11%
Sangat Setuju/Baik

28%

Setuju/Baik

49%

Cukup
Kurang Setuju/Baik
Tidak Setuju/Baik

Untuk mengetahui persepsi responden tentang kelengkapan aturan


penyusunan anggaran, responden diminta untuk menjawab pertanyaan

yang

terdiri dari
a. Apakah Peraturan tentang KPJM sudah memadahi
b. Apakah Peraturan tentang KPJM perlu di jabarkan lebih detil
c. Apakah Data-data dan referensi dalam penyusunan KPJM mudah diperoleh
di instansi
Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3,52 dengan rincian: 4 responden atau sebesar 12% menjawab
kurang setuju/ kurang baik, 9 responden atau 28% menjawab cukup, 16

60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

responden atau 49% menjawab setuju/baik dan 4 responden atau 11%


menjawab sangat setuju/sangat baik terhadap ketiga indicator tersebut.

2. Pemahaman Konsep KPJM


Gambar 4.2

Pemahaman Konsep KPJM

Pemahaman konsep KPJM


14%

2% 7%
Sangat Setuju/Baik
Setuju/Baik
Cukup

40%

Kurang Setuju/Baik
Tidak Setuju/Baik

37%

Untuk mengetahui persepsi responden tentang Pemahaman Konsep


KPJM, responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdiri dari :
a. Apakah ada sosialisasi tentang KPJM
b. Apakah mengetahui informasi tentang penyusunan anggaran dengan konsep
KPJM
c. Apakah memahami informasi tentang penyusunan anggaran dengan konsep
KPJM
Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3,63 dengan rincian 1 responden atau sebesar 2% menjawab
tidak setuju/tidak baik, 5 responden atau sebesar 14% menjawab kurang

61

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

setuju/kurang baik, 12 responden atau 37% menjawab cukup, 13 responden atau


40% menjawab setuju/baik dan 2 responden atau 7% menjawab sangat
setuju/sangat baik terhadap ketiga indicator tersebut.
3. Konsistensi Penerapan KPJM

Gambar 4.3

Konsistensi Penerapan KPJM

Konsistensi Penerapan KPJM.


3.2; 10% 0.4; 1%

7.3; 22%

5.7; 17%

Sangat Setuju/
Baik
Setuju/Baik
Cukup

Kurang Setuju/
16.4; 50% Baik

Untuk mengetahui persepsi responden tentang Konsistensi Penerapan


KPJM, responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdiri dari :
a. Apakah dalam menyusun perencanaan berpedoman kepada Visi dan Misi
b. Apakah dalam penyusunan renja berpedoman kepada renstra K/L
c. Apakah dalam penyusunan Program Saudara berpedoman pada Renstra K/L
d. Apakah dalam penyusunan Kegiatan Saudara berpedoman pada Renja K/L
e. Apakah dalam penyusunan Outcome mendukung program
f.

Apakah dalam penyusunan output mendukung kegiatan

g. Apakah dalam penyusunan anggaran Saudara berpedoman kepada


dokumen perencanaan

62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

h. Apakah menerapkan konsep KPJM dalam perencanaan penganggaran


i.

Apakah dalam penyusunan anggaran dilakukan berpedoman dengan


prakiraan maju untuk semua program dan kegiatan

j.

Apakah dalam penyusunan alokasi anggaran Saudara berpedoman pada


prakiraan maju dalam dokumen KPJM

k. Apakah bekerjasama dalam penyusunan KPJM dengan bagian/unit lain


l.

Apakah Perlu/cukup ketersediaan alokasi dana untuk menyusun KPJM


Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden

adalah sebesar

3.67 dengan rincian 1 responden atau sebesar 1% menjawab

tidak setuju/tidak baik, 3 responden atau sebesar 10% menjawab kurang


setuju/kurang baik, 7 responden atau 22% menjawab cukup, 16 responden atau
50% menjawab setuju/baik dan 6 responden atau 7% menjawab sangat
setuju/sangat baik terhadap keduabelas indicator tersebut.
4. Melaksanakan evaluasi terhadap program dan kegiatan
Untuk mengetahui persepsi responden tentang melaksanakan evaluasi
terhadap program dan kegiatan, responden diminta untuk menjawab
pertanyaan yang terdiri dari :
a. Apakah melakukan evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan
b. Apakah menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar penyusunan rencana
program dan
kegiatan
Gambar 4.4

Mekanisme Evaluasi terhadap Program dan Kegiatan

63

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Melaksanakan evaluasi terhadap program


dan kegiatan Sangat Setuju/Baik

5% 2%

14%

Setuju/Baik

17%

Cukup
Kurang Setuju/
Baik
Tidak Setuju/Baik

62%

c. Apakah dalam menyusuan program baru berdasarkan hasil evaluasi atas


pelaksanaan program sebelumnya
d. Apakah dalam penyusunan anggaran menggunakan baseline
e. Apakah melakukan review atas baseline
f.

Apakah menindaklanjuti hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan


Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden

adalah sebesar 3,82 dengan rincian 1 responden atau sebesar 2% menjawab


tidak setuju/tidak baik, 2 responden atau sebesar 5% menjawab kurang
setuju/kurang baik, 6 responden atau 17% menjawab cukup, 21 responden atau
62% menjawab setuju/baik dan 4 responden atau 14% menjawab sangat
setuju/sangat baik terhadap keenam indicator tersebut.

64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

65

BAB V
PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dengan berdasarkan penelitian


yang telah dilaksanakan. Selain itu juga dimuat keterbatasan dalam penelitian
yang dilaksanakan sebagai dasar bagi penyempurnaan untuk penelitian lebih
lanjut.

A. Simpulan
1. Pemenuhan kelengkapan elemen KPJM dan penerapan KPJM Oleh
BPPK
Berdasarkan hasil kajian deskriptif, kajian pustaka dan in depth interview
secara umum BPPK telah membuat dan memenuhi elemen-elemen kelengkapan
KPJM. Berdasarkan kajian deskriptif dapat diambil kesimpulan antara lain terkait
dengan kelengkapan elemen KPJM dan Konsistensi Penerapan KPJM sebagai
berikut :
a. Kelengkapan elemen KPJM;
Pada prinsipnya BPPK telah menyusun perangkat perencanaan dan
penganggaran

sesuai

dengan

ketentuan

reformasi

perencanaan

dan

penganggaran sebagai kelengkapan elemen penyusunan KPJM . Kelengkapan


peraturan

yang

diimplementasikan

dalam

dokumen

perencanaan

dan

penganggaran yang terdiri dari Restra BPPK, Renja BPPK dan RKA-K/L. Namun
ada beberapa hal yang perlu untuk ditingkatkan dan dibuat lebih fokus untuk
mempermudah kontrol pencapaian tujuan BPPK.

Dari sisi keterkaitan tugas,

fungsi, visi, misi dan tujuan BPPK telah mendeskrepsikan dengan baik dan runtut
sehingga dapat dipahami dan dimengerti dengan jelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

b. konsistensi penerapan KPJM


Konsistensi penerapan KPJM pada dasarnya adalah menilai konsistensi
antara dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran. Berdasarkan hasil
kajian deskriptif dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1) Konsistensi Renstra/Renja Dengan Kegiatan
Penerapan penganggaran Berbasis Kinerja antara lain ditunjukkan oleh
konsep Money follow function, function followed by structured.

Sasaran

strategis BPPK untuk tujuan menghasilkan SDM pengelola keuangan dan


kekayaan negara yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung
jawab melalui pendidikan dan pelatihan dapat diturunkan secara langsung
menjadi satu kegiatan kepada masing-masing Pusdiklat dan Balai Diklat yang
ada pada BPPK sehingga relative mudah untuk dipantau keberhasilannya.
Sasaran strategis menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan dengan
tata kelola yang baik tidak dapat diturunkan langsung menjadi satu kegiatan
kepada Pusdiklat (unit selevel eselon II) di BPPK. Ketika sasaran strategis ini
tidak dapat langsung diturunkan ke unit Eselon II maka beban mewujudkan
sasaran strategis ini oleh BPPK diturunkan ke unit atau level yang lebih rendah
(level Eselon III) yang ada di Sekretariat Badan ataupun Pusdiklat.
Ketika rencana strategis tidak dapat diturunkan dalam satu kegiatan
(karena satu eselon II hanya boleh memiliki satu kegiatan), penurunan sasaran
strategis ke level unit eselon III berpotensi menyulitkan mengukur keberhasilan
kegiatan dan penyusunan komponen pendanaan.BPPK menyusun renstra
dengan berbasis fungsi, ketika fungsi tersebut akan dieksekusi muncul kesulitan
karena birokrasi yang ada disusun berdasarkan struktur yang relatif sulit untuk

67

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

diubah sehingga berpotensi menghambat pencapaian tujuan BPPK sesuai


renstra yang telah dibuat.
2) Konsistensi Tujuan/Output
Tujuan yang dibuat dan dicantumkan dalam Renstra tidak dapat
dibandingkan langsung dengan output pada RKA KL. Kondisi ini menyulitkan
bagi para pengambil kebijakan untuk mengukur sampai sejauhmana kemampuan
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra.
3) Konsistensi Pendanaan dan Rolling Budget
Konsistensi pendanaan ditunjukkan oleh seberapa kuat komitmen BPPK
mengalokasikan dananya bagi kegiatan prioritas. Dalam struktur RKA KL yang
seperti sekarang dimana kegiatan terus muncul setiap tahun maka konsistensi
pengalokasian dana dapat dipastikan. Namun ada beberapa rencana strategis
yang tidak dapat dikaitkan langsung dengan kegiatan karena kegiatan yang ada
dibuat mengikuti struktur yang ada tidak berdasarkan tujuan stategis yang ingin
dicapai.
4) Penetapan Base Line Dan Pengusulan New Inisiatif
Angka dasar (baseline) merupakan jumlah total biaya yang ditimbulkan
untuk melaksanakan kebijakan Pemerintah pada saat tahun anggaran berjalan
dan tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan target waktu penyelesaian
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun Inisiatif Baru merupakan
salah satu mekanisme yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sistem
perencanaan dan penganggaran yang lebih baik, utamanya dalam penerapan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah.
BPPK telah melaksanakan konsep baseline dan new inisiatif sesuai
dengan program RKA KL yang ada sekarang. Namun ketika struktur anggaran

68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dan kegiatan berjalan otomatis sebagaimana yang ada dalam program RKA KL
sulit sekali untuk menilai ketepatan baseline dan new inisiatif yang disusun. Tidak
terlihat dengan jelas berapa besaran base line BPPK dari tahun ke tahun begitu
juga tidak nampak dengan jelas new inisiatif yang diusulka dan disetujui dalam
perencanaan dan penganggaran pada BPPK.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi KPJM


Berdasarkan hasil uji persamaan statistik dapat diketahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan KPJM pada BPPK. Dengan
mengacu pada tujuan penelitian dan berdasarkan analisis data maka hasil
penelitian dapat disimpulkan berdasarkan Persamaan yang diuji yaitu :
KPJM = 1 + 1 Aturan + 2 Pemahaman + 3 Konsistensi + 2 Evaluasi+ e1
KPJM = -0.09565 + 0.490034 At + 0.100868 Pmh+ 0.371929 Kons + 0.016327
Ev
t stat =

(-0.192409)

(2.562938)

(0.518644)

(1.746588)

(0.096403)
Hasil uji statistik menunjukkan persamaan yang diuji menghasilkan arah
yang sesuai dengan teori terkait penerapan kebijakan. Selain itu uji persamaan
menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.675445 sehingga dapat
disimpulkan bahwa 67,5 % keberhasilan Penerapan KPJM
aturan, pemahaman, konsistensi dan evaluasi sedangkan

dipengaruhi oleh:
32,5% sisanya

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model.


Dari persamaan yang diuji dapat diketahui bahwa secara bersama-sama
aturan, pemahaman, konsistensi dan evaluasi mempengaruhi keberhasilan
penerapan KPJM namun secara individu hanya aturan dan konsistensi yang

69

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

significance sedangkan pemahaman dan evaluasi tidak significance pada = 5


%.
Persamaan yang dipilih dan diuji juga dapat dikatakan cukup andal
karena persamaan tersebut telah lulus dari uji asumsi klasik (uji multikolinearitas,
autocorrelation
menunjukkan

dan
bahwa

heteroscedastisitas)
variabel

selain

persamaan

itu

uji

terdistribusi

normalitas
secara

juga

normal.

Berdasarkan hasil uji statitik dapat disimpulkan keberhasilan penerapan


kebijakan pada BPPK akan dipengaruhi oleh empat variabel tersebut diatas.

3. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan


penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK

dan

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif dapat diketahui persepsi para


pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan dan penyusunan anggaran terkait
dengan penerapan KPJM di BPPK. Statistik Deskriptif yang dilakukan diperlukan
untuk mengetahui kelengkapan aturan, tingkat pemahaman, konsistensi dan
evaluasi terkait penerapan KPJM di BPPK. Berdasarkan hasil uji statistik
deskriptif dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran
Berdasarkan hasil tabulasi data, prosentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3.52. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan dapat
disimpulkan terkait dengan kelengkapan aturan para pihak yang terkait
dengan

perencanaan

dan

penyusunan

masih

merasakan

perlunya

penjabaran aturan terkait KPJM dengan lebih detil.


b. Pemahaman Konsep KPJM
Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden
terhadap pemahaman KPJM adalah sebesar 3.63. Hasil Pemahaman

70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

terhadap konsep KPJM telah cukup baik, namn dari detil pertanyaan dalam
kuestioner dapat disimpulkan terkait pemahaman ada dua pertanyaan yang
menghasilkan nilai dibawah rata-rata yaitu sosialisasi KPJM masih dirasakan
kurang dan pemahaman terkait KPJM juga masih dirasakan perlu
ditingkatkan.
c.

Konsistensi Penerapan KPJM


Berdasarkan hasil tabulasi data, persentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3,67. Dari detil pertanyaan terkait dengan konsistensi
penerapan KPJM terdapat 4 hal yang perlu ditingkatkan yaitu: Penerapan
konsep KPJM, penggunaan prakiraan maju dalam menentukan anggaran
bagi semua program dan kegiatan, penyusunan alokasi anggaran masih
kurang memperhatikan prakiraan maju .

d. Melaksanakan evaluasi terhadap program dan kegiatan


Berdasarkan hasil tabulasi data, prosentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3,82. Berdasarkan hasil tersebut evaluasi atas kebijakan
telah dilaksanakan dengan baik sehingga dari detil pertanyaan tidak ada lagi
yang perlu ditingkatkan. Kondisi ini diduga karena pada BPPK telah terdapat
eselon III khusus terkait evaluasi, sehingga pelaksanaan evaluasi kebijakan
relatif telah terlaksana dengan baik.

B. Saran
Hasil penelitian dapat dijadikan landasan bagi pemerintah untuk
merumuskan strategi kebijakan yang disarankan untuk dijalankan oleh BPPK
antara lain:
1. Pemenuhan kelengkapan elemen KPJM dan penerapan KPJM
BPPK

Oleh

71

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Berdasarkan hasil kajian kualitatif deskriptif dapat disampaikan hal-hal sebagai


berikut:
a.

Konsistensi Renstra/Renja Dengan Kegiatan


Penerapan penganggaran Berbasis Kinerja antara lain ditunjukkan oleh
konsep Money follow function, function followed by structured.

Sasaran

strategis yang ditetapkan sebaiknya dapat diturunkan menjadi satu kegiatan


yang terkait langsung sehingga mudah dialkukan pemantauan.
BPPK mengusulkan kepada Bappenas/DJA untuk memberikan fleksibilitas
sampai dengan level tertentu dalam menyusun struktur organisasi tidak
seperti saat ini dimana struktur organisasi ditentukan sangat rigid sampai
dengan level eselon IV oleh Menpan.Alternatif lain adalah dibuka
kemungkinan/dipermudah satu unit eselon II mempunyai lebih dari satu
kegiatanyang memang nyata-nyata diperlukan untuk mendukung visi, misi
dan strategi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kegiatan hendaknya
tidak dibatasi semata berdasarkan struktur eselon II yang ada.
b.

Konsistensi Tujuan/Output
Tujuan yang dibuat dan dicantumkan dalam Renstra sebaiknya dapat
dibandingkan langsung dengan output pada RKA KL sehingga memudahkan
melakukan pemantauan capaian tujuan dari organisasi.

c.

Konsistensi Pendanaan dan Rolling Budget


BPPK dapat mengajukan usulan kepada DJA agar struktur penyusunan RKA
KL dibuat lebih mudah untuk memantau penerapan rolling budget,
penerapan baseline dan pengusulan new inisiatif.

Kelengkapan aturan

terkait dirasa masih belum cukup dan dalam penyusunan anggaran masih
mirip dengan penyusunan berbasis line item budgeting.

72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi KPJM


Berdasarkan Hasil Uji Persamaan Statistik penerapan kebijakan KPJM
BPPK

secara

bersama-sama

dipengaruhi

variabel:

kelengkapan

aturan,

pemahaman, konsistensi dan evaluasi. Agar penerapan KPJM dapat berhasil


BPPK seharusnya fokus kepada empat variabel tersebut.
Secara individu variabel yang significan adalah kelengkapan aturan dan
konsistensi. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa kelengkapan aturan
dan konsistensi dalam penerapan KPJM yang dilakukan oleh BPPK telah cukup
baik. Terkait kedua variabel tersebut BPPK harus mampu menjaga agar dapat
dipertahankan dimasa masa mendatang.
Dua variabel yang lain

yang secara individu tidak significan yaitu

pemahaman dan konsistensi. Meskipun secara individual tidak significant kedua


variabel tersebut tetap perlu diperhatikan peningkatannya.
3. Persepsi para pejabat/pelaksana yang terkait perencanaan
penyusunan anggaran terkait dengan penerapan KPJM di BPPK

dan

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif dapat disarankan hal-hal sebagai


berikut:
a. Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran
Berdasarkan uji statistik deskriptif para pihak terkait perencanaan dan
penganggaran masih memerlukan penjabaran aturan terkait KPJM dengan lebih
detil. Kondisi ini dapat diatasi BPPK dengan membuat aturan teknis pelaksanaan
KPJM atau dengan cara menyamakan persepsi terkait KPJM.
b. Pemahaman Konsep KPJM
Berdasarkan uji statistik deskriptif masih diperlukan peningkatan sosialisasi
KPJM dan peningkatan pemahaman terkait KPJM. Untuk itu Pusdiklat Anggaran
dan Perbendaharaan perlu mendesain diklat khusus terkait KPJM.

73

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

c. Konsistensi Penerapan KPJM


Berdasarkan hasil tabulasi data, terdapat 4 hal yang perlu ditingkatkan
terkait

konsistensi

penerapan

KPJM

yaitu:

Penerapan

konsep

KPJM,

penggunaan prakiraan maju dalam menentukan anggaran bagi semua program


dan kegiatan, penyusunan alokasi anggaran masih kurang memperhatikan
prakiraan maju. Untuk mengatasi kondisi tersebut disarankan perlunya waktu
yang cukup untuk proses perencanaan dan penganggaran sehingga detil proses
dapat dikerjakan dengan baik.
d. Melaksanakan evaluasi terhadap program dan kegiatan
Berdasarkan hasil tabulasi data, prosentase rata-rata persepsi responden
adalah sebesar 3,82. Berdasarkan hasil tersebut evaluasi atas kebijakan telah
dilaksanakan dengan baik sehingga disarankan BPPK memepertahankan kinerja
evaluasi yang telah dikerjakan.

74

DAFTAR PUSTAKA
Agus Widarjono,
Yogyakarta.

2005,

Ekonometrika

Teori

Dan

Aplikasi,

Ekonisia,

Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, Renstra, Renja tahun 2010 2014
Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, RKAKL 2009 2012
Direktorat Jenderal Anggaran. 2006.Reformasi Sistem Penganggaran, Konsep
dan Implementasi 2005-2007.Jakarta
Directorate General of Budget, The Indonesian Budget 2008, Majalah Warta
Anggaran, Directorate General of Budget,2008;
Direktorat Jenderal Angaran, Reformasi Sistem Penganggaran konsep Dan
Implementasi 2005-2007, Jakarta, 2006
Firmansyah, 2005, Modul Praktek Ekonometrika Dasar: Aplikasi Eviews 4.0,
Workshop Alat Analisis Mahasiswa MIESP UNDIP, tidak dipublikasikan.
Gujarati, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Third Edition, McGraw-Hill,
International Editions, New York.
Insukindro, 1995, Ekonomi, Uang dan Bank : Teori dan Pengalaman di
IndonesiaEdisi Ketiga, BPFE,Yogyakarta.
------------, 1998, Sindrum R2 Dalam Analisis Regresi Linear Runtun Waktu,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No.4.
------------, 1999, Pemilihan Model Ekonomi Empirik Dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No.1.
Kementerian Keuangandan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pedoman Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (PBK), Jakarta 2009
Kementerian Keuangandan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pedoman Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Jakarta
2009
Kementerian Keuangandan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pedoman Restrukturisasi Program Dan Kegiatan, Jakarta 2009
Kementerian Keuangandan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Langkah Teknis Penyusunan Program dan Kegiatan, Jakarta 2009
Kementerian Keuangandan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kerangka Pemikiran Reformasi Perencanaan Dan Penganggaran,
Jakarta 2009

75

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Sistem Akuntabilitas Kinerja


Instansi, Jakarta 2005;
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Penyusunan Penetapan Kinerja,
Jakarta 2005;
Naniek Pangestuti (2008) : Studi Persepsi Terhadap Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah Dalam Penyusunan Anggaran Pada Direktorat Jenderal
Perlindungan HAM, Tesis, Universitas Indonesia
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
Peraturan Pemerintah Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
Peraturan Pemerintah Nomor 90/2010 tentang Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Lembaga (RKA-KL);
Peraturan Menteri Keuangan No: 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga
Sri

Rahayu, 2005, Modul Pelatihan Eviews 4.1,


Diponegoro, Semarang, Tidak Dipublikasikan.

UPKFE

Universitas

Suyadi (2006) : Studi Persepsi Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Implementasi Kebijakan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Dalam
Penyusunan Anggaran di Indonesia, Tesis, Universitas Indonesia.

76

Lampiran 1 Kuesioner
Nama

Unit Organisasi

Pendidikan Terakhir

:
SLTA

D1

D3

D4/S1

S2

Lainya ......

Apakah saat iniSaudara menjabat sebagai Perencana dan Penyusun Anggaran?


Ya

Tidak

Berikan penilaian Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan


keadaan sehari-hari di unit kerja Saudara. Skala Penilaian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
5

Sangat Baik

Baik
3

2 Cukup

Kurang
Baik
1

Tidak Baik
Berikan persepsi Saudara terhadap variable berikut pada instansi saudara:
No
1.

Variabel
Kelengkapan Aturan Penyusunan Anggaran

Skala Penilaian
5

2.

Pemahaman konsep KPJM

3.

Konsistensi Penerapan KPJM

4.

Pelaksanaan evaluasi terhadap program dan kegiatan

Berikanpersepsi Saudara terhadap indicator dibawah:


No

Indikator

Skala Penilaian

5.

Peraturan tentang KPJM sudah memadai

6.

Peraturan tentang KPJM perlu di jabarkan lebih detil

7.

Data-data dan referensi dalam penyusunan KPJM mudah

77

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH


PADA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

diperoleh di instansi Saudara


8.

16. Dalam penyusunan Outcome mendukung program

17. Dalam penyusunan output mendukung kegiatan

27. Saudara dalam penyusunan anggaran menyusun baseline

28. Saudara melakukan review atas baseline

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

18.
19.
20.
21.
22.

Adanya sosialisasi tentang KPJM


Saudara mengetahui informasi tentang penyusunan
anggaran dengan konsep KPJM
Saudara memahami informasi tentang penyusunan
anggaran dengan konsep KPJM
Penting ada informasi mengenai penyusunan anggaran
dengan konsep KPJM
Saudara dalam menyusun perencanaan berpedoman kepada
Visi dan Misi
Saudara dalam penyusunan renja berpedoman kepada
renstra K/L
Dalam penyusunan Program Saudara berpedoman pada
Renstra K/L
Dalam penyusunan Kegiatan Saudara berpedoman pada
Renja K/L

Penyusunan anggaran berpedoman kepada dokumen


perencanaan
Saudara Menerapkan konsep KPJM dlm perencanaan
penganggaran
Dalam penyusunan anggaran dilakukan dengan prakiraan
maju untuk semua program dan kegiatan
Dalam penyusunan alokasi anggaran berpedoman pada
prakiraan maju dalam dokumen KPJM
Apakah Saudara bekerjasama dalam penyusunan KPJM
dengan bagian/unit lain

23. Perlunya ketersediaan alokasi dana untuk menyusun KPJM


Saudara melakukan evaluasi atas pelaksanaan program dan
kegiatan
Saudara menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar
25.
penyusunan rencana program dan kegiatan
Saudara menyusuan program baru berdasarkan hasil
26.
evaluasi atas pelaksanaan program sebelumnya
24.

29.

78

Saudara menindaklanjuti hasil evaluasi pelaksanaan


program dan kegiatan

LAMPIRAN 1

Lampiran 2 Data Responden


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Pen KPJM
3.25
3.25
3.50
2.75
2.75
2.25
3.75
3.00
4.00
4.25
2.50
3.00
3.75
4.00
2.75
2.75
4.00
4.00
4.00
3.75
4.25
4.25
4.00
3.50
2.50
3.75
4.50
3.25
2.75
3.50
4.50
2.50
3.00

Aturan
3.33
3.67
4.33
3.67
3.00
3.00
4.33
4.00
4.33
3.67
2.67
3.00
4.00
4.00
3.00
3.33
3.67
4.00
3.67
4.00
4.00
4.00
3.33
3.33
2.67
3.67
4.67
3.00
3.33
3.33
4.00
3.00
3.66

Pemahaman
4.00
3.00
4.00
3.75
3.00
2.75
3.75
3.50
4.00
4.00
3.25
4.00
4.00
3.75
2.50
3.75
3.50
3.50
3.50
4.50
4.00
4.50
3.00
4.00
2.50
4.25
4.50
3.00
3.50
3.25
4.25
3.00
3.00

Konsistensi
3.17
3.00
4.33
3.58
2.92
2.50
4.17
3.25
4.00
4.08
3.58
3.50
3.83
4.67
2.67
3.42
3.75
3.83
3.75
4.25
4.17
4.67
3.25
3.92
1.75
4.25
4.75
4.00
3.75
3.83
4.83
3.00
3.50

Evaluasi
3.50
3.50
4.67
3.67
4.00
2.17
3.83
3.83
4.00
4.00
4.00
3.33
4.00
4.17
3.67
4.17
4.17
3.83
4.17
3.83
4.00
4.67
4.00
3.83
1.17
4.17
4.83
3.33
4.00
3.83
4.33
2.67
3.50

79

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Nama

: Noor Cholis Madjid

NIP

: 196902041990011001

Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan/4 Februari 1969


Unit Organisasi

: Pusdiklat Anggaran dan


Perbendaharaan

Riwayat Pekerjaan/Jabatan:
1. Pegawai pada Direktorat Jenderal Anggaran 1990 s/d 2004
2. Widyaiswara BPPK sejak 2004 sampai sekarang
Riwayat Pendidikan:

1. Diploma III Program Diploma Keuangan (Prodip-STAN) Spesialisasi


Anggaran di Jakarta Tahun 1990

2. Diploma IV Program Diploma Keuangan (Prodip-STAN) Spesialisasi


Anggaran di Jakarta Tahun 1996

3. Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Tahun 1995


4. Pascasarjana Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas
Diponegoro. Tahun 2007
Karya yang Pernah Dibuat:
1.

AnalisisEfektivitasAntaraKebijakanFiskal Dan
KebijakanMoneterDenganPendekatan Model IS LM (StudiKasus Indonesia
Tahun 1970 - 2005);

2.

AnalisisatasPenetapanIndikatorKinerjadalamrangkaPengukuranKinerjaInstan
siPemerintah (StudiKasusPadaBadanPendidikandanPelatihanKeuangan);

3.

EvaluasiKinerjaKeuanganSatkerRumahSakitUmumPemerintah yang
MenerapkanPolaPengelolaanKeuanganBadanLayananUmum

80

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Nama

: Hasan Ashari

NIP

: 197402251993011001

Tempat/Tanggal Lahir

: Mojokerto/ 25 Februari 1974

Unit Organisasi

: Pusdiklat Anggaran dan


Perbendaharaan

Riwayat Pekerjaan/Jabatan:
1.

Staf pada KPKN Serang

2.

Staf KPPN Pontianak

3.

Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Riwayat Pendidikan:
1. Diploma

III

Program

Diploma

Keuangan

(Prodip-STAN)

Spesialisasi

Anggaran di Jakarta Tahun 1994


2. Sarjana Administrasi Negara dari Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun
2003
Karya yang Pernah Dibuat:

Analisis atas Standar Biaya dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Berbasis


Kinerja, Kajian Akademis tahun 2009 bersama Bambang Sancoko.

81

Вам также может понравиться