Вы находитесь на странице: 1из 13

PERBEDAAN EFEKTIVITAS SUSU DAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI PADA REMAJA PUTRI DISMENORE


DI SMA N 1 UNGARAN

Susilowati
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT
Dysmenorrhea is a pain menstruation due to uterine muscle spasms that characterized by
lower abdominal cramps. The pain treatment a pharmacologically (analgesic) and nonpharmacologically (distraction, relaxation, guided imagery, massage, warm or cold compresses). The
nutrients which consumed everyday can reduce pain during menstruation such as milk which
containing adequately calcium and chocolate which containing adequately magnesium. Calcium may
contributes in reducing cramps and abdominal strains and magnesium is useful to relax the muscles
and can provide a sense of relaxation that can control the bad mood as well as extend the blood
vessels so as to prevent the muscle spasms. The purpose of this study is to find difference in
effectiveness of milk and chocolate toward decreased pain scale in the female adolescents with
dysmenorrhea at Ungaran 1 State Senior High School.
The study used quasi-experimental method with the two-group pretest-posttest design. The
samples in this study were 24 respondents were taken by using purposive sampling technique. The
data collected by using primary data of pain measurement in female adolescents that conducted in
pretest and posttest in two intervention groups. The data analysis used the independent T-test.
The results of independent t-test indicate that there is a significant difference in the
effectiveness of milk and chocolate toward decreased pain scale in female adolescents with
dysmenorrhea at Ungaran 1 State Senior High School with p-value of 0.034 < (0.05).
The milk and chocolate easily available and contains adequately nutrients, so it is expected to
be an alternative method in reducing pain during menstruation.
Keywords: Milk, Chocolate, Pain

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
remaja sangat pesat, baik fisik maupun
psikologis. Perempuan sudah mulai terjadinya
menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai
mampu menghasilkan sperma (Proverawati,
Misaroh, 2009).
Menstruasi atau haid atau datang bulan
adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi
oleh
hormon
reproduksi.
Menstruasi dimulai antara 10-16 tahun dan
berhenti pada usia 45-50 tahun tergantung
pada faktor kesehatan wanita. Pada saat

menstruasi perempuan kadang mengalami


nyeri, sifat dan tingkat nyeri bervariasi,
tergantung dari ambang batas sakit perempuan
masing-masing. Rasa nyeri pada menstruasi
yang berlebihan disebut dismenore (Joseph,
2011).
Dismenore adalah rasa sakit yang
menyertai
menstruasi
sehingga
dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari
(Manuaba dkk, 2008). Rasa sakit yang
menyerupai kejang ini terasa diperut bagian
bawah, biasanya dimulai 24 jam sebelum haid
datang dan berlangsung sampai 12 jam
pertama dari masa haid, setelah itu semua rasa
tidak enak tadi hilang (Jones, 2005).
Dismenore diklasifikasikan berdasarkan ada
tidaknya kelainan atau sebab yang dapat
diamati yaitu dismenore primer, dismenore
sekunder, dan dismenore membranous (Colin
& Shushan 2007).

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Ciri khas dismenore primer adalah bahwa


penyakit ini mulai timbul sejak menstruasi
pertama kali datang dan keluhan sakitnya agak
berkurang setelah wanita yang bersangkutan
menikah dan hamil (Devi, 2012). Dismenore
sekunder terjadi akibat berbagai kondisi
patologis seperti endometriosis, salfingitis,
adenomiosis uteri, dan lain-lain (Schwart,
2005). Dismenore membranosus disebabkan
adanya bagian endometrium yang melewati
serviks yang tidak berdilatasi (cast of
endometrium through an undilated cervix)
(Colin dan Shushan, 2007).
Dismenore dapat dialami lebih dari
setengah wanita yang sedang menstruasi, dan
prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan
data dari berbagai negara, angka kejadian
dismenore di dunia cukup tinggi. Diperkirakan
50% dari seluruh wanita di dunia menderita
dismenore dalam sebuah siklus menstruasi.
Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana
sebanyak 12% dismenore sudah parah, 37%
dismenore sedang, dan 49% dismenore masih
ringan (Calis, 2011).
Menurut Cakir M et al (2007) dalam
penelitiannya menemukan bahwa dismenore
merupakan gangguan menstruasi dengan
prevalensi terbesar (89,5%). Penelitian lain
didapatkan prevalensi dismenore bervariasi
antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi
pada remaja (Calis dkk, 2009).
Dismenore yang paling sering terjadi
adalah dismenore primer, kemungkinan lebih
dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15%
diantaranya mengalami nyeri yang hebat
sampai menggangu aktivitas dan kegiatan
sehari-hari. Dismenore primer timbul pada
masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
haid pertama dan terjadi pada umur kurang
dari 20 tahun (Melissa, 2011). Di Indonesia
angka kejadian dismenore sebesar 64,25 %
yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan
9,36 % dismenore sekunder (Harunriyanto,
2008).
Rasa nyeri atau dismenore pada saat
menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi
wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di
sekitar bagian bawah dan bahkan kadang
mengalami kesulitan berjalan sering dialami
ketika haid menyerang, banyak wanita
terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita sehingga tidak dapat mengerjakan
sesuatu apapun, ada yang pingsan, ada yang
merasa mual, ada juga yang benar-benar

muntah, sehingga dismenore memberikan


dampak negatif bila tidak segera diatasi,
banyak remaja yang mengalami dismenore
pada saat menstruasi dan mempunyai lebih
banyak hari libur dan prestasinya kurang
begitu baik disekolah dibandingkan remaja
yang tidak terkena dismenore (Marsden et al,
2004)
Penanganan dismenore bisa dilakukan
secara farmakologi yaitu dengan pemberian
obat-obatan analgesik (Wilmana & Gan,
2007). Secara non farmakologi melalui
distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin (Potter & Perry,
2005). Beberapa penelitian juga menyebutkan
hubungan beberapa zat gizi dengan penurunan
tingkat dismenore. Sebuah buku yang ditulis
oleh Devi (2012) zat gizi yang dapat
membantu meringankan dismenore adalah
kalsium, magnesium serta vitamin A, E, B6,
dan C.
Susu merupakan salah satu bahan
makanan yang mengandung Ca (kalsium),
pada remaja dianjurkan mengkonsumsi satu
gelas susu yang mengandung 500-800 ml
kalsium setiap hari, dengan mengkonsumsi
kalsium 500-800 ml perhari dapat membantu
mengurangi kram dan kejang perut saat
menstruasi.
Kalsium
dipercaya
dapat
membantu menghilangkan gejala kecemasan.
Hal
tersebut
karena
diyakini
dapat
mengendalikan konduksi impuls saraf ke otak
dan dari otak, kekurangan unsur kalsium dalam
persediaan didalam tubuh dapat menimbulkan
kekejangan pada otot (Sunita, 2002).
Menurut Hill (2002), untuk dapat
mengurangi kram saat menstruasi, diperlukan
zat gizi sebagai terapi, yaitu mengonsumsi
kalsium sebanyak 800-1000 ml dengan aturan
mengonsumsi yakni 250-500 ml setiap satu
jam sekali selama keluhan sakit dirasakan.
Menurut Syaifuddin (2006) ion kalsium
menimbulkan kekuatan menarik antara
filament aktin dan miosin yang menyebabkan
bergerak
bersama-sama
menghasilkan
kontraksi. Setelah kurang dari satu detik
kalsium dipompakan kembali kedalam
retikulum sarkoplasma
tempat ion-ion
disimpan sampai potensial aksi otot yang baru
datang lagi, pengeluaran ion kalsium dari
miofibril akan menyebabkan kontraksi otot
berhenti.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Glasier di University of Maryland

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Medical Center, wanita yang mengonsumsi


500 ml kalsium perhari mengalami penurunan
nyeri saat haid hingga 30%, kalsium yang
mudah diserap dapat membantu mengurangi
dismenore (Wulandari, 2011).
Dark Chocolate atau cokelat hitam kaya
akan kalsium, kalium, natrium, magnesium
serta vitamin A, B1, C, D, dan E, Magnesium
berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat
memberikan
rasa
rileks
yang
dapat
mengendalikan suasana hati yang murung
(Hill,
2002).
Magnesium
berfungsi
memperbesar pembuluh darah sehingga
mencegah kejang otot dan dinding pembuluh
darah.
Magnesium
berfungsi
untuk
meringankan dismenore atau rasa nyeri saat
haid (Devi, 2012).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan
di Sandiego School of Medicine, California
University, tingkat stres bisa diminimalisir
bahkan dihilangkan dengan cokelat. Hal
tersebut
disebabkan
karena
cokelat
mengandung molekul psikoaktif yang dapat
membuat pemakan cokelat merasa nyaman.
Beberapa kandungan cokelat seperti kafein,
theobromine,
methyl-xanthine,
dan
phenylethylalanine
dipercaya
dapat
memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan
sehingga bisa digunakan sebagai obat antidepresi. Cokelat hitam bisa meredakan nyeri
menstruasi
karena
memiliki
berbagai
kandungan yang berkhasiat sebagai antinyeri.
(Laila, 2011).
Susu mengandung banyak protein dan
kalsium, jika otot tidak mempunyai cukup
kalsium maka otot tidak dapat mengendur dan
dapat
mengakibatkan
kram,
sehingga
mengkonsumsi susu yang kaya akan kalsium
sangat dianjurkan agar dismenore dapat
diminimalisir. Cokelat mengandung zat yang
dapat merangsang suasana hati kita, pertama
kandungan gulanya dapat merangsang
pengeluaran zat kimia otak serotonin yang
membantu kita merasa tenang dan rileks,
sedangkan kandungan kalsium dan magnesium
yang terdapat didalam cokelat berperan dalam
transmisi saraf, sehingga bila magnesium dan
kalsium dikonsumsi, maka magnesium dan
asam lemak omega tiga dan omega enam dapat
membangkitkan suasana hati yang tenang, dan
kalsium dapat membantu merelaksasi otot dan
melancarkan peredaran darah, sehingga
keluhan dismenore dapat berkurang (Devi,
2002)

Berdasarkan studi pendahuluan pada 28


Maret 2014 di SMA 1 Ungaran, diketahui
jumlah peserta didik remaja putri tahun 2014
adalah sejumlah 244 siswi dengan rincian
jumlah siswi kelas X adalah 81 siswi, jumlah
siswi kelas XI adalah 82 siswi dan jumlah
siswi kelas XII adalah berjumlah 81 siswi.
Hasil wawancara terhadap 10 siswi yang
mengalami
menstruasi,
7
diantaranya
mengalami dismenore dan 3 orang tidak
mengalami dimenore. Ada 9 siswa yang
mengetahui tentang dimenore dan 1 siswi tidak
mengetahui tentang dimenore, 10 siswi
tersebut tidak mengetahui cara mengatasi
dismenore dan mereka juga tidak tahu apakah
nyeri itu normal atau tidak, mereka juga
kebingungan dalam mengatasi dismenore, Ada
5 siswa yang beranggapan bahwa dismenore
tidak perlu diobati, kemudian 3 siswi
mengatakan bahwa saat dismenore datang
maka yang dilakukan adalah duduk dan
mengelus bagian perut yang dirasa nyeri dan
ada 2 siswi yang mencoba mengobati dengan
cara minum air hangat pada saat dismenore,
mereka beranggapan bahwa dismenore tidak
perlu diatasi akan sembuh dengan sendirinya,
tetapi saat dismenore datang mereka
berkeinginan mengobatinya karena merasakan
nyeri dan mengganggu aktifitasnya dalam
proses belajar, sehingga mereka mengatakan
kurang konsentrasi dan cenderung malas untuk
mendengarkan pelajaran di sekolah.
Peneliti tertarik untuk meneliti tentang
perbedaan efektivitas susu dan cokelat
terhadap penurunan skala dismenore pada
remaja putri di SMA N 1 Ungaran Kabupaten
Semarang.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasy
Eksperimental dengan rancangan two group
pretest-posttest design. Di dalam design ini
peneliti mengobservasi dan mendeskripsikan
skala nyeri pada remaja putri dismenore
sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah
diberi susu dan cokelat. Terdapat 2 kelompok
remaja putri yang dibandingkan hasilnya
setelah 2 kelompok tersebut mendapat
perlakuan yang berbeda.

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9
sampai 16 Agustus 2014 di SMA N 1 Ungaran
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi SMA N 1 Ungaran sebanyak 244
siswi.
Sampel penelitian
Berdasarkan perhitungan di atas, maka
jumlah sampel akhir yang dibutuhkan untuk
masing-masing kelompok adalah 12, sehingga
jumlah sampel total adalah 24. Sampel
dinyatakan drop out jika pada saat melakukan
posttest responden mengalami dismenore yang
patologis.
Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan adalah dengan menggunakan
purposive sampling yaitu pertimbangan dibuat
oleh peneliti sendiri yang berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi subjek penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel: 1) Siswi
SMA N 1 Ungaran yang mengalami dismenore
dan bersedia menjadi responden; 2) Umur
responden antara 15-18 tahun; 3) Siswi yang
mengalami dismenore pada hari pertama
menstruasi.
Adapun subjek penelitian yang tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian: 1)
Siswi SMA N 1 Ungaran yang tidak masuk
sekolah; 2) Siswi SMA N 1 Ungaran yang
tidak suka susu atau cokelat; 3) Siswi SMA N
1 Ungaran yang telah menggunakan cara lain
untuk menurunkan dismenore
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data
primer. Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang langsung didapat dari sumber
melalui pengukuran rasa nyeri sebelum
diberikan perlakuan dan sesudah diberikan
perlakuan pada siswi SMAN 1 Ungaran.
Alat dan Bahan Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala bertingkat atau ratings scale.

Alat ukur (instrument)


Skala penilaian numerik (Numerical
Rating Scale, NRS) sebelum dan sesudah
diberi perlakuan, dimana dalam hal ini,
penilaian dismenore dengan menggunakan
skala dengan ketentuan 0 (tidak nyeri) dan 10
(sangat nyeri) kemudian responden menunjuk
pada angka berapa dismenore yang dirasakan.
Skala penilaian numerik merupakan skala
yang mudah dipahami dan digunakan. Alat ini
juga sudah teruji validitas dan reliabilitasnya
berdasarkan hasil penelitian Flaherty (2008)
didapatkan bahwa nilai validitasnya adalah
0,56-0,90 dan nilai konsistensi interval dengan
menggunakan rumus Alpha-Cronbach untuk
skala ini adalah 0,75-0,89 (reliabel).

Gambar 1. Skala penilaian numerik


(Numerical Rating Scale, NRS)

Analisis Data
Analisis Univariat
Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendefinisikan tiap variabel yang diteliti
secara terpisah. Penelitian ini menggunakan
skala numerik sehingga dicari rata-rata (mean)
dan standar deviasi (varian) yakni variabel
yang dianalisis adalah gambaran skala nyeri
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan baik
pada kelompok A yang diberikan susu maupun
pada kelompok B yang diberikan cokelat
melalui statistic deskriptif.
Analisis Bivariat
Data yang digunakan dalam analisis
bivariat ini berbentuk interval, sehingga
sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu
diketahui normal tidaknya distribusi data,
karena distribusi data normal maka dilakukan
uji parametrik. Penelitian ini menggunakan
metode analitik dengan sampel kecil ( 50 )
maka uji normalitas data menggunakan uji
shaphiro-wilk
dengan
ketentuan
nilai
keyakinan yang dipakai adalah 0,95 dan nilai
kesalahan = 0,05.
Uji homogenitas merupakan pra syarat
dalam penelitian yang melibatkan dua

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

kelompok eksperimen, dimana diharuskan


kedua kelompok memiliki karakteristik yang
sama sebelum perlakuan diberikan. Dalam
penelitian ini, uji ini dilakukan dengan menguji
intensitas nyeri sebelum diberikan perlakuan
antara kedua kelompok dengan menggunakan
uji Independent t test, Berdasarkan uji t
independen, didapatkan nilai t hitung sebesar 0,457 dengan p-value 0,652 atau p-value >
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri
sebelum
perlakuan
antara
kelompok

eksperimen susu dan cokelat pada remaja putri


dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab.
Semarang ini juga menunjukkan bahwa kedua
kelompok memiliki tingkat nyeri yang setara
sebelum diberikan perlakuan, dengan kata lain
kedua kelompok dinyatakan homogen sebelum
diberi perlakuan.
Pengambilan keputusannya adalah jika
diperoleh p-value < (0,05) maka disimpulkan
ada perbedaan, namun jika p-value > (0,05)
maka disimpulkan tidak ada perbedaan.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Pemberian Susu
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sebelum Pemberian
Susu pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
n
Mean
Sd
Min
Max
Tingkat Nyeri
12
5,42
1,240
4
8
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
bahwa dari 12 remaja putri kelompok
eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum

pemberian susu sebesar 5,42 dengan standar


deviasi 1,240, skala nyeri paling ringan adalah
skala 4 dan paling berat adalah skala 8.

Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sesudah Pemberian Susu


Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sesudah Pemberian
Susu pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
n
Mean
Sd
Min
Max
Tingkat Nyeri
12
4,08
1,564
2
7
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa dari 12 remaja putri kelompok
eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum

pemberian susu sebesar 4,08 dengan standar


deviasi 1,564, skala nyeri paling ringan adalah
skala 2 dan paling berat adalah skala 7.

Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Pemberian Cokelat


Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sebelum Pemberian
Cokelat pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
n
Mean
Sd
Min
Max
Tingkat Nyeri
12
5,67
1,435
4
8
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bahwa dari 12 remaja putri kelompok
eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum

pemberian susu sebesar 5,67 dengan standar


deviasi 1,435, skala nyeri paling ringan adalah
skala 4 paling berat adalah skala 8.

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sesudah Pemberian Cokelat


Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sesudah Pemberian
Cokelat pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
n
Mean
Sd
Min
Max
Tingkat Nyeri
12
2,83
1,115
1
5
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa dari 12 remaja putri kelompok
eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum

pemberian susu sebesar 2,83 dengan standar


deviasi 1,115, skala nyeri paling ringan adalah
skala 1 dan paling berat adalah skala 5.

Analisis Bivariat
Uji Kesetaraan Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Perlakuan antara Kelompok
Eksperimen Susu dan Cokelat
Tabel 5.
Uji Kesetaraan Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Perlakuan antara Kelompok
Eksperimen Susu dan Cokelat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
Kelompok
n
Mean
Sd
t
p-value
Tingkat Nyeri
Susu
12
5,42
1,240
-0,457
0,652
Coklat
12
5,67
1,435
Berdasarkan uji t independen, didapatkan
nilai t hitung sebesar -0,457 dengan p-value
0,652. Karena kedua p-value 0,652 > (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri
sebelum
perlakuan
antara
kelompok
eksperimen susu dan cokelat pada remaja putri

dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab.


Semarang ini juga menunjukkan bahwa kedua
kelompok memiliki tingkat nyeri yang setara
sebelum diberikan perlakuan, dengan kata lain
kedua kelompok dinyatakan homogen sebelum
diberi perlakuan.

Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Susu


Tabel 6.
Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Susu pada Remaja Putri Dismenore di
SMAN 1 Ungaran, Kab. Semarang, 2014
Variabel
Perlakuan
n
Mean
Sd
t
p-value
Skala Nyeri
Sebelum
12
5,42
1,240
4,000
0,002
Sesudah
12
4,08
1,564
SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang, terjadi
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan
penurunan nyeri sebesar 1,34 maka dapat
nilai t hitung sebesar 4,000 dengan p-value
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
sebesar 0,002 atau p-value < (0,05), ini
yang berarti ada perbedaan yang signifikan
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
antara skala intensitas dismenore sebelum dan
signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah
sesudah pemberian susu.
pemberian susu pada remaja putri dismenore di
Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Cokelat
Tabel 7.
Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Cokelat pada Remaja Putri Dismenore
di SMAN 1 Ungaran, Kab. Semarang, 2014
Variabel
Perlakuan
N
Mean
Sd
t
p-value
Skala Nyeri
Sebelum
12
5,67
1,435
10,470
0,000
Sesudah
12
2,83
1,115
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan
nilai t hitung sebesar 10,470 dengan p-value
6

sebesar 0,00 atau p-value < (0,05), ini


menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah


pemberian coklat pada remaja putri dismenore
di SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang, terjadi
penurunan nyeri sebesar 2,84 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima


yang berarti ada perbedaan yang signifikan
antara skala intensitas dismenore sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian cokelat.

Perbedaan Efektivitas susu dan cokelat terhadap penurunan skala nyeri


Tabel 8.
Perbedaan Efektivitas Susu dan Cokelat terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Remaja Putri
Dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
Kelompok
n
Mean
Sd
T
p-value
Skala Nyeri
Susu
12
4,08
1,564
2,254
0,034
Coklat
12
2,83
1,115
Berdasarkan uji t independen, didapatkan
nilai t hitung sebesar 2,254 dengan p-value
0,034. Karena kedua p-value 0,034 < (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan efektivitas susu dan cokelat
terhadap penurunan skala nyeri pada remaja
putri dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab.

Semarang, dimana cokelat lebih efektif dalam


menurunkan nyeri dibandingkan susu. Hal ini
dapat dilihat dari hasil rata-rata skala nyeri
setelah pemberian susu dan cokelat, yang mana
rata-rata skala nyeri sesudah pemberian coklat
sebesar 2,83 yang lebih rendah dibandingkan
sesudah pemberian susu sebesar 4,08.

Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja yang Diberikan Susu dan Remaja yang Diberikan Coklat
Tabel 9.
Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja yang Diberikan Susu dan Remaja yang Diberikan
Coklat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014
Variabel
Kelompok
N
Mean
SD
T
p-value
Selisih Nyeri
Susu
12
1,33
1,155
-3,494
0,002
Coklat
12
2,83
0,935
Berdasarkan uji t independen, didapatkan
nilai t hitung sebesar -3,494 dengan p-value
0,002. Karena kedua p-value 0,002 < (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan selisih penurunan nyeri antara
remaja yang diberikan susu dan remaja yang
diberikan coklat di SMA N 1 Ungaran Kab.
Semarang, dimana remaja yang diberikan
cokelat memiliki penurunan nyeri yang lebih
besar dibandingkan remaja yang diberikan
susu.
PEMBAHASAN
Deskripsi Skala Nyeri Sebelum Pemberian
Susu dan Cokelat Pada Remaja Putri
Dismenore Di SMA N 1 Ungaran
Berdasarkan hasil analisis univariat pada
Tabel 3, skala nyeri sebelum diberikan cokelat
4-8. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri
yang dirasakan responden pada saat
mengalami dismenore adalah nyeri sedang
sampai berat.
Nyeri diukur berdasarkan sakit menstruasi
responden pada hari pertama dimana Selama

periode menstruasi, kadar prostaglandin


meningkat, kemudian pada permulaan periode,
kadar prostaglandin tetap tinggi, dengan
berlanjutnya
masa
menstruasi,
kadar
prostaglandin menurun, hal ini menjelaskan
mengapa nyeri cenderung berkurang setelah
beberapa hari pertama periode menstruasi
(ACOG, 2006).
Menurut French (2005) dismenore diduga
akibat pengeluaran prostaglandin di cairan
menstruasi yang mengakibatkan kontraksi
uterus dan nyeri. Kadar prostaglandin
endometrium yang meningkat selama fase
luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi
uterus. Peningkatan prostaglandin tiga kali
lipat diendometrium terjadi dari fase folikuler
ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut
terjadi selama menstruasi. Peningkatan
prostaglandin diikuti dengan penurunan
progesteron pada akhir fase luteal pada
miometrium yang meningkat dan kontraksi
uterus yang berlebihan (Calis, 2011).
Gejala dismenore yang dialami responden
berupa sakit pada perut bagian bawah seperti
diremas-remas dimulai pada awal mendapat

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

menstruasi selama 1 hari penuh. Responden


mengatakan nyeri yang dirasakan tidak hanya
diperut bagian bawah namun sampai menjalar
ke pinggang belakang dan ada beberapa
responden mengalami pusing pada saat
menstruasi. Rasa sakit disertai pusing yang
mereka alami sangat menganggu aktivitas
sehari-hari mereka terutama pada saat belajar
disekolah. Perasaan responden berubah-ubah
terkadang mereka merasa cepat marah, kesal
dan tidak nyaman, kurang konsentrasi terhadap
pelajaran disekolah, dan hanya memegang
perut yang nyeri serta meletakkan kepala
dimeja untuk menahan nyeri yang dirasakan.
Gejala yang dialami responden pada saat
menstruasi, sesuai dengan pendapat Devi
(2012) gejala yang dirasakan pada saat
dismenore adalah rasa nyeri di perut bagian
bawah seperti dicengkram atau di remasremas, sakit kepala yang berdenyut, mual,
muntah, nyeri di punggung bagian bawah,
diare, pingsan.
Menurut Cakir M et al (2007) dalam
penelitiannya menemukan bahwa dismenore
merupakan gangguan menstruasi dengan
prevalensi terbesar (89,5%). Penelitian lain
didapatkan prevalensi dismenore bervariasi
antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi
pada remaja (Calis dkk, 2009).
Deskripsi Skala Nyeri Sesudah Pemberian
Susu Pada Remaja Putri Dismenore Di
SMA N 1 Ungaran
Responden yang mengalami nyeri pada
hari pertama diberikan susu sapi murni yang
mengandung kalsium sebanyak 1000 ml. susu
sapi dikonsumsi dengan cara diminum yakni
250 ml setiap satu jam sekali, jadi susu
sebanyak 1000 ml harus diminum 250 ml pada
jam pertama, 250 ml pada jam kedua, 250 ml
pada jam ketiga dan 250 ml pada jam keempat,
sebagian responden mengatakan nyeri yang
mereka alami menjadi berkurang setelah
minum susu sapi.
Susu merupakan minuman manusia yang
sempurna, sebab susu sapi merupakan sumber
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
kalsium. Kadar prostaglandin endometrium
yang meningkat selama fase luteal dan
menstruasi menyebabkan kontraksi uterus,
pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan
dalam interaksi protein didalam otot, yaitu
aktin dan miosin, Peningkatan kalsium
intraselular menyebabkan kepala miosin

bergerak disepanjang sarkomer sehingga


menghasilkan
kontraksi
miokard
dan
memberikan
energi
yang
dibutuhkan,
penurunan kalsium intraselular menyebabkan
relaksasi miokard dan dapat mengurangi nyeri
akibat kontraksi yang berlebihan, bila kalsium
darah kurang dari normal, otot tidak bisa
mengendur sesudah kontraksi, sehingga terjadi
dismenore Menurut Sunita (2002).
Zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
lemak dan vitamin berfungsi membangun dan
memperbaiki zat gizi yang hilang, karena pada
saat menstruasi tubuh membutuhkan asupan
gizi yang cukup untuk mengganti sel-sel yang
rusak akibat peluruhan darah saat menstruasi
(Syaifuddin, 2006).
Deskripsi Skala Nyeri Sesudah Pemberian
Cokelat Pada Remaja Putri Dismenore Di
SMA N 1 Ungaran.
Responden yang mengalami nyeri pada
hari pertama diberikan cokelat yang
mengandung magnesium sebanyak 300 gram.
cokelat dikonsumsi dengan cara dimakan yakni
100 gram setiap satu jam sekali, jadi cokelat
sebanyak 300 gram dimakan sebanyak 100
gram pada jam pertama, 100 gram pada jam
kedua dan 100 gram pada jam ketiga lebih dari
sebagian responden mengatakan nyeri yang
mereka alami menjadi berkurang setelah
makan cokelat.
Magnesium mengatur sintesis protein,
sifat kontraksi pada otot disebabkan oleh
adanya protein. Hampir semua protein otot
terikat kuat pada fibril dan tidak mudah
diekstraksi, seperlima protein otot tidak larut
dan merupakan komponen struktural dari sel
otot. Protein yang esensial pada otot dan
mempunyai kemampuan kontraksi adalah aktin
dan miosin yang berfungsi mengendorkan otototot syaraf tersebut dan menstimulasi senyawasenyawa kimia otak yang berkaitan dengan
istirahat, sehingga mengkonsumsi cukup
magnesium dapat merelaksasi otot dan
memberikan rasa rileks serta mengurangi
keluhan dismenore.
Metode pemberian cokelat memberikan
rasa yang nyaman dan mengubah perasaan dan
mood sesorang menjadi lebih baik sehingga
rasa sakit yang dialami responden berkurang.
Responden mengatakan pada saat makan
cokelat mereka lupa akan sakit yang dialami
karena merasa enak pada saat makan cokelat.

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Analisis Perbedaan Skala Nyeri Sebelum


Dan Sesudah Pemberian Susu Pada Remaja
Putri Dismenore Di SMA N 1 Ungaran.
Nyeri karena dismenore diduga akibat
pengeluaran
prostaglandin
di
cairan
menstruasi, yang mengakibatkan kontraksi
uterus dan nyeri. Menurut French (2005).
Kadar prostaglandin endometrium yang
meningkat selama fase luteal dan menstruasi
menyebabkan kontraksi uterus (Chandran,
2008).
Prostaglandin menyebabkan otot-otot
rahim bergerak lebih kuat dan sering, sehingga
menyebabkan turunnya aliran darah ke dalam
rahim. Saraf-saraf di rahim menjadi lebih
sensitif terhadap rasa nyeri. Dismenore selalu
berkaitan dengan pelepasan sel-sel telur
(ovulasi) dari kelenjar indung telur (ovarium)
sehingga dianggap berhubungan dengan
gangguan keseimbangan hormon.
Gizi sangat erat kaitannya dengan
kesehatan saat menstruasi karena zat gizi
mempengaruhi proses yang terdapat dalam
tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran
darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi.
Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, bahkan serat,
berperan penting dalam pengaturan fisiologis
seorang wanita menjelang menstruasi dan saat
menstruasi (Devi, 2012).
Kandungan yang terdapat didalam susu
sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya
Ketika mengalami dismenore, kalsium
berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan
kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid,
melancarkan peredaran darah, mengatasi kram,
sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan
cairan tubuh (Pangkalan Ide, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Glasier di University of Maryland
Medical Center, wanita yang mengonsumsi
500 ml kalsium perhari mengalami penurunan
nyeri saat haid hingga 30%, kalsium yang
mudah diserap dapat membantu mengurangi
dismenore (Wulandari, 2011).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Wahyuni (2013) ialah efektivitas susu kedelai
terhadap penurunan intensitas nyeri haid pada
remaja putri diperoleh nilai rata- rata nyeri
sebelum diberi perlakuan sebesar 4,73
sedangkan nilai rata-rata sesudah diberi
perlakuan sebesar 1,28. Nilai tersebut
menunjukkan adanya penurunan skala

intensitas dismenore sesudah


pemberian susu kedelai.

dilakukan

Analisis Perbedaan Skala Nyeri Sebelum


Dan Sesudah Pemberian Cokelat Pada
Remaja Putri Dismenore Di SMA N 1
Ungaran.
Gizi sangat erat kaitannya dengan
kesehatan saat menstruasi karena zat gizi
mempengaruhi proses yang terdapat dalam
tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran
darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi.
Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, bahkan serat,
berperan penting dalam pengaturan fisiologis
seorang wanita menjelang menstruasi dan saat
menstruasi (Devi, 2012).
Magnesium berfungsi dalam membantu
relaksasi otot, transmisi sinyal saraf,
mengurangi migren, dan sebagai penenang
alamiah
sehingga
magnesium
dapat
meringankan dismenore atau rasa nyeri saat
haid. Sumber magnesium salah satunya
terdapat
dalam
cokelat
yang
dapat
meringankan dismenore (Pangkalan ide, 2008).
Cokelat berupaya mencetuskan reaksi
positif terhadap kimia otak dan diketahui dapat
memperbaiki mood seseorang. Apabila makan
cokelat kita bisa mengeluarkan kimia yang
dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
mood serta perasaan happy. Kemungkinan
gabungan rasa, kandungan khasiat dan ramuan
psikoaktif cokelat yang menjadi penyebabnya
(Pangkalan ide, 2008).
Cokelat juga mengandung beberapa zat
gizi yang sangat dibutuhkan pada saat
menstruasi, hal ini sesuai dengan teori yang
dikatakan bahwa pada saat datangnya
menstruasi, dismenore atau rasa nyeri dapat
diringankan dengan mengonsumsi zat gizi,
terutama dari golongan vitamin dan mineral
(Devi, 2002).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Hapsari (2013) ialah penurunan intensitas
nyeri dismenore dengan metode pemberian
cokelat diperoleh nilai rata- rata nyeri sebelum
diberi perlakuan sebesar 5,73 sedangkan nilai
rata-rata sesudah diberi perlakuan sebesar 4,00.
Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan
skala intensitas dismenore sesudah dilakukan
metode pemberian cokelat.

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat


Terhadap Penurunan Intensitas Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran
Cokelat merupakan sumber magnesium
alami yang paling tinggi defisiensi magnesium
dan juga mengandung karbohidrat, lemak,
protein sayuran, kalium, magnesium, kalsium,
natrium, zat besi, krom, dan vitamin A, B1,
B2, C, D, dan, E, juga mengandung kafein,
vitamin E yang terkandung dalam cokelat
berperan dalam mengatur produksi hormon
prostaglandin, dimana hormon prostaglandin
menyebabkan peningkatan kontraksi otot
rahim yang menyebabkan rasa nyeri haid.
Selain itu, vitamin E dapat memperbaiki
aktivitas neurotransmitter, sedangkan vitamin
C yang terdapat dalam cokelat berfungsi
sebagau Sintesa neurotransmiter yang berguna
dalam membawa impuls saraf, aktivasi
hormone (Devi, 2012).
Responden mengatakan bahwa pada saat
memakan cokelat nyeri yang dirasakan dapat
berkurang dan mereka mengatakan merasa
senang, mood mereka yang awalnya berubahubah sperti kesal dan lebih cepat marah dapat
hilang dan tidak terlalu mengganggu aktivitas
karena merasakan sakit pada saat menstruasi
dapat dialihkan dengan rasa cokelat yang
meleleh pada saat memakannya, berbeda jauh
dengan susu, responden mengatakan nyeri
yang mereka alami menjadi berkurang setelah
minum susu sapi, namun responden
mengatakan bahwa nyeri hanya berkurang
sedikit dan kadang masih merasakan nyeri
yang sama ketika mengikuti proses belajar
mengajar diruang kelas.
Kandungan yang terdapat didalam susu
sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya
ketika
mengalami
dismenore,
kalsium
berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan
kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid,
melancarkan peredaran darah, mengatasi kram,
sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan
cairan tubuh, namun tidak berpengaruh untuk
merubah atau memperbaiki mood, sehingga
sesaat setelah minum susu sebagian responden
merasakan nyeri yang dialami berkurang
namun dapat meningkat kembali pada saat
mengikuti proses belajar mengajar didalam
kelas (Pangkalan Ide, 2008).
Efek yang ditimbulkan dari kedua
perlakuan sebenarnya tergantung dari sifat
nyeri, kenyamanan dan lingkungan responden
saat melakukan kedua teknik untuk

10

menurunkan nyeri. Nyeri yang dialami


responden sangat subjektif, tidak bisa
dirasakan oleh orang lain dan hanya responden
yang dapat menjelaskan bagaimana keadaan
nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai pendapat
Uliyah (2006) dalam Hastami (2011) sifat
nyeri sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialami.
Menurut Hill (2002), untuk dapat
mengurangi kram saat menstruasi, diperlukan
zat gizi sebagai terapi, yaitu mengonsumsi
magnesium sebanyak 300gram, dengan aturan
mengonsumsi yakni, 100gram setiap satu jam
sekali selama keluhan sakit dirasakan.
Magnesium mengatur sintesis protein, sifat
kontraksi pada otot disebabkan oleh adanya
protein. Hampir semua protein otot terikat kuat
pada fibril dan tidak mudah diekstraksi,
seperlima protein otot tidak larut dan
merupakan komponen struktural dari sel otot.
Protein yang esensial pada otot dan
mempunyai kemampuan kontraksi adalah aktin
dan miosin yang berfungsi mengendorkan otototot syaraf tersebut dan menstimulasi senyawasenyawa kimia otak yang berkaitan dengan
istirahat, sehingga mengkonsumsi cukup
magnesium dapat merelaksasi otot dan
memberikan rasa rileks sera mengurangi
keluhan dismenore.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Hapsari (2013) ialah penurunan intensitas
nyeri dismenore dengan metode pemberian
cokelat diperoleh nilai rata- rata nyeri sebelum
diberi perlakuan sebesar 5,73 sedangkan nilai
rata-rata sesudah diberi perlakuan sebesar 4,00.
Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan
skala intensitas dismenore sesudah dilakukan
metode pemberian cokelat.
Penelitian yang pernah dilakukan di
Sandiego School of Medicine, California
University, tingkat stres bisa diminimalisir
bahkan dihilangkan dengan cokelat. Hal
tersebut
disebabkan
karena
cokelat
mengandung molekul psikoaktif yang dapat
membuat pemakan cokelat merasa nyaman.
Beberapa kandungan cokelat seperti kafein,
theobromine,
methyl-xanthine,
dan
phenylethylalanine
dipercaya
dapat
memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan
sehingga bisa digunakan sebagai obat antidepresi. Cokelat hitam bisa meredakan nyeri

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

menstruasi
karena
memiliki
berbagai
kandungan yang berkhasiat sebagai antinyeri,
mengingat nyeri merupakan hal yang bersifat
subjektif dan hanya seseorang yang mengalami
kondisi tersebut yang dapat mendeskripsikan
besarnya nyeri yang dirasakan. Sehingga akan
berpengaruh terhadap penurunan skor skala
nyeri pada masing-masing responden.
Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja
yang Diberikan Susu dan Remaja yang
Diberikan Coklat
Berdasarkan uji t independen, didapatkan
nilai t hitung sebesar -3,494 dengan p-value
0,002. Karena kedua p-value 0,002 < (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan selisih penurunan nyeri antara
remaja yang diberikan susu dan remaja yang
diberikan coklat di SMA N 1 Ungaran Kab.
Semarang, dimana remaja yang diberikan
cokelat memiliki penurunan nyeri yang lebih
besar dibandingkan remaja yang diberikan
susu.
Kandungan yang terdapat didalam susu
sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya
ketika
mengalami
dismenore,
kalsium
berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan
kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid,
melancarkan peredaran darah, mengatasi kram,
sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan
cairan tubuh, namun tidak berpengaruh untuk
merubah atau memperbaiki mood, sehingga
sesaat setelah minum susu sebagian responden
merasakan nyeri yang dialami berkurang
namun dapat meningkat kembali pada saat
mengikuti proses belajar mengajar didalam
kelas (Pangkalan Ide, 2008).
Cokelat berupaya mencetuskan reaksi
positif terhadap kimia otak dan diketahui dapat
memperbaiki mood seseorang. Apabila makan
cokelat kita bisa mengeluarkan kimia yang
dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
mood serta perasaan happy. Kemungkinan
gabungan rasa, kandungan khasiat dan ramuan
psikoaktif cokelat yang menjadi penyebabnya
(Pangkalan ide, 2008).
Susu meengandung zat gizi yang dapat
membantu meringankan gejala dismenore
seperti kalsium, vitamin A dan vitamin C
namun tidak mengandung vitamin E sehingga
tidak bisa mengoontrol atau mengatur
keseimbangan
hormon
prostaglandin,
sedangkan pada cokelat mengandung zat gizi
yang lengkap seperti magnesium, kalsium,

vitamin A, vitamin C dan vitamin D yang


dapat mengatur keseimbangan hormon
prostaglandin dan dapat membuka pembuluh
darah serta merelaksasi otot sehingga
mengurangi kejang pada otot-otot saraf uterus
yang dapat mengurangi keluhan nyeri
menstruasi.
Keterbatasan Penelitian
Susu sapi mudah didapat, mempunyai
rasa yang kurang manis sehingga responden
kurang menyukai susu sapi untuk dikonsumsi.
Konsumsi susu dan cokelat dapat
mengurangi nyeri saat menstruasi karena
kandungan zat gizi yang terdapat dalam kedua
jenis makan tersebut dapat merelaksasi otototot saraf uterus, namun yang perlu
diperhatikan bahwa ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi nyeri yang tidak diteliti oleh
peneliti yaitu faktor psikologis, sehingga
kemungkinan nyeri menetap dan bahkan akan
semakin nyeri bila responden mempunyai
masalah
yang
dapat
mengganggu
psikologisnya.
KESIMPULAN
Ada perbedaan yang signifikan antara
skala nyeri remaja putri dismenore sebelum
dan sesudah pemberian susu dengan nilai pvalue = 0,002.
Ada perbedaan yang signifikan antara
skala nyeri remaja putri dismenore sebelum
dan sesudah pemberian cokelat dengan nilai pvalue = 0,000.
Pemberian cokelat lebih efektif terhadap
penurunan skala nyeri remaja putri dismenore
dibandingkan dengan metode pemberian susu.
SARAN
Bagi siswi yang mengalami dismenore,
cokelat dapat dikonsumsi untuk mengurangi
dismenore, karena selain mudah didapat, tidak
merugikan bagi kesehatan serta kandungan zat
gizi terutama mineral magnesium yang
terdapat didalam cokelat dapat megurangi
nyeri yang dirasakan siswi.
Institusi pendidikan diharapkan dapat
memberikan informasi tentang alternatif untuk
mengatasi dismenore pada siswinya. Informasi
ini dapat berupa penyediaan buku tentang
dismenore diperpustakaan atau menyediakan
berbagai zat gizi dikantin sekolah yang dapat

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

11

mengurangi
dismenore,
salah
satunya
menyediakan makanan yang mengandung
kalsium seperti dark cokelat untuk diberikan
pada siswi yang mengalami dismenore agar
tidak mengganggu aktifitas siswi disekolah.
Penelitian lebih lanjut tentang zat gizi lain
yang dapat mengurangi dismenore bukan
hanya makanan yang mengandung mineral
namun seperti makanan yang mengandung
vitamin A, E, B6 dan C, karena beberapa
vitamin tersebut dapat mengurangi dismenore.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
[2] Abdul, M dkk (2011). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
[3] Almatsier, S (2002) Pinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[4] Chan, Meta. (2012). The miracle of
chocolate. Surabaya: Tibbun Media.
[5] Cakir, M., Mungan, I., Karakas, T.,
Girisken, I., & Okten, A. (2007).
Menstrual pattern and common menstrual
disorders among university students in
Turkey. Pediatrics International. [disitasi
21 Januari 2009] 49(6):938-42. Terdapat
pada:
http://eprints.uns.ac.id/195/1/1650330082
01011451.pdf . Diakses pada tanggal 11
mei 2014.
[6] Calis, K.A. (2009). Dysmenorrhea.
Terdapat
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 11 mei 2014.
[7] Chandran, Lahta. (2008) . Menstruation
disorders:
overview.
E-medicine
Obstetrics and Gynecology. Terdapat
pada:
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 11 mei 2014.
[8] Colin, C.M., & Shushan, A. (2007).
Complications of menstruation; abnormal
uterine bleeding. In: Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology. 10th
Edition.
Chapter
35:572-3.
USA.

12

McGraw-Hill.
Terdapat
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handl
e/123456789/53487/BAB%20II%20Tinja
uan%20Pustaka.pdf?sequence=3.
Diakses pada tanggal 12 mei 2014.
[9] Devi, N. (2012). Gizi saat sindrom
menstruasi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia.
[10] Ditto, dkk (2011). Cara Mengatasi Nyeri
Haid. Yogyakarta: Andi Offset
[11] French, L. (2005). Dysmenorrhea
american family physician 71(2): 285291.
Terdapat
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 11 mei 2014.
[12] French, L. American College of
Obstetricians
and
Gynecologists.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 23 mei 2014.
[13] Hidayat,
A.A.A.
(2007).
Metode
penelitian kebidanan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
[14] Harunriyanto. (2008). Dismenore masih
sering membayangi wanita. Terdapat
pada:http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/31671/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 11 mei 2014.
[15] Hill, M.C. Graw.
(2002). Nutrition
almanac. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Terdapat
pada:http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/32212/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada tanggal 12 mei 2014.
[16] Holder, A. (2011). Dysmenorrhea in
emergency medicine clinicalpresentation.
Terdapat
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31657/4/Chapter%20II.pdf.Diakses
pada tanggal 11 mei 2014.
[17] Joshep, H.K. (2011). Catatan kuliah
ginekologi
dan
obstetri
(obsgyn).Yogyakarta: Nuha Medika.
[18] Kartasapoetra, dkk. (2010). Ilmu Gizi.
Jakarta: Rineka Cipta.
[19] Laila NM, dkk (2011). Buku Pintar
Menstruasi dan solusi mengatasi segala
keluhannya. Yogyakarta: Buku Biru

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

[20] Manuaba, I.A.C., I.B.G.F., & I.B.G .


(2009). Memahami kesehatan reproduksi
wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC.

[30] Simanjuntak,
Pandapotan.
(2008).
Gangguan haid dan siklusnya. Terdapat
pada:

[21] Maryunani, A (2010). Nyeri Dalam


Persalinan. Jakarta. CV.Trans Info Media

[31] http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 11 mei 2014.

[22] Morgan, G., Hamilton, C. (2009).


Panduan praktik obstetri dan ginekologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Terdapat
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses
pada tanggal 11 mei 2014
[23] Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
[24] Pangkalan, Ide. (2008). Dark chocolate
healing. Jakarta. PT Elex Media
Komputindo.
[25] Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku
ajar fundamental keperawatan, konsep,
proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[26] Proverawati, Maisaroh (2009) menarche
menstruasi pertama penuh makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
[27] Sugiyono. (2006). Metode penelitian
administrasi dilengkapi dengan metode
R&D. Bandung: Alfabeta.
[28] Schwartz, M.W. (2005). Pedoman klinis
pediatri. Jakarta: EGC. Terdapat pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31657/4/Chapter%20II.pdf Diakses
pada tanggal 21 juni 2014
[29] Sudarti, dkk. (2012). Teori Pengukuran
Nyeri. Yogyakarta: Nuha Medika.

[32] Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002).


Buku ajar keperawatan medikal Bedah.
Edisi 8. Volume 2. Alih Bahasa: Agung,
W., dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Terdapat
pada:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1kep
erawatan/206312001/bab2.pdf. Diakses
pada tanggal 3 juni 2014
[33] Saryono,
dkk.
(2009).
Sindrom
Premenstruasi.
Yogyakarta:
Nuha
Medika.
[34] Tangchai,
K.,
Titapant,
V.,
&
Boriboonhirunsarn,
D.
(2004).
Dysmenorrhea in Thai adolescents:
prevalence, impact and nowledge of
treatment:
Terdapat
pada:http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/31671/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 20 mei 2014.
[35] Wilmana, F.K., & Gan, S. (2007).
Analgesik-antipiretik analgesik antiinflamasi nonsteroid dan obat gangguan
sendi
lainnya.
Terdapat
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/31671/4/Chapter%20II.pdf Diakses
pada tanggal 13 mei 2014.
[36] Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan
Persalinan.
Yogyakarta:
Pustaka Rihama

Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore
Di SMA N 1 Ungaran

13

Вам также может понравиться