Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
2. Etiologi
Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Dengue Hemorragic Fever ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi virus dengue (Depkes, 2011). Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti yang menggigit pada siang hari,
vektor utama kebanyakan pada daerah tropis, vector nyamuk aedes aegypti
berkembang biak pada penyimpanan air minum atau air hujan yang terkumpul
pada berbagai wadah. Virus dengue telah juga ditemukan dari aedes albopictus,
dan wabah di daerah pasifik telah di anggap berasal dari beberapa spesies aedes
lain. Spesies ini berkembang biak di air yang terperangkap pada vegetasi. Di Asia
Tenggara dan Afrika Barat, penularan Dengue Hemorragic Fever mungkin
ditularkan dalam siklus yang melibatkan kera hutan pemakan kopi dan spesies
Aedes. (Nelson, 2012).
Virus dengue terdiri atas 4 serotipe yang masing-masing menimbulkan gejala
yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala perdarahan fatal. Derajat
beratnya penyakit diperkirakan bergantung pada efek Antibody Dependent
Enbancement (ADE) pada reaksi silang senotipe yang berbeda. Patogenesis
12
3. Anatomi Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi
termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk
cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah
ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume
darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter.
Komposisi darah tersusun atas 2 bagian, yaitu:
a.
b.
volume
total
darah
yang
(handayani,2008)
1)
Fungsi darah:
oleh
eritrosit.
13
Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zatzat dalam jaringan.
2) Plasma darah
Plasma darah merupakan cairan berwarna bening pucat 55% dari
volume total darah (2,5 s/d 3 liter pada orang dewasa).dengan
Komposisinya: 90% adalah air, 0,9% ion anorganik, 8% protein dan 1,1
14
b)
c)
15
Eritropoetin
merangsang
eritropoesis
dengan
merangsang
Vitamin B12
Asam folat
Zat besi
: sintesa DNA
: pembentukan DNA
: pembentukan haemoglobin.
(Handayani, 2008)
4) Leukosit
Merupakan unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan
tubuh, Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah.
Bertugas: menahan invasi oleh patogen mikroorganisme penyebab
penyakit,
mengidentifikasi
dan
menghancurkan
sel-sel
kanker,
membersihkan campak/ debris yang berasal dari sel mati atau cedera,
jumlah SDP : 5.000-10.000/mm3
(1) Jenis:
Granulosit
o Neutrofil:
fungsi
menentukan
bakteri
dan
melakukan
pembersihan debris.
o Basofil: fungsi membentuk dan menyimpan histamin dan
heparin
o Eusinofil: reaksi alergi dan investasi parasir.
Agranulosit
16
o Usia 100-300 hari meningkat pada saat inpeksi kronis. (Handayani, 2008)
5) Trombosit
Merupakan sel darah terkecil, tidak berwarna dan tidak berinti,
berasal dari fragmen megakariotid jumlah (50.000-350.000/mm3). Usia
20 hari. (Handayani, 2008).
4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala
demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut
fase
viremia.(Djunaedi,
2006).
Hal
tersebut
menyebabkan
pengaktifan
17
Merangsang PGE2Hipotalamus
Koagulopati pendarahan
Hipovolemi
Termoregulasi instabil
Patofisiologi
Syok
Hipertermi
Resiko pendarahan
18
19
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah ( tanda tanda awal renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur (Ngastiyah, 2005).
5. Manifestasi Klinis
.Manifestasi klinis untuk diagnosis Dengue Hemorragic Fever menurut
patokan WHO,1995 (Ngastiyah,2005) Demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas). Manifestasi perdarahan, paling
tidak terdapat uji torniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan
yang lain misalnya petekie, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, melena, atau
hematemesis, pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit),
syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah yang menurun
(menjadi 20mmHg atau
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar
20
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Dengue Hemorragic Fever
antara lain :
21
a. Perdarahan
Perdarahan mudah terjadi pada tempat fungsi vena, ptekie dan purpura,
selain itu juga dapat dijumpai epistaksis dan perdarahan gusi, hematoma
dan melena.
b. Hepatomegali
Bila terjadi peningkatan dari hepatomegaly dan hati teraba kenyal, harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
c. Renjatan (syok)
Syok biasanya dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit kembab, dingin pada ujung hidung, ari tangan dan jari kaki serta
sianosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis buruk (Smeltzer 2011).
22
penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan
tubuh nyamuk
termasuk
setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada
orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh
nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk aedes aegypti yang telah
mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum
mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar
darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Siregar, 2006).
23
24
b. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan untuk klien dengan Dengue Hemorragic Fever
adalah penanganan pada derajat I hingga derajat IV (Hidayat, 2008).
1) Derajat I dan II
25
(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (ringer
laktat) dengan dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air, buah,
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam
antara lain sebagai berikut :
100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.
75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.
60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.
50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-50kg.
(2) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
(3) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
(4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah
15cc/kgBB/hari.
2) Derajat III
(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat dengan
dosi
20ml/kgBb/jam,apabila
ada
perbaikan
lanjutkan
26
mendapatkan
pplasma
ekspander
sebanyak
10
3) Derajat IV
(1) Pemberian cairan cukup dengan infus ringer laktat dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkan
ringer
laktat
sebanyak
10
ml/kgBb/jam,
sebagaimana
perhitungan di atas.
(2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang dua
saluran infus dengan tujuan satu untuk ringer laktat 10
ml/kgBb/1jam dan satunya pemberian plasma ekspander
(dextran L) sebanyak 20 ml/kgBb/jam selama 1 jam, jika
27
B. Asuhan Keperawatan
1. Proses Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien anak dengan
Dengue Hemorragic Fever, perawat memandang klien sebagai individu yang utuh
yang terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Tailor C., Lilis C., Lemone P,
proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat
bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga
membutuhkan
asuhan
keperawatan,
membuat
perencanaan
dan
rencana
28
keperawatan anak pada klien dengan Dengue Hemorragic Fever menurut Ngastiyah
(2005) yaitu :
d. Pengkajian fokus
1)
Identitas pasien
Nama, umur (pada Dengue Hemorragic Fever paling sering
menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
2)
Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien Dengue
Hemorragic Fever datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien
lemah.
3)
4)
yang
pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Dengue Hemorragic
Fever, anak biasanya mengalami serangan ulangan Dengue Hemorragic
Fever dengan type virus yang lain.
29
5)
Apabila
6)
anak
mempunyai
Riwayat imunisasi
kekebalan yang baik,
maka
7)
Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadangkadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Dengue
Hemorragic Fever grade III-IV bisa terjadi melena. Eliminasi BAK :
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau
tidak. Pada Dengue Hemorragic Fever grade IV sering terjadi
hematuria. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.Kebersihan :
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang
30
nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.
8)
Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade Dengue Hemorragic
Fever, keadaan fisik anak adalah :
a) Kesadaran
: Apatis
b) Vital sign
: TD : 110/70 mmHg, N : 70 -160
Rr: 21 30 kali/menit, S: 36,5 37,5oC
c) Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning langsat, tidak sianosis, keadaan
lembab, akral hangat, tekstur halus, Tidak ada tanda tanda
alergi seperti gatal-gatal pada kulit dan kemerahan. Palpasi :
tidak terdapat edema, turgor kulit tidak elastis.
d) Kepala : Inspeksi : perhatikan bentuk dan kesimetrisan
perhatikan kontrol kepala(terutama pada bayi) dan postur kepala
wajah simetris, kepala pada garis tengah.Evaluasi rentang gerak.
Palpasi
:tengkorak
akan
adanya
fontanel,
nodus,
atau
31
tidak
ada
32
33
34
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut nanda, (2009 2011 ) ada beberapa diagnosa yang ditemukan
pada pasien anak dengan diangnosa Dengue Hemorragic Fever, yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah ,
anoreksia.
d. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f.
g.
h.
i.
berhubungan
dengan
hipovolemia.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:
trombositopenia, trauma.
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
Dengue Hemorragic Fever menurut Suriadi & Yuliani (2010) yaitu
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).
b. Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
c. Risiko perubahan
perdarahan.
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
35
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan pada pasien anak dengan diagnosa medis Dengue
Hemorragic Fever menurut Nanda (2009 2011), yaitu :
a.
Hipertermia
berhubungan
dengan
proses
penyakit
(viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional :
1) Monitor suhu pasien.
Rasionnal : pola demam dapat membantu dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari menunjukan infeksi yang lain.
2) Anjurkan pasien untuk banyak minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 jam ).
Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
3) Berikan kompres hangat.
36
pada hipotalamus.
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
c.
37
d.
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
38
Intervensi rasional :
1) Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional:menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan
dari keadaan normal.
2) Observasi tanda-tanda syok.
Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh.
4) Catat intake dan output cairan.
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5) Palpasi nadi perifer, capilary refill,
Rasional : kondisi yang berkontribusi dalam temperatur kulit, kaji
kesadaran, tanda perdarahan. kekurangan cairan ekstraselular yang dapat
menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.
6) Monitor adanya nyeri dada tiba - tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang
meningkat, kurang istirahat.
Rasional : hemokonsentrasi dan peningkatan platelet agregrasi dapat
mengakibatkan pembentukan emboli sistemik.
7) Kaji kemampuan menelan klien.
Rasional : kegagalan refleks menelan, anoreksia, tidak nyaman dimulut,
perubahan tingkat kesadaran merupakan faktor yang mempengaruhi
kemampuan klien untuk mengganti cairan oral.
Kolaborasi :
8) Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL solution.
39
e.
40
Intervensi rasional :
1) Pantau tanda-tanda vital; palpasi denyut nadi perifer; catat suhu/ warna
kulit dan pengisian kapiler; evaluasi waktu dan pengeluaran urine.
Rasional : merupakan indikator dari volume sirkulasi dan fungsi organ/
perfusi jaringan yang adekuat.
2) Kaji adanya perubahan tingkat kesadaran , keluhan pusing atau sakit
kepala.
Rasional : perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi
serebral.
3) Auskultasi nadi apikal.Awasi irama jantung dengan EKG.
Rasional : perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat
hipotensi, hipoksia, asidosis,ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
4) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : mengatasi hipoksemia dan asidosis selama perdarahan.
5) Pemeriksaan AGD/ awasi nadi oksimetri.
Rasional : mengidentifikasi hipoksemia, keefektifan/ kebutuhan untuk
terapi.
6) Berikan cairan Intra vena sesuai indikasi/ produk darah sesuai kebutuhan.
Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan.
f.
tirah
baring.
41
pernafasan, dan
Tekanan darah dalam rentang normal..
Intervensi rasional :
1) Kaji keluhan pasien.
Rasional : untuk mengidentifikasi masalah masalah pasien.
2) Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai
tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat
kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan
kebutuhan
sehari-hari
pasien
tanpa
mengalami
42
g.
43
44
Intervensi rasional
1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh
darah.
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
Rasional : membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4) Awasi tanda vital
Rasional : peningkatan nadi dengan penurunan Tekanan darah dapat
menunjukan kehilangan volume darah sirkulasi.
5) Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan
antiseptik untuk mulut.
Rasional : pada gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat
menyebabkan perdarahan mukosa.
6) Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah.
Rasional : menurunkan resiko perdarahan / hematoma.
7) Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Rasional : DIC subakut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan factor
pembekuan.
Kolaborasi :
8) Awasi Hb, Ht, trombosit dan factor pembekuan.
Rasional : indikator adanya perdarahan aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC).
9) Berikan obat sesuai indikasi : vit K, D,dan C.
Rasional : Meningkatkan sintesis protrombin
dan
koagulasi.
45
j.
komplikasi.
Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi rasional
1) Jelaskan pentingnya pembatasan aktifitas selama periode penurunan
trombosit
Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan
rutinitas / aktifitas tanpa menimbulkan masalah.
2) Jelaskan gejala yang memerlukan intervensi medik seperti akral/ tangan
dingin, epistaksis, perdarahan gusi,melena, sesak.
Rasional : upaya intervensi untuk menurunkan resiko komplikasi serius
seperti perdarahan, tanda syok.
3) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
Rasional : mencegah kelemahan, dapat meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah kembali ke aktifitas normal.
4) Diskusikan penghindaran penggunaan sikat gigi, menggunakan sikat
gigi halus/ obat kumur, membersihkan kotoran hidung dengan keras.
Rasional : menurunkan resiko perdarahan sehubungan dengan trauma
dan perubahan koagulasi.
5) Anjurkan klien menghindari makanan / minuman karbonat, pedas dan
asam.
Rasional : menurunkan rangsangan pada asam lambung dan menceegah
iritasi
6) Diskusikan perawatan, pengobatan, proses penyakit dan prognosis.
46
47
5)
6)
pemberian
Risiko
elektrolit
berhubungan
dengan
tinggi
kekurangan
peningkatan
cairan
permeabilitas
dan
kapiler,
48
49
50
Kurang
pengetahuan
keluarga
tentang
51
Pertumbuhan
dan
anak
usia 3 tahun
1) Parameter umum
Pada umur 3 tahun (usia toddler) rata rata berat badan
meningkat sekitar 1,8-2,7 Kg, dengan rata-rata berat badan 14,6
Kg, tinggi badan meningkat 7,5 cm, dan dengan rata-rata tinggi
badan 95 cm
2) Nutrisi
Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi
karena mereka terus bergerak.pemenuhan kebutuhan gizi anak
usia toddler sangat mudah untuk memenuhinya karena dalam
usia ini anak sudah dapat makan berbagai macam makanan
diantaranya susu, daging, sup, sayuran, dan buah-buahan. yang
terpenting anak pada usia ini mendapatkan energi 1220 Kkal
perhari
3) Pola Tidur
52
bentuk
lingkaran,
membuka
menutup
kotak,
53
Tahap kemandirian, rasa malu dan rasa ragu, terjadi pada umur
1-3 tahun dengan perkembangan mulai mencoba mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti motorik dan bahasanya
5) Psikoseksual
Tahap
anal,
terjadi
pada
umur
1-3
tahun
dengan
Usia infant
Masa infant terdiri dari masa neonatus (saat lahir sampai 4 minggu) dan
masa bayi (4 minggu sampai 1 tahun). Pada masa ini merupakan periode vital
untuk
mempertahankan
hidupnya
dan
agar
dapat
melaksanakan
perkembangan selanjutnya. Pada saat ini terjadi apa yang disebut sebagai
belajar untuk belajar secara maksimal. Oleh para ahli dikatakan bahwa
54
semakin banyak rangsangan yang tepat diberikan pada bayi disaat yang tepat
pula, akan makin besar pula kemungkinan bayi untuk lebih cerdas (Supratini,
2009).
b.
Usia toddler
Masa usia toddler merupakan masa umur antara 1 3 tahun. Pada
pertumbuhan fisik dapat dinilai penambahan berat badan sebanyak 2,2 kg
pertahun dan tinggi badan akan bertambah 7,5 cm pertahun. Pada
perkembangan motorik anak dapat berjalan sendiri dengan jarak kaki lebar,
merayap pada tangga, membangun menara, dari dua balok, membuka kotak,
dan membalik halaman buku.Pada perkembangan moral anak berada pada
tahap prakonvensional yaitu anak mempunyai konsep tentang benar dan salah
terbatas dan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
c.
d.
55
Masa ini dimulai pada anak usia 6 12 tahun. Penambahan berat badan dan
pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Tinggi badan bertambah sedikit 5 cm
pertahun. Pada anak laki laki penambahan tinggi badan lambat dan berat
badan cepat, sedangkan pada anak perempuan mulai tampak perubahan pada
daerahpubis.Untuk
perkembangan
mental,
anak
sudah
mampu
Remaja
Masa ini dimulai pada usia 12 20 tahun. Menurut Sullivan, masa remaja
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu masa praremaja (12-14 tahun), remaja awal
(14-17 tahun) dan remaja akhir (17-20 tahun). Perkembangan psikis pada usia
praremaja adalah minat bermain menghilang, menunjukan rasa malu, dan sulit
diberi tanggung jawab serta membentuk kelompok dan sangat setia dengan
kelompoknya. Pada usia remaja awal, dorongan nafsu seksual semakin besar
dan emosi lebih dominan dari rasio. Untuk usia remaja akhir mulai muncul
sikap pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan kekuatan diri
sendiri, mudah tersinggung, mudah kasihan, mudah bertindak kejam, mudah
terharu dan mudah marah (Supartini,2009).
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
56
c.
kecemasaanya (Supartini,2009).
Masa toddler
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan
sumber stress nya. Stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan.
Respon perilau anak sesuai dengan tahapanya yaitu tahap protes, putus asa
dan pengingkaran (denial). Pada tahap proses perilaku yang ditunjukan
adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa adalah menangis
berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan
makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran adalah mulai menerima
perpisahan membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat
d.
57
58
http://sharekeperawatan.blogspot.co.id/2015/04/jurnalkeperawatan-pengaruh-lama.html