Вы находитесь на странице: 1из 6

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA STRUKTUR

MODUL C
JEMBATAN MENERUS TIGA BENTANG

Kelompok 8
Hansel Loshaless
Rizqa Fadhilla Hikmah
Dicky Handika Martha
Axel Ivanda Tanjung

Waktu Praktikum
Asisten Praktikum

: Rabu, 19 September 2015


: Erinda

Tanggal Disetujui
Nilai
Paraf

:
:
:

LABORATORIUM BAHAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2015

MODUL C
JEMBATAN MENERUS TIGA BENTANG
Percobaan 1
I.

TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketepatan analisa matematika dari jembatan
menerus tiga bentang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, juga
membandingkan garis pengaruh yang didapat dari percobaan sebagai hasil dari reaksi

II.

perletakan dengan garis pengaruh secara teoritis.


TEORI
Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic
dari suatu penghalang (sungai, jalan raya, waduk, jalan kereta api, dan lain-lain).
Pengertian dari jembatan menerus tiga bentang adalah suatu struktur yang memiliki 3 (tiga)
bentang dan 4 (empat) buah perletakan. Dalam analisa jembatan menerus tiga bentang pada

III.

modul ini, akan dipergunakan Metode Clayperon (persamaan putaran sudut)


PERALATAN
1. HST. 1901 Model jembatan transparan dengan bentuk Sprandels
2. HST. 1902 Kolom-kolom jembatan dengan penyangga berjalan, alat pengukur reaksi dan
kompensator perata
3. HST. 1903 Kolom-kolom jembatan dengan penyangga yang dijepit, alat pengukur reaksi
4.
5.
6.
7.

dan kompensator perata,


HST. 1904 Peralatan dial pengukur
HST. 1905 Beban berjalan (50 N dan 25 N)
HST. 1906 Penyangga ujung kiri
HST. 1907 Penyangga ujung kanan

Model jembatan dari baguan transparan memberikan penggambaran tentang bagian dinding
samping dan jalur dari jalan. Diaphrams telah dipasang pada keempat perletakan dan di
tengah bentang. Jembatan tersebut menerus di atas dua bentang tepi yang masing-masing
panjangnya 250 mm dan bentang tengah sepanjang 625 mm. Jembatan tersebut
disambungkan ke empat alat pengukur dengan pin pengikat pada satu ujung, tiga sisi penahan
berjalan yang memperbolehkan lendutan horizontal dan menahan lendutan vertikal pada
perletakan yang lain. Perbedaan ketinggian dari bagian dalam dan penahan ujung adalah 90
mm
Perletakan jembatan ditopang pada kantilever pendek yang defleksinya karena reaksi dari
jembatan memberikan pembacaan pada alat ukur. Alat pengukur reaksi dikalibrasi sehingga
dapat membaca 0.1 N setiap bagian dari alat ukur. Pada bagian dasar dari setiap kolom
terdapat kompensator perata yang dibuat untuk mengangkat kolom sebesar 0.1 mm setiap

putaran alat ukur. Jadi jika dial ada kompensator selalu dipasang pada pembacaan alat ukur,
maka penahan jembatan akan berada pada ketinggian yang konstan. Karena jembatan
merupakan struktur statis tak tentu, maka adalah merupakan persyatan yang penting untuk
mengukur reaksi sebenarnya.
Pada bagian atas dari kolom jembatan terdapat penjepit atau pengunci ujung bebas dari
kantilever. Penjepit tersebut harus dalam keadaan tak terkunci untuk mengukur reaksi.
Penjepit harus dikunci jika jembatan digunakan untuk analisa model dengan metode
displacement kecil.
Mempersiapkan Alat
Untuk memasang jembatan pada kerangka HST. 1, pertama-tama mengunci bagian dalam
dari kolom sehingga pusatnya benda pada 297.5 mm dari permukaan dalam sisi vertikal dari
rangka. Lalu secara perlahan-lahan jembatan dipasang pada bagian atas dari penjepit
perletakan penahan berjalan.
Sambungan ujung kiri kolom pada rangka dan menggeser ke atas sampai penjepit perletakan
menyentuk bagian bawah penyangga jembatan. Melepaskan sekrup penjepit penyangga dari
bagian kanan jembatan. Sambungan bagian ujung kanan kolom ke rangka dan menggeser ke
atas sampai lubang atas pada perletakan yang dijepit menjadi datas dengan baguan bawah
penyangga jembatan.
Jembatan sekarang dapat digeser ke kiri dan diturunkan 6.5 mm, lalu digerakan ke bagian
kanan dengan mengaitkan penjepit-penjepit perletakan ke penyangga jembatan. Pada saat
yang sama dapat kita ketahui bahwa perletakan untuk bagian ujung kanan akan bergeser
sepanjang perletakan jembatan sehingga penjepit penyangga dapat dipasang kembali.
Dial kompensator pada bagian dasar dari keempat kolom di-set pada angka 600, dan alat
pengatur vertikal pada setiap dial gauge harus digunakan untuk menghasilkan angka 600
pada pembacaan dial. (Kemungkinan perlu menggerakan cincin pada pengukur dial untuk
mendapatkan pembacaan 600). Mengencangkan bagian bawah horizontal dari rangka HST. 1
mungkin diperlukan dengan salah satu tangannya mempermudah pengakuan pada pengukur
dial.
IV.

CARA KERJA
a. Bagian 1
Jembatan dianggap telah dikoreksi sesuai dengan keterangan di atas. Memeriksa apakah
pengunci kantilever sudah dilepaskan dan bagian-bagian dasar penjepit bebas dari

pengukuran reaksi kantilever, dan dial kompensator memberikan bacaan yang sama
dengan pengukur dial.
Meletakkan beban silindris 25 N di atas jembatan pada abutmen kiri dan ataur
kompensator agar pembacaannya sama dengan pengukur dial. Ketiga kolom lainnya
harus disesuaikan jika perlu, namun secara teoritis harus menghasilkan reaksi nol.
Menggerakan beban dengan interval 12 cm, 12 cm, dan 56 cm dari sisi kiri
jembatan, dan pada setiap posisi menyejajarkan kembali kolom yang dapat dilihat dari
pembacaan yang sama antara dial kompensator dengan pengukur dial. Dalam melakukan
hal ini yang disesuaikan lebih dahulu adalah kolom yang letaknya paling dekat dengan
beban dan mengerjakan dari kiri ke kanan, kembali ke kolom terdekat beban. Kita akan
mendapatkan bahwa penyejajaran satu kolom terdekat akan mempengaruhi yang lainnya,
namun dengan pekerjaan yang berulang-ulang sesuai petunjuk, maka penyesuaian akan
cepat diperoleh, Pada saat keempat kolom telah datar pembacaan reaksi selesai.
b. Mengeplot garis pengaruh dari keempat reaksi selama percobaan berlangsung.
Keakuratan dari alat dan percobaan dapat dilihat dengan memperhatikan hal sebagai
berikut :
Ketika beban berada di atas kolom, reaksi seharusnya adalah 25 N dan reaksi

perletakan kolom yang lain adalah nol.


Garis pengaruh harus memperlihatkan keadaan simetris

Sebagai pemeriksaan terakhir, meletakkan sembarang bentuk dari pembebanan umum di


atas jembatan sampai maksimum 150 N (Beban titik tidak melebihi 50 N pada setiap
titik), memperhatikan nilai dan letak dari pembebanan, dan mendapatkan keempat
reaksinya.

V.

PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


Tabel 1. Beban berjalan sebesar 25 N

x (cm)

P = 25 N

Jumlah

Kesalahan

Relatif

o
1
2
3
4
5
6
7

0
12.5
25
56.25
87.5
100
112.5

Ra (N)
24.7
20
12.2
-2.9
-0.3
-1
-0.15

Rb (N)
1.5
4.8
11
17.8
2.8
2.8
-1.8

Rc (N)
1.5
5.5
7.9
17.8
22.8
15
7.3

Rd (N)
-4.5
-1.5
-1.5
-3
4
11
17.8

23.2
28.8
29.6
29.7
29.3
27.8
23.15

7.2%
15.2%
18.4%
18.8%
17.2%
11.2%
7.4%

Tabel 2. Beban berjalan sebesar 50 N

VI.

N
o

x (cm)

1
2
3
4
5
6
7

0
12.5
25
56.25
87.5
100
112.5

Ra (N)
44.4
33.4
17.8
-8.9
-2.4
-1
0

P = 50 N
Rb (N)
Rc (N)
5.8
2.1
16.6
5.8
30
11.4
35.7
38.4
7.5
40.5
2
28.8
-4.8
14.3

Rd (N)
-1.5
-1.9
-2.4
-10.3
7.7
20.4
35.4

Jumlah

Kesalahan
Relatif

50.8
53.9
56.8
54.9
53.3
50.2
44.9

1.6%
7.8%
13.6%
9.8%
6.6%
0.4%
10.2%

ANALISA PRAKTIKUM
1. ANALISA PERCOBAAN
Praktikum Analisa Struktur dengan Kode Modul C dengan judul Jembatan Menerus Tiga
Bentang dilakukan pada tanggal 19 September 2015. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menganalisa perbandingan antara hitungan matematis dari suatu struktur jembatan
menerus tiga bentang dengan keadaan pengukuran sebenarnya degan cara menggunakan
persaaman teoritis dengan nilai reaksi perletakan hasil percobaan.
Adapun percobaan tersebut menggunakan alat berupa satu set jembatan menerus tiga
bentang, pembebanan berbentuk silinder pejal dengan sebesar 25 N dan 50 N, dan dial
untuk mengukur reaksi perletakan yang ada berjumlah 4 buah. Langkah pertama yang
dilakukan praktikan adalah mengeset dial menjadi nol. Tujuan dari penyetelan ini adalah
untuk mendapatkan nilai reaksi dari jembatan. Nilai inilah yang akan kita bandingkan
dengan nilai teoritis yang didapatkan sehingga didapatkan kesalahan relatif. Tidak lupa
praktikan mengukur panjang dari jembatan menggunakan meteran.
Setelah dial kita kalibrasi, beban ditempatkan pada ujung perletakan A dimana letak
beban disebut X = 0 cm dengan nilai X terbesar adalah X = 112.5 cm. Terdapat 4 buah
reaksi perletakan A, B, C dan D dimana reaksi A berada pada X = 0 cm, B berada pada X
= 25 cm, C berada pada X = 87.5 cm, dan D berada pada X = 112.5 cm. Pada saat

pembebanan 25 N diletakan pada X = 0 cm, praktikkan membaca 4 dial yang berada pada
masing-masing reaksi perletakan. Selanjutnya beban digerakkan menuju 12,5 cm dari
posisi awal kearah kanan sehingga dial akan berubah pembacaannya. Pembacaan dial
tersebut dilakukan kembali pada pergeseran beban ke posisi 25 cm, 56,25 cm, 87,5 cm,
100 cm dan juga 112.5 cm. Hal yang sama dilakukan juga pada pembebanan 50 N
sehingga akan didapatkan pembacaan dial pada tiap-tiap dialghytkghtynkewsad.
2. ANALISIS HASIL
3. ANALISIS KESALAHAN
4. KESIMPULAN

Вам также может понравиться