Вы находитесь на странице: 1из 10

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu
sekitar India, Pakistan sampai Palestina. Sejak zaman dulu bawang merah ini
menjadi andalan manusia (di samping bawang putih), untuk kesejahteraan dan
pengobatan sehingga selalu dilambangkan pada barang-barang peninggalan
sejarah. Sampai kini pun masih banyak digunakan untuk pengobatan dan juga
sebagai bumbu penyedap (Wibowo, 1999). Kedudukan tanaman bawang merah
dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Liliales

Family

: Liliaceae

Genus

: Allium

Spesies

: Allium ascalonicum L. atau Allium cepa var. ascalonicum


Spesies bawang merah yang banyak ditanam di Indonesia terdiri dari 2

macam, yaitu bawang merah biasa atau shallot alias syalot dan bawang merah
sebenarnya

atau

disebut

bawang

bombay,

bawang

timur

alias

onion

(Rukmana, 1994). Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk


rumput

yang

tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm

dan membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang,
karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Rukmana, 1994).
Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) sangat beragam, beberapa
jenis mudah berbunga, menghasilkan biji dapat disilangkan dengan bawang
bombay sedangkan yang lain jarang berbunga. Ketika baru terinisiasi tangkai
bunganya padat tetapi setelah mencapai panjang 60-70 cm tangkai berongga
karena heterozigot. Keturunan dari biji tidak sama dengan tetuanya sehingga
tanaman biasanya diperbanyak dengan umbi, populasi tanaman umumnya
mencapai 300 ribu tanaman/Ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tiap kuntum
bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari yang
berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah seperti berbentuk
segitiga (Rukmana, 1994).
Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok
yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akarakar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang di atas cakram, diantara lapisan
kelopak daun yang membengkak terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
tanaman baru. Lalu di bagian cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya
dari bagian ini dapat muncul bunga. Tunas yang akan menjadi tempat tumbuhnya
bunga ini disebut tunas apical, sedangkan tunas-tunas lain yang dapat tumbuh jadi
tanaman baru disebut tunas lateral (Wibowo, 1999).
Akar bawang merah dapat mencapai kedalaman 15-20 cm. Menurut
Weaver dan Burner, secara individu jumlah perakaran tanaman bawang dapat
mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5-2 mm, akar cabang

tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (Wibowo, 1999). Dataran rendah cocok
untuk membudidayakan tanaman bawang merah atau brambang (shallot).
Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman bawang merah adalah 800 m di atas
permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl, tanaman bawang
merah masih dapat tumbuh (AAK, 2005). Tanah yang sesuai untuk tanaman
bawang merah adalah tanah yang mempunyai pH sekitar 5,5 - 7,0. Tanah yang
terlalu masam dengan pH < 5,5 tidak cocok untuk bawang merah. Jenis tanah
yang paling baik untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir
atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik
karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu
(Rahayu dan Berlian, 2006).
Masalah terpenting dalam budidaya bawang merah adalah hama dan
penyakit. Hama dan penyakit ini tidak pandang bulu, mulai dari akar, umbi,
batang, daun bahkan ujung daun pun diserang. Salah satu penyakit yang paling
berbahaya bagi bawang merah adalah cendawan Perenospora destructor, yang
menyebabkan penyakit embun upas yang sering disebut penyakit blorok
(Wibowo, 1999).
Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan
di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun
menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen
dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan
kadar air umbi 80%.

Bawang merah dapat digunakan sebagai pengganti

antibiotik, penurun tekanan darah, kolesterol, serta penurun kadar gula dalam
darah. Dengan peranannya terhadap insulin serta untuk meningkatkan vitalitas.

2.2.

Landasan Teori
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang

mempelajari

cara-cara

petani

menentukan,

mengorganisasikan

dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif dan efisien


sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan yang semaksimal mungkin
(Suratiyah, 2006).
Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah modal dan tenaga
kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Dalam tanah dan
sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan. Katakan luasnya,
topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya dan lain
sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian
dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).
Analisis usahatani merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan suatu usahatani secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Penilaiaan aspek usahatani
merupakan penilaian sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya
investasi, estimasi pendapatan dan biaya selama beberapa periode termasuk
jenis

dan

jumlah

biaya

yang

dikeluarkan

selama

umur

investasi

(Kasmir dan Jakfar, 2004). Dalam usahatani dibutuhkan masukan yang sesuai
dengan tuntutan atau kebutuhan tanaman, seperti pembelian bibit, pupuk,

10

obat-obatan, sewa tanah dan upah tenaga kerja. Biaya tersebut dibutuhkan setiap
saat sehingga masalah ini sering menimbulkan resiko yang sangat besar pada
petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi secara tepat waktu ataupun tepat jumlah
maka akibatnya adalah produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai harapan
(Daniel, 2002).
Menurut Soekartawi (1999), bahwa dalam melakukan usaha pertanian
seorang pengusaha atau petani dapat
Profit Maximization

dan

Cost

memaksimumkan keuntungan dengan


Minimization.

Profit

maximization

adalah mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output


yang maksimal, sedangkan cost minimization adalah menekankan biaya
produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Kedua pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi
yang tidak lain adalah fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang
diinginkan dapat ditempuh dengan menambah jumlah salah satu dari input yang
digunakan.
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
2.

Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.(Soekartawi, 1995)
Pendapatan atau income petani adalah hasil penjualan dari faktor-faktor

produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktorfaktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan

11

harga yang berlaku di pasar. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh tarikmenarik antara penawaran dan permintaan. (Kadiriah, 1994)
Pendapatan bersih adalah selisih pendapatan total tunai dengan total
pengeluaran tunai. Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk
jumlah rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah
memasuki sistem pasar adalah untuk memperoleh pendapatan yang sebesarbesarnya. (Simanjuntak,2004)
Ada beberapa jenis pendapatan berdasarkan sumbernya, yaitu:
1) Gross dan Net income
2) Pendapatan tenaga kerja petani adalah pendapatan pengelola ditambah
upah tenaga kerja petani.
3) Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola
ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.
(Prawirokusumo, 1999).
Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu investasi ditinjau dari
aspek keuangan perlu dilakukan pengukuran dengan berbagai kriteria. Setiap
penilaian layak diberikan nilai yang standar untuk usaha yang sejenis
dengan cara membandingkan dengan rata-rata target yang telah ditentukan.
(Kasmir dan Jakfar,2004)
Analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya, dan pendapatan usaha sangat
perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang
dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah
semua pengeluaran

yang dipergunakan baik

mempengaruhi ataupun tidak

12

mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan


selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 1995).
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang
telah dijalankan memberi keuntungan. Keuntungan usaha tersebut baru dapat
diperoleh apabila semua biaya usaha yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh
hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan. (Daniel, 2002)

2.3. Kerangka Pemikiran


Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja) yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output. Usahatani bawang merah merupakan salah satu usaha
hortikultura sayur-sayuran yang memiliki prospek yang cerah karena bawang
merah merupakan bumbu masakan yang sangat dikenal dan dibutuhkan oleh
masyarakat setiap harinya sebagai pelengkap bumbu dapur.
Agar usahatani bawang merah dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka
dibutuhkan beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani
tersebut yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Ada
beberapa masalah yang dihadapi petani bawang merah dalam penyediaan input
produksi, salah satunya adalah distribusi input produksi yang kurang lancar akibat
sarana transportasi ke sentra produksi bawang merah yang kurang memadai.
Produksi bawang merah akan meningkat apabila penggunaan input
produksi sudah optimal sehingga produktivitas bawang merah juga akan
meningkat. Namun yang menjadi masalah secara umum, petani kita hanya

13

mempunyai skala usaha dan modal yang kecil. Akibatnya produksi dan
produktivitas belum optimal. Harga yang sangat fluktuatif menyebabkan
penerimaan petani rendah. Konsekuensinya adalah pendapatan bersih dari
usahatani bawang merah tidak dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
total pendapatan keluarga.
Untuk mengetahui sebuah usahatani merupakan pendapatan utama
dalam keluarga, maka harus diketahui seberapa besar kontribusi/tambahan
pendapatan usahatani dan juga bersifat kontinuitas dalam memberikan pendapatan
keluarga.
Berdasarkan besar pendapatan bersih yang diterima oleh petani bawang
merah pada akhir musim tanam, dapat dilihat kelayakan usahatani bawang merah
secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan penerimaan dengan biaya
lebih besar

dari

atau

sama

dengan 1 (satu) maka

usahatani

layak

diusahakan. Sedangkan apabila lebih kecil dari satu (<1 ) maka tidak layak untuk
diusahakan secara ekonomi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema kerangka
pemikiran berikut ini:

14

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Skema 1: Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Bawang Merah


Keterangan:
Ada hubungan =
Ada pengaruh =

15

2.4. Hipotesis Penelitian


Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka dapat
diuraikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.

Diduga tingkat produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong


tinggi.

2.

Diduga usahatani bawang merah layak diusahakan di daerah penelitian.

3.

Diduga pendapatan dari usahatani bawang merah memberikan kontribusi


dominan terhadap total pendapatan petani.

Вам также может понравиться