Вы находитесь на странице: 1из 6

PENYEBARAN PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI

Oleh :
Steffy Agustin
1314121173

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

Cabai merupakan produk hortikultura yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Penanaman cabai cukup sulit, organisme
pengganggu tanaman (OPT) adalah salah satu kendala yang harus dihadapi. Di
Indonesia banyak tanaman cabai yang terinfeksi patogen virus penyakit kuning. Virus
penyakit kuning tergolong sangat unik karena memiliki morfologi yang berbeda dengan
virus lain. Menurut Harisson (1985) dalam Hidayat, Purnama et all., (2005) bahwa virus
pada penyakit kuning atau virus gimini memiliki genom berupa asam nukleat
deoksiribonukleat (DNA) dalam bentuk utas tunggal (single stranded).

Selain virus gemini yang disebutkan di atas, ada juga penyakit kuning pada tanaman
cabai yang disebabkan oleh vektor kutu kebul dan Begomivirus. Vektor penyakit yang
berbeda menyebabkan penyebaran penyakit kuning di masing-masing daerah berbeda.
Virus gemini menyerang tanaman cabai umumnya di daerah Sumatra. Vektor kutu kebul
menyerang tanaman cabai di daerah khususnya Lampung sedangkan Begomivirus
menyerang tanaman cabai di daerah Sumatra Barat.
Gejala yang terjadi pada tanaman cabai dengan faktor penyebab berbeda memiliki
karakteristik yang berbeda juga bergantung pada genus dan spesies tanaman. Umumnya
tanaman cabai yang mengalami penyakit kuning yaitu klorosis pada anak tulang daun,
daun keriting, menggulung, berwarna kuning, ukuranya mengecil dan hampir busuk.
Oleh karena itu, dilakukan upaya pengendalian penyakit ini masih terus menggunakan
insektisida, tetapi sudah banyak yanng berusaha menggunakan bibit varietas unggul dan
varietas tahan/toleran serta pengolahan tanah yang benar. Khususnya di daerah
Lampung cara ini sudah mulai diterapkan oleh petani setempat. Di daerah Sumatra

Barat masih terus mendeteksi penyebab meluasnya Begomovirus untuk menekan laju
perkembangan virus ini.
Penyebaran penyakit kuning di Lampung khususnya di Kabupaten Tanggamus dan
Lampung Barat yang disebabkan oleh vektor kutu kebul memiliki perbedaan,
penyebaran penyakit kuning dengan vektor sama memiliki perbedaan luas penyebaran
karena letak geografisnya yang menyebabkan pertumbuhan vektor kutu kebul juga
berbeda. Di daerah Lampung Barat pertumbuhan kutu kebul lebih pesat sehingga
penyebaran penyakit kuning juga lebih tersebar rata dan lebih banyak dibandingkan di
daerah Tanggamus.
Didapatkan hasil berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudiono, penyebaran
penyakit kuning dengan vektor penyakit kutu kebul di daerah Tanggamus terjadi di
empat desa yaitu desa Campang dengan kejadian penyakit kuning sebesar 83,33% dan
populasi kutu kebul sebesar 5,53% ekor/tanaman, Margoyoso dengan kejadian penyakit
kuning sebesar 84,11% dan populasi kutu kebul sebesar 6,61% ekor/tanaman, Gisting
Bawah dengan kejadian penyakit kuning sebesar 79,61% dan populasi kutu kebul
sebesar 7,48 ekor/tanaman.
Selanjutnya didapatkan data penelitian di Kabupaten Lampung Barat memiliki kejadian
penyakit yaitu desa Padang Cahya (Kecamatan Balik Bukit) dengan kejadian penyakit
kuning sebesar 89,9 % dan 15,38% ekor/tanman, Desa Seranggas (Kecamatan Balik
Bukit) dengan kejadian penyakit kuning sebesar 85,4% dan 6,75% ekor/tanaman, serta
Kecamatan Sekincau dengan kejadian penyakit kuning sebesar 85,7% dan 9,43
ekor/tanaman.
Penyebaran penyakit kuning di daerah Sumatra Barat yang disebabkan oleh
Begomovirus masih terus di lakukan penelitian untuk mendapatkan identitas

Begomovirus dan teknik PCR untuk menentukan klasifikasi virus sampai aras
spesiesnya. Oleh karena itu, kita dapat mengetahui gejala apa yang ditimbukan oleh
Begomovirus pada tanaman cabai. Selain itu pendeteksian Begomovirus untuk
membuktikan bahwa penyakit yang disebabkan oleh gemini virus tersebut cepat
menyebar atau tidak karena morfologi dari virus itu sendiri yang hanya memiliki satu
DNA saja yang bebedea dengan virus lainnya.
Gejala yang ditimbulkan berdasarkan penelitian identifikasi Begomovirus dengan
analisis sekuen nukleotida dan filogenetika pada tiga tanaman cabai yang dilakukan
oleh Jumsu Trisno dan kawan-kawan adalah pada tanaman pertama daun muda
menggulung dan kecil-kecil, pada tanaman kedua pinggir daun keriting, sedangkan pada
tanaman ketiga banyaknya tunas-tunas ketiak dan tanaman kerdil.Gejala tersebut
berbeda tetapi umum terjadi pada tanaman cabai, hanya saja dengan tingkat keparahan
yang berbeda.
Selanjutnya adalah penyebaran penyakit kuning di Sumatra oleh virus gemini. D i
Provinsi Bengkulu terdapar gejala penyakit kuning pada tanaman cabai tetapi belum
terdeteksi. Sedangkan di Provinsi Jambi dan Sumatra Barat belum ada penyakit kuning
yang disebabkan oleh virus gemini. Tetapi, penyebaran penyakit kuning oleh virus
gemini di daerah Sumatra sangat banyak terjadi di Provinsi Sumatra Selatan, Sumatra
Utara, dan Lampung.
Penyebaran penyakit kuning pada tanaman cabai oleh virus gemini berbeda di setiap
tempat di daerah Sumatra bergantung pada varietas tanaman cabai itu sendiri, pola
tanam yang menggunakan pola tanam tumpang sari berpotensi menyebabkan tanaman
cabai mudah terinfeksi virus gemini, perbedaan umur tanam juga sangat mempengaruhi.

Penyebaran penyakit kuning pada tanaman cabai tidak selalu sama dan rata di setiap
daerahnya. Meskipun penyebaran masih satu vektor ataupun satu virus namun gejala
yang terjadi berbeda dan penyebarannya pun tidak merata. Secara umum penyebabnya
yaitu letak geografis, varietas tanaman yang berbeda dan jarak tanam yang berbeda
sehingga umur tanaman cabai itu sendiri rentan atau tidak terhadap patogen.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, P, Sudiono, N. Yasin, S.H. Hidayat. 2005. Penyebaran Dan Deteksi Molekuler
Virus Gemini Penyebab Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai Di Sumatra. J.
HPT Tropika 5(2) : 113-121
Manti, I, J. Trisno, S.H. Hidayat, Jamsari, T. Habazar. 2010. Identifiksi Molekuler
Begomovirus Penyebab Penyakit Kuning Keriting Pada Tanaman Cabai
(Capsicum annum L.) Di Sumatra Barat. J. Natur Indonesia 13(1) : 41-46
Sudiono. 2012. Penyebaran Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai Di Kabupaten
Tanggamus Dan Lampung Barat. J. Penelitian Pertanian Terapan 13(1) : 1-7

Kalimat transisi intrakalimat ada pada paragraf dua kalimat tiga dengan kalimat Vektor
kutu kebul menyerang tanaman cabai di daerah khususnya Lampung sedangkan
Begomivirus menyerang tanaman cabai di daerah Sumatra Barat.
Kalimat transisi antar kalimat ada pada paragraf delapan kalimat dua Oleh karena itu,
kita dapat mengetahui gejala apa yang ditimbukan oleh Begomovirus pada tanaman
cabai.
Kalimat transisi antar paragraf ada pada paragraf empat.
Paragraf deduktif ada pada paragraf tiga.
Paragraf induktif pada paragraf sembilan.

Вам также может понравиться