Вы находитесь на странице: 1из 4

Resume Data Hasil Lapangan

Nama : Noviyanti Soleha


NPM : 140410120059
Bidang : Ekologi Manusia
Judul : Studi Strategi Adapatasi Nelayan Lobster Desa Karangwangi Terhadap
Perubahan Musim
1. Senin, 11 Mei 2015
a. Melakukan orientasi medan
b. Mencari informan kunci dan data umum mengenai nelayan lobster yang
ada di Desa Karangwangi melalaui wawancara dengan Bapak Asep selaku
Kepala Desa
c. Melakukan wawancara dengan seorang informan kunci di RW 1
d. Melakukan observasi langsung cara penangkapan lobster yang dilakukan
oleh nelayan di RW 1
2. Selasa, 12 Mei 2015
a. Melakukan observasi langsung cara pengambilan jaring yang sudah
dipasang oleh nelayan lobster di RW 1
b. Melakukan wawancara dengan lima orang informan nelayan lobster di
RW 1 dan RW 2
3. Rabu, 13 Mei 2015
a. Melakukan wawancara dengan tiga orang informan yang terdiri dari
dua orang nelayan lobster dan seorang bandar lobster perempuan di
RW 6
4. Kamis. 14 Mei 2015
a. Melakukan wawancara dengan dua orang informan yang terdiri dari
seorang nelayan lobster dan seorang bandar lobster perempuan di RW
6
5. Jumat, 15 Mei 2015
a. Mencari informan tambahan dan data umum mengenai nelayan loster
yang ada di RW 6 melalui wawancara dengan Bapak Yayat selaku Ketua
RW 6
b. Melakukan wawancara dengan seorang informan nelayan lobster

Data hasil wawancara yang diperoleh dari informan-informan di atas adalah


sebagai berikut.
-Mata pencaharian sebagai nelayan lobster sudah dilakukan setelah
kemerdekaan Indonesia. Sekitar tahun 1970, jumlah nelayan lobster di Desa
Karangwangi kurang lebih hanya dua puluh orang, tahun 1990 mencapai 400
rang dan kini hanya berkisar 200 orang. Mata pencaharian ini tidak bersifat turun
temurun. Seseorang yang ingin menjadi nelayan lobster harus memiliki rasa

keinginan, rasa tidak takut dan pantang meyerah serta keahlian dalam
berenang.
-Ada empat alat yang digunakan dalam penangkapan lobster. Pertama adalah
dengan mengunakan pancingan. Pancingan untuk lobster tidak berbeda dengan
pancingan yang digunkana untuk memancing ikan, hanya saja, untuk pancingan
lobster harus memiliki tiga buah kail dan umpannya dapat berupa makroalga,
salah satu contohnya adalah Sargassum sp. dan jenis ikan-ikan kecil, seperti
layur yang umumnya digunkana karena jumlahnya berlimpah. Hasil tangkapan
dengan pancingan saat dahulu jika dibandingkan dengan saat ini sangat berbeda
nyata. Dahulu, sangat mudah menangkap lobster dengan pancingan karena
jumlah lobster masih melimpah dan sedikitnya pemancing (kecilnya persaingan
dalam menangkap lobster). Biasanya pemancingan ini dilakukan di atas batu
karang. Kini, lobster yang tertangkap oleh pancingan menjadi lebih sulit dan
jarang tertangkap. Kedua, menggunakan jaring ampar. Penggunaan jaring ampar
tidak berubah dari waktu ke waktu. Jaring ditempatkan atau di sangkutkan di
sekitaran batu karang dan dibiarkan semalam, esok harinya jaring diambil.
Peletakkan jaring ampar di dekat batu karang dikarenakan lobster banyak
beraktivitas di sekitar batu karang dan di batu karanglah tempat hidup
makroalga yang menjadi sumber makanan dan tempat berpijah lobster.
Penggunaan jaring ampar ini tidak memerlukan alat bantu lainnya. Ketiga, jaring
pasang. Untuk menggunkan jaring ini diperlukan alat bantu, yaitu ban dan piring
plastik karena jaring ini di pasang di atara bebatuan karang dengan melawan
ombak yang datang. Penggunaan ban yang digunakan nelayan untuk membantu
dalam proses berenang dan memasang jaring baru mulai digunakan sekitar
tahun 1995 dengan piring plastik sebagai dayung sederhana. Sebelumnya, untuk
dayung hanya menggunakan tangan dan untuk membantu nelayan dalam
berenang digunakan kompan. Ukuran ban yang digunakan dari waktu ke waktu
juga terjadi perubahan, sebelumnya hanya ukuran ban dalam kecil yang
digunakan karena pada masa lalu keadaan kendaraan pun tidak sebanyak
sekarang. Kini digunakan ban dalam dari truk besar. Bentuk ban yang digunakan
juga mengalami modifikasi. Dahulu, ban yang digunakan hanya berbentuk bulat,
kini ban yang bulat dibentuk lonjong seperti perahu dengan cara mengikatnya
dengan tali tambang. Bentuk ban yang melonjong ini memudahkan nelayan
dalam membawa jaring dan peralatan lainnya yang dibutuhkan. Jaring yang
digunakan biasanya memiliki panjang 25-30 meter dengan tinggi 1,5 meter dan
ukuran lubang jaring 2-4 inchi. Keempat, menngunakan jodang. Jodang adalah
jaring yang dikaitkan pada bambu atau besi berbentuk segi empat ataupun
lingkaran pada umumnya. Ukuran jodang bervariasi, jodang berbentuk lingkaran
memiliki diameter 1-1,2 meter. Penggunaan jodang ini biasanya dilengakpi
dengan umpan yang umumnya digunakan adalah tamikil sejenis moluska
ataupun dengan menggunakan ikan-ikan kecil, seperti layur. Umpan ini
diletakkan di bagian tengan jodang. Tamikil lebih sering digunakan karena
lebih tahan lama dan dapat digunkan berkali-kali jika dibandingkan dengan ikan
kecil. Jodang diletakkan di perairan sempit do dsekitar batu karang yang sulit di
pasang jaring. Jodang juga dibiarkan selama semalam. Dibagian bambu ataupun
besi jodang biasanya dikaitkan busa dengan tali tambang sebagai penanda

peletakkan jodang dan penarikan jodang. Untuk jodang yang terbuat dari bambu
diperlukan pemberat yang bisa digunakan batu ataupun timah, sedangkan
jodang yang terbuat dari besi tidak memerlukan pemberat lagi.
-Peralatan yang dibutuhkan nelayan lobster yang sudah disebutkan di atas,
untuk beberapa nelayan memilkinya secara pribadi. Namun, kebanyak dari
mereka meminjam peralatan tersebut dari para bandar. Bandar memilki tugas
untuk menyediakan peralatan yang dibutuhkan nelayan lobster, menjadi
pengumpul dan membeli lobster-lobster hasil tangkapan dari nelayan-nelayan
anggotanya, dan memberi pinjaman modal kepada nelayan yang membutuhkan.
Setiap bandar memiliki jumlah anggota nelayan lobster yang berbeda-beda,
umunya berjumlah 10-14 orang. Setiap bandar juga menjual hasil lobsternya ke
tempat yang berbeda pula, seperti ke Rancabuaya, Pamengpek, Jayanti,
Pangandaran bahkan langsung ke Jakarta sebagai pusat pengumpulan lobster
yang selanjutnya akan dilakukan pemilahan bagi lobster yang layak ekspor dan
yang tidak. Harga lobster tidak mementu, dapat berubah hanya beberapa menit
saja. Harga lobster mengikuti harga dollar.
-Waktu yang digunakan untuk menangkap lobster adalah setiap hari. Namun
pada kondisi tertentu tidak dilakukan, seperti saat kencangnya agin, besar dan
tingginya ombak dan gelapnya langit. Untuk patokan pasang surut, kebanyakan
nelayan hanya melakukan pembacaan melalui tanda-tanda alam, hanya satu
bandar yang menerima informasi pasang surut dari badan pemerinta resmi,
seperti BMKG. Saat musim angin barat terjadi, nelayan juga berhenti mennagkap
lobster karena pada musim tersebut sangat membahayakan bagi keselamatan
nelayan itu sendiri. Musim angin barat biasanya terjadi mulai bulan Desember
akhir hingga sekitar bulan maret. Untuk musim panen lobster, biasanya mulai
terjadi dari bulan Agustus hingga bulan Desember sebelum musim angin barat
tiba. Musim kemarau yang panjang akan mengakibatkan keuntungan yang
berlimbah karena pada musim kemarau salinitas air laut tinggi, sesuai untuk
kegiatan bertelur lobster. Sedangkan jika banyak terjadi hujan, lobster
mengalami penurunan. Saat hujan, salinitas air laut menurun karena bercampur
dengan air hujan yang tawar, kondisi ini kurang sesuai untuk bertelur lobster dan
lobster akan berpindah ke laut yang lebih dalam yang memiliki salinitas yang
lebih stabil.
-Adanya musim paceklik dan musim panen lobster membuat para nelayan
lobster melakukan adapatasi. Selain adapatasi yang dilakukan pada peralatan
yang digunakan juga dilakukan adaptasi terhadapa mata pencaharian mereka
sebagai kegiatan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna
mempertahankan hidup dirinya pribadi dan keluarganya. Saat musim hujan tiba,
ketika lobster menurun jumlahnya dan berada pada laut dalam, pada umumnya
para nelayan juga merangkap menjadi petani padi di sistem sawah tadah hujan.
Menjadi petani ini tidak seutuhnya mengahalangi atau membaut mereka
meningglakan kegiatan mereka menjadi nalayan, hanya saja porsi waktu yang
digunakan lebih besar di darat (di persawahan) di banding dengan di laut.

-Ukuran yang digunakan untuk mengkatagorikan lobster adalah sebagai berikut :


baby 0,5 ons ke bawah, KK 0,6-0,9 ons, LK 1-1,5 ons, LS 1,5-2 ons dan SP 2 ons
ke atas. Jenis lobster yang ditangkap diantaranya adalah lobster mutiara atau
lobster batu atau lobster batik yang memiliki motif bintik-bintik putih ditubuhnya
yang putih, lobster pasir hijau yang berwarna hijau, lobster bambu yang
berwarna hijau dan hitam.

Вам также может понравиться