Вы находитесь на странице: 1из 7

Cara pengukuran tekanan darah

Langkah-langkah pengukuran tekanan darah


Persiapan
Kamar periksa harus tenang dengan suhu kamar yang nyaman. Idealnya, tekanan darah
tidak boleh diukur jika pasien melakukan aktivitas fisik, merokok, minum kopi, atau makan 30
menit sebelumnya.
Posisi Pasien
Posisi yang benar sangat menentukan keakuratan pengukuran. Punggung dan tungkai
bawah pasien sebaiknya ditopang, dengan tungkai bawah tidak boleh menyilang dan kaki berada
pada permukaan yang datar dan keras. Pada lengan di mana tekanan darah akan diukur
diupayakan longgar sampai ke bahu, lengan dari pakaian jika diangkat harus longgar sehingga
tidak mengganggu aliran darah atau tidak mengganggu manset tensimeter. Lengan sebaiknya
diletakkan sedemikian rupa sehingga berada sejajar dengan jantung. Manometer juga sebaiknya
diposisikan sejajar dengan mata pemeriksa.
Pengukuran Lengan
Kesalahan umum dalam mengukur tekanan darah adalah penggunaan manset yang
ukurannya tidak sesuai dengan pasien. Ukuran manset yang kecil akan menimbulkan

overestimasi tekanan darah. Pemilihan ukuran manset dilakukan dengan pengukuran lingkar
lengan pada titik tengah lengan atas (pertengahan antara acromion dan olecranon). Lingkar
lengan dan ukuran manset yang disarakan adalah berturut turut sebagai berikut (dalam
centimeter):

22-26: manset 1222 (small adult arm)

27-34: manset 1630 (adult arm)

35-44: manset 1636 (large adult arm)

45-52: manset 1642 (adult thigh)


Penempatan manset
Manset diletakan pada pertengahan lengan atas lengan, sekitar 2 cm di atas siku.
Diletakkan dengan rapi dan tidak terlalu ketat (dua jari tangan masih bisa dimasukkan
diantaranya).

Pengukuran Tekanan Darah


Untuk menghindari pengembungan manset yang berlebihan yang bisa berakibat pada
ketidaknyamanan pasien, maka sebaiknya ditentukan tekanan denyut obliterasinya. Pompa
manset hingga 80 mmHg kemudian turunkan kecepatan pemompaan menjadi 10 mmHg per 2-3
detik sambil mendengarkan dan memperhatikan hilangnya suara denyut. Begitu suara denyut
hilang longgarkan kembali dengan kecepatan 2 mmHg per detik.
Lakukan pengukuran tekanan darah dengan langkah-langkah sebagai berikut. Letakkan
bagian bell stetoskop diatas arteri brakialis, untuk menghindari suara berisik usahakan stetoskop
tidak bersentuhan dengan pakaian pasien. Dengan cara yang sama seperti ada penentuan tekanan

denyut obliterasi, pompa manset hingga 20-30 mmHg diatas tekanan denyut obliterasi kemudian
kendorkan pemompaan dengan kecepatan 2 mmHg per detik sambil mendengarkan suara
Korotkoff.
Sejalan dengan pengenduran manset, turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis
menimbulkan rangkaian suara. Hal ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) fase suara. Fase 1
ditandai oleh suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan
kembali denyut nadi yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah
sistolik. Selama fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi
dimana suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang
sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah diastolik. Untuk
lebih meyakinkan pengamatan sebaiknya dilanjutkan hingga 10 mmHg dibawah fase 5.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat standar
manometer air raksa. Untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100 mmHg.

Hipertensi Siapa sih yang tidak mengetahui hipertensi atau tekanan darah tinggi?
Sepertinya hampir semua orang mengenal penyakit yang satu ini, bahkan sepertinya
semua orang kenal minimal satu orang yang menderita hipertensi, atau malah dirinya
sendiri adalah seorang penderita hipertensi. Begitu umumnya hipertensi sehingga menjadi
kelompok penyakit metabolisme yang paling banyak diderita orang di dunia termasuk di
Indonesia dan menjadi masalah kesehatan terpenting di negara-negara maju dan kota-kota
besar di seluruh dunia. Yang jelas penanganan penyakit hipertensi merupakan suatu
upaya long life treatmentatau penanganan seumur hidup.
Hipertensi pada dasarnya adalah kenaikan tekanan darah arterial yang seringnya tanpa
bergejala. Kalau pun menimbulkan gejala, biasanya juga sering diabaikan, karena merasa
bukan suatu yang harus diberi perhatian khusus. Gejala yang amat umum sebagai gejala
awal suatu hipertensi adalah seseorang sering merasa sakit di bagian belakang kepalanya
dan bagian tengkuk saat ia terbangun dari tidur di pagi hari.
Namun sesungguhnya hipertensi merupakan penyakit yang amat sangat mudah untuk
dideteksi yaitu dengan hanya mengukur tekanan darah, sehingga harusnya menjadi mudah
ditangani. Masalahnya, karena tidak bergejala tadi seseorang menjadi tidak sadar dan
luput memeriksakan tekanan darahnya sehingga sering menimbulkan komplikasi yang
mematikan karena terlambat ditangani atau malah tidak tertangani sama sekali. Untuk
mengetahui lebih dalam tentang hipertensi,

Bila diperiksa menggunakan tensi meter atau sphygmomanometer, maka hasil yang
didapatkan adalah 2 angka yang merupakan tekanan systolic dan tekanan diastolic.
Tekanan systolic merupakan tekanan darah saat keluar dari jantung yang sering dikatakan
sebagai tekanan atas, sementara diastolicadalah tekanan darah saat kembali ke jantung
yang sering dikatakan sebagai tekanan bawah. Kedua angka ini memiliki satuan tekanan
fluida dalam satu sistem saluran yang dapat menggunakan dua satuan yaitu mmHg
(millimeter Hg / atau millimeter air raksa) dan KPa atau Kilo Pascal.
Walau pun salah satu satuan dari tekanan fluida dalam satu sistem saluran, seperti halnya
tekanan darah di dalam sistem peredaran darah manusia adalah mmHg, bukan berarti
setiap manometer atau alat ukurnya harus menggunakan air raksa atau mercury. Ini hanya
sebuah satuan yang dalam sejarahnya dulu dipakai manometer mercury. Seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi, lahir lah manometer berbentuk jarum atau dikenal
dengan namagauge yang merupakan tipe aneroid, dan manometer berbentuk LCD yang
merupakan tipe digital. Apa pun manometer-nya, selama ada dalam akurasi 3 mmHg,
yang diuji pada enam titik tekanan yang berbeda, maka manometer tersebut sudah akurat.
Ini sesuai dengan standar Uni Eropa (EN 1060-1/2) dan standar Amerika Serikat (AAMI
ANSI).

Contoh Tensi Meter


dengan Manometer
Digital

Contoh Tensi Meter dengan Manometer Aneroid

Sebaliknya walau pun sebuah tensi meter memakai manometer mercury atau air raksa,
belum tentu selalu akurat karena akan selalu kembali lagi kepada akurasi seperti di atas.
Yang sebenarnya terjadi adalah setiap satu tensi meter sudah dipakai pada siklus 10.000
kali (yang lagi-lagi sesuai dengan dua standar di atas), tensi meter tersebut harus
dikalibarsi ulang; walau pun untuk tensi meter yang menggunakan manometer air raksa.
Karena bila sudah dipakai siklus 10.000 kali pengukuran, jumlah air raksa yang terdapat
dalam tabung penampungannya akan sedikit berkurang yang membuat angka yang
ditunjukkan menjadi tidak akurat. Lebih jauh lagi, air raksa yang berkurang tersebut
sesungguhnya terlepas ke udara dan membahayakan tenaga medis, pasien, dan bahkan
lingkungan. Ini lah sebabnya mengapa di tahun 2017 nanti, WHO akan mengupayakan
setidaknya 70% sentra pelayanan kesehatan di seluruh dunia sudah tidak
menggunakan mercury lagi, di mana tensi meter termasuk di dalam program WHO tersebut
menjadi alat yang juga akan dihilangkan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai
bahaya mercury,

Sekarang kita sudah memahami bahwa ternyata semua jenis manometer yang terdapat
pada tensi meter akurat selama dapat memenuhi standar kriteria akurasinya. Tapi tingkat
akurasi alat ukur bukan satu-satunya faktor yang menentukan sebuah pengukuran tensi
seseorang itu sudah benar dan memberikan hasil sebenarnya dari kondisi tekanan darah
orang tersebut. Ada hal-hal lain yang harus diperhatikan agar hasilnya tepat. Akan
dijelaskan di bawah Rule of Thumb atau syarat utama yang harus diperhatikan dalam
memeriksa tekanan darah (apa pun jenis tensi meternya).
1. Pasien yang akan diperiksa harus sudah beristirahat dan dalam kondisi rileks dan
santai 15 menit sebelum pemeriksaan. Jadi yang bersangkutan harus duduk
beristirahat, menenangkan diri dalam waktu 15 menit sebelum pemeriksaan
dilakukan.
2. Semua aktivitas yang dapat mempengaruhi tekanan darah harus dihindarkan
setidaknya 30 menit sebelum pemeriksaan. Aktivitas yang termasuk di sini adalah:
olah raga, makan, minum alkohol dan merokok.
3. Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi yang tenang dan tidak berisik. Apa lagi
saat pemeriksa harus menggunakan stethoscope saat pemeriksaan (saat
menggunakan tensi meter manual). Ini dimaksudkan agar bunyi yang harus
didengar pemeriksa terdengar jelas dan tidak terganggu dengan suara-suara lain
seperti suara kendaraan, suara mesin, dll.
Selain Rule of Thumb di atas, ada lagi yang diperhatikan yaitu cara pemeriksaannya
sendiri. Banyak orang yang merasa bisa menggunakan tensi meter (bahkan dokter dan
perawat sekali pun), tapi sering mereka melupakan dan melewati hal-hal penting
sehingga membuat sebuah pengukuran menjadi tidak tepat. Akan dijelaskan di bawah
yang harus diperhatikan saat menggunakan tensi meter baik manual mau pun
automatis.

Cara menggunakan Sphygmomanometer manual yang benar:


1. Yakinkan semua sisa udara yang masih terdapat di dalam bladderpada manset sisa
pemeriksaan sebelumnya, sudah habis dikeluarkan dengan cara menekannekannya. Bila masih ada sisa udara, maka hasil yang didapatkan nanti akan
menjadi kurang tepat.
2. Lilitkan manset pada lengan atas dengan menggunakan manset yang sesuai
dengan ukuran lingkar lengan atas pasien. Tensi meter yang bermutu tinggi, akan
memiliki acuan atau petunjuk arm circumferenceini pada mansetnya yang dapat
dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat apa kah manset yang digunakan sudah
tepat atau harus diganti dengan yang lebih besar atau lebih kecil. Manset memiliki 6

ukuran yaitu: paha, dewasa besar, dewasa, anak-anak, bayi, danneonatus. Bila
salah menggunakan manset, maka hasil yang didapatkan nanti bisa menjadi sangat
salah.
3. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikan artery markingatau garis tanda
arteri, yang dicetak pada manset. Garis tanda arteri ini harus diletakkan pada vossa
cubiti atau lipat dalam siku saat pemasangan manset.
4. Kunci air valve atau katup udara dengan kencang.
5. Letakkan chest piece dari stethoscope proximal dari vossa cubiti(biasanya sedikit
dibawah manset).
6. Pompa bulb sampai dengan nadi yang ada pada distal dari pemasangan manset
(bila di lengan biasanya vena radialis yang diperiksa) sudah tidak teraba lagi,
pertanda tekanan sudah melewati tekanan systolic dari pasien.
7. Lepaskan tekanan dengan memutar air valve berlawanan arah dengan jarum jam
dengan kecepatan 5 mmHg per detik. Jangan terlalu cepat melepaskannya,
karena degupan awal pertanda tekanan systolicpasien akan terlewat atau tidak
terdengar sehingga pembacaan tekanan pasien terbaca lebih rendah dari
sebenarnya.
8. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5 mmHg. Jangan
membulatkan ke puluhan terdekat, tapi bulatkanlah ke kelipatan 5 terdekat

Вам также может понравиться