Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika
reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi induktif bertambah
besar apabila frekuensi membesar dan reaktansi kapasitif berkurang apabila frekuensi
membesar, maka akan hanya ada satu nilai frekuensi dimana nilai reaktansi dari keduanya
akan sama besar.
Kalikan sisi sebalah kanan dan kiri persamaan dengan variabel f untuk
menghilangkan variabel f di ruas kanan
lalu sederhanakan
dalam Farad. Dengan memasukkan nilai L dan C pada rangkaian di atas, kita akan
mendapatkan frekuensi resonansi sebesar 159.155 Hz.
Apa yang terjadi pada kondisi resonansi adalah suatu hal yang menarik. Dengan reaktansi
induktif dan kapasitif yang sama antara satu sama lain, impedansi totalnya akan naik hingga
nilainya tak berhingga, yang berarti rangkaian tank tersebut sama sekali tidak mengambil
arus dari sumber AC tersebut. Kita dapat menghitung impedansi masing-masing dari kapsitor
100 F dan induktor 100 mH dan memparalelkan keduanya :
XL = 2 f L
XL = (2) () (159.155 Hz) (100 mH)
XL = 100
XC = 1/2fC
XC = 1/ (2)()(159.155 Hz) (10 F)
XC = 100
Lalu kita paralelkan kedua reaktansi ini, menghasilkan nilai impedansi yang tidak kita duga
dengan SPICE
Grafik hubungan antara arus dengan frekuensi pada rangkaian resonansi paralel
Gambar 3
Secara tidak sengaja, grafik output yang dihasilkan oleh simulator tersebut dikenal dengan
nama grafik Bode (Bode plot). Grafik seperti ini menampilkan amplitudo atau beda fasa pada
salah satu sumbu dan nilai frekuensi di sumbu lainnya. Pada grafik di atas, kenaikan nilai
frekuensinya menunjukkan karakteristik tanggapan frekuensi (frekuensi respon) dari
rangkaian tank di atas. Tanggapan frekuensi adalah seberapa sensitif amplitudo atau beda
fasa akan berubah apabila frekuensinya berubah.
Pada pembahasan di awal, kita menggunakan rangkaian LC murni dan ideal. Sekarang
perhatikan rangkaian LC tank pada gambar 4. Rangkaiannya terdiri dari sebuah kapasitor
yang diparalel dengan sebuah induktor yang tidak ideal karena resistansi dari kawat induktor
dipertimbangkan. Resistansi dari kawat ini diberi nama Rkawat seperti ditunjukkan pada
gambar 4. Tetapi rangkaian pada gambar 4 ini bukan benar-benar rangkaian paralel karena
ada kombinasi seri antara induktor dan resistor. Untuk dapat menghitung frekuensi pada saat
rangkaian bersifat resistif murni, maka rangkaian seri resistor induktor ini harus
ditransformasi ke dalam bentuk paralel ekivalennya. Sehingga rangkaiannya menjadi
rangkaian paralel seperti pada gambar 5.
induktor
Pada saat resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif pada rangkaian gambar 5 bernilai sama.
Jadi, apabila ada reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif yang bernilai sama dan
dihubungkan paralel, maka impedansi totalnya adalah :
Z = (jXL)(-jXC) (jXL jXC)
karena pada saat resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif sama X L = XC = X, maka nilai
impedansi penggantinya adalah
Z = (jXL)(-jXC) 0 = (impedansinya tinggi sekali)
Jadi, pada saat terjadi resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif akan saling menghilangkan
sehingga rangkaian penggantinya adalah open circuit (rangkaian terbuka) dan yang tersisa
hanyalah resistansi saja. Jadi impedansi total dari rangkaian paralel RLC ini saat terjadi
resonansi adalah murni resistif, ZT = Rp. Kita dapat menurunkan persamaan untuk
menghitung frekuensi resonansi rangkaian tank paralel RLC ini dengan cara membuat
persamaan antara reaktansi kapasitif dengan reaktansi induktif:
XC = XLP
Pertama, ingat rumus untuk mentransformasikan dari rangkaian seri ke rangkaian paralel dari
rangkaian RL
Perhatikan bahwa apabila Rkawat2 << L/C, maka nilai hasil dari
bagian akarnya mendekati 1. Konsekuensinya, apabila L/C 100R kawat, frekuensi resonansi
paralelnya disederhanakan menjadi
Ga
mbar 7 Grafik hubungan antara magnitudo dan sudut fasa dari impedansi dengan frekuensi
angular untuk rangkaian resonansi paralel
Perhatikan bahwa impedansi total dari rangkaian tersebut mencapai nilai maksimum saat
terjadi resonansi dan nilainya minimum saat = 0 rad/s dan rad/s. Hasil ini
berkebalikan dengan rangkaian resonansi seri, dimana pada rangkaian resonansi seri, nilai
impedansinya justru bernilai minimum saat terjadi resonansi, dan impedansinya maksimum
saat = 0 rad/s dan rad/s. Selain itu, untuk rangkaian paralel ini, impedansi totalnya
akan bersifat induktif saat frekuensinya kurang dari frekuensi resonansi ( p). Bagitu juga
sebaliknya, impedansinya bersifat kapasitif saat frekuensinya lebih besar dari frekuensi
resonansi (p).
Faktor kualitas, Q, dari rangkaian paralel RLC ini dapat dihitung
Hasil yang kita dapatkan ini persis sama dengan hasil yang kita peroleh
saat kita mengkonversi suatu rangkaian RL seri menjadi rangkaian ekivalen paralelnya (baca
di sini untuk lebih lengkapnya). Apabila resistansi dari kawat merupakan satu-satunya
resistansi yang ada di dalam rangkaian, maka faktor kualitas (Q) dari rangkaian sama dengan
faktor kualitas dari kumparan. Namun, apabila rangkaiannya memiliki resistansi lagi selain
resistansi dari kawat, maka resistansi tambahan ini akan mereduksi atau mengurangi faktor
kualitas (Q) dari rangkaian.
Untuk rangkaian resonansi paralel RLC, arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen dapat
dihitung dengan mudah menggunakan hukum Ohm :
Gambar 12 Bandwidth,
atau f, diukur dari 70.7% dari nilai maksimum dari impedansi.
Pada gambar 12, impedansi maksimumnya bernilai 500 . Dan 0.707 dari impedansi
maksimum tersebut adalah (0.707) (500 ) = 354 . Jadi frekuensi cutoff atas dan bawah
adalah frekuensi yang membuat impedansi rangkaian menjadi bernilai 354 dan frekuensi
tersebut adalah 281 Hz untuk f1 dan 343 Hz untuk f2. Sehingga bandwidth nya adalah f2-f1 =
62 Hz.
BW = f = fh fl = 343 281 = 62 Hz