Вы находитесь на странице: 1из 3

P U S A T

I N F O R M A S I
K O M P A S
Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta, 10270
Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200
Fax. 5347743
=============================================
KOMPAS Kamis, 21-05-1998. Halaman: 1

KEBANGKITAN MAHASISWA DI "HARI REFORMASI NASIONAL"


Jakarta, Kompas
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 berlangsung
meriah dan istimewa di Gedung DPR/MPR yang dipadati lebih dari 50.000
mahasiswa, Rabu (20/5). Ini merupakan hari kedua mahasiswa menduduki
gedung para wakil rakyat tersebut. Meskipun wajah-wajah mereka lelah,
namun semangat para mahasiswa untuk mewujudkan reformasi secara
menyeluruh tetap menyala. Mereka tetap pada pendiriannya, menuntut
Presiden Soeharto mundur dan mendesak diselenggarakannya Sidang
Istimewa secepat mungkin.
Kali ini penjagaan di sekeliling gedung DPR maupun di lingkar luar
jalan-jalan yang menuju ke arah DPR, superketat. Hal ini berkaitan
dengan antisipasi menghadapi aksi damai turun ke jalan menyambut
"Hari Reformasi Nasional", yang rencananya akan dipimpin Amien Rais.
Meskipun Amien telah membatalkan rencana tersebut melalui siaran RRI
dan TVRI pagi hari, namun penjagaan tidak juga diperlonggar.
Seperti juga hari sebelumnya, aksi kali ini melibatkan banyak
tokoh masyarakat, di antaranya Amien Rais, Emil Salim, AM Fatwa, Adnan
Buyung Nasution, Permadi. Juga hadir simpatisan LSM maupun organisasi
kemasyarakatan, dan sejumlah staf kedutaan asing, tokoh-tokoh dari
berbagai kalangan dan profesi seperti Dono Warkop, sutradara Garin
Nugroho, Neno Warisman, Wimar Witoelar, Matori Abdul Djalil.
Ribuan mahasiswa kini memenuhi hampir seluruh ruang dan
lorong-lorong di Gedung DPR. Mereka bergelimpangan tidur di
kursi-kursi, lantai beralaskan koran maupun kardus bekas. Suasana
di dalam gedung sangat hiruk-pikuk, sementara lantai-lantai penuh
dengan onggokan sampah.
Mereka juga secara bergantian terus menaiki atap kubah DPR yang
licin dan cukup membahayakan. Redaksi Kompas banyak menerima telepon
dari pembaca yang mengkhawatirkan keselamatan para mahasiswa, karena
konstruksi kubah tidak dirancang untuk menampung beban seperti itu.
Pertanggungjawaban
Sekitar pukul 11.10 WIB tampil di mimbar bebas antara lain Emil
Salim, Deliar Noer, Albert Hasibuan, Erna Witoelar, Wimar Witoelar,
Saparinah Sadli, Nursyahbani Katjasungkana.
Deliar Noer di depan puluhan ribu mahasiswa menegaskan agar MPR
meminta pertanggungjawaban Presiden Soeharto tentang kemerosotan moral
dan ekonomi serta politik selama ini. "Selain itu kami meminta agar
semua tahanan politik dibebaskan baik yang sedang dalam proses
pengadilan maupun yang sudah divonis," tegas Noer.
Sementara Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais datang ke DPR
sekitar pukul 11.30 WIB dielu-elukan para mahasiswa. Hanya dia yang
dipersilakan masuk kompleks dengan mobil dari pintu utama di Jl Gatot
Subroto sampai di samping tempat mimbar bebas. Mobil Kijang milik
Rumah Sakit Islam, B-2170-FO yang ditumpanginya dikawal ketat para
mahasiswa dengan membuat pagar betis, itu pun membutuhkan waktu
sekitar 15 menit untuk tiba di depan pintu masuk utama Gedung MPR/DPR.

Sebelum Amien menyampaikan orasinya, para mahasiswa yang


sebelumnya mendengarkan uraian Sophan Sopiaan dan Emil Salim itu
dipersilakan dulu makan siang yang disiapkan seksi logistik. Makanan
dan minuman tersebut disumbangkan oleh para donatur.
Menurut Amien Rais, perjuangan para mahasiswa yang menuntut
reformasi di segala bidang kini sudah mulai menampilkan hasil. Tetapi
walaupun demikian perjuangan masih jauh. "DPR yang selama ini kita
anggap banci, sekarang telah menunjukkan DPR yang pemberani," katanya.
Menyinggung soal rencana reshuffle kabinet, ditegaskan oleh Amien
bahwa yang sudah menjadi kesepakatan adalah bukan menteri-menteri
yang terutama harus turun, tetapi Presiden yang harus segera turun.
Sekarang tinggal satu tahapan lagi yaitu bagaimana ABRI menentukan
posisinya di antara dua pilihan. Pertama, memihak sebuah keluarga
yang jumlahnya mulai dari bapak, anak, mantu, dan cucu yang jumlahnya
sekitar 120 orang. Kedua, memihak rakyat yang berjumlah sekitar 202
juta orang.
Amien menandaskan, Presiden Soeharto sudah kehilangan
legitimasinya karena rakyat sudah tidak lagi percaya kepadanya,
sehingga hari-harinya sudah bisa dihitung. Karena itu, tetap
jaga terus persatuan dan kesatuan, jangan mau dipecah-pecah.
Menanggapi pertemuan Presiden dengan sembilan tokoh muslim
di Istana Merdeka, Amien menyatakan, hal itu merupakan tindakan
mengada-ada karena tidak ada tokoh agama lain yang diajak. "Saya
khawatir, muslim diadu dengan nonmuslim. Negara ini bukan negara
militer, bukan negara rasialis, bukan milik keluarga," katanya.
Mulai berkurang
Sekitar pukul 18.30 WIB kemacetan sempat terjadi di sekitar
gerbang belakang Gedung DPR/MPR. Ratusan mahasiswa yang tidak
kebagian bus memilih berjalan kaki menuju Blok M, Jakarta Selatan.
Mereka membentuk barisan panjang, bernyanyi-nyanyi seraya
mengibarkan Bendera Merah Putih. Di sekitar pintu selatan Stadion
Utama Senayan kelompok ini memecah diri menjadi dua kelompok, namun
sesampai di pertigaan Jl Pintu I dan Plaza Senayan mereka dicegat
aparat keamanan.
Tetapi petugas berusaha mencegah rombongan mahasiswa maju melintas
di Plaza Senayan. Beberapa Metromini yang kebetulan datang dari arah
Blok M menuju Tanah Abang akhirnya dipaksa menurunkan penumpangnya
dan diharuskan mengantar mahasiswa ke terminal Blok M.
Di "alun-alun" DPR, semangat reformasi, "Tragedi di Trisakti",
kerusuhan dan penjarahan di Jakarta tanggal 14 Mei, ternyata juga
langsung mengilhami musikus untuk menggubah lagu. Ireng Maulana yang
juga tampil dalam mimbar bebas sore hari memperkenalkan dua lagu
barunya, Mari Mengungkap Rasa dan Tiada Tara, yang dinyanyikan
oleh anaknya nomor tiga, Anna Andrea Maulana. Kedua lagu tersebut
rencananya akan dikasetkan.
Lagu pertama yang ia ciptakan Mari Mengungkap Rasa, liriknya
*Setelah sekian tahun/Kututup mulutku/Kuredam cintaku/Kumenangisi
kenyataan/Di depan mataku **Setelah sekian lama/Hatiku
terkungkung/Rasaku terkungkung/Kubuka jendela/ Kulihat cahaya. Ref:
Oh... Mari mengungkap rasa/Dengan jujur dan dewasa/... Yakin ...
yakin/Aku, kamu, kita semua/Mari mengungkap rasa/Teguh kukuh dan
taqwa/Reformasi total Indonesia.
Dukungan berupa logistik kepada para mahasiswa yang berada di
kompleks DPR/MPR, dalam bentuk kecil-kecilan diberikan pula oleh warga
masyarakat dari luar pagar. Mereka membeli nasi bungkus dan minuman
air mineral dalam kemasan. "Ini ambil, ini ambil... gratis," kata
para pedagang kepada mahasiswa yang ada di sekitar situ. Padahal,
sebelumnya para pedagang itu menawarkan air mineral dalam botol
seharga Rp 1.000. Sedangkan nasi bungkus, diberikan oleh penyumbang

dalam kantong-kantong plastik.


Sampai Kamis dini hari, sekitar 2.000 mahasiswa masih bertahan di
Gedung DPR. Sempat beberapa kali terjadi ketegangan karena terdengar
kabar bahwa barisan mahasiswa ini akan diserbu ratusan barisan pemuda.
Namun kabar ini terbukti tidak betul.
Dirusak
Sementara itu Kepala Staf Kodam Jaya Brigjen TNI Sudi Silalahi
bersama Wakil Kapolda Metro Jaya Brigjen (Pol) Gunawan meninjau Gedung
DPR/MPR yang dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, Rabu
sore. Lokasi yang rusak ada di lantai sembilan dan sepuluh, serta
ruang paripurna. Di kedua lantai itu, barang yang dirusak adalah
sejumlah arsip berharga, sedangkan di ruang paripurna sebuah kaca
jendela yang jebol.
Seusai peninjauan, Brigjen TNI Sudi Silalahi memperkirakan
adanya pihak-pihak yang melakukan penyusupan. Kalau gerakan moral
dan intelektual mahasiswa, tentu dilihat secara positif. Tetapi
nyatanya ada yang melakukan perusakan, yang tidak mencerminkan
perilaku mahasiswa. Jadi, bukan dilakukan oleh mahasiswa.
"Kami mengharapkan agar gedung ini dijaga dengan baik. Mahasiswa
diminta untuk menjaganya dengan melakukan pengamanan swakarsa,"
pinta Silalahi. (myr/vik/iie/ush/ast/wis/bw/ds/bre/ken/ssd)

Вам также может понравиться