Вы находитесь на странице: 1из 12

Hipertensi

Defenisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor
yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara
normal (Levine & Fodor, 2003). Menurut Hull (1996) tekanan darah dinyatakan
dalam
dua angka misalnya 120/80 mmHg. Angka 120 disebut dengan tekanan darah
atas
(sistolik) dan angka 80 disebut dengan tekanan darah bawah (diastolik). Tekanan
sistolik menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi,
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan ketika jantung sedang berelaksasi.
Menurut World Health Organization (WHO) batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik
disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension). Hipertensi
sistolik
terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut. Dikatakan hipertensi jika pada dua
kali
atau lebih kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua
atau
lebih pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau
sistoliknya
140 mmHg atau lebih (Suheni, 2007).
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung


angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi
pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya,
volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Suheni,
2007).
Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Primer (Esensial)


Hipertensi primer (esensial) atau hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus
hipertensi
yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks
dari
beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf,
hormon
dan ginjal.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit
antara lain: 1) Penyakit parenkim ginjal, 2) Penyakit renovaskuler, 3)
Hiperaldeseronisme primer, 4) Sindrom Crusig, 5) Obat kontrasepsi dan 6)
Koartasio
aorta.. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat.
Selain itu
ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic
Hypertension
(ISH) adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg
namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan
arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri) (Vita Health, 2006).
Klasifikasi
Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi Ringan 140-180 90-105
Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi Sedang dan Berat >180 >105
Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 <90
Hipertensi Sistolik Perbatasan 140-160 <90
(Arif Mansjoer dkk, 2000)

Tabel 2.2. Klasifikasi Pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia di
atas 18
tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 dan 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 dan 90-99
Hipertensi Stadium II >160 dan >100
Hipertensi Stadium III >180 dan >110
(Arif Mansjoer dkk, 2000)
2.2.5 Gejala Hipertensi
Menurut Puspita (2002) hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada
tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada
pagi
hari, pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala
dari
hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah
normal
bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda
atau
gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan
darah
tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah
mencapai
taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan
sakit
kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur dan gangguan tidur.
2.2.6 Faktor Resiko
Para ahli membagi dua kelompok faktor resiko pemicu timbulnya hipertensi,
yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol.

1. Faktor yang tidak dapat dikontrol


a. Keturunan
Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di
dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar
monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
c. Usia
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau
sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi
pada
orang yang bertambah usianya. Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada
usia
di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun
(menopause).

Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena
adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade
kelima
dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun Peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah
yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang,
sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun.
2. Faktor yang dapat dikontrol
a. Kegemukan (obesitas)
Berat badan berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa
menggerakkan
beban berlebihan dari tubuh tersebut.
Penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita
hipertensi dengan berat badan normal.
b. Konsumsi garam berlebihan
Natrium bersama klorida dalam garam dapur sebenarnya membantu tubuh
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah.
Namun,
natrium dalam jumlah berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga
meningkatkan
jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu natrium yang
berlebihan

akan menggumpal di dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga


terkelupas.
Kotoran tersebut akan menyumbat pembuluh darah.
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari
100 mmol (sekitar 6 gram atau satu sendok teh) perhari.
c. Kurang olahraga
Olahraga seperti bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Orang
yang kurang olahraga cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat
mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh.
Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
d. Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat
menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.
e. Konsumsi alkohol
Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya
peningkatan sintesis katekholamin yang dalam jumlah besar dapat memicu
kenaikkan
tekanan darah (Suheni, 2007).
2.2.7 Tindakan Pencegahan
a. Mengelola Stres
Stres adalah yang dirasakan saat tntutan emosi, fisik atau lingkungan tak
mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasinya dengan
efektif.
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika sedang
ketakutan,

tegang, atau dikejar deadline maka tekanan darah akan meningkat. Tapi akan
kembali
turun bila kondisi tubuh rileks.
Saat menghadapi kejadian yang menakutkan atau ketegangan, reaksi fisik
tubuh terhadap stres mirip dengan ketika menghadapi ancaman fisik. Tubuh
akan terpacu untuk menghadapi tantangan (fight, melawan) atau
mengumpulkan cukup
kekuatan untuk menjauh (flight, lari). Reaksi melawan atau lari (fight or flight
response) ini adalah hasil dari pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) dan
kortisol
yang menyebabkan denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah
meningkat.
Cara untuk menghadapi stres adalah perubahan pola hidup, merencanakan
semua aktivitas dengan baik dan sesuai jadwal, berpikir positif, tidur dan
istirahat yang
cukup, menyiapkan cadangan keuangan, berolahraga, makan makanan yang
bergizi,
membina hubungan sosial dengan baik, menyediakan waktu untuk hal-hal yang
khusus, tertawa dan rekreasi. Penggunaan teknik relaksasi seperti napas dalam,
meditasi dan relaksasi progresif juga dapat membantu menurunkan stres (Mayo
Clinic,
2005)
b. Mengurangi Asupan Natrium
Natrium adalah mineral esensial yang berfungsi untuk membantu
keseimbangan cairan dalam tubuh dan membantu menghantar impuls saraf
yang
mengatur kontraksi dan relaksasi otot.
Garam (natrium klorida) merupakan sumber natrium yang paling umum.
Kandungannya terdiri atas 40% natrium dan 60% klorida. Asupan garam yang
disarankan adalah kurang dari 6 gr natrium atau kurang dari 1 sendok teh
penuh.
Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan seperti cumi asin, ikan
asin,

telur asin dan kecap asin, juga makanan yang diproses di pabrik seperti
makanan siap
saji, kripik, dendeng, sarden, terasi, biskuit dan saus.
Jumlah natrium dalam tubuh diatur oleh ginjal. Jika kadar natrium rendah
maka ginjal akan menahan natrium. Jika kadarnya tinggi maka kelebihannya
akan dikeluarkan lewat urin. Kadang-kadang ginjal tidak dapat membuang
kelebihan
natrium dan menumpuknya dalam darah. Karena natrium menarik dan menahan
air
maka volume darah meningkat, jantung harus memompa lebih keras untuk
mengalirkan volume darah yang meningkat melalui pembuluh darah sehingga
tekanan
dalam arteri meningkat. Penyakit ginjal, jantung, hati dan paru-paru dapat
menyebabkan kegagalan pengaturan natrium (Mayo Clinic, 2005).
c. Olahraga
Aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah sebab
membuat jantung memompa lebih banyak darah. Makin ringan kerja jantung
untuk
memompa darah makin sedikit beban tekanan pada arteri. Dengan aktivitas
yang teratur juga dapat menurunkan berat badan. Aktivitas fisik yang teratur
dapat
menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
Latihan aerobik adalah aktivitas yang efektif untuk mengendalikan tekanan
darah karena menyebabkan peningkatan kemampuan jantung, paru-paru, otot
dan
peningkatan kebutuhan oksigen. Membersihkan rumah, joging, bersepeda, atau
berenang sudah merupakan aktivitas aerobik jika menggunakan usaha cukup
ringan
sampai berat. Kegiatan tersebut bisa dilakukan selama 30 menit. Jika sulit untuk
mengambil waktu selama 30 menit di antara kesibukan, bisa saja membagi-bagi
aktivitas dengan jangka waktu masing-masing 5-10 menit dan menjumlahkannya
dalam sehari (Mayo Clinic, 2005).

d. Pola Makan, Kurangi Alkohol, Kopi dan Hentikan Merokok


Selain pengurangan asupan natrium, pengaturan pola makan juga diperlukan
guna mencegah peningkatan tekanan darah. Diet rendah lemak dengan
mengurangi
atau menghindari makanan berminyak seperti gorengan, daging yang berlemak,
susu
full cream dan kuning telur. Hindari konsumsi daging kambing, buah durian dan
minuman beralkohol tinggi. Perbanyak makan makanan segar seperti buahbuahan,
sayuran dan produk susu rendah lemak serta mengurangi makanan yang
diproses atau
diawetkan. Kira-kira satu diantara tiga penderita hipertensi adalah perokok.
Nikotin dalam
tembakau menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Nikotin diserap oleh
pembuluh darah di dalam paru-paru yang di edarkan ke aliran darah. Dalam
beberapa
detik nikotin mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Pengeluaran
hormon ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Menurut penelitian, setelah merokok dua
batang saja
maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian tersebut sampai 30 menit setelah kita berhenti
menghisap rokok.
Tidak ada satu cara yang sempurna untuk berhenti merokok. Ada orang-orang
tertentu yang mudah berhenti begitu saja dan tidak pernah merokok lagi. Tetapi
orang
lain sampai harus berulang kali mencoba dan gagal, untuk itu cobalah
mengumpulkan
informasi mengenai kerugian merokok, konsultasi ke dokter, dan buatlah target
waktu

untuk berhenti merokok.


Alkohol juga dapat memicu naiknya tekanan darah. Cara kerjanya sama seperti
nikotin dalam rokok yaitu merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin), selain itu
mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar juga dapat menurunkan kadar kalsium
dan
magnesium.
Pada orang-orang tertentu kafein pada kopi dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Hal ini terjadi karena kafein memblokir efek adenosin yaitu
hormon
yang menjaga agar pembuluh darah tetap lebar dan merangsang kelenjar
adrenal untuk
melepaskan kortisol dan adrenalin lebih banyak (Mayo Clinic, 2005).
e. Penurunan Berat Badan
Ada hubungan yang erat antara berat badan dan tekanan darah. Jika berat berat
badan meningkat maka tekanan darah akan meningkat pula. Penelitian pada
tahun
1998 terhadap 82.000 orang wanita menemukan bahwa pada wanita yang
mengalami
kenaikan berat badan 5-10 kg selama usia dewasa risikonya untuk mendapat
hipertensi
meningkat 70% dibanding dengan wanita yang tidak meningkat berat badannya
sejak
usia 18 tahun.
Jika berat badan meningkat maka terjadi peningkatan jumlah jaringan lemak,
kebutuhan oksigen dan zat makanan juga akan meningkat, sehingga jumlah
darah yang
beredar akan meningkat. Makin banyak darah yang melalui arteri makin besar
tekanan
terhadap dinding arteri. Selain itu peningkatan berat badan juga akan
meningkatkan
kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin ini terkait dengan retensi natrium
dan
air sehingga volume darah meningkat (Mayo Clinic, 2005).

Untuk menurunkan berat badan tidak perlu secara drastis. Jika berat badan
dapat diturunkan sebesar 10% maka tekanan darah dapat diturunkan ke tingkat
yang
lebih sehat. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg penurunan berat
badan
adalah 1.6/1.1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu menjaga berat badan
normal,
untuk menghindari terjadinya hipertensi. Massa tubuh dapat dihitung dengan
indeks
massa tubuh (body massa index (BMI)) melalui pengukuran tinggi badan dan
berat
badan.
ANTIKOLINERGIK
Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa
organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara
antikolinergik dengan reseptor asetilkolin. Obat ini berikatan secara blokade
kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor. Efek selular dari
asetilkolin yang diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine
monophosphate (cGMP) dicegah.Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya
terhadap blokade. Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup
reseptor telah dapat diidentifikasikan : reseptor neuronal (M1),cardiak (M2) dan
kelenjar (M3) (Yeni, 2011).

Вам также может понравиться