Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tugas Maternitas
Oleh :
Kelompok 3
D-IV Keperawatan Tingkat I
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2014/2015
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214013)
(P07120214021)
(P07120214039)
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Maternitas untuk proses pembelajaran
di Politeknik Kesehatan Denpasar yang membahas tentang Konsep Keperawatan Bayi
Baru Lahir tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penelitian dan pengumpulan data.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Rumusan Masalah.........1
1.3 Tujuan Penulisan...................2
1.4 Manfaat Penulisan ...............2
1.5 Metode Penulisan......2
1.6 Sistematika penulisan....2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir ......................................................................................3
2.2 Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir ..........................................................................3
2.3 Kelainan pada Bayi Baru Lahir ...............................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 51
3.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir yang melewati masa penyesuaian
pada minggu pertama kehidupannya. Sedangkan waktu di dalam uterus ibu bayi
aman, hangat dan makan dengan baik. Setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada
pola untuk makan, bernapas dan tetap hangat (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002,
angka kematian bayi baru lahir sebesar 45/1000 kelahiran hidup dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran,
cacat bawaan (seperti labio plato skisis), penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas dan dismaturitas, imaturitas dan lain-lain. Ditinjau dari pertumbuhan
dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis.
Kasus labio palato skisis merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital pada
bayi baru lahir. Labio palate skisis sering dijumpai pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan (Randwick, 2002). Kelainan ini merupakan kelainan
yang disebabkan faktor herediter, lingkungan, trauma, virus (Sjamsul Hidayat,
1997), tetapi dapat diperbaiki dengan pembedahan. Secara umum, perawatan bayi
baru lahir berpusat pada ibu dan keluarga agar pemberian asuhan keperawatan
aman dan berkualitas dalam mengenali fokus dan adaptasi yang berorientasi
terhadap kebutuhan fisik dan psikososial bayi baru lahir. Riset menunjukkan bahwa
kontak dini yang diperpanjang antara orangtua-bayi baru lahir lebih besar secara
signifikan dibandingkan dengan risiko infeksi (Stright, 2005)
Mengingat masa
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Metoda penulisan
1.4 Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
2.2 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
2.3 Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir (Neonatus atau Neonatal)
Bayi Baru Lahir (BBL)/ Neonatus/ Neonatal adalah hasil konsepsi yang baru
keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan
alat tertentu dengan periode sejak bayi lahir sampai 28 hari pertama kehidupan.
Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan lahir 2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007). Selama beberapa minggu,
neonatus mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin ke extrauterine dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Masa bayi baru lahir (Neonatal)
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15
dan 30 menit setelah kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali
pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur.
2.2 Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan Diluar Uterus
Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna . Saat ini bayi
tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur
Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I
dan II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang
penting untuk fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utama ialah
sfingomielin dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin
dan fosfatidil gliserol akan memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah
dihasilkan sejak 24 minggu. Pada kondisi tertentu, misalnya diabetes,
produksi surfaktan ini kurang juga pada pretrem ternyata dapat
dirangsang untuk meningkat dengan cara pemberian kortikosteroid pada
ibunya.
Steroid
dan
faktor
pertumbuhan
terbukti
merangsang
cara mengurangi
meningkatkan
darah
yang
d. Ductus arteriosus.
Sirkulasi pulmonari: vena umbilikus, duktus venosus, foramen
ovale, dan duktus arteriosus.
Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal
No
Perbedaan
Sirkulasi Fetus
Sirkulasi
Aktif,
pulmonal
berkembang
meningkat
Foramen
Terbuka
Tertutup
Terbuka
Tertutup
Terbuka
Tertutup
Sirkulasi Neonatal
kurang Aktif,
perkembangan
ovale
3
Duktus
arteriosus
botali
Duktus
venosus
arantii
Sirkulasi
Aktif
dengan Aktif,
sistemik
resisten rendah
dengan
meningkatkan resistensi.
2.2.4
Termoregulasi dan Adaptasi Fisiologi Sistem Metabolisme
A. Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami Stress Dingin atau Cold Stress terutama karena perubahan
lingkungan dari dalam rahim ke dunia luar yang jauh lebih dingin.
Secara fisiologis, tubuh bayi akan menggunakan timbunan lemak
coklat (Brown Fat) untuk menghasilkan panas. Namun cadangan lemak
coklat ini akan habis dan bayi akan mudah mengalami hipoglisemia,
hipoksia dan asidosis.
Untuk itu, pencegahan kehilangan panas sangatlah diperlukan.
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
induknya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan
dengan induk sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu
tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya.
Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan
tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan
perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh
hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum
matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan
yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu
tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan
lapisan lemak bawah kulit.
Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau
tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik
tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer
panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung
dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju
kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi,
konveksi atau evaporasi.
B. Adaptasi Fisiologi Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal
ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen,
terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam
rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam
jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting
menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa
keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam
pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan
digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko.
Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan distress janin merupakan resiko utama, karena
simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
2.2.5
produksi panas, peningkatan panas yang hilang atau gangguan pada pengatur
suhu tubuh termoregulasi). Ahli kesehatan anak menerangkan bahwa
penurunan produksi panas dapat berhubungan dengan sistem endokrin,
seperti gangguan hormon tiroid atau pituitary. Peningkatan panas yang
hilang dapat terjadi akibat berpindahnya panas tubuh ke lingkungan sekitar.
Sedangkan gangguan termoregulasi dapat terjadi akibat gangguan di
hipotalamus yaitu suatu bagian otak yang Salah Satu fungsinya mengatur
suhu tubuh.
Mekanisme Kehilangan Panas Pada Neonatus
Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik selama beberapa saat.
Karena hipotalamus bayi masih belum matur, dan bayi masih rentan
terhadap hipotermia, terutama jika terpapar dingin atau aliran udara dingin,
saat basah, sulit bergerak bebas, atau saat kekurangan nutrisi. Bayi
memasuki suasana yang jauh lebih dingin dari pada saat kelahiran, dengan
suhu kamar bersalin 210 C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 37,70 C. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam
kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh bayi
baru lahir, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat amnion menguap dari
kulit. Setiap milimeter penguapan tersebut memindahkan 500 kalori panas
(Rutter 1992). Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
1. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin.
Contoh: Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses
konduksi.
2. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin.
Contoh: Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi
jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 0 C dan
sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang
terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area
resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan
konveksi udara sekitar bayi.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan.
Contoh: Kehilangan panas terjadi karena meguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan.
Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
2.2.6
10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis
dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga
keadaan kehilangan darah, dehidrasi, dan kelebihan volume juga sangat
kurang untuk ditoleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan
dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik
untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter
yang adekuat terhadap penggantian volume. Oteregulasi aliran darah otak
pada bayi baru lahir tetap dipelihara normal pada tekanan sistemik antara 60130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan
darah sekitar 80/60 mmHg.
2.2.7
Perubahan Sistem Gastrointestinal
1. Perubahan Sistem Gastrointestinal Intrauterine
Perkembangan dapat dilihat di atas 12 minggu di mana akan nyata
pada pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk
meskipun amilase baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air
ketuban dan akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan
amnion yang ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus.
Mekonium ini akan tetap tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi
hipoksia dan stres, akan tampak cairan amnion bercampur mekonium.
(Sarwono, Prawirohardjo., (2010,) Hal 161 ).
2. Perubahan Sistem Gastrointestinal Ekstrauterin
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esofagus
bawah
dan
lambung
masih
belum
sempurna
yang
fungsi
ginjal
atau
kelainan
sirkulasi.
(Sarwono,
4.
5.
6.
7.
patologis tertentu.
Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ
hati yang belum matang dalam memproses bilirubin, kurang
protein Y dan Z dan enzim glukoronyl tranferase yang belum cukup
jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis, orang tua bayi
harus tetap waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa
berubah menjadi patologis terutama pada keadaan ikterus yang
disebabkan oleh karena penyakit atau infeksi.
b. Neonatorum Patologis
Neonatorum Patologis adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,
atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg
3.
4.
5.
infeksi
lain
pada
trimester
pertama
yang
dapat
mutasi
pada
gen
yang
mungkin
sekali
dapat
dalam
kromosom
yang
akan
menyebabkan
gangguan
berat
pada
merupakan
penyakit
kongenital
dari
kelainan
bersangkutan
meminum
vitamin-vitamin
prakonsepsi,
spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat
kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar.
Antibiotic
profilaktik
diberikan
untuk
mencegah
meningitis.
Perbaikan
mielomeningokel,
dan
kadang-kadang
timbulnya
hidrosefalus
dan
peningkatan
tekanan
intrakranium.
Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi
kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda
spinalis. Prognosis setelah pembedahan biasanya baik.
3. Ensefalokel
a. Pengertian
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan
adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk
seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel
disebabkan
oleh
kegagalan
penutupan
tabung
saraf
perkembangan janin.
b. Gejala
Gejalanya berupa :
Hidrosefalus
Gangguan perkembangan
Mikrosefalus
Gangguan penglihatan
selama
Ataksia
Kejang
c. Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi,
faktor usia ibu yang tertaiu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik,
serta pola makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan
asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan
mengonsumsi
asam
folat
dalam
jumlah
cukup.
Pemeriksaan
pengobatan
lainnya
bersifat,
simtomatis
dan
suportif.
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusatpusat saraf yang vital.
b. Etiologi
Pembedahan
5. Fimosis
a. Pengertian
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis.
Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan
menghilang dengan sendirinya.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering
menangis keras sebelum urine keluar. Keadaan demikian lebih baik
segera disunat, tetapi kadang orang tua tidak tega karena bayi masih kecil.
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang prepusium
dengar, cara mendorong ke belakang kulit prepusium tersebut dan
biasanyaa akan terjadi luka.
Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka
tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan
dokter akan mencoba melebarkan kulit yang melekat, namun hal ini harus
dilakukan
dengan
sangat
hati-hati
oleh
seorang
dokter
yang
berpengalaman.
d. Penatalaksanaan
Jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan
tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit
preputium) atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty
(memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa memotongnya). Indikasi
medis utama dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak adalah
fimosis patotogik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kutit
preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-5 minggu, juga efektif dalam
tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan atat
ketamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi
ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah
kekambuhan fimosis.
6. Hipospadia
a. Pengertian
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang
sering
ditemukan
dan
mudah
untuk
mendiagnosanya,
hanya
glans penis, sepanjang ventral batang penis sampai perineum. Jadi lubang
saluran kencing letaknya bukan pada tempat yang semestinya dan terletak
di sebelah bawah penis bahkan ada yang terletak di rentang kemaluan.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada
scrotum dapat berupa undescensus testis, meorchisdism, disgenesis testis
dan hidrotole pada penis berupa propenil scrotum mikrophalasus dari
torsi penile. Sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney,
malrotasi, duplek dan refluk ureter.
b. Etiologi
Trend peningkatan jumlah penderita salah satunya disebabkan faktor
lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat, akibatnya marak
penggunaan pestisida serta tinginya kandungan polusi di udara. Zat
polutan dari pabrik, limbah dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan
hipospadia.
Dari beberapa pasien yang ditangani ternyata mereka tinggal
disekitar daerah pembuangan sampah. Ada pula yang berasal ari keluarga
petani. Penderita hipospadia umumnya berasal dari keluarga kurang
mampu. Akibatnya banyak diantara penderita tak bisa segera ditangani.
Angka kejadian penderita hipospadia di Indonesia belum diketahui
secara pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar kedokteran di sejumlah
negara, kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki kelahiran
hidup. Salah satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan.
c. Penatalaksanaan
(a) Sunat. Banyak dokter yang menyarankan sunat
untuk
kelainan
kongenital
pada
janian
yang
dapat
didalam
lumen
saluran.
Pankreatis,tumor
caput
bayinya
berbeda
dengan
bayi
lain
yang
kuning
karena
menunjukkan gejala pada saat bayi. Pada kasus hernia bochdalek, bayi
akan tampak kebiruan dan perut kembung. Kemudian, anterolateral (tipe
morgagni) atau di esofageal hiatus hernia. Umumnya baru menimbulkan
gejala pada usia dewasa.
b. Penyebab
Penyebab penyakit hernia ini adalah janin tumbuh di uterus ibu
sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma
berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus
(saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan
usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang tidak normal
atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma
berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya
berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran
pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi
karena berbagai faktor, yang berarti banyak faktor baik faktor genetik
maupun lingkungan.
c. Tanda dan Gejala Penyakit Hernia
Gejalanya berupa:
Gangguan pernafasan yang berat
Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
Takikardia (denyut jantung yang cepat)
d. Komplikasi
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia.
Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera
terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga
menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia
diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan
kongenital paru-paru dan 5 16 % mengalami kelainan kromosom.
e. Penatalaksanaan
Berikan diet RKTP
Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
Dilakukan tindakan pembedahan
12. Atresia Duodeni
a. Pengertian
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh,
tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang
buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak
bersambung.
b. Etiologi
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu
ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir premature
c. Tanda dan Gejala
Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
Ikterik
d. Penatalaksanaan
Pemberian terapi cairan intravena
Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
13. Atresia ani/rekti (penyumbatan/obstruksi pada rectum/anus)
a. Pengertian
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya
nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri
adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal
atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi
karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses
penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh
saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki
nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir
selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti
keadaan normalnya.
b. Klasifikasi Atresia Ani
Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai imperforata.
Ladd dan Gross (1966) membagi anus imperforata dalam 4 golongan,
yaitu:
Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
Membran anus menetap
Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada
bermacam-macam jarak dari peritoneum
Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita
yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar
lewat
vagina)
dan
jarang
rektoperineal,
tidak
pernah
tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah
lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
f. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani:
1)
X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus.
2)
Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius,
misalnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan
hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius.
3)
Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat mekonium.
g. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan operatif pada malformasi anorektal dengan
tindakan bedah yang disebutkan diseksi postero sagital atau plastik
anorektal
posterosagital.
Kolostomi
merupakan
perlindungan
Kontraksi
otot-otot
tersebut
dirangsang
oleh
yang
dicerna
dan
terjadi
penyumbatan.
Penyakit
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi Baru Lahir (BBL)/ Neonatus/ Neonatal adalah hasil konsepsi yang baru
keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan
alat tertentu dengan periode sejak bayi lahir sampai 28 hari pertama kehidupan
yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram.
Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Periode Partunate,
dan Periode Neonate. Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Adaptasi bayi terhadap kehidupan diluar
kandungan meliputi : Adaptasi Fisiologi Fetus, Perubahan Pernafasan, Perubahan
Sirkulasi, Termoregulasi dan Adaptasi Fisiologi Sistem Metabolisme, Bayi Rentan
Kehilangan
Panas,
Perubahan
Sistem
Hematologi,
Perubahan
Sistem
Aprilia Nuruh Baety. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogjakarta:
Graha Ilmu.
Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta
Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.RI
Haws, Paulette S. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat.Jakarta: EGC
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya.
Hlm: 55-57.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC. Hlm: 35-36.
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta :
DepKes.RI
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: EGC
Nx Al'moezim. 2011. Makalah Kelainan pada bayi baru lahir. (Online) Available :
https://www.academia.edu/5562630/Makalah_kelainan_BBL (diakses pada tanggal 25
September 2015, pukul 21.05 Wita)
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
Prawirohardjo, s . 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Sarwono, Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo.
Diah.
2011.
Adaptasi
Fisiologi
BBL.
(Available