Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STUDI KASUS
Tn.B berusia 40 tahun dirawat selama 2 hari di Rumah Sakit Jiwa. Tn.B
datang diantar keluarga dengan keluhan marah-marah, memukul bapaknya
dirumah dan memecahi kaca rumah dengan batu,
padahal mereka berdua berdinas dalam shift yang sama. Dan saat itu banyak
tindakan yang harus dilakukan Ners Susan pada pasiennya demikian juga
dengan Ners Budi. Hal tersebut menyebabkan timbul konflik antara:1)
Ners Susan dan Ners Budi, 2)Ners Susan dan Budi dengan katim, dan 3)
antara Dokter dengan Katim.
BAB IV
PEMBAHASAN
Identifikasi Peran Leader
Leader atau pemimpin terbagi menjadi tiga level berdasarkan berdasarkan
besar pengaruh yang dimiliki yaitu top manager, middle manager dan low
manager. Masing-masing tingkatan memiliki peran dan fungsinya masingmasing. Beberapa peran yang harus dilakukan oleh pemimpin baik ditingkat low
hingga top leader adalah peran interpersonal role, informational role dan
decisional role (Pratiwi, 2010).
Interpersonal role merupakan peran yang menuntut leader atau pimpinan
mampu berhubungan baik dengan atasannya stafnya maupun tim lain.
Interpersonal role terdiri dari tiga peran yaitu figurehead, leader dan lialison.
Figurehead merupakan peran dimana pimpinan tersebut mewakili organisasi
yang dipimpinnya dalam acara formal. Leader
untuk peran sebagai leader dan liaison manager masih memiliki kekurangan
dalam menjalankan peran tersebut.
Peran yang kedua adalah informational role yaitu pimpinan merupakan
pusat dari informasi, sehingga harus mampu menyaring dan mengembangkan
kemudian memutuskan mana informasi yang akan disampaikan kepada stafnya
dan kepada atasannya (Pratiwi, 2010). Barker et al (2006) membagi peran
informasi ini menjadi lebih rinci yaitu peran sebagsi monitor, diseminator dan juru
bicara. Peran monitor merupakan peran kunci dikarenakan pada peran ini
pimpinan diharapkan mampu menerima dan mengumpulkan data kemudian
mengembangkan dan menyaring hingga didapatkan data mana yang harus
diteruskan ke bawahan dan atasan, mana yang tidak penting dan yang tidak
harus diteruskan. Sedangkan untuk peran disseminator dan juru bicara
merupakan peran komunikator kedalam dan keluar dari organisasi.
Dari ilustrasi diatas didapatkan data bahwa Ketua Tim belum melakukan
peran informasi dengan baik, hal ini dibuktikan bahwa ketua tim baru tahu
apabila Ners Susan tidak mengetahui SOP rentang restrain setelah terjadi
masalah pada pasien. Apabila peran informasi dijalankan dengan baik oleh
Ketua Tim, maka terlebih dahulu setelah Ners Susan dating dan masuk
anggotanya
Ketua Tim
akan
dan
memperkenalkan Ners Susan dengan SOP yang berlaku di Rumah Sakit. Selain
itu apabila peran sebagai disseminator dan juru bicara mampu dilakukan dengan
baik, maka Ketua Tim akan mampu menengahi konflik yang timbul antara Ners
Susan dengan Ners Budi, dan Ketua Tim akan mampu mengkomunikasikan
pada Kepala Ruang dan dokter dengan lebih baik sehingga masalah akan dapat
terselesaikan dengan lebih tepat dan cepat.
Peran yang terakhir adalah Decision role, peran ini merupakan peran yang
paling penting karena melibatkan proses pembuatan strategi dari tim yang
dipimpinnya. Proses pembuaan strategi harus selalu signifikan dan berhubungan
dengan keputusan yang diambil. Peran ini merupakan peran terbesar dan
terpenting dari peran manajerial lainnya (Barker et al., 2006). Pimpinan dinilai
harus terlibat dalam pembuatan semua keputusan karena, pimpinan mempunyai
peran sebagai informasi dan interpersonal sehingga diharapkan semua peran
tersebut dapat berkontribusi sehingga keputusan yang diambil lebih objektif,
akutat dan dapat dikoordinasikan secara tepat ke seluruh anggota tim maupun
kepihak luar (Pratiwi, 2010).
Dari ilustrasi kasus diatas Ketua Tim mempunyai peran penting dalam
mengambil keputusan untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil
setelah terjadi masalah pada patient safety. Apa yang terjadi dan pada elemen
mana terjadi kesalahan serta bagaimana cara mengatasinya merupakan
kebijakan yang harus diambil oleh Ketua Tim dan Kepala Ruang. Sehingga tidak
terjadi konflik yang berkepanjangan baik dengan internal staf maupun rekan
sejawat.
Identifikasi Fungsi Leader
Seorang pimpinan atau leader
Fungsi terakhir adalah fungsi controlling. Pada fungsi kontroling ini terdapat
proses supervisi Ketua Tim dan Kepala Ruang yang akan membandingkan
tindakan atau pelayanan yang diberikan telah memenuhi standart atau belum
(Pratiwi, 2010). Pada kasus diatas proses control masih terlihat sangat lemah.
Baik Kepala ruang maupun Ketua Tim belum menjalankan fungsi supervise
dengan tepat sehingga terjadilah masalah pada pasien. Apabila fungsi ini
berjalan dengan sempurna, maka kualitas layanan akan sesuai standar yang
berlaku dan tidak akan terjadi cidera pada pasien akibat penggunaan restrain.