Вы находитесь на странице: 1из 19

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

bali perkembangan edukasional dan psikososial pada sebagian besar anak


dengan GPP/H.1
Nama dan nosologi GPP/H telah menjalani sejumlah perubahan dalam
beberapa dekade terakhir. Di tahun 1960-an dalam DSM-II gejala-gejala motorik yang
ditekankan serta gangguan diberi nama reaksi hiperkinetik dari anak-anak. Di tahun
1980-an, DSM-III menamai kembali sebagai gangguan pemusatan perhatian dan
menekankan inatensi sebagai gambaran inti.1,3
Di tahun 1987 dalam DSM-III-R dinamai kembali dengan gangguan
pemusatan perhatian/hiperaktivitas (attention deficit/hyperactivity disorder[ADHD]).
Baik inatensi maupun hiperaktivitas ditekankan sama pentingnya sebagai gambaran
inti. Dalam DSM-IV dikenal tiga subtipe tergantung pada gejala yang dominan;
subtipe dominan inatensi, subtipe dominan hiperaktivitas-impulsivitas dan subtipe
campuran.1,3

ISI

I.

DEFINISI
Menurut DSM-IV, Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
yang juga dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorder) adalah suatu gangguan yang bersifat kronis yang mulai muncul
pada masa kanak-kanak awal (early childhood) atau kurang dari 7 tahun,
yang ditandai dengan tidak bisa memusatkan perhatian dan atau
hiperaktivitas-impulsivitas.2,4,5

II.

EPIDEMIOLOGI
Penelitian GPP/H di masyarakat memperlihatkan prevalensi antara
1,7%-16%, tergantung pada populasi dan metodologi diagnostik yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

dipergunakan (tabel 1).1 Laki-laki yang mengalaminya tiga kali lebih


banyak dibanding perempuan.6
Dengan menggunakan kriteria DSM IV, bila dibandingkan dengan
versi sebelumnya, maka lebih banyak perempuan yang didiagnosis subtipe
inatensi. Pada uji lapangan DSM IV didapatkan kecenderungan perbedaan
usia untuk masing-masing subtipe. Anak dengan GPP/H subtipe hiperaktifimpulsif rata-rata usianya 5,7 tahun, subtipe kombinasi rata-rata usianya
8,5 tahun dan subtipe inatensi rata-rata usianya 9,8 tahun.1
Penderita GPP/H subtipe kombinasi dan hiperaktif-impulsif paling
bermasalah dengan perilaku mereka di rumah, sedangkan penderita dengan
subtipe inatensi cenderung lebih bermasalah di bidang akademik dan
secara bermakna lebih sering menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan di
sekolah. Penderita subtipe inatensi menunjukkan taraf yang lebih rendah
dalam hal atensi, kenakalan, agresifitas dan gejala-gejala gangguan
perilaku, tetapi tidak berbeda dengan subtipe lain dalam hal masalahmasalah sosial, psikosomatik atau gejala-gejala kecemasan dan depresi.1

Tabel 1. Penelitian mengenai prevalensi GPP/H1


Tempat
Selandia Baru
New York, NY
Ontario
Puerto Rico
Pusat kota AS
Pittsburg, PA
Iowa
Jerman
London, Inggris
Mannheim,
Jerman
AS
Tennessee
AS

Sumber, tahun
Anderson dkk., 1987
Cohen, 1988
Szatmarl dkk., 1989
Bird dkk., 1988
Newcorn dkk., 1989
Costelo dkk., 1988
Lindgren dkk., 1990
Baumgnertel dkk,
1995
Esser dkk., 1990
Esser dkk., 1990
Pelham dkk., 1992
Wolraich dkk., 1996
Shaffer dkk., 1996

Kriteria #
DSM III
DSM III
DSM III
DSM III
DSM III
DSM III-R
DSM III
DSM III
DSM III-R
DSM III-R
DSM III-R
DSM III-R
DSM III-R

Prevalensi %
6,7
3-6
6,3
9,5-16,1
12,9
2,6
2,8
9,6
1,7
4,2
2,5-4,0
7,3
4,1

# DSM III: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 7hird


Ed DSM III-R: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa
Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Third Ed. yang direvisi; DSM IV: Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth Ed.
Prevalensi 9,0% subtipe inatensi, 3,9 % subtipe hiperaktif-impulsif,
4,8% subtipe campuran total 17,8% menggunakan DSM IV; 10,9%
menggunakan DSM III-R
Prevalensi 5,4% subtipe inatensi, 2,4% subtipe hiperaktifimpulsif,
3,6% subtipe campuran menggunakan DSM IV

Dikutip dari :
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149_AspekKlinikFar
makoterapipadaAnak.pdf/11_149_AspekKlinikFarmakoterapipada
Anak.html

III.

ETIOLOGI
Penyebabnya hingga sekarang belum diketahui. 1,2 Gangguan ini
sering dikaitkan dengan struktur anatomi otak, faktor neurokimiawi otak,
maupun faktor eksternal.1,2,4,5
Faktor Genetik
Riset menunjukkan bahwa kontribusi faktor keturunan pada
munculnya gangguan ini mencapai 40-50 persen. Bila salah satu
anggota keluarga menderita GPPH, kemungkinan ada anggota lain
yang juga mengalami kondisi serupa.1 Faktor genetik, studi keluarga
dan biologi molekular merujuk ke arah faktor genetik. Risiko
terjadinya gangguan kepribadian antisosial, gangguan perilaku,
anxietas, gangguan mood, dan dislexia. ADHD menunjukkan angka
tinggi untuk anak kembar monozigotik (79%) dan dizigotik (32%).
Gangguan biologik banyak yang ADHD, saudara kandung 2-3x lipat
lebih banyak kena. Gen yang bekerja pada sistem dopaminergik dan
noradrenergik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Struktur Anatomi Otak dan Faktor Neurokimiawi Otak


Fungsi eksekutif bergantung pada penyebaran sistem saraf
yang melibatkan korteks prafrontal dan struktur subkorteks terkait.
Neuron

di

sini

penuh

dengan

nor-adrenalin

dan

dopamin

(neurotransmitter yang berperan pada atensi). Pada kanak dengan


ADHD penelitian pencitraan saraf membenarkan abnormalitas ini
pada daerah otak itu yang bekerja untuk fungsi eksekutif. Struktur
prafrontal dan ganglia basalis mengecil dan asimetrik pada sisi kanan.
Pada performance tests : MRI-imaging membenarkan korteks
prafrontal kanan menghambat respon atensi dan perilaku sedangkan
ganglia basalis eksekusi respons ini.

Faktor Eksternal
Faktor neurobiologik bekerja pada saat otak janin berkembang
pesat dan masa bayi dengan merusak jaringan saraf yang mendukung
fungsi eksekutif dan proses terkait : minuman alkohol pada ibu hamil,
obat, rokok, efek buruk prematuritas dan tindakan obstetrik, trauma
pada otak, terkena toksin seperti zinc, stres ibu saat hamil, perawatan
bayi buruk.

IV.

GAMBARAN KLINIS
Gejala khas GPP/H ini, yaitu kesulitan memusatkan perhatian
(inatensi),

kesulitan

mengendalikan

impuls

(impulsivitas),

serta

menunjukkan aktivitas berlebihan (hiperaktivitas).6


Dalam lingkungan berstruktur : susah untuk duduk diam di kelas
atau meja makan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Dalam lingkungan tak berstruktur lebih aktif dari teman sebaya


seperti di lapangan bermain.
Tak dapat memperhatikan instruksi dalam lingkungan akademik atau
sosial.
Sulit menahan sampai waktu tepat untuk melakukan suatu perintah,
menghentikan aktivitas yang tidak tepat pada waktunya, atau
memperbaiki satu respon yang tidak tepat pada waktunya.

Tabel 2. Perubahan gejala GPP/H dari masa kanak ke


dewasa.7

Dikutip dari : www.adderallxr.com/.../might_have_adhd.asp

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

V.

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI


Diagnosis GPP/H pada anak ditegakkan berdasarkan ciri-ciri yang
memenuhi kriteria diagnosis DSM-IV (tabel 3).
Tabel 3. Kriteria Diagnosis GPP/H (DSM-IV)*

1,4,5

A. Baik : (1) atau (2)


(1). Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi)

Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan pemusatan perhatian


ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir.
- Tidak mampu memberikan perhatian terhadap hal-hal yang kecil,
sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi
saat mengerjakan tugas di sekolah.

- Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus-menerus pada


saat menyelesaikan tugas atau bermain.
- Sering tampak seperti tidak memperhatikan.
- Sering tidak dapat mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan
tugas sekolah atau tugas lainnya.
- Sering mengalami kesulitan mengatur tugas atau aktivitas lainnya.
- Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan
perhatian terus-menerus.
- Sering kehilangan barang-barang atau alat yang diperlukan.
- Perhatian mudah teralih oleh rangsangan dari luar.
- Sering lupa menyelesaikan tugas/kegiatan rutin sehari-hari.
(2). Hiperaktivitas dan Impulsivitas

Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan hiperaktivitas dan


impulsivitas ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir
Hiperaktivitas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

- Sering tangan dan kaki tidak bisa diam atau banyak bergerak di
tempat duduk.
- Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan di kelas
atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk.
- Sering berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan.
- Tidak dapat mengikuti aktivitas atau bermain dengan tenang dan
santai.
- Selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin.
- Sering banyak berbicara.
Impulsivitas
- Terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
didengar.
- Sulit menunggu giliran.
- Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain.

B. Gejala-gejala tersebut terjadi sebelum usia 7 tahun.


C. Gejala-gejala tersebut terjadi pada lebih dari satu situasi.
D. Gejala-gejala tersebut secara klinis nyata menimbulkan hendaya
dalam kegiatan sosial, akademis dan tugas-tugas lainnya.
E. Gejala-gejala tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan perkembangan
pervasif, schizophrenia dan gangguan jiwa yang lain. (misal,
gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau
gangguan kepribadian).

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,


Fourth Ed. Kode berdasarkan tipenya; 314.01 GPP/H, Tipe
Kombinasi: bila terdapat baik kriteria A(1) maupun A(2) dalam 6
bulan terakhir; 314.00 GPP/H, Tipe Inatensi: bila terdapat
kriteria A(1), tetapi tidak terdapat kriteria A(2) dalam 6 bulan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

terakhir; 314.01 GPP/H, Tipe Hiperaktif-Impulsif bila terdapat


kriteria A(2) tetapi tidak terdapat kriteria A(1) dalam 6 bulan
terakhir. Catatan pengkodean: Untuk individu (terutama remaja
dan dewasa) yang saat ini mempunyai gejala-gejala, yang tidak
lagi memenuhi kriteria secara utuh, sebaiknya dimasukkan
"Dalam Remisi Parsial".
Dikutip dari :
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149.html

Ada tiga subtipe GPP/H (DSM IV) berdasarkan dominasi


gejalanya, yaitu1,4,5 :
1. GPP/H subtipe inatensi (GPP/H-i) memenuhi sedikitnya 6 dari 9
kriteria perilaku inatensi.
2. GPP/H subtipe hiperaktif-impulsif (GPP/H-hi) memenuhi sedikitnya 6
dari 9 kriteria perilaku hiperaktif-impulsif.
3. GPP/H subtipe kombinasi (GPP/H-k) memenuhi sedikitnya 6 dari 9
perilaku baik dari daftar inatensi maupun dari hiperaktif impulsif.
Anak yang memenuhi kriteria diagnostik untuk gejala-gejala
perilaku GPP/H tetapi tidak menunjukkan hendaya fungsional tidak
dapat didiagnosis GPP/H. Gejala-gejala GPP/ H harus ada di dua atau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa
Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

lebih situasi (seperti di rumah dan di sekolah), dan perilaku harus


berpengaruh buruk secara fungsional baik di sekolah maupun di
lingkungan sosial. Diagnosis tersusun dari sintesis informasi orang tua,
laporan sekolah, juga perawat kesehatan jiwa jika mereka dilibatkan
serta dari wawancara/pemeriksaan anak. Dalam DSM IV diperlukan
bukti adanya gejala yang ada sebelum usia 7 tahun, pada beberapa
kasus, gejala-gejala GPP/H tidak dikenali oleh orang tua atau guru
sampai anak berusia lebih dari 7 tahun, pada saat lebih sering
berhadapan dengan tugas-tugas sekolah. Usia onset dan lamanya gejala
dapat

diperoleh

dari

orang

tua

melalui

anamnesis

secara

komprehensif.1

Diagonis Objektif (Brain scans)

Pemeriksaan dengan Positron Emission Tomography (PET)


scan, Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI), atau Single
Poton Emission Computed Tomography (SPECT) scan dapat
mendiagnosis ADHD secara objektif. Walapun penyebab kelainannya
belum diketahui secara pasti, PET scan dapat mengukur aktivitas otak
(Gambar 1).2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Gambar 1. (kiri) Gambaran aktivitas otak pada anak normal


saat mengerjakan tugas. (kanan) Gambaran aktivitas otak
pada anak ADHD yang sedang melakukan tugas yang sama. 2

VI.

DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas biasanya disertai
dengan kelainan-kelainan seperti di bawah ini8 :
Learning Disabilities. Kurang lebih 20-30% anak ADHD akan
mengalami kesulitan belajar.
Tourette Syndrome. Anak ADHD dengan Tourette Syndrome
memiliki gejala various nervous tics dan repetitive mannerisms
seperti kedipan mata (eye blinks), kedutan wajah (facial twitches),
atau menyeringai (grimacing), mendengus (snort), menghirup
(sniff), atau membentak (bark out).
Oppositional Defiant Disorder. Sering ditemukan pada anak
ADHD terutama anak laki-laki. Gejala yang lebih menonjol
adalah

perilaku

menentang,

keras

kepala,

tidak

patuh,

temperamen meledak-ledak, dan suka berkelahi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

10

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Conduct Disorder. Kurang lebih 20-40% anak ADHD akan


berkembang menjadi gangguan konduksi yang merupakan
perilaku antisosial yang lebih serius. Anak ini lebih sering
berbohong, mencuri, sering berkelahi atau menggertak orang lain,
lebih sering bermasalah dengan pihak sekolah dan polisi, lebih
sering melanggar peraturan, menyerang orang lain dan atau
hewan,

merusak

harta

benda,

mencuri,

membawa

dan

menggunakan senjata, dan beperilaku merusak.


Anxiety and Depression. Beberapa anak dengan ADHD biasanya
disertai dengan cemas atau depresi. Jika hal ini ditemukan,
gangguan cemas dan depresi ditangani terlebih dahulu.
Bipolar Disorder. Tidak ada data statistik yang akurat mengenai
seberapa banyak anak ADHD yang juga mempunyai gangguan
bipolar. ADHD dan gangguan bipolar pada anak sulit dibedakan.
Gangguan bipolar ditandai dengan mood cycling,

pada anak

terdapat chronic mood dysregulation yang berupa campuran dari


elasi, depresi, dan iritabel. Akan tetapi ada beberapa gejala yang
tampak bersamaan pada gangguan bipolar dan ADHD seperti
tingkat energi yang tinggi dan berkurangnya kebutuhan untuk
tidur.

VII.

PENATALAKSANAAN
Anak dengan GPP/H biasanya akan diterapi secara komprehensif
yang meliputi farmakoterapi, terapi perilaku, konseling, serta pelatihan
guru maupun orang tua. Penatalaksanaan ini membutuhkan konsistensi dan
kesabaran ekstra mengingat anak dengan GPP/H memerlukan keteraturan
dan kedisiplinan.1,6,9 Terapi terbaik adalah terapi kombinasi farmakologik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

11

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

dan intervensi terapi perilaku. Dulu pernah digunakan diet khusus,


megavitamin, obat anti-motion sickness, EEG-feedback, tapi kurang
efektif.9,10
Terapi Perilaku pada GPP/H

Setelah pemberian farmakoterapi, biasanya penanganan penderita


GPP/H disertai dengan terapi perilaku. Biasanya berupa behaviour
consulting seperti reward dan punishment dalam melakukan suatu
kegiatan. Dilakukan juga terapi perilaku sebagai upaya alternatif bila terapi
farmakologik tidak sempurna. Bisa diberikan di ruang kelas, rumah,
summer camp, tempat bermain. Dberikan oleh guru, orang tua, petugas
kesehatan jiwa, secara individu atau kelompok. Behavioral parent training
sering diberikan karena mereka over-controlling dan cara mendidik
inefisien.6
Bila self control-nya sudah terbentuk, dosis obatnya akan dikurangi
secara bertahap sampai akhirnya anak tidak memerlukan lagi. Data
menunjukkan anak dengan GPP/H akan membaik pada masa pubertas,
sehingga penyandang GPPH tidak perlu mengkonsumsi obat seumur
hidup.1,6

Farmakoterapi pada GPP/H

Farmakoterapi pada GPP/H meliputi : stimulansia dan nonstimulansia.1,9 Macam-macam stimulansia yang umumnya diresepkan
untuk terapi GPP/H pada anak serta sediaan yang tersedia dan strategi
penentuan dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 4. Di Indonesia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

12

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

stimulansia yang beredar saat ini adalah methylphenidate (Ritalin).1,5,9


Saat ini tersedia preparat methylphenidate sustained release untuk
mempermudah dan meningkatkan ketaatan pasien dalam minum obat.1,3,5,9
Stimulansia dapat mengakibatkan anoreksia dan penurunan berat badan,
pengaruhnya pada pertambahan tinggi badan kurang pasti.1
Tabel 4. Stimulansia yang umumnya digunakan pada
terapi GPP/H1,5
Obat

Sediaan

Dosis

Dosis

tablet (mg)

awal

terapeutik

5, 10, 20

5mg bid

0,3-0,8

First-line agents :
Methylphenidate

mg/kg/dosis

(Ritalin)

Dextroamphetamine

5, 10, 15

(Dexedrine)

Dextroamphetamine

20

and amphetamine salts

5 mg qd

0,2-0.5

atau bid

mg/kg/dosis

5 mg qd

0,15-0,4

atau bid

mg/kg/dosis

37,5 mg

1-2

(Adderall)

Second-line agents :
Pemoline (Cylert)

Buproprion (Welbutrin;

18,75; 37,5;
75

mg/kg/hari

50, 75, 150

3-6 mg/kg

Zyban)

Venlafaxine (Effexor)

25; 37,5; 50;

25 mg bid

100

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

25150mg/hr

13

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Clonidine (Catapres)

0,1;0,2; 0,3

0,1 mg tid;

3-10g/kg

qid

Dikutip dari : McCraken, JT. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan &


Sadocks

Comprehensive

of

Psychiatry.

Philadelphia

Lippincott

Williams & Wilkins, 2000; 2686

Zat non-stimulansia yang telah diteliti secara luas untuk


pengobatan GPP/H meliputi antidepresan dan agonis adrenergik.
Antidepressan
Tricyclic

antidepressant

(TCA)

terutama

imipramin

dan

desipramin, merupakan komponen farmakoterapi kedua terbanyak untuk


GPP/H. Antidepresan baru bupropionhydrochloride yang memblok
reuptake norepinefrin dan dopamin, secara konsisten dapat menurunkan
gejala-gejala GPP/H. Sedangkan fluoxetin, serotonin specific reuptake
inhibitor (SSRI) masih dipertanyakan efektivitasnya sebagai monoterapi
pada GPP/H.1,3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

14

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Agonis adrenergik
Klonidin mempunyai sifat agonis adrenergik terutama digunakan
untuk terapi hipertensi bermanfaat untuk terapi anak dengan GPP/H.
Semua penelitian melaporkan respons perilaku positif, 50%-70% subyek
sedikitnya menunjukkan perilaku sedang. Akan tetapi efek pada kognisi
masih kurang jelas.1

VIII.

KOMPLIKASI
Penelitian follow-up jangka panjang anak dengan GPP/H hingga
remaja dan dewasa awal menunjukkan bahwa GPP/H seringkali menetap
dan berhubungan dengan disfungsi dan psikopatologi yang bermakna
dalam kehidupannya di kemudian hari.1 Remaja dan dewasa muda GPP/H
berisiko untuk gagal sekolah, kesulitan emosional, hubungan buruk dengan
teman sekolah dan sering bermasalah dengan hukum.6
Komplikasi tersering yang ditemukan pada penderita ADHD
adalah kesulitan belajar, yang ditandai dengan3,11 :
Dysgraphia
Gerstmanns Syndrome, yang meliputi :
Finger agnosia (difficulty locating body

parts in space)

Dyscalculia

(difficulty

with

mathematics)

Right-Left disorientation

Dysgraphia (difficulty in writing)

Dyslexia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

15

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

IX.

PROGNOSIS
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah agresi dan
perilaku di masa kanak-kanak merupakan prediksi menetapnya GPP/H di
kehidupan remaja dan dewasa muda. 1 Pemberian farmakoterapi pada
ADHD tidak menyembuhkan ADHD tetapi hanya meringankan gejala
ADHD.10 Secara rata-rata, gejala menurun sekitar 50% setiap 5 tahun
antara usia 10 hingga 25 tahun. Hiperaktivitas sendiri menurun lebih cepat
ketimbang impulsivitas dan inatensi.1
Prognosis lebih buruk bila penderita tinggal dalam kondisi
psikososial buruk, seperti kemiskinan, tinggal bersama banyak orang,
permusuhan antar orangtua. Bila gejalanya berat, maka ko-morbid dengan
kenakalan, gangguan bahasa dan pelajaran.6,9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

16

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

PENUTUP
Gangguan

ini

menyebabkan

penderitaan

bagi

penyandang

maupun

keluarganya. Penderita kanak lebih berisiko tinggi untuk terganggu daya belajar,
tingkah laku dan hubungan sosialnya, juga hambatan pada pencapaian akademik,
timbulnya penyalahgunaan zat dan kejahatan (criminality) pada masa remaja dan
dewasa, dengan akibat pembebanan pada layanan kesehatan jiwa, pendidikan, dan
peradilan.
Umumnya, guru merupakan orang pertama yang dapat mendeteksi kesulitan
belajar pada anak karena dapat segera melihat perbedaan kemampuan dan perilaku
anak tersebut daripada teman-teman seusianya. Tetapi, terkadang, ada juga orang tua
yang bisa mengetahuinya. Kesulitan belajar biasanya terdiagnosis ketika anak
sekolah. Hal ini menjadi masalah saat anak berusia delapan tahun atau lebih karena
pada usia itu, tuntutan kemampuan akademik sudah lebih tinggi.
Penatalaksanaan pada GPP/H yang meliputi farmakoterapi dan terapi perilaku
membutuhkan konsistensi dan kesabaran ekstra mengingat anak dengan GPP/H
memerlukan keteraturan dan kedisiplinan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

17

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

DAFTAR PUSTAKA
1. Romadhon YA. Aspek Klinik dan Farmakoterapi Anak dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas. Available from : URL : HYPERLINK :
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149_AspekKlinikFarmakoterapipad
aAnak.html
2. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention-deficit_hyperactivity_disorder definisis
3. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
www.edutechsbs.com/adhd/Neurology.htm kompli, obat, d/
4. Sadock BJ. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2003. pp. 1223-30.
5. McCraken JT. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadocks Comprehensive
of Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2000. pp. 2679-703.
6. Anak Sulit Belajar, Jangan-jangan Hiperaktif. Available from : URL :
HYPERLINK

http://groups.google.co.id/group/MirrorIKS/browse_thread

/thread/2029c2f714adabae/5f20ef939dcc2452?
lnk=st&q=gangguan+pemusatan+perhatian+pada+anak&rnum=1&hl=id#5f20ef9
39dcc2452
7. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
www.adderallxr.com/.../might_have_adhd.asp

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

18

Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

8. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :


http://www.nimh.nih.gov/publicat/adhd.cfm
9. Wender PH. Treatment of the Child with ADHD. In : Attention-Deficit
Hyperactivity Disorder in Children, Adolescents, and Adults. OXFORD
University Press. New York; 2000. pp. 65-154.
10. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Available from : URL : HYPERLINK :
http://www2.bc.edu/~dunnbb/treatment.htm
11. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=100

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH Sanatorium Dharmawangsa


Susannih Hantono (17120010030)

19

Вам также может понравиться