Вы находитесь на странице: 1из 29

Gempa Bumi 2015

DAFTAR ISI

1. LETAK GEOGRAFIS . 2
2. KERANGKA TEKTONIK REGIONAL ........ 3
3. FASE TEKTONIK CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA . 5
4. KERANGKA TEKTONIK SUB-CEKUNGAN JATIBARANG .. 8
5. STRATIGRAFI REGIONAL ..11
6. PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA ... 16
7. DAFTAR PUSTAKA .. 20

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 2

Gempa Bumi 2015

PETROLEUM SISTEM CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA


(Sub-Cekungan Jatibarang)

1. Letak Geografis
Secara geografis Cekungan Jawa Barat Utara berada pada 106 30' - 108 40' BT
dan 5 00' - 6 50' LS. Cekungan Jawa Barat Utara dibatasi oleh Paparan Seribu di bagian
barat, Cekungan Sunda dan Cekungan Asri di sebelah baratlaut, dan di sebelah utara
berbatasan dengan Tinggian Arjuna. Bagian timur laut berbatasan dengan Cekungan Vera
dan Busur Karimun Jawa. Sebelah timurnya berbatasan dengan Cekungan Jawa Tengah
Utara, dan di bagian selatan berbatasan dengan Cekungan Bogor yang dibatasi oleh Sesar
Baribis. Cekungan Jawa Barat Utara terletak di sebelah utara Pulau Jawa atau di belakang
Busur Gunung Api Jawa, sehingga saat ini dikenal sebagai cekungan busur belakang
(back-arc basin).
Namun berdasarkan beberapa penulis, pembentukan cekungan ini tidak
berhubungan dengan struktur back-arc tapi terbentuk sebagai pull-apart basin (Pertamina,
2009). Letak geografis cekungan ini digambarkan pada gambar di bawah ini (Gambar 1.1).

Lokasi Cekungan Jawa Barat Utara(Pertamina, 2009)

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 3

Gempa Bumi 2015

Gambar I.2. Geologi regional Cekungan Jawa Barat Utara (Martodjojo,


op.cit.Nopyansyah, 2007)
2. Kerangka Tektonik Regional
Tujuh aktivitas tektonik besar selama Kapur Akhir-Pleistosen mempengaruhi
pembentukan struktur dari Sub Cekungan Jatibarang. Penggambaran mekanisme tektonik
yang terjadi pada cekungan ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.1 Kapur Akhir-Eosen Awal (100-56 Ma)


Metamorfisme regional terbentuk akibat subduksi Pola Meratus. Deformasi,
pengangkatan, erosi, dan pendinginan terjadi selama Paleosen. Magmatisme kalkalkali
terjadi di seluruh area akibat proses subduksi yang terjadi, kemudian magmatisme
andesitik berlanjut hingga Eosen Awal (Gresko dkk., 1995). Selama masa ini, seluruh
cekungan berada pada sistem busur vulkanik. Aktivitas magmatisme dan vulkanisme ini
membentuk batuan dasar di seluruh Cekungan Jawa Barat Utara.

2.2 Eosen (50-40 Ma)


Selama masa ini, terjadi fase tektonik regangan yang menyebabkan pembentukan
awal dari sistem separuh graben (Gresko dkk., 1995). Pengangkatan dan erosi yang terjadi
di daerah tinggian (horst) menyebabkan endapan volkanik tererosi dan kemudian
terendapkan di pusat dari cekungan yang kemudian dikenal sebagai Formasi Jatibarang.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 4

Gempa Bumi 2015

2.3 Oligosen (34-30 Ma)


Selama Oligosen Awal, aktivitas vulkanisme dan pemekaran di cekungan ini
berhenti. Periode ini kontras dengan aktivitas tumbukan yang terjadi di depan busur Jawa
dan Sumatra (Daly dkk dalam Gresko dkk., 1995). Tumbukan antarlempeng ini
menyebabkan pengangkatan regional yang signifikan dan erosi yang terjadi di batas
bagian selatan Paparan Sunda. Akibatnya dijumpai ketidakselarasan bersudut pada batas
atas Formasi Jatibarang. Erosi yang terjadi ini kemudian menghasilkan endapan sedimen
klastik yang cukup tebal dan dikenal sebagai Formasi Talangakar (Ekuivalen) (Gresko
dkk., 1995). Tumbukan mikrokontinen Jawa Timur pada bagian busur depan Jawa ini
kemudian menyebabkan perubahan jalur subduksi dari Pola Meratus menjadi pola barattimur seperti saat ini (Prasetyadi, 2007).

2.4 Miosen Awal (27-16 Ma)


Masa ini ditandai dengan melemahnya aktivitas tektonik di Cekungan Jawa Barat
Utara. Akibatnya tumbuh batuan karbonat dengan penyebaran yang luas (Gresko dkk.,
1995). Interval karbonat ini kemudian dikenal sebagai Formasi Baturaja (Ekuivalen).

2.5 Miosen Tengah-Miosen Akhir (16-5 Ma)


Masa ini ditandai dengan reaktivasi dari struktur yang telah ada sebelumnya karena
adanya tektonik inversi di Jawa akibat subduksi barat-timur dan kemudian membentuk
endapan sedimen klastik yang tebal dan dikenal sebagai Formasi Cibulakan Atas (Gresko
dkk., 1995). Perubahan pola subduksi ini juga menyebabkan terbentuknya pola struktur
baru pada Cekungan Jawa Barat Utara yang menjadi berarah utara-selatan dan perubahan
pola sesar normal berarah baratlaut-tenggara akibat subduksi Pola Meratus menjadi sistem
strike-slip (Ryacudu dan Bachtiar, 1999).

2.6 Miosen Akhir (7-5 Ma)


Selama masa ini terjadi pengendapan sekuen batuan karbonat yang luas di seluruh
cekungan akibat adanya pelemahan altivitas tektonik yang kemudian dikenal sebagai
Formasi Parigi (Adnan dkk., 1991).

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 5

Gempa Bumi 2015

2.7 Plio-Pleistosen (5-2 Ma)


Pengaruh material vulkanik kembali terjadi pada masa ini disebabkan oleh
majunya busur vulkanik Jawa semakin ke arah utara. Selain itu tektonik kompresi
mempengaruhi sistem separuh graben ini dan menyebabkan sistem sesar anjakan (thrust
fault) aktif yang menyebabkan keseluruhan cekungan miring ke arah selatan (Adnan dkk.,
1991).

3. Fase Tektonik Cekungan jawa barat utara

3.1 Fase Tektonik Pertama


Pada

zaman akhir

Kapur

awal

tersier,

Cekungan Jawa

Barat

Utara

dapatdiklasifikasikan sebagai fore arc basin dengan dijumpainya orientasi structural mulai
dari Cileutuh, sub-Cekungan Bogor, Jatibarang, Cekungan Muriah dan Cekungan Florence
barat yang mengidentifikasikan kontrol Meratus Trend.Pada awal tersier, peristiwa
tumbukan antara lempeng Hindia dengan lempengEurasia mengaktifkan sesar mendatar
menganan utama Kraton Sunda. Sesar-sesar ini mengawali pembentukan cekungancekungan Tersier di Indonesia Bagian Barat dan membentuk Cekungan Jawa Barat Utara
sebagai pull apartbasin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.3.

Gambar I.3. Penampang Tektonik Kapur-Miosen (Martodjojo, 2003)


Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 6

Gempa Bumi 2015

Pada Cekungan Jawa Barat Utara, periode Paleogen dikenal sebagai Paleogen
Extensional Rifting. Tektonik ektensi ini membentuk sesar-sesar bongkah (half graben
system) dan merupakan fase pertama rifting (Rifting I : fill phase). Sedimen yang
diendapkan pada rifting I ini disebut sebagai sedimen synrift I. Cekungan awal rifting
terbentuk selama fragmentasi, rotasi dan pergerakan dari Kraton Sunda. Dua trend sesar
normal yang diakibatkan oleh perkembangan rifting-I (early fill) berarah N 600 W - N
400 W dikenal sebagai pola Sesar Sunda. Pada masa ini terbentuk endapan lakustrin dan
volkanik dari Formasi Jatibarang yang menutup rendahan-rendahan yang ada. Proses
sedimentasi ini terus berlangsung dengan dijumpainya endapan transisi Formasi Talang
Akar. Sistem ini kemudian diakhiri dengan diendapkannya lingkungan karbonat Formasi
Baturaja.

3.2 Fase Tektonik kedua


Fase tektonik kedua terjadi pada permulaan Neogen (Oligosen-Miosen) dan dikenal
sebagai Neogen Compressional Wrenching. Ditandai dengan pembentukan sesar-sesar
geser akibat gaya kompresif dari tumbukan Lempeng Hindia-Australia. Sebagian besar
pergeseran sesar merupakan reaktifasi dari sesar normal yang terbentuk pada periode
Paleogen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.7. Peristiwa ini mengakibatkan
terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan Jawa. Jalur volkanik periode Miosen Awal
yang sekarang ini, terletak di lepas pantai selatan Jawa. Deretan gunung api ini
menghasilkan endapan gunungapi bawah laut yang sekarang dikenal sebagai old
andesite yang tersebar di sepanjang selatan Pulau Jawa. Pola tektonik ini disebut Pola
Tektonik Jawa yang merubah pola tektonik tua yang terjadi sebelumnya, menjadi berarah
barat-timur dan menghasilkan suatu sistem sesar naik, dimulai dari Selatan (Ciletuh)
bergerak ke Utara. Pola sesar ini sesuai dengan sistem sesar naik belakang busur. Gambar
I.4. Penampang Tektonik Geologi Miosen Awal-Akhir Miosen Tengah (Martodjojo, 2003)

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 7

Gempa Bumi 2015

Gambar I.4. Penampang Tektonik Geologi Miosen Awal-Akhir Miosen Tengah


(Martodjojo, 2003)

3.3 Fase Tektonik Akhir


Fase tektonik akhir yang terjadi adalah pada Pliosen-Pleistosen, dimana terjadi proses
kompresi kembali dan terbentuk perangkap-perangkap struktur berupa sesar-sesar naik di
jalur Selatan Cekungan Jawa Barat Utara. Sesar-sesar naik yang terbentuk adalah sesar
naik Pasirjadi dan sesar naik Subang, sedangkan pada jalur utara Cekungan Jawa Barat
Utara terbentuk sesar turun berupa sesar turun Pamanukan. Akibat adanya perangkap
struktur tersebut terjadi kembali proses migrasi hidrokarbon. Fase Tektonik Akhir ini
diilustrasikan pada Gambar I.5. Penampang Tektonik Geologi Miosen Akhir-Resen
(Martodjojo, 2003)

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 8

Gempa Bumi 2015

Gambar I.5. Penampang Tektonik Geologi Miosen Akhir-Resen(Martodjojo, 2003)

4. Kerangka Tektonik Sub-Cekungan Jatibarang


Sub-cekungan Jatibarang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara.
Konfigurasi batuan dasar menunjukkan bahwa ada dua arah utama sesar yaitu barat lauttenggara serta utara-selatan (Gambar-1.6).
Ditinjau dari aspek tektonik dan stratigrafinya, pembentukan Sub-Cekungan
Jatibarang dipengaruhi oleh dua periode tektonik utama (Gambar-1.6), yaitu periode
tektonik sebelum Oligosen Akhir serta periode tektonik setelah Oligosen Akhir sampai
Resen. Periode tektonik sebelum Oligosen Akhir merupakan periode yang kita kenal
sebagai periode Subduksi Meratus. Pada akhir Oligosen Akhir terjadi perubahan arah
subduksi menjadi periode subduksi yang kita kenal sebagai periode Subduksi Jawa.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 9

Gempa Bumi 2015

Gambar-1.6 Sub Cekungan Jatibarang dipengaruhi oleh dua pola sistem subduksi
(modifikasi dari Adnan, 1991)

Pada periode sebelum Oligosen Akhir, Cekungan Jawa Barat utara ditafsirkan
sebagai cekungan busur (intra arc basin) (Adnan, 1991). Hal ini diinterpretasi dari
kerangka stratigrafi pada periode sebelum Oligosen Akhir. Hadirnya endapan vulkanik
Formasi Jatibarang pada sub-cekungan ini menandakan bahwa sub-cekungan ini berada
pada daerah lingkungan yang berdekatan dengan pusat vulkanisme. Kehadiran Formasi
Jatibarang yang didominasi oleh endapan vulkanik ini ditafsirkan sebagai bukti utama
keberadaan cekungan ini pada saat sebelum oligosen akhir ini adalah pada cekungan busur
(intra arc basin). Pada periode ini, sub-cekungan ini didominasi oleh gaya-gaya
ekstensional sehingga terbentuk dua buah sesar utama di sub-cekungan ini yang memiki
arah sesar searah dengan tegasan utama pada saat itu yaitu sesar OO dan sesar Brebes
(Gambar-1.7) berupa sesar turun berarah barat laut-tenggara (Riyacudu, 1999).

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 10

Gempa Bumi 2015

Gambar-1.7 Konfigurasi batuan dasar Sub-Cekungan Jatibarang (Ryacudu, 1999)


Periode tektonik berikutnya terjadi pada Akhir Oligosen/Miosen Awal sampai saat
ini, jalur penunjaman baru terbentuk di selatan Pulau Jawa. Jalur vulkanik pada waktu
periode Miosen Awal sampai sekarang ini berada di lepas pantai selatan Jawa (Martodjojo,
1989 op.cit Adnan, 1991). Deretan gunung api menghasilkan endapan gunung api bawah
laut yang dikenal sebagai old andecite tersebar sepanjang selatan Pulau Jawa ke Sumatera
sampai Nusa Tenggara dan mengakibatkan Sub-Cekungan Jatibarang menjadi pada posisi
(back arc basin).
Aktivitas tektonik pada periode ini merubah arah tegasan utama, yang tadinya
barat laut tenggara menjadi utara-selatan. Karena perubahan arah tegasan utama inilah,
Sesar OO dan sesar Brebes berubah status, dari sesar turun menjadi sesar geser dekstral
(Gambar-1.8). Sebagai akibatnya, terbentuklah pull apart basin di Sub-Cekungan
Jatibarang. Aktivitas tektonik ini menyebabkan terjadinya banyak sesar-sesar turun dengan
arah utama Utara-Selatan. Sesar-sesar utama ini berperan dalam pembentukan pola horst
dan graben pada cekungan ini.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 11

Gempa Bumi 2015

Gambar-1.8 Perubahan status sesar OO-Brebes dari sesar normal menjadi sesar geser
dekstral yang membentuk pull apart basin. (Mc, Clay dalam Ryacudu, 1999)

5. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Sub-cekungan Jatibarang terdiri dari: Batuan dasar (Kapur
Akhir), Formasi Jatibarang (Eosen Akhir), Kelompok Cibulakan Bawah yang terdiri dari
Formasi Talang Akar (Oligosen) dan Formasi Baturaja (Miosen Awal), Formasi
Cibulakan Atas (Miosen Tengah), Formasi Parigi (Miosen Akhir), dan Formasi Cisubuh
(Miosen Akhir hingga Pliosen). Kolom umum stratigrafi Cekungan Jawa Barat utara dapat
dilihat pada Gambar 1.9.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 12

Gempa Bumi 2015

Gambar-1.9 Stratigrafi Sub-Cekungan Jatibarang. (Adnan, 1991)


1. Batuan Dasar (Basement)
Litologi batuan dasar di Cekungan Jawa Barat utara adalah batuan beku berumur
Kapur Tengah sampai Kapur Atas, dan batuan metamorf berumur Tersier. Batuan
metasedimen derajat rendah (filit, sekis) hadir sebagai hasil dari subduksi yang berasosiasi
dengan busur Meratus yang aktif pada waktu Kapur hingga Paleosen. Batuan dasar yang
ditembus oleh bor di daerah Laut Jawa terdiri dari batuan metamorf dan batuan beku, juga
ditemukan argilit, monzonit, mikrodiorit dan granodiorit yang berumur 65.3 57.8 Ma
(Kapur Akhir hingga Paleosen).

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 13

Gempa Bumi 2015

2. Formasi Jatibarang
Litologi Formasi Jatibarang terdiri dari tuff, andesit porfiri, dan batulempung.
Formasi Jatibarang memiliki hubungan tidak selaras dengan batuan dasar, dan di atas
Formasi Jatibarang diendapkan secara tidak selaras Kelompok Cibulakan Bawah. Metode
penentuan umur (K-Ar dating) menunjukkan bahwa umur Formasi Jatibarang 40 32 Ma
atau Eosen Akhir hingga Oligosen Awal. Kehadiran Formasi Jatibarang di Cekungan Jawa
Barat utara merupakan suatu pertanda bahwa cekungan berada dekat dengan pusat
vulkanisma, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pada saat Formasi Jatibarang
diendapkan, posisi cekungan berada pada jalur gunung api (intra arc basin).
3. Kelompok Cibulakan Bawah
Kelompok Cibulakan Bawah terdiri dari dua formasi, yaitu Formasi Talang Akar
dan Formasi Baturaja. Secara keseluruhan, Kelompok Cibulakan Bawah diendapkan
secara tidak selaras di atas Formasi Jatibarang, dan di atas Kelompok Cibulakan Bawah
diendapkan secara selaras Formasi Cibulakan Atas.

Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar bagian bawah terdiri dari batupasir berbutir kasar dan
sedang, batulempung, paleosol, dan tuff jatuhan. Batuan ini diendapkan secara
tidak selaras di atas Formasi Jatibarang, menandai sistem half graben yang aktif.
Adanya alga lakustrin mengindikasikan lingkungan pengendapan daerah
kontinental. Berdasarkan studi nannofosil yang dilakukan pada Formasi Talang
Akar bagian bawah, diketahui umurnya adalah Oligosen Awal.
Formasi Talang Akar bagian atas terdiri dari batupasir, batulempung,
batubara, tuff dan batugamping. Interval bagian atas unit stratigrafi ini bersifat
lebih ke arah laut dan mengandung lebih banyak fauna laut dibanding interval di
bagian bawah, sehingga studi biostratigrafi dilakukan pada interval bagian atas,
dimana hasil studi biostratigrafi menunjukkan umur Oligosen Awal bagian bawah.
Interval bagian bawah mengindikasikan lingkungan paralik dengan hadirnya
lapisan batubara dan jarangnya fosil laut, sedangkan interval bagian atas
mengindikasikan lingkungan transisi sampai inner neritic dengan hadirnya batuan
karbonat, foram besar dan fauna laut lainnya.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 14

Gempa Bumi 2015

Kehadiran Formasi Talang Akar pada Cekungan Jawa Barat utara


mengindikasikan fase syn-rift pada siklus transgresi. Dapat diinterpretasikan, pada
fase pengendapan Formasi Talang Akar, cekungan sudah mulai jauh dari sumber
vulkanisma.

Formasi Baturaja
Litologi Formasi Baturaja didominasi oleh batugamping. Selain itu,
batulempung glaukonitik, napal dan dolomit juga ditemukan di bagian bawah.
Kehadiran foraminifera besar seperti Spiroclycpeus sp. dan batugamping yang
melimpah mengindikasikan lingkungan pengendapan adalah laut dangkal dengan
kedalaman sekitar 65 m. Berdasarkan studi biostratigrafi, umur Formasi Baturaja
adalah Miosen Awal. Kehadiran Formasi Baturaja ini manandakan kondisi
cekungan yang relatif stabil.

4. Formasi Cibulakan Atas


Formasi Cibulakan Atas terdiri dari lapisan batupasir yang tebal yang diselingi oleh
batulempung dan batugamping. Adanya penaikan secara tiba-tiba kuantitas sedimen
klastik setelah pengendapan interval batugamping Formasi Baturaja, diperkirakan akibat
terjadinya pengangkatan dan erosi yang kuat di daerah asal sedimen yang bersamaan
dengan penurunan secara perlahan daerah pengendapan akibat ketidakstabilan tektonik.
Formasi Cibulakan Atas dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Massive, Anggota
Main dan Anggota Pre-Parigi.
Ponto dkk. (1987) menginterpretasikan dua sistem pengendapan utama yang
mengontrol sedimentasi di Formasi Cibulakan Atas , yaitu sistem pengendapan delta dan
laut dangkal. Formasi Cibulakan Atas secara selaras diendapkan di atas Formasi Baturaja,
dan di atas Formasi Cibulakan Atas diendapkan secara selaras pula Formasi Parigi.
Berdasarkan studi paleontologi, Formasi Cibulakan Atas berumur Miosen Awal hingga
Miosen Tengah.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 15

Gempa Bumi 2015

5. Formasi Parigi
Litologi Formasi Parigi didominasi oleh batugamping dengan sisipan dolomit,
batugamping pasiran, dan batulempung gampingan. Formasi Parigi diendapkan di
lingkungan laut dangkal (inner-middle neritic). Berdasarkan studi foraminifera planktonik,
umur Formasi Parigi Miosen Akhir. Di atas Formasi Parigi diendapkan secara selaras
Formasi Cisubuh. Kehadiran batugamping Formasi Parigi ini menunjukkan kondisi
cekungan pada saat itu (Miosen Akhir) relatif stabil. Orientasi cekungan berarah barattimur sehingga akan diperoleh penipisan Formasi Parigi ke arah selatan yaitu zona bogor.

6. Formasi Cisubuh
Litologi Formasi Cisubuh terdiri dari batulempung dengan kekerasan yang buruk
dan kadang-kadang disisipi oleh batupasir dan batugamping. Fauna laut banyak dijumpai
di bagian bawah Formasi Cisubuh dan semakin berkurang ke bagian atas. Hal ini
menunjukkan bahwa Formasi Cisubuh bagian bawah diendapkan pada lingkungan innerneritic dan bergradasi ke atas menjadi litoral-paralik. Di atas Formasi Cisubuh secara tidak
selaras diendapkan endapan Kuater. Berdasarkan studi foraminifera planktonik dan
foraminifera bentonik kecil, Formasi Cisubuh berumur Miosen Akhir hingga PlioPlistosen.

7. Endapan Kuater
Litologi endapan Kuater terdiri dari kerakal, pasir, dan lempung yang dipisahkan
oleh bidang ketidakselarasan dengan Formasi Cisubuh. Pada tahapan ini, dapat
diinterpretasikan bahwa cekungan mengalami pergeseran ke arah utara.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 16

Gempa Bumi 2015

6. Petroleum System Cekungan Jawa Barat Utara


Hampir seluruh Formasi di Cekungan Jawa Barat Utara dapat menghasikan
hidrokarbon yang mempunyai sifat berbeda, baik dari lingkungan pengedapan maupun
porositas batuannya. Model Petroleum system pada Cekungan Jawa Barat Utara
ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Petroleum system Cekungan Jawa Barat Utara (Budiyani dkk., 1991).
a) Bantuan Induk (Source Rock)
Pada Cekungan Jawa Barat Utara terdapat tiga tipe utama batuan induk, yaitu
lacustrine shale (oil prone), fluvio deltaic coals, fluvio deltaic shales (oil dan gas prone)
dan marin claystone (bacterial gas). Studi geokimia dari minyak mentah yang ditemukan
di Pulau Jawa dan lapangan lepas pantai Arjuna menunjukan bahwa fluvio deltaic dan
shale dari Formasi Talang Akar bagian atas berperan dalam pembentukan batuan induk
yang utama. Beberapa peran serta dari lacustrine shales juga ada, terutama pada subCekungan Jatibarang. Kematangan batuan induk di Cekungan Jawa Barat Utara ditentukan
oleh analisis batas kedalaman minyak dan kematangan batuan induk pada puncak Gunung
Jatibarang atau dasar/puncak dari Formasi Talang Akar atau bagian bawah dari Formasi
Baturaja (Reminton dan Pranyoto, 1985).

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 17

Gempa Bumi 2015

Lacustrine Shale
Lacustrine Shale terbentuk pada suatu periode syn rift dan berkembang
dalam 2 macam fasies yang kaya material organik. Fasies pertama adalah fasies
yang berkembang selama initial-rift fill. Fasies ini berkembang pada Formasi
Banuwati dan ekuivalen Formasi Jatibarang sebagai lacustrine clastic dan vulkanik
klastik. Fasies kedua adalah fasies yang terbentuk
Selama akhir syn rift dan berkembang pada bagian bawah ekuivalen
denganFormasi Talang Akar. Pada Formasi ini, batuan induk dicirikan oleh
klastiknon-marin

berukuran

kasar

dan

interbedded

antara

batupasir

denganlacustrine shale.

Fluvio Deltaic Coal dan Shale


Batuan induk ini dihasilkan olen ekuivalen Formasi Talang Akar yang
dideposisikan selama post rift sag. Fasies ini dicirikan oleh coal bearing sedimen
yang terbentuk pada sistem fluvial pada Oligosen Akhir. Batuan induk tipe ini
menghasilkan minyak dan gas.

Marin Lacustrine
Batuan induk ini dihasilkan oleh Formasi Parigi dan Cisubuh padacekungan
laut. Batuan induk ini dicirikan oleh proses methanogenic bacteria yang
menyebabkan degradasi material organik pada lingkungan laut.

b) Reservoar
Semua Formasi dari Jatibarang sampai Parigi merupakan interval dengan sifat fisik
reservoir yang baik sehingga banyak lapangan mempunyai daerah dengan cadangan yang
berlipat. Cadangan terbesar adalah yang mengandung batupasir pada Main atau Massive
dan Formasi Talang Akar. Selain itu, minyak telah diproduksi dari rekahan volkanoklastik
dari Formasi Jatibarang. Pada daerah dimana batugamping Baturaja mempunyai porositas
yang baik,akumulasi endapan yang agak besar mungkin dapat dihasilkan. Timbunan
pasokan sedimen dan laju sedimentasi yang tinggi pada daerah shelf,diidentifikasi dari
clinoforms yang menandakan adanya progradasi. Pemasukan sedimen ini disebabkan oleh
Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 18

Gempa Bumi 2015

perpaduan ketidakstabilan tektonik yangmerupakan akibat dari subsiden yang terusmenerus pada daerah foreland dariLempeng Sunda (Hamilton, 1979). Pertambahan yang
cepat dalam sedimenklastik dan laju subsiden pada Miosen Awal diinterprestasikan
sebagai sebabdari perhentian deposisi batugamping Baturaja. Anggota Main dan Massive
menjadi dasar dari sequence transgressive marin yang sangat lambat, kecuali yang
berdekatan dengan akhir dari deposisi anggota Main. Ketebalan seluruh sedimen
bertambah dari 400 feet pada daerah yang berdekatan dengan paleoshoreline menjadi lebih
dari 5000 feet pada sub-Cekungan Ardjuna.

c) Tipe Jebakan (Trap)


Tipe Jebakan di semua sistem petroleum Cekungan Jawa Barat Utara sangat mirip. Hal
ini disebabkan evolusi tektonik dari semua cekungan sedimen sepanjang batas selatan dari
Kraton Sunda, tipe struktur geologi dan mekanisme jebakan yang hampir sama. Bentuk
utama struktur geologi adalah domeanticlinal yang lebar dan jebakan dari blok sesar yang
miring. Pada beberapa daerah dengan reservoar reef build up, perangkap stratigrafi juga
berperan. Perangkap stratigrafi yang berkembang umumnya dikarenakan terbatasnya
penyebaran batugamping dan perbedaan fasies. Himpunan batuan dasar padadaerah lepas
pantai Cekungan Jawa Barat Utara berkomposisi batuan metamorfdan batuan beku.
Berdasarkan umur batuan dasar, metamorfisme regionalberakhir selama zaman Kapur
Akhir selama deformasi, uplift, erosi danpendinginan yang terus-menerus sampai dengan
Paleosen (Sinclair dkk., 1995).
d) Jalur Migrasi (Proper Timing of Migration)
Migrasi hidrokarbon terbagi menjadi tiga, yaitu migrasi primer, sekunder dan tersier.
Migrasi Primer adalah perpindahan minyak bumi dari batuan induk dan masuk ke dalam
reservoar melalui lapisan penyalur (Koesoemadinata,1980). Migrasi sekunder dianggap
sebagai pergerakan fluida dalam batuan penyalur menuju trap. Migrasi tersier adalah
pergerakan minyak dan gas bumi setelah pembentukan akumulasi yang nyata. Jalur untuk
perpindahan hidrokarbon mungkin terjadi dari jalur kedua yang lateral atau vertikal
daricekungan awal. Migrasi lateral mengambil tempat didalam unit-unit lapisan dengan
permeabilitas horizontal yang baik, sedangkan migrasi vertikal terjadi ketika migrasi yang
utama dan langsung berupa tegak menuju lateral. Jalur migrasi lateral berciri tetap dari
Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 19

Gempa Bumi 2015

unit-unit permeabel. Pada Cekungan JawaBarat Utara, saluran utama untuk migrasi lateral
lebih banyak berupa celah batupasir yang mempunyai arah utara-selatan dari Formasi
Talang Akar danmirip dengan orientasi sistem batupasir dalam anggota Main maupun
Massive(Formasi Cibulakan Atas). Sesar menjadi saluran utama untuk migrasi
vertikaldengan transportasi yang cepat dari cairan yang bersamaan waktu denganperiode
tektonik aktif dan pergerakan sesar.
e) Lapisan Tudung (Seal)
Lapisan penutup atau lapisan penudung merupakan lapisan impermiabel yang
dapat menghambat atau menutup jalannya hidrokarbon. Lapisan ini jugabiasa disetarakan
denga lapisan overbuden. Lapisan yang sangat baik adalah batulempung. Pada Cekungan
Jawa Barat Utara, hampir setiap Formasi memiliki lapisan penutup yang efektif. Namun,
Formasi yang bertindak sebagai lapisan penutup utama adalah Formasi Cisubuh karena
Formasi ini memiliki litologi yang impermiabel yang cocok sebagai penghalang bagi
hidrokarbon untuk bermigrasi lebih lanjut.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 20

Gempa Bumi 2015

DAFTAR PUSTAKA
Reza Aditya Hernawan, 2010, Inversi Impedansi Elastik Untuk Identifikasi Penyebaran
Reservoar Batupasir Studi Kasus Lapangan Aditya FormasiTalang Akar Cekungan Jawa
Barat Utara, ITB.
Probo Wahyu Ananto, 2007, Analisis Sistem Petroleum dan Estimasi Sumberdaya
Hidrokarbon Interval Formasi Baturaja Tengah-Atas(Ekuivalen), Daerahh Bravo, SubCekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara, ITB.

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 21

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 22

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 23

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 24

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 25

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 26

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 27

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 28

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 29

Gempa Bumi 2015

Ekskursi Fractured Basement Reservoir

Page 30

Вам также может понравиться