Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga

pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang


mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,
tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut
tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode
etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan
memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral.

Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan selama
menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
B. Tujuan
1) Terciptanya pelayanan kebidanan yang komprehensif sesuai kewenangan
dan tanggung jawab seorang bidan.
2) Mengetahui konflik pelayayanan kebidanan
3) Agar dapat mengetahui legal aspek praktik kebidanan

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONFLIK ETIK PELAYANAN KEBIDANAN
Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif bagi
bidan untuk menghindarkan dari prasangka dalam melakukan pekerjaannya. Etik
memliki dimensi kode etik, yaitu : anggota profesi & klien, anggota profesi &
sistem kesehatan, anggota profesi & profesi kesehatan, sesama anggota profesi
Kode etik merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan
tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang
berhubungan dengan klien, keluarga masyarakat, teman sejawat, profesi dan
dirinya sendiri
Kode etik memiliki prinsip, yaitu :
1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
4. Memperlakukan manusia secara adil
5. Menjelaskan dengan benar
6. Menepati janji yang telah disepakati
7. Menjaga kerahasiaan
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjukpetunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
3

profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga & memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan
meningkatkan mutu profesi
Fungsi kode etik adalah sebagai :
1. Panduan, kode etik memberi bantuan dalam memberikan panduan dengan
fasilitasdalam menjalankan pekerjaan profesional
2. Peraturan, menentukan beberapa peraturan dalam suatu kelompok profesi
seperti tanggung jawab moral, tindakan yang standar, nilai-nilai khas suatu
profesi, izin profesi.
3. Disiplin, mengatur tingkah laku yang melanggar hukum dengan
mengidentifikasi dan menentukan jenis tindakan serta membuat instrument
yang menjadi peraturan tetap dimana profesi berada.
4. Pelindung, melindungi masyarakat termasuk anggota masyarakat yang
menerima profesi.
5. Informasi, memberikan informasi kepada masyarakat diluar profesi (Klien,
kolega, pekerja, masy) tentang standar shg profesi mendapat kepercayaan.
6. Pernyataan, menyatakan eksistensi dengan mengumumkan aspirasi
kelompok ttg status profesi dgn kehormatan moral dan otonomi
7. Negosiasi, menyediakan alat dalam negosiasi dan perdebatanantara profesi,
colega, pekerjaan, pemerintah dengan memberikan penjelasan ttg kebenaran
Sikap Termasuk Tindakan.

1. Kode Etik Kebidanan


Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesi. Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disyahkan dalam kongres Nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk
pelaksanaannya disyahkan dalam rapat kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991,
sebagai pedoman dalam berprilaku. Kode etik bidan Indonesia mengandung
beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masy (6)
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3)
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2)
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3)
5. Kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri (2)
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2)
7. Penutup (1)

2. contoh konflik (studi kasus)


Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat

mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu


tindakan.
Kasus 1 :
Disuatu desa , ada ditempatkan seorang bidan bernama buk neneng , buk neneng
ini terkenal sekali materialistis . Sampai-sampai pelayanan yang di berikannya
saja tergolong materialiastis . Suatu hari datang pasien bernama liska untuk
bersalin . Setelah persalinan selesai suami dari Liska tidak bisa membayar semua
uang persalinannya dengan lunas . Si bidan tidak terima dengan hal tersebut dan
terus mendesak untuk melunasinya dan menceritakan kepada semua orang .
Seharusnya sebagai seorang bidan janganlah dinilai masyarakat sebagai sosok
yang materialistis karena bidan menolong persalinan itu berdasarkan hati nurani .
Kasus 2 :
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih
selama dua tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny Ani usia
kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa sakit sejak 5 jam yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin
dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk
ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasi SC. Namun keluarga klien
terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya untuk
membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa
tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak
mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga
bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal
ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak
sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu
mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar
dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak
sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun
menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut.
Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi

lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan
bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun juga
tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak
sesuai prosedur.

B. ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Pelayanan Kebidanan adalah Penerapan ilmu kebidanan yang difokuskan
pada pelayanan kesehatan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi
tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan
kesehatan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia
sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.
a. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan
Latar belakang sistem legislasi tenaga bidan di Indonesia, yaitu :
1. UUD 1945
Pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya pembangunan dalam bidang
kesehatan yaitu pembangunan di segala bidang guna kepentingan , keselamatan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia secara terarah,
terpadu, dan berkesinambungan.
2. UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan dari Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative sebagai upaya peningkatan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa
kelahiran, dan masa bayi serta tumbuh kembang balita. Sumber daya manusia

yang berkualitas , memiliki pengetahuan dan kemampuan sehingga mampu


survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing
3. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia , karena
pelayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama masa kesehatan reproduksi
sejak remaja, calon pengantin, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa
klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak
pra sekolah.
4. Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah Derajat kesehatan
yang optimal dengan strategi Paradigma sehat, profesionalisme, JPKM, dan
Desentralisasi.
b. Legislasi, Registrasi Dan Lisensi Praktek
1. Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan Undang- Undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan Sertifikasi
(pengaturan kompetensi), Registrasi ( pengaturan kewenangan ), dan Lisensi
( pengaturan penyelenggaraan kewenangan ).
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal. Bentuk sertifikasi dari pendidikan formal
adalah ijasah yang diperoleh melalui ujian nasional, sedangkan dari pendidikan
non formal berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional. Sertifikasi
menunjukkan penguasaan kompetensi tertentu
Tujuan Legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan . Bentuk perlindungan meliputi :
a) Mempertahankan kualitas pelayanan
b) Memberikan kewenangan
c) Menjamin perlindungan hukum
d) Meningkatkan profesionalisme
Peran Legislasi adalah :
a) Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan
profesi sendiri.
b) Pemberian pelayanan professional.

Bidan dikatakan professional, jika memenuhi beberapa kriteria antara lain :


a) Mandiri
b) Peningkatan Kompetensi
c) Praktek berdasarkan evidence based
d) Penggunaan berbagai sumber informasi
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan kepada pasien ( individu, keluarga, dan masyarakat ) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Masyarakat membutuhkan pelayanan yang
aman dan berkualitas, serta butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi.
Ada beberapa hal yang menjadi sumber ketidakpuasan pasien atau masyarakat
terhadap pelayanan :
a) Pelayanan yang kurang aman
b) Sikap petugas kurang baik
c) Komunikasi yang kurang
d) Kesalahan prosedur
e) Sarana kurang baik
f) Tidak ada penjelasan, bimbingan, informasi atau pendidikan kesehatan.
2. Registrasi
Registrasi

adalah

proses

dimana

seorang

tenaga

profesi

harus

mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan
kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh badan tersebut.
Registrasi bidan merupakan proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi
yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya.
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan
haknya untuk mendapatkan ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi persyaratan
administrasi untuk lisensi.
Tujuan Registrasi :
a. Tujuan umum adalah melindungi masyarakat dari mutu pelayanan profesi
b. Tujuan Khusus, antara lain ;
1) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan
IPTEK .
2) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam

penyelesaian kasus mal praktik


3) Mendata jumlah bidan yang melakukan praktik.
3. Aplikasi Proses registrasi dalam praktik kebidanan adalah
Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan
registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana Institusi Pendidikan
berada guna untuk memperoleh Surat Ijin Bidan ( SIB ) selambatnya 1 bulan
setelah menerima ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No 900 / Menkes / SK / VII / 2002
meliputi :
Foto copi ijazah bidan
Foto copi transkrip nilai akademik
Surat keterangan sehat dari dokter
Pas foto sebanyak 2 lembar
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, merupakan dasar untuk
penerbitan Surat Ijin Praktik Bidan ( SIPB ). SIB tidak berlaku lagi karena masa
berlakunya habis dan tidak mendaftar ulang, atas permintaan sendiri, dicabut atas
dasar ketentuan perundang undangan yang berlaku.
4.Lisensi Praktek
Lisensi merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang , berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
telah teregistrasi untuk melakukan pelayanan mandiri.
Tujuan dari lisensi adalah:
a. Tujuan Umum lisensi adalah Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi
b. Tujuan Khusus :
1) Memberikan kejelasan batas wewenang
2) Menetapkan sarana dan prasarana
Aplikasi lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB. SIPB adalah
bukti tertulis yang diberikan Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan
praktik setelah memenuhi persyaratan. SIPB diperoleh dengan cara, mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat
dengan memenuhi persyaratan :

Foto copi SIB yang masih berlaku


Foto copi ijazah bidan
10

Surat persetujuan atasan


Surat keterangan sehat dari dokter
Pas foto sebanyak 2 lembar
Rekomendasi dari organisasi profesi

Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi , terlebih dahulu dilakukan


penilaian terhadap kemampuan keilmuan dan ketrampilan, kepatuhan terhadap
kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian
diaplikasikan dengan uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi.
Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan bidan benar benar
kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dengan tujuan utama
menurukan angka kematian ibu dan anak.
Dalam rancangan uji kompetensi apabila tidak lulus, maka menjadi binaan Ikatan
Bidan Indonesia ( IBI ) setempat. Menurut Kepmenkes No 900 / Menkes / SK/
VII / 2002 SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali.
Otonomi dalam pelayanan kebidanan Akuntabilitas Bidan dalam menjalankan
praktik kebidanana merupakan suatu hal yang penting dan dituntut dari suatu
profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggungjawaban atau tanggung gugat

( accountability )

atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari evidence based.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus ditingkatkan mutunya melalui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan


Penelitian dalam bidang kebidanan
Pengembangan IPTEK dalam bidang kebidanan
Akreditasi
Sertifikasi
Registrasi
Uji Kompetensi
Lisensi

11

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan, antara lain :
1. Kepmenkes RI No 900 / Menkes / SK/ VII / 2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001
3. Kepmenkes RI No 369 / Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang Standar Profesi
Bidan
4. UU Kesehatan No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
5. PP No 32 tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan
6. Kepmenkes RI No 1277 / Menkes/ SK /XI/ 2001 Tentang Organisasi dan
Tata
Kerja Depkes
7. UU No 22 tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
8. UU No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi
10. KUHAP, KUHP Tahun 1981
11. Peraturan Menkes RI No 585 / Menkes/ Per / IX/ 1989 Tentang
Persetujuan
Tindakan Medik
12. UU yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana
a) UU No 10 tahun 1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan
pembangunan Keluarga Sejahtera
b) UU No 23 Tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan di dalam Rumah Tangga.

C. PENGERTIAN MALAPRAKTIK
Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti
pelaksanaan atau tindakan yang salah. Definisi malpraktik profesi kesehatan
adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang
lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los
Angelos, California, 1956).

12

Pengertian

malpraktik

medik

menurut

WMA

(World

Medical

Associations) adalah Involves the physicians failure to conform to the standard of


care for treatment of the patients condition, or a lack of skill, or negligence in
providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient
(adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi terhadap
pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien, yang
menjadi

penyebab

langsung

terhadap

terjadinya

cedera

pada

pasien).

Dalam suatu kasus di California tahun 1956 (Guwandi, 1994)


mendefinisikan Malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat
untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang
lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di
lingkungan wilayah yang sama(Malpractice is the neglect of a physician or nuse
to apply that degree of skil and learning on treating and nursing a patient which is
customarily applied in treating and caring for the sick or wounded similiarly in the
same community).
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan
malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan
sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi
orang lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan
berisko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik
dan terksait dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar
pelayanan profesional Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya
dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi
seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan pendidikan (Vestal,K.W,
1995).Hal ini bih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah
suatu batasan spesifik dari kelalaian.Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan
oleh yang telah terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang
ditampilkan dalam pekerjaannya.Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan
13

untuk menggambarkan kelaliaian oleh perawat dalam melakukan kewjibannya


sebagai tenaga keperawatan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :
1.Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang
tenaga kesehatan.
2.Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan
kewajibannya (negligence)
3.Melanggar suatu ketentuan

menurut

atau

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan.
a. Bentuk-Bentuk Malapraktik
Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggung-jawab secara
profesi bisa digolongkan sebagai berikut:
1. Malpractice
Kelalaian karena tindakan kurang hati-hati seseorang yangdianggap
profesional.
2. Maltreatment
Cara perlakuan perawatan yang tidak tepat atau tidak terampil dalam bertindak.
3. Non feasance
Kegagalan dalam bertindak dimana disitu terdapat suatutindakan yang harus
dilakukan.
4. Misfeasance
Melakukan tindakan yang tidak tepat yang seharusnyadilakukan dengan
tepat.
5. Malfeasance
Melakukan hal yang bertentangan dengan hukum atautindakan yang
dapat dikategorikan tidak tepat.
6.

Criminal negligence
14

Melakukan tindakan dengan mengabaikan keselamatan


orang lain walaupun sebenarnya mengetahui bahwatindakannya dapat
mencelakakan orang lain.

15

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu
yang abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian
filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami
secara relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang secara
umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi
kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan
peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan
pada kode etik dan standar profesi.

16

Вам также может понравиться