Вы находитесь на странице: 1из 3

Daripada sibuk memaki-maki Presiden Jokowi yang kurus ini, dikarenakan melemahnya

Rupiah terhadap US dollar, silahkan mencoba baca tulisan ini sebentar saja. Bukan supaya
pinter, minimal supaya sedikit paham kenapa dolar naik meskipun perekonomian kita juga
naik.
Nilai tukar rupiah, saat tulisan ini dibuat, 1 dolar mencapai Rp. 13.460 per dollar. Angka
objektif ini secara subjektif dan secara de facto dibaca dengan banyak lafal.
Yang hobi jalan keluar negeri, yang suka barang impor, dan musuh politik Jokowi
menyebutnya sebagai rupiah lagi jeblok. Yang punya produk ekspor, termasuk UKM kreatif
yang sudah mulai pinter, diam-diam bilang, rejeki nomplok memang nggak kemana. Kaum
realis non politis, plus nggak punya uang buat keluar negeri, plus senang menyanyikan lagu
sumbang cintailah ploduk-ploduk produk-produk Indonesia akan ikut menyanyikan paduan
suara kelas dunia: emang dollar AS sedang perkasa, kita mau apa?
Betapa tidak. Dollar AS memang sedang perkasa-perkasanya, terhadap hampir semua mata
uang dunia.
EURO, Terhadap euro, dollar AS mencapai titik tertingginya dalam 10 tahun terakhir.
Pertengahan 2005, per satu euro dihargai sekitar 1,25 dollar. Setelah itu euro terus berjaya,
dan mencapai puncaknya pada Juli 2008. Waktu itu satu euro dihargai 1,58 dollar. Anda tentu
masih ingat, ini adalah ketika dunia heboh oleh kasus sub-prime mortgage. Setelahnya, nilai
tukar keduanya selalu saling adu kuat. Tapi sejak April 2011 dolar terus semakin berjaya, dan
euro melemah. Juli ini AS berada di puncak kejayaannya terhadap euro. Akhir Juli ini satu
euro bisa dibeli hanya dengan 1,09 dollar AS.
YEN, Nasib yen sama saja. Tak berdaya melawan kekuatan dollar AS. Saat tulisan ini dibuat,
dollar AS berada pada puncak tertingginya sejak Juni 2007. Waktu itu kekuatan dollar ditakar
pada angka 123,88 yen. Setelahnya dolar terus melemah hingga titik terendahnya pada
Oktober 2011, ketika dollar As berharga 76 yen. Tapi sejak saat itu dollar terus melambung,
dan lagi-lagi, sekarang sudah melampaui titik tertinggi 2007 tadi. Harga dollar sekarang
sudah mencapai 125 yen lebih sedikit.
SGD, Mau bicara dollar Singapura? Sama saja. Dalam rentang yang lebih pendek, dollar AS
juga memperlihatkan otot perkasanya. Saat ini untuk membeli satu dollar AS diperlukan 1,38
dollar singapura, melampaui rekor yang dicatat pada april 2011 sebesar 1,31 dollar. Lebih
spesifik lagi, kalau melihatnya sejak Oktober 2012, grafik dollar AS bergerak ke kanan atas.
AUD, Mau dibandingkan dengan dollar Australia? Sama saja, kawan. Di hadapan dollar
kanguru ini, saat ini si greenback dihargai paling mahal sejak Juli 2009. Waktu itu orang
membeli dollar AS pada harga 1,29 dollar kanguru. Lha sekarang harga apel washington
dollar AS sudah mencapai 1,36 dollar ausie. Padahal, di antara kedua waktu itu, pernah
dengan 0,91 dollar australia orang sudah bisa membeli satu dollar AS.
CAD, Dollar Kanada? Sama saja. Kalau kita buat grafiknya sejak Maret 2009 sampai
sekarang, kita lihat gambar mangkok yang sangat cekung. Dari 1,3 dollar kanada per dollar
Amerika, grafiknya terus menurun dan mencapai titik paling jebloknya pada Juli 2011. Harga

dollar AS pernah nyungsep di angka 0,94 dollar Kanada. Tapi sekarang jangan ditanya.
Orang Kanada harus keluar duit 1,3 dollar setempat untuk mendapat satu dollar AS.
Guncangan nilai tukar seperti ini, sebagaimana saya sebut di paragraf pertama, memang
mendatangkan tawa dan air mata, pada saat yang sama. Di perekonomian yang saya sebutkan
di atas situasinya sama. Pertanyaannya adalah, apakah intensitas tawa dan air mata itu akan
meningkat, datar, menurun, atau akan berganti posisi? Yang menangis akan tertawa, dan
sebaliknya?
Di Amerika pun situasinya sama. Ada yang tertawa, ada yang berduka. Perusahaanperusahaan manufaktur negara itu (umumnya berorientasi ekspor) sudah mulai berteriakteriak sejak awal tahun ini. Perusahaan-perusahaan seperti Schlumberger, P&G, Coca Cola,
IBM, Facebook dan banyak di antara perusahaan dalam daftar SP-500 lainnya yang
berteriak pemasukannya terjungkal. Penyebabnya seragam. Pendapatan dalam mata uang
asing (bagi mereka), biaya produksi (terutama tenaga kerja) dalam dollar AS.
Nah, kelompok yang terakhir ini mulai berteriak-teriak supaya negaranya tidak ngotot
memegang kebijakan dollar perkasa (strong dollar policy).
Upsss jadi, dollar yang perkasa adalah hasil sebuah kebijakan? Kebijakan Amerika
Serikat?
Apa boleh buat, Menkeu Amerika Serikat sendiri, Jacob Lew, yang wajah dan rambutnya
mirip Haji Lulung, mengatakan bahwa dollar yang kuat mencerminkan kuatnya ekonomi
Amerika. Entah berapa kali dia bilang begini, Gue sih konsisten dan sejalan ame semua
pendahulu gue. Dollar yang kuat nunjukin ekonomi Amrik yang kuat. Kalau ente jujur
ngliatnye, ekonomi Amrik sekarang lagi bagus-bagusnye.
Lah apakah Amerika, secara makro nggak kelimpungan kalau dollarnya terlalu mahal?
Banyak analis yang bilang, nggak masalah. Sebab, secara struktur, ekonomi Amerika jauh
lebih mandiri dibanding dengan negara-negara lain di dunia. Secara global perekonomian
Amerika tidak terlalu dipengaruhi oleh ekspor-impor. Pendek kata, Amerika adalah negara
yang paling tidak peduli dengan defisit perdagangan. Lagi pula, kalaupun ekspor Amerika
Jeblok, jangan salah. Mereka tetap bisa menangguk untung global, yakni dengan impor
minyak dan bahan baku pada harga [sangat] murah. [Bayangkan, sudah harga minyak jeblok,
dollarnya kuat lagi. Ada yang seberuntung Amerika Serikat?] Sementara itu inflasi dalam
negeri bisa ditekan pada tingkat yang amat rendah dan pada gilirannya suku bunga juga bisa
ditekan. Ada yang mau melawan? Nah. Jadi mau memaki atau mau berdoa buat Jokowi
atau buat Obama silakan saja (ARN/DS/MM/Yuni Fauzan)
sumber data dan kutipan: the fed, indexmundi, reuters, bbc, wall street journal
Bagikan ini:

Вам также может понравиться