Вы находитесь на странице: 1из 22

Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia dengan Akta di

Bawah Tangan
Perjanjian fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditor kepada
debitor yang melibatkan penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya
masih dalam penguasaan pemilik jaminan.
Oleh: Grace P. Nugroho, SH*) RABU, 10 OKTOBER 2007
Tetapi untuk menjamin kepastian hukum bagi kreditor maka dibuat akta yang dibuat oleh
notaris dan didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Nanti kreditor akan memperoleh
sertifikat jaminan fidusia berirah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, memiliki kekuatan hak eksekutorial langsung apabila debitor
melakukan pelanggaran perjanjian fidusia kepada kreditor (parate eksekusi), sesuai UU
No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Lalu, bagaimana dengan perjanjian fidusia yang tidak di buatkan akta notaris dan
didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia alias dibuat dibawah tangan? Pengertian akta di
bawah tangan adalah sebuah akta yang dibuat antara pihak-pihak dimana pembuatanya tidak
di hadapan pejabat pembuat akta yang sah yang ditetapkan oleh undang-undang (notaris,
PPAT dll).
Akta di bawah tangan bukanlah akta otentik yang memiliki nilai pembuktian sempurna.
Sebaliknya, akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di depan pejabat yang ditunjuk
oleh Undang-Undang dan memiliki kekuatan pembuktian sempurna. Untuk akta yang
dilakukan di bawah tangan biasanya harus diotentikan ulang oleh para pihak jika hendak
dijadikan alat bukti sah, misalnya di pengadilan. Pertanyaannya adalah apakah sah dan
memiliki kekuatan bukti hukum suatu akta di bawah tangan? Menurut pendapat penulis, sahsah saja digunakan asalkan para pihak mengakui keberadaan dan isi akta tersebut. Dalam
prakteknya, di kampung atau karena kondisi tertentu menyebabkan hubungan hukum
dikuatkan lewat akta di bawah tangan seperti dalam proses jual beli dan utang piutang.
Namun, agar akta tersebut kuat, tetap harus dilegalisir para pihak kepada pejabat yang
berwenang.
Saat ini, banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank umum maupun perkreditan)
menyelenggarakan pembiayaan bagi konsumen (consumer finance), sewa guna usaha
(leasing), anjak piutang (factoring). Mereka umumnya menggunakan tata cara perjanjian
yang mengikutkan adanya jaminan fidusia bagi objek benda jaminan fidusia. Prakteknya
lembaga pembiayaan menyediakan barang bergerak yang diminta konsumen (semisal
motor atau mesin industri) kemudian diatasnamakan konsumen sebagai debitur
(penerima kredit/pinjaman). Konsekuensinya debitur menyerahkan kepada kreditur
(pemberi kredit) secara fidusia. Artinya debitur sebagai pemilik atas nama barang menjadi
pemberi fidusia kepada kreditur yang dalam posisi sebagai penerima fidusia. Praktek
sederhana dalam jaminan fidusia adalah debitur/pihak yang punya barang mengajukan
pembiayaan kepada kreditor, lalu kedua belah sama-sama sepakat mengunakan jaminan
fidusia terhadap benda milik debitor dan dibuatkan akta notaris lalu didaftarkan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia. Kreditur sebagai penerima fidusia akan mendapat sertifkat fidusia,
dan salinannya diberikan kepada debitur. Dengan mendapat sertifikat jaminan fidusia
maka kreditur/penerima fidusia serta merta mempunyai hak eksekusi langsung (parate

eksekusi), seperti terjadi dalam pinjam meminjam dalam perbankan. Kekuatan hukum
sertifikat tersebut sama dengan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.
Fakta di lapangan menunjukan, lembaga pembiayaan dalam melakukan perjanjian
pembiayaan mencamtumkan kata-kata dijaminkan secara fidusia. Tetapi ironisnya tidak
dibuat dalam akta notaris dan tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia untuk
mendapat sertifikat. Akta semacam itu dapat disebut akta jaminan fidusia di bawah
tangan.
Jika penerima fidusia mengalami kesulitan di lapangan, maka ia dapat meminta pengadilan
setempat melalui juru sita membuat surat penetapan permohonan bantuan pengamanan
eksekusi. Bantuan pengamanan eksekusi ini bisa ditujukan kepada aparat kepolisian,
pamong praja dan pamong desa/kelurahan dimana benda objek jaminan fidusia
berada. Dengan demikian bahwa pembuatan sertifikat jaminan fidusia melindungi penerima
fidusia jika pemberi fidusia gagal memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam
perjanjian kedua belah pihak.
Akibat Hukum
Jaminan fidusia yang tidak dibuatkan sertifikat jaminan fidusia menimbulkan akibat hukum
yang komplek dan beresiko. Kreditor bisa melakukan hak eksekusinya karena dianggap
sepihak dan dapat menimbulkan kesewenang-wenangan dari kreditor. Bisa juga karena
mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia biasanya tidak full sesuai dengan nilai
barang. Atau, debitur sudah melaksanakan kewajiban sebagian dari perjanjian yang
dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian
milik debitor dan sebagian milik kreditor. Apalagi jika eksekusi tersebut tidak melalui
badan penilai harga yang resmi atau badan pelelangan umum. Tindakan tersebut dapat
dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH) sesuai diatur dalam Pasal 1365
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dapat digugat ganti kerugian.
Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek fidusia di bawah tangan masuk dalam tindak
pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan pemaksaan dan ancaman
perampasan. Pasal ini menyebutkan:
1.
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang
lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan.
2.
Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi
kejahatan ini.
Situasi ini dapat terjadi jika kreditor dalam eksekusi melakukan
pemaksaan dan mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui
dalam barang tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
Walaupun juga diketahui bahwa sebagian dari barang tersebut adalah
milik kreditor yang mau mengeksekusi tetapi tidak didaftarkan dalam di
kantor fidusia. Bahkan pengenaan pasal-pasal lain dapat terjadi

mengingat bahwa dimana-mana eksekusi merupakan bukan hal yang


mudah, untuk itu butuh jaminan hukum dan dukungan aparat hukum
secara legal. Inilah urgensi perlindungan hukum yang seimbang antara
kreditor dan debitor.
Bahkan apabila debitor mengalihkan benda objek fidusia yang dilakukan
dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU No.
42 Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak syah atau
legalnya perjanjian jaminan fidusia yang dibuat. Mungkin saja debitor
yang mengalihkan barang objek jaminan fidusia di laporkan atas
tuduhan
penggelapan
sesuai
Pasal 372
KUHPidana menandaskan: Barang siapa dengan sengaja dan melawan
hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.
Oleh kreditor, tetapi ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan karena
sebagian dari barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditor dan debitor, dibutuhkan
keputusan perdata oleh pengadilan negeri setempat untuk mendudukan porsi masingmasing pemilik barang tersebut untuk kedua belah pihak. Jika hal ini ditempuh maka akan
terjadi proses hukum yang panjang, melelahkan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya, margin yang hendak dicapai perusahaan tidak terealisir bahkan mungkin merugi,
termasuk rugi waktu dan pemikiran.
Lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia sebenarnya rugi sendiri
karena tidak punya hak eksekutorial yang legal. Problem bisnis yang membutuhkan
kecepatan dan customer service yang prima selalu tidak sejalan dengan logika hukum yang
ada. Mungkin karena kekosongan hukum atau hukum yang tidak selalu secepat
perkembangan zaman. Bayangkan, jaminan fidusia harus dibuat di hadapan notaris sementara
lembaga pembiayaan melakukan perjanjian dan transaksi fidusia di lapangan dalam waktu
yang relatif cepat.
Saat ini banyak lembaga pembiayaan melakukan eksekusi pada objek barang yang
dibebani jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. Bisa bernama remedial, rof coll, atau
remove. Selama ini perusahaan pembiayaan merasa tindakan mereka aman dan lancar saja.
Menurut penulis, hal ini terjadi karena masih lemahnya daya tawar nasabah terhadap
kreditor sebagai pemilik dana. Ditambah lagi pengetahuan hukum masyarakat yang masih
rendah. Kelemahan ini termanfaatkan oleh pelaku bisnis industri keuangan, khususnya
sektor lembaga pembiayaan dan bank yang menjalankan praktek jaminan fidusia dengan
akta di bawah tangan.
Penulis juga mengkhawatirkan adanya dugaan pengemplangan pendapatan negara non
pajak sesuai UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Pendapatan Negara Non Pajak, karena
jutaan pembiayaan (konsumsi, manufaktur dan industri) dengan jaminan fidusia tidak
didaftarkan dan mempunyai potensi besar merugikan keuangan pendapatan negara.

Proses Eksekusi
Bahwa asas perjanjian pacta sun servanda yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat
oleh pihak-pihak yang bersepakat, akan menjadi undang-undang bagi keduanya, tetap
berlaku dan menjadi asas utama dalam hukum perjanjian. Tetapi terhadap perjanjian yang
memberikan penjaminan fidusia di bawah tangan tidak dapat dilakukan eksekusi.
Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan
Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga turunnya putusan pengadilan. Inilah
pilihan yang prosedural hukum formil agar dapat menjaga keadilan dan penegakan terhadap
hukum materiil yang dikandungnya.
Proses ini hampir pasti memakan waktu panjang, kalau para pihak menggunakan semua
upaya hukum yang tersedia. Biaya yang musti dikeluarkan pun tidak sedikit. Tentu saja, ini
sebuah pilihan dilematis. Dalih mengejar margin besar juga harus mempertimbangkan rasa
keadilan semua pihak. Masyarakat yang umumnya menjadi nasabah juga harus lebih kritis
dan teliti dalam melakukan transaksi. Sementara bagi Pemerintah, kepastian, keadilan dan
ketertiban hukum adalah penting.
*) Penulis adalah advokat pada Kantor Bantuan Hukum (KBH) Lampung dan Achmad Imam
Ghozali, SH and Partner (Law Firm), yang beralamat di Jln. Anggrek No. 19 Rawa Laut.
Bandar Lampung. Telp. (0721) 256801, hp. 0812 7200 395 e-mail. nugrohosaja@telkom.net,purwonugroho@plasa.com
90
10
TAN GGAPAN

Akibat FIDUSIA di bawah tangan S. Wulandari 05.09.15 15:11


saya mengalami kejadian luar biasa, saat cicilam mobil saya macet
karena kondisi ekonomi yang memburuk dimana komplotan debt
mengejar dan memperlakukan kami dengan kasar di daerah kalasan saat
saya pulang kampung tujuan ke Solo padahal saya penduduk Bandung,
artinya mereka para debt ini memburu penunggak sampai ke berbagai
daerah. Mobil kami dikejar oleh 3 mobil avanza dan 10 sepeda motor,
dengan kasar mereka memaksa suami saya menepi, saat itu saya
bersama anak anak, karena kekasaran mereka kami memilih menepi dan
mencari bantuan pada posek kalasan melalui hp, anak saya karena syok
mengalami sesak napas dan kami bawa ke rumah sakit polisi terdekat.
Akhirnya polisi kalasan mendatangi lokasi kami kurang lebih 1 Km

sebelum polsek kalasan lalu kami sekeluarga diajak untuk membawa


mobil ke polsek kalasan termasuk dengan komplotan debt (VERENA
leasing). Di polsek kami diminta meninggalkan mobil dan dipaksa
membuat pernyataan yang saya tolak untuk ditanda tangani. Akhirnya
karena waktu sudah larut malam dan anak saya dalam kondisi sakit kami
tinggalkan mobil di parkiran Polsek, aneh bin ajaib petugas polsek kalasan
mengejar saya dan suami (Anak anak sudah diamankan dengan dijemput
mobil sepupu) lalu kami digeledah dengan kasar oleh petugas polsek
kalasan (kami diperlakukan mirip penjahat, meski saya menangis di
pinggir jalan mereka tetap memaksa kami kembali ke polsek), hasil
penggeledahan polisi kalasan adalah mereka mengambil kunci mobil saya
yang lain (Karena kunci mobil yang dikejar debt terbawa anak saya).
Akhirnya saya dan suami berhasil menghindari paksaan polisi dan kami ke
solo menggunakan bus yang lewat, saat itu jam sudah menunjukkan
pukul 23.45. Saya sangat trauma dengan kejadian tersebut, padahal saya
sudah meminta debt menunjukkan bukti fidusia yang benar kepada kami
bila mereka memiliki akte fidusia saya mengijinkan mereka membawa
mobil, tapi mereka tidak memilikinya dan sedihnya polisi kalasan saya
anggap bagian dari para debt (maaf) karena mereka begitu akrab
mengobrol bahkan kami curiga sebelum komplotan mengejar kami di
jalan mereka sudah permisi ke polsek setempat, padahal perilaku debt
seperti gank motor yang membahayakan pengendara lain (Ngebut dan
kejar kejaran dengan bunyi knalpot yang memekakan telinga). Boro boro
kami sekeluarga dapat perlindungan yang fair dari polsek kalasan malah
kami diperlakukan seperti penjahat. Karena saya berkesimpulan akan
sangat membahayakan keselamatan jika kami tetap menggunakan mobil,
akhirnya mobil saya tinggalkan di parkiran polsek kalasan hingga saat ini
(artinya mobil sudah diparkiran polsek kalasan 1 tahun lebih) dan
kepemilikan mobil menjadi abu abu (Saya punya hak, dan leasing pun
punya hak) dengan kejadian mobil yang tidak dapat saya pergunakan
saya tdak minat melanjutkan cicilan (Saat kejadian nunggak 4 bulan) dan
bukti mobil ada di parkiran polsek kalasan (Toyota Wish 2004) No pol B
1611 FA, saya berharap keadilan yang sama dengan pihak leasing dengan
cara leasing mengembalikan uang muka dan cicilan yang sudah saya
bayarkan dan mobil silakan ambil di parkiran polsek kalasan, karena saya
merasa ditipu oleh VERENA karena mereka tidak memiliki dokumen yang
benar yang dibutuhkan dalam transaksi kredit mobil, yang menyebabkan
kami dipaksa menghilangkan hak atas mobil tersebut
Balas Tanggapan

laporkan puji 19.05.15 07:53

Dalam poin ini bisa dikatakan bahwa leasing telah dengan sengaja
melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap Pasal 18 UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan jeratan sangsi
pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak 2
Milyar rupia, sebagai mana dimaksud dalam pasal 62 UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Balas Tanggapan

laporkan puji 19.05.15 07:49


lembaga pembiyayaan nya laporkan ke polisi dengan pasal 18 tentang
pencantuman klausula baku yang dilanag oleh pemerintah acaman
hukuman 5 tahun penjara atau denda 2 miliar
Balas Tanggapan

sahinshaqiri dononk 17.03.15 22:59


fidusia
Balas Tanggapan

Sanksi Pidana Bony 04.11.14 11:15


Bagaimana status hukum pihak ketiga berkaitan dengan tuduhan
penggelapan kepada debitur oleh kreditur jika terjadi pengalihan objek ke
pihak ketiga melalui perjanjian hutang tanpa sepengetahuan pihak
kreditur? Jika pihak kepolisian menerima laporan kreditur berdasarkan
Pasal 372 KUHPidana tentang penggelapan, apakah pihak ketiga bisa
dijadikan sebagi terlapor juga? Seberapa kuatkah pasal 372 KUHPidana
terhadap wanprestasi dari perjanjian perdata leasing kendaraaan?
Balas Tanggapan

Dampak Eksekusi dengan SJF melanggar PMK Eldy 26.07.14


13:35
Ada dua pertanyaan saya, mohon pencerahannya pak, (1) kalau
perusahaan pembiayaan melakukan sita kendaraan lantaran
konsumennya wanprestasi, Sementara Sertifikat Jaminan Fudusia
perusahaan itu diterbitkan melewati batas 30 hari sebagaimana Permen
No 130/PMK.010/2012. apakah penyitaan itu tetap sah? (2) Jika
perjanjian kredit antara perusahaan itu dengan konsumen, melanggar
ketentuan pasal 18 ayat (1) UU No 8/1999 ttg perlindungan konsumen.
Apakah konsumen bisa menuntut pidana perusahaan meski konsumen
sendiri wanprestasi dan menandatangani perjanjian itu?
Balas Tanggapan

dua-duanya sadar diri egi monoarfa 21.09.13 00:23


kalo barangnya di tarik oleh pihak perusahan,sementara barang tersebut
merupakan satu-satunya usaha peminjam,nanti bagaimana dia bisa
melunasi tunggakan. MAKANYA JANGAN MAIN TARIK
MELULU,BERHUBUNG KEDUA-DUANYA MEMPUNYAI KESAKAHAN YG
SAMA,SIPEMINJAM TIDAK TEPAT WAKTU,DAN PIHAK PERUSAHAN TIDAK
ADA TOLERANSI KEBIJAKAN ATAU KAYAK JURAGAN RENTENIR YG JAHAT
AKHIRNYA MENYUSAHKAN RAKYAT DENGAN KEDOK MEMBANTU
RAKYAK,IMING-IMING DENGAN SIMBOL PERLUDANA CEPAT!!! PADAHAL
UDAH SEPERTI MENJEBAK KONSUMEN INGIN MERAUK UNTUNG BESAR
TETAPI MODAL KECIL,NAMBAH LAGI UDAH MERUGIKAN UANG
NEGARA.DENGAN TIDAKNYA MENGURUS HUKUM SECARA PASTI.
umm....imut2 nya singa...
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

gak ada judul aldinosya 21.08.13 10:30


sangat bermanfaat sekali...tadinya cuman liat-liat..eeee.....infonya sangat
menarik...kebetulan salah satu
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

eksekusi jaminan reza galau 10.12.12 23:45


ada yang tau gak..bagaimana ketika obyek jaminan tersebut mengalami
penyusutan harga apa yang bisa dilakukan kreditur untuk mengatasi
permasalahan tersebut guna pemenuhan hutang debitur yang
wanprestasi??
Balas Tanggapan

baca ling ini gan darmawan 29.08.12 18:32


http://www.bisnis.com/articles/tak-daftar-fidusia-multifinance-dilarangtarik-kendaraan
TAN GGAPAN

leashing memang tidak daftarkan surat fudusia ke Kantor


pendaftaran fidusia konsumen11.04.12 15:00
bener mas bro............. Hampir sertiap transaksi keredit motor, leashing
JARANG bahkan hampir tidak pernah mendaftarkan surat fudisia ke
kantor pendaftaran fudisia. bahkan di buat di depan notaris-pun tidak.
artinya surat jaminan fidusia dibuat di bawah tangan (tidak resmi), hal ini
menyebabkan secara hukum perjanjian fidusia lemah di mata hukum. jadi
leashing ga bisa main TARIK MOTOR tanpa ada surat jaminan fidusia yang
SaH (dibuat di depan notaris dan didaftarkan ke kantor pendaftaran
Fidusia). kalopun MOTOR kita tetep mau di tarik tanpa ada surat fidusia
yang RESMI maka leashing bisa meminta bantuang pengadilan untuk
membuat SURAT PENARIKAN BENDA JAMINAN dalam hal ini adalah motor

kita mas bro... TAPIIIIIIIIIIIIII hal itu RUMIT...BUTUH BIAYA...WaKTU


alias melelahkan.... jalan pintas SEWa PREMAN SIAP MATI karena
uang......kalo perlu bawa golok dan pasang kumis palsu biar serem...he
he he tanpa surat dari pengadilan dan surat fidusia yang SaH dan RESMI
(dibuat di depan notaris dan didaftarkan ke kantor pendaftaran Fidusia)
Leashing tidak bisa berbuat banyak...apalagi narik motor KITA yang
sudah kita bayar banyak..... kalopun debt kolektor datang mau narik
motor GAMPANG mas BRO...kita minta saja surat jaminan fidusia yang
resmi dan sah (dibuat di depan notaris dan didaftarkan ke kantor
pendaftaran Fidusia) ATAU surat dari pengadilan yang menunjuk petugas
pengadilan untuk mengambil motor. BUKAN PREMAN !!! kalo mereka
NGEYEL:.....LAPOR POLISI AJA MAS BRO...karena secara HUKUM mereka
sudah melakukan tindak PERAMPASaN BARANG ORANG LAIN TANPA
ALASAN YANG DIBENARKAN alias KRIMINAL RAMPOK bin MALING Mas
BRO. ada KEPUTUSaN KAPOLRI yang membuat peraturan PENARIKAM
NOTOR HARUS ADA SURAT JAMINAN FIDUSIA yang RESMI dan SaH JUGA
Terdaftar, DAN Ada perlindungan dari polisi sebagai petugas pengambilan
MOTOR yang ditunjuk pengadilan...... Awalnya semua ini adalah
KETELEDORAN pihak leashing yang TERBURU-BURU ngejar SETORAN biar
motor banyak yang LAKU....dan mereka LALAI dalam membuat surat
jaminan fidusia yang RESMI dan SaH dimata hukum.....makanya MEREKA
BAWa PREMAN....PADAHAL kalo surat jaminan fidusia sudah RESMI, Dan
terdaftar maka leashing ga usah bawa preman atau surat dari pengadilan
KARENA surat jaminan fidusia yang SaH dan resmi (dibuat di depan
notaris dan didaftarkan ke kantor pendaftaran Fidusia) sudah bisa
DIJADIKAN SURAT RESMI dan SAH UNTUK MENARIK MOTOR KITA. TAPI
KENYATAANYA...............Leashing GA PUNYA / GA BUAT SUDAR FIDUSIA
yang RESMI pada AWaL perjanjian jual beli..............dengan kita...dan
ytidak di buat atau di tandatangani di depan NOTARIS....BEGITU MAs
BROOO!!! JAdi...salah mereka sendiri..TELEDOR sih mudah2an
bermanfaat !
3 Tanggapan | Balas Tanggapan

keluhan debitur acep suhendar 28.02.12 23:02


saya minta solusi gimana cara untuk menangani tentang kreditur,,karna
saya sudah nunggak 3 bulan belum tapi sya masih punya etikad untuk
membayar dan mempertahan kan barang tersebut..tpi pihak kreditur
,,trs2n pingn merampas barang tersebut... saya hars ambil langkah ataw
cara ap yang hars saya jalan kan??? di tunggu thiiifz ny???????????
Balas Tanggapan

PEMAHAMAN FIDUSIA serianto 26.02.12 20:43


Semuanya pendapat benar, cuma tinggal disadari aja, UUD fusia kenapa
sampai tidak jalan dengan sempurnya.(1) karna biaya pengurusan yang
terjadi dilapangan tidak sesuai dengan yang ada di UUD fidusia.
(2)memerlukan transaksi yang butuh waktu sedangkan masyarakat sudah
butuh (3)nilai barang yang di ambil oleh calon nasabah ( dibitur) akan
bertambah.artinya khan mempersulit masyarakat juga.pendapat saya
uudnya yang harus di perbaiki dan pengawasan di masyarakat di
tingkatkan.demi kenyamanan KREDITUR DAN DIBITUR sama-sama
nyaman. ( awalnya yg butuh siapa? dan yang biayai tu siapa ?. semuanya
gak ada yang terlalu benar dan tidak ada yang terlalu salah. Kreditur
sering jadi sorotan di masyarakat tampa dia sadari tanpa Kreditur
masyarakat tidak bisa minjam. ( omong kosong minjam kalau bisa beli
kontan)artinya Kreditur awalnya baik dong...,Masalah fidusia gampang
kok cuma kenotaris aja kok susah. pertanyaannya masyarakat idonesia
sudah siap belum dengan menamba biaya pengurusan fidusia ( biayanya
lumayan jg loh) artinya fidusianya tidak di urus beban masyrakat yang di
tanggung makin dikit.jadi tidak usah terlalu salah menyalain yang paling
utama adalah kesadaran membayar kredit jangan telat biar gak timbul
masalah.
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

TARIK AJA WESSS...!! antony budiono 12.04.10 21:23


POKOKNYA..,punya hutang harus dibayar..!! dulu ngutangnya gampang
kok..! balikinnya kok susah. jgn lah cari2 selah tuk lepas tanggung jawab
akan utangMU! ingat pada case2 tertentu HUKUM ADAT juga masih bisa
diterima...
2 Tanggapan | Balas Tanggapan

hukum yang adil andy 18.03.10 12:04


kita sering melihat pihak bank melakukan exsekusi atas objek dr
perjanjian yang berdasarkan atas berjanjian yang di beri judul fidusia
memang darisudat pandang hukum kuhp memang lemah kedudukan
hukum atas bank karena sering perjanjian tersebut tdk berkekuatan
hukum tetap yang dikarenakan tdk didaftarkannya perjanjian tersebut
pihak pihak yang berwenag. yang jadi pertanyan saya adalah: 1.apakah
penarikan atau bisa dikatakan exsekusi dijalan itu dibenarkan? 2.apabila
objek perjanjian itu dipindahkan ke pihak k dua itu dapat dibenarkan?
3.kalau objek perjanjian di gadaikan dan perotoli sampai sampai
kehilangan jejaknya apa didepan hukum dibenarkan?
3 Tanggapan | Balas Tanggapan

proses eksekusi benda yang dijaminkan fidusia Christian


farolan S.H 01.06.09 21:38
bagaimana eksekusi dilakukan jika konsumen atau kreditur tidak mau
menyerahkan barang jaminan fidusia tersebut?..
Balas Tanggapan

pidana fidusia aris wibowo 14.05.09 17:53


Saya memiliki sedikit pemahaman. Dalam Pasal 35 Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi " Setiap
orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan
atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan,
yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan
perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah)" Fakta yg saya peroleh dilapangan


bahwa Pihak Leasing sering tidak mendaftarkan Akta Jaminan Fidusia baik
kepada notaris maupun lembaga negara. Dengan dalih biaya mahal dan
mengurangi pemasukan . Jadi hal tersebut hanya menguntungkan salah
satu pihak saja. Bagaimana dengan Kreditur? Mereka rata-rata tidak
mengetahui prosedur tersebut. Pihak Leasing juga tidak menjelaskan
sejelas-jelasnya. mereka dalam hal ini dapat dikatakan sebagai korban.
Dengan informasi / keterangan yang menyesatkan. Menurut saya pihak
Leasing sudah sengaja melakukan tindak pidana. Saya ingin bertanya,
Apakah hal tersebut merupakan perbuatan pidana? Bisakah di lakukan
penyidikan lanjut??? Terimakasih.
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

Ketegasan/kepastian budi winarno 28.09.09 12:20


Bahwa sesuatu yang sudah masuk ranah hukum harus memliki ketegasan
dan kepastian hukum tidak bisa abu-abu, kalau Fidusia dibawah tangan
dianggap lemah dalam hukum jangan dikenal fidusia di bawah tangan
Balas Tanggapan

fidusia jinot 19.03.09 23:06


tolong bantu saya pak.sy mau membuat tentang fidusia.tp blm tau mslh
fidusia yg update.n judul apa.thanks
Balas Tanggapan

perlindungan saksi perkara pidana richie 15.01.09 03:59


mohon penjelasannya pak, apasajakah peranan seorang saksi itu dari
tahap penyelidikan sampai persidangan pengadilan pidan.terima kasih
TAN GGAPAN

Mohon penjelasan Bramantio 14.01.09 09:05


Terimakasih atas tulisannya yang sangat informatif. Kebetulan saya
memiliki kasus yang mirip sekali dengan masalah fidusia ini. Pada Juli
2006 saya membeli kendaraan mobil di sebuah showroom dengan melalui
leasing.Mobil tersebut saya kredit melalui leasing selama 4 tahun. Pada
bulan ke 7 (januari 2007) mobil tersebut saya kembalikan ke showroom
tempat saya menmbeli mobil, pada saat pengembalian mobil tersebut,
saya menanyakan kepada showroom perihal keberadaan leasing, karena
seyogyanya leasing mengetahui pengembalian mobil tersebut. Showroom
menjanjikan akan melaporkan pengembalian mobil tersebut kepada
Leasing pada esok hari saja, (saat itu memang sudah sore). Untuk itu
saya meminta kuitansi dan tanda terima serah terima kendaraan dari
showroom. Saya menganggap transaksi pengembalian mobil tersebut
sudah close, karena pada bulan bulan berikutnya Leasing tidak pernah
menagih saya. Sampai pada awal Desember 2008 (sudah 23 bulan) sejak
saya mengembalikan mobil, tiba-tiba saya mendapat panggilan dari
kepolisian bahwa saya telah melakukan pelangaran fidusia. Rupanya
Showroom tersebut mengalihkan mobil tersebut kepada orang lain, dan
dia tidak melaporkan pengembalian mobil saya tadi kepada leasing.Mohon
dapat dijelaskan posisi saya dalam kasus ini, terimakasih sebelumnya.
Balas Tanggapan

kedudukan hukum wirawan bayu 01.12.08 00:37


saya mau tanya,bagaimana kedudukan dan kekuatan hukum sertipikat
fidusia? terima kasih sebelumnya.
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

silahkan ditarik barang jaminannya Christian farolan


S.H 25.05.09 18:59
jika sudah terbit sertifikat fidusia kita bisa menarik benda jaminan fidusia
tersebut.konsumen jawa timur,tulungagung banyak yang tidak benar
dalam mengangsur kredit, motor dijual dan ikut program MLM, diapakan
mereka itu agar tidak main-main dengan hukum di indonesia.
Balas Tanggapan

Parate Eksekusi sunu setyonugroho 12.12.07 09:03


Parate Eksekusi yang diatur dalam UU, seharusnya segera dibuat aturan
mainnya, karena banyak penafsiran perihal parate eksekusi, terutma pada
saat eksekusi itu dilakukan oleh penerima fiducia. Ada yang menafsirkan,
kendati penerima fiducia telah memegang fiducia tp saat eksekusi tetap
harus melalui juru sita pengadilan untuk mencegah tindakan yang
menjurus pidana. Tp ada yang menafsirkan tidak perlu karena adanya
title ekxecut. Dibeberapa tempat, execute yg dilakukan sendiri oleh
penerima fiducia berbuah bencana dengan dipindanya eksekutor dgn psl.
335 KUHPid, tp dibelahan lain pengadilan membebaskan eksekusi.
Dengan demikian lembaga Parate Eksekusi harus segera dibentuk berikut
tata caranya sehingga meminimalkan penafsiran.
Balas Tanggapan

pertanyaan rangga 26.10.07 10:44


apakah suatu perjanjian pembebanan fiducia yang tidak di dibuat di
depan notaris dapat didaftarkan di kantor fiducia? Terima kasih
Balas Tanggapan

nggak ada Pacta sun servanda mantapmi 20.10.07 22:07

Supaya nggak salah terus Pacta sun servanda keliru. yang bener Pacta
sunt servanda.
Balas Tanggapan

leasing bpkb meidy hendra 17.10.07 17:27


bulan mei kmrn saya membeli mobil baru secara cash melalui
perantara,stnk sudah diberikan pada tgl 3 juni,ketika saya mau
mengambil bpkb pd bulan september,dijanjikab bpkb br bs diambil pd
akhir bulan,namun ketika saya mau mengambil bpkb saya,ternyata
perantara tsb telah kabur dan belakangan saya dapat informasi bpkb saya
telah di leasingkan ke sebuah perusahaa leasing.yg ingin saya tanyakan
apakah dapat dibenarkan pihak lesing memberikan uang kepada
perantara tsb tanpa izin dr saya,sehingga pihak leasing merasa berhak
atas mobil saya? trima kasih atas jawabannya.
Balas Tanggapan

bangkrut deh..... aristoteles 17.10.07 11:05


Tulisan Saudara sungguh luarrr biasaaaaa, masuk akal, logika dan penuh
dasar hukum. tapi kalo tulisan ini dibaca oleh teman2 yang lagi kredit
sepeda motor atau kredit barang lainnya pake Leasing, bisa2 perusahaan
pembiayaannya bangkrut mas, yang punya hutang bisa2 pada nunggak
semua, mudah2an tidak semua yang punya hutang baca tulisan anda,
he..hee. tapi jika dibalik nih mas. Jika Saudara ditunjuk jadi Kuasa Hukum
pihak Leasing atau Perusahaan Pembiayaannya, stratedi apa yang
saudara tempuh? kan tidak mungkin jalur Pengadilan. kebetulan saya
juga Kuasa Hukum dari salah satu Leasing di Surabaya, mohon
petunjuk .....Matur nuwun mas.
Balas Tanggapan

KESEIMBANGAN YANG TIDAK IMBANG RJHP 15.10.07 22:44


Andaikatapun telah terbit SJF,posisi Bank pun tidak serta merta dapat
"mengambil " hak secara hukum tuk eksekusi jaminan Fidusia .
Mengapa ? Dalam banyak kasus sering didapati Debitor telah "merusak"
objek jaminan Fidusia atau tidak lagi diketahui keberadaan Debitor dan
objek jaminan Fidusia , sehingga pas Bank mau melakukan Eksekusi
Jaminan Fidusia menjadi "macan ompong ". Fasilitas kredit telah diterima
Debitor namun begitu wanprestasie Debitor tidak lagi dapat ditemui alias
kabur....gimana Bank mau mendapatkan "Hak" nya secara hukum ?
Terlebih lagi meski sudah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Jaminan
Fidusia, begitu pihak Bank telah secara halus meminta Debitor untuk
menyerahkan objek jaminan Fidusia namun ybs tidak mau malah ada
yang dirusak secara fisik tidak lagi berfungsi (ada yang dikanibal )
sehingga Bank mengalami kesulitan juga jika Bank mau menarik objek
jaminan Fidusia masih harus berurusan dengan Kepolisian meski diketahui
pihak Bank tidak bermaksud memiliki namun hanya menguasai saja dari
objek jaminan Fidusia tersebut dalam suatu tempat yang aman hingga
penjualan dimuka umum nantinya. Perlu ada dukungan secara legal
operational dilapangan dan jangan sampai UU Jaminan Fidusia tidak bisa
dimaksimalkan dapat melindungi kepentingan hukum kedua belah pihak .
1 Tanggapan | Balas Tanggapan

muantap sekali muktar sedayu 15.10.07 13:49


itulah fakta yang banyak terjadi dimasyarakat saat ini, apalagi dipicu oleh
semakin dipermudahnya kredit kenderaan bermotor tetapi disemakin
mudah juga lembaga financenya menariknya kembali jika sedikit macet
angsurannya. berarti semakin banyak kasus seperti ini semakin banyak
job pengacara, hehehehe
TAN GGAPAN

komen Siapa aja 16.10.07 12:50


kok komentar tanggapan saya terhadap streetlawyer tidak ditampilkan, perasaan yang saya
tulis dalam komen itu masih dalam batas kewajaran dan tidak menyinggung pihak manapun
deh
Balas Tanggapan

Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia d E Andy


Siswantara, ST 10.03.08 21:34
terima kasih pak atas tulisannya, saya sangat dibantu dengan artikel tsb karena ketidaktahuan
( belum mengerti )dalam hukum, dimana saya melihat banyak sekali pelanggaran tsb
dihadapan saya, sekali lagi terima kasih banyak
Balas Tanggapan

fidusia dari segi pidana black police 31.01.09 10:56


saya sependapat dengan artikel diatas, namun sebagai aparat penegak hukum khususnya yang
berkaitan dengan fidusia ada beberapa hal yang selalu menjadi kendala pihak penerima
fidusia atau kreditur yang tidak melakukan pendaftaran akta jaminan fidusia yang dibuat
dihadapan notaris, dalam pp 86/2000 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan biaya
pembuatan akta jaminan fidusia, berarti tidak melakukan pembayaran terhadap negara. apa
bila dengan dibawah tangan saja, tanpa melalui proses hukum yang legal fidusia menurut
anda sah2 saja, apakah demikian dengan negara? mengingat proses yang seharusnya dilalui
seharusnya ada pemasukan terhadap kas negara. dari awal objek benda tersebut tidak pernah
didaftarkan maka melirik undang2 yang berlaku kegiatan tersebut tidak ada bedanya dengan
ungkapan fidusia "gelap". dimana pihak2 melakukan kegiatan fidusia tanpa mengikuti aturan
main yang berlaku, dan diduga justru merugikan negara. kalau dari awal sudah seperti itu
maka jangan heran dilapangan banyak masyarakat mengeluh oleh kesewenang2an pihak
penerima fidusia. ada beberapa debt collector yang masuk sel karena hal itu. dan banyak yang
beralasan karena proses pendaftaran dan pembuatan yang "ribet" dimana pelaku bisnis
membutuhkan kecepatan waktu dalam melayani konsumen. Tapi, undang2 telah dibuat, dan
selalu di kata-kata ahirnya "Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia."
yang berarti mau tidak mau, suka tidak suka, sebagai masyarakat yang mengaku sadar
hukum, kita harus melaksanakan ^_^. kalau menurut saya pribadi sih, tata cara fidusia sudah
cukup fair, tapi oknum yang menginginkan keuntungan lebih dalam berusaha ini yang susah.
selalu mencari celah. 1 hal yang penting dalam setiap kegiatan fidusia adalah adanya jaminan
yang disimpan oleh pihak kreditur/penerima fidusia, contohnya bpkb kendaraan. sudah ada
laporan masyarakat yang mengeluhkan kalau bpkbnya ternyata DIGADAIKAN di suatu PJK.
si pemberi fidusia mengetahuinya dari keluarganya di PJK tsb, bahwa bpkb digadaikan. ini
adalah hanya contoh pelanggaran pidana yang berawal dari tidak konsistennya perusahaan
fidusia dalam melaksanakan uu no 42/99 tentang fidusia. kalau sudah demikian, polisi juga
akhirnya yg mengurusi masalah fidusia.
Balas Tanggapan

pertanyaan bambang tandyutama 22.01.09 10:29


pak, di artikel tersebut bapak menuliskan "jika penerima fidusia melalui kesulitan di
lapangan, maka ia dapat meminta pengadilan setempat melalui juru sita membuat penetapan
permohonan bantuan pengamanan eksekusi". apa sebelumnya pernah bapak lakukan? kalau
pernah apakah saya boleh meminta contoh permohonan dan penetapannya, agar saya juga
dapat melakukan hal yg demikian di pengadilan negeri medan. terima kasih.
Balas Tanggapan

kedudukan para pihak... kiki 22.10.07 14:16


Sebenarnya tujuan dari Fidusia adalah untuk memberikan jaminan terhadap pembayaran
hutang yang didahulukan (preferen) apabila debitor cedera janji (wanprestasi). Terhadap
fidusia dengan Akta di Bawah Tangan, justru akan dapat menghilangkan hak preferen
terhadap pengenaan barang yang telah di fidusia untuk melunai pembayaran terhadap
Penerima Fidusia dari Pemberi Fidusia. Pasal 27 UU No.42 Tahun 1999 menjelaskan (1)
Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya. Disini apa bila
FIdusia tetap dilakukan dibawah tangan, maka akan membahayakan kedudukan penerima
fidusia, yang akan kehilangan haknya untuk menuntuk hak terlebih terlebih dahulu dalam
pembayaran eksekusi objek tersebut. (2) Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (l) adalah hak Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil
eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Terhadap isi dari Pasal 27 ayat (2) UU
42 Tahun 1999 eksekusi ini dapat "mengaburkan" hasil pembagian dari pada penerima
fidusia, apabila dilakukan di bawah tangan, disini penerima fidusia meskipun telah dilakukan
fidusia di bawah tangan tapi tidak di daftarkan, lalu ada orang lain yg melakukan pendaftaran
fidusia terhadap objek yang sama, maka yang akan memperoleh haknya terlebih dahulu
(preferen) adalah Penerima Fidusia yang mendaftarkan Objek Bendanya.
Balas Tanggapan

baik untuk pengetahuan masyarakat Octo Bermantiko.D.L 23.10.07


10:36

memang selama ini masyarakat sering dirugikan tindakan sewenang-wenang dari pihak
kreditur, dari menarik barang secara paksa terkadang menggunakan jasa preman atau dengan
ancaman.semestinya pihak kreditur dalam memberikan kredit atau pinjaman juga harus
mensosialisasikan mengenai pendaftaran jaminan fidusia di notaris kepada konsumen agar
baik kreditur maupun debitur terjamin hak-haknya, jangan hanya meraup keuntungan
sebesar-besarnya namun hak-hak konsumen terabaikan.
Balas Tanggapan

terimakasih bintang 25.10.07 11:22


Tulisan anda sangat bermanfaat bagi masyarakat luas,termasuk bagi saya sendiri. Saya
nantikan tulisan2 anda berikutnya.
Balas Tanggapan

balasan ratna 04.11.07 00:42


iya, betul banget, saya sangat sependapat, sebetulnya masyarakat ada yang memang betul"
minim pengetahuan tentang hukum, tapi ada masyarakat yang sebenarnya tahu,klo kredit
yang diberikan oleh finance itu menggunakan tata cara perjanjian fidusia padahal oleh pihak
finance tidak didaftarkan karena konsumen butuh akan barang dan ada penawaran kredit
seperti itu kenapa ga, hari gini beli barang lunas, buat masyarakat menengah kebawah itu
sangat berat.Tapi pada suatu hal konsumen jika tidak bisa membayar kreditnya maka barang
tersubut dieksekusi langsung.klo konsumen mau sih sebenarnya konsumen bisa aja
keberatan,tapi apa daya konsumen hanya bisa pasrah........
Balas Tanggapan

fidusia desi 18.01.08 11:59


tolong bantu saya pak..saya buat skripsi tentang ini
Balas Tanggapan

soal tanggapan nugroho 21.10.07 11:23


saya bersyukur mendapat tanggapan yang beraneka ragam, bahan tulisan
hanya landasan teoritik. bagi siapa saja punya konsep bagus, saya siap
berdiskusi sambil mengembangkan pembaharuan hukum, khusus dalam
bidang industri keuangan. tidak ada maksud mempopulerkan diri, karena
saya menemui banyak hal yang tidak beres ketika diminta menjadi
pengacara sebuah lembaga pembiayaan dan saya mengundurkan diri.
bagi yang ragu terhadap wacana ini mari kita diskusikan atau kita
praktekan aja perbuatan melawan hukum dengan gugatan perdata
maupun pidana. salam hangat
TAN GGAPAN

kritik terus streetlawyer 11.10.07 10:55


ini "siapa aja" bisanya kritik terus..sini tulisan anda mana..biar bisa dkritik
juga disini.. :p
Balas Tanggapan

Keseimbangan hak antara debitur dan kreditur Mohammad


Hatta 11.10.07 13:12
Pada prinsipnya saya setuju sekali dengan jaminan fidusia hrs dilakukan
melalui akta notaris dan bukan akta dibawah tangan mengingat akta
dibawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian tidak sempurna. Pada
praktiknya, jarang sekali debitur sadar akan akibat hukum yang terjadi
bila dia dinyatakan wanprestasi bdsrkan perjanjian kreditnya. nah
disinilah seharusnya terdapat keseimbangan posisi antara kreditur dgn
debitur jgn sampai jika lalai debitur tidak mempunyai hak apa2 trhdp
barang yg dijaminkan shg kreditur seolah2 mempunyai hak penuh atas
barang jaminan tsb. karena pada prinsipnya fidusia merupakan alat

pengakuan utang debitur kpd kreditur dan brg tsb hanyalah jaminan
kepastian dari debitur bhw ia sanggup untuk melunasinya.
Balas Tanggapan

re-ply julianto nainggolan 10.10.07 13:42


Saya sangat setuju dengan apa yang saudara paparkan. Dalam fakta
lapangan yang sering terjadi adalah banyak masyarakat yang "dibodohbodohi" oleh perusahaan pembiayaan. Misalnya saja dalam kredit motor.
Dalam kredit motor yang macet, biasanya setelah memberikan beberapa
kali peringatan kepada debitor mengenai kemacetan kredit, kreditor
langsung serta merta menarik motor yang macetnya kreditnya. Ironisnya,
si debitor tidak bisa berbuat apa-apa karena kurang mengerti hukum.
Tidak pernah terdengar ada perusahaan pembiayan memberikan
kompensasi kepada debitor macet yang "benda"nya ditarik. Padahal,
secara hukum debitor memilki hak atas benda yang telah dikreditnya.
Menurut saya tidak hanya KUHP yang dapat dijadikan alasan untuk
mempertahankan hak dari debitur, melainkan UU N0.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen juga memberi perlindungan bagi
debitur.oleh karena itu perlu diberikan pendidikan hukum yang memadai
bagi masyarakat agar tidak "terampas" hak-haknya. Julianto nNinggolan
(Mahasiswa FH -USU)
Balas Tanggapan

Ok deh... siapa aja 10.10.07 13:28


skala 1 - 10, saya nilai artikel ini 5, masih sedikit lebih bagus lah daripada
artikelnya Bapak Subagjo, tapi cuma sedikit...terus ide iklannya boleh
juga tuh, sambil menyelam minum air ya ceritanya? hahahaha....moga2
banyak yang menghubungi ya..
Balas Tanggapan

apa bisa kritik? black lawyer 09.02.08 23:23


mungkin anda harus lebih teliti dalam membuat kalimat, terlebih kalimat
hukum. di dalam tulisan di atas saudara mengatakan bahwa untuk
memiliki pembuktian sempurna akta di bawah tangan harus diontentikan
ulang???anda harus menjelaskan arti kata "mengotentikan ulang suatu
akta" kalimat tersebut mempunyai arti seolah-olah bahwa akta di bawah
tangan semula adalah akta otentik dan harus diotentikan ulang dan satu
lagi bahwa akta di bawah tangan tidak harus diotentikan untuk
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, karena cukup bahwa akta di
bawah tangan diakui oleh para pihak yang membuatnya bahwa akta
tersebut memang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dan
mengakui isi akta dimaksud.
Balas Tanggapan

tesis hukum muflikah 07.12.08 23:09


pak tolg minta bantuannya dlm proses pembuatan tesis sy :judul upaya
hukum lessor apabila lessee wanprestasi

Вам также может понравиться