Вы находитесь на странице: 1из 10

TEKNOLOGI BATUBARA

GANESA BATUBARA

Di Susun Oleh

Fariz Rinaldy Sudrajat

D1101131037

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014-2015

A.Pengertian batubara
Secara definisi Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari material organik
(organoclastic sedimentary rock),dapat dibakar,dan mengandung unsur C,H,O.
Secara proses(Ganesa) batubara adalah lapisan yang merupakan hasil akumulasi
tumbuhan dan material organik pada suatu lingkungan pengendapan tertentu yang disebabkan
oleh proses syn-sidementary dan post-sedimentary sehingga menghasilkan rank dan tipe
tertentu.
B.Ganesa Batubara
Berdasarkan pendekatan praktis, maka pembentukan batubara, dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Letak geografi (paleogeografi), dan iklim
2. Perkembangan dan pertumbuhan vegetasi
3. Perkembangan tempat akumulasi vegetasi
4. Distribusi lateral dan vertikal akumulasi vegetasi
5. Pengaruh struktur deformasi tektonik
6. Pengaruh kegiatan pembentukan batuan beku
7. Lingkungan pengendapan limik, paralik:
1. Alluvial plain
2. Upper deltaic plain
3. Lower deltaic plain
4. Barrier bar
5. Offshore
8. Topografi lingkungan pengendapan
9. Proses transformasi vegetasi menjadi batubara
10. Media transformasi vegetasi menjadi batubara

11. Waktu transformasi vegetasi menjadi batubara


12. Umur batubara setelah proses transformasi batubara
B.Perubahan komposisi kimia dan sifat fisik pembatubaraan
Sebagaimana diketahui bahwa batubara adalah berasal dari flora, dengan melalui proses
diagenesis kondisi tertentu, transformasi awal menjadi gambut, kemudian berurutan menjadi
lignit, sub-bitumen, bitumen, antrasit. Dalam prosesnya, terjadi perubahan komposisi kimia
dan perubahan sifat fisik.
Perubahan sifat fisik vegetasi akibat proses diagenesis berubah menjadi batubara, yaitu
karena faktor kondisi tekanan dan temperatur, waktu dan posisi kedalaman di kulit bumi.
Sifat fisik ini dipengaruhi pula oleh proses kimia yang berlangsung dalam proses diagenesis.

Perubahan fisik yang ada, antara lainnya yaitu:

Perubahan volume, akibat pemadatan, pengeringan dan pengerasan

Porositas menjadi lebih kecil

Berat jenis bertambah

Warna menjadi coklat hingga hitam

Kekerasan permukaan bertambah

Daya serap cahaya berkurang, daya pantul cahaya bertambah

Daya tembus cahaya berkurang

Daya simpan energi panas bertambah, karena konsentrasi unsur karbon (C) makin
tinggi.

Kelembaban berkurang, karena unsur hidrogrn (H) dan oksigen (O) berkurang.

Berdasarkan tingakt proses diagenesis, maka terbentuk pula tingkatanrank batubara, yang
masing-masing dapat dibedakan ciri sifat-sifat fisiknya, yaitu sebagai berikut:
Batubara lignit,

Mempunyai banded, berkekar, berwarna coklat hingga kehitaman, berat jenis relatif
rendah, daya serap cahaya relatif tinggi, sifat daya pantul cahaya relatif rendah mudah hancur
bila dikeringkan, serta mempunyai daya simpan energi panas relatif rendah low heating
value
Batubara sub-bitumen
Mempunyai banded, berwarna hitam, mempunyai kilap kusam kilap lilin, bersifat
membelah (splits) sejajar terhadap perlapisan, masih menunjukkan adanya struktur organik
atau serat dan partikel organik lainnya, berat jenis relatif tinggi, sifat reflaktan terhadap
cahaya relatif tinggi, daya simpan energi panas masih relatif rendah namun bersifat bersih
good clean fuel
Batubara bitumen
Mempunyai banded, berwarna hitam, kilap terang bright seperti kaca, well jointed,
namun padat dense, tidak mudah hancur, berat jenis relatif tinggi, serta daya serap energi
panas tinggi
C.Teori Genesa Batubara
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon
atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360
juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik.
Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara
coklat) Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam
pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batu bara muda menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika
terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan
membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batubara dari perioda ini.

Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batubara dari perioda ini.

Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan
Afrika.

Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut
sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut
sebagai tingkat mutu batu bara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol
oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.

Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

D.Proses pembentukan batu bara


Batu bara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun
lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap
selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah
pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori
bahan bakar fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:
1. Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat dimana
tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi humus.
Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga
lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan
proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk
gambut.
2. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.

Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri
anaerob.
2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan
mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari
endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan
gambut.

3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia


dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon
dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur
karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik
dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat
berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya
tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau
keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga
dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami
proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga
saat ini dieksploitasi manusia.

E.Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara


Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun
kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan
batubara adalah :
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang
lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap
tipe dari batubara yang terbentuk.

2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar


pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang
terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama
material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang
diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang
terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.
4. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan
batubara dari :
1. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
2. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan,
atau patahan.
3. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.
4. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi
dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini
sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh
pada kondisi dan posisi geotektonik.
2. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan
morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
3. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora

atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya


dipengaruhi oleh kondisi topografi setempa

F.Proses pembentukan batubara dari tumbuhan


1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses peatification

Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan
hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara
( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih
kecil dari 50% dalam kondisi kering.
2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification
Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment, maka lapisan
gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment di atasnya. Tekanan yang
meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperature. Disamping itu temperature juga
akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik. Kenaikan
temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan
gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.
Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut
menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas ( CO2,
H2O, CO, CH4 ), penigkatan kepadatan dan kekerasanb serta penigkatan nilai kalor.

DAFTAR PUSTAKA
Rinawan Rusman, 1992, Pengantar Kuliah Geologi Batubara, Sekolah Tinggi Teknologi
Mineral Indonesia, Bandung
http://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/31/genesa-batubara/
http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html

Вам также может понравиться