Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Herpes zoster merupakan penyakit yang terjadi karena reaktivasi dari Varicella
zoster

virus (VZV)

yang mengenai kulit dan mukosa dengan lesi berupa erupsi

vesikular yang pada umumnya bersifat dermatomal dan unilateral. Infeksi primer VZV
menyebabkan penyakit varisela.
Reaktivasi VZV yang berdiam di ganglion posterior terjadi secara sporadik
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penekanan atau penurunan sistim imun
tubuh, radiasi pada spinal, tumor pada ganglion, trauma lokal, manipulasi bedah pada
spinal serta sinusitis frontalis sebagai faktor presipitasi pada herpes zoster oftalmikus.
Namun yang paling penting adalah respon imun selular yang menurun terhadap VZV
seiring dengan meningkatnya usia.
Hubungan antara herpes zoster dengan varisela pertama kali digambarkan oleh
Bokay pada tahun 1888. Dimana dalam pengamatannya ditemukan varisela pada anakanak setelah kontak dengan penderita herpes zoster. Herpes zoster biasanya terjadi pada
individu yang pernah mengalami infeksi primer VZV sebelumnya.
Herpes zoster muncul di seluruh dunia secara sporadik tanpa dipengaruhi faktor
musim. Berbeda dengan varisela yang insidennya meningkat saat musim hujan. Hal ini
berhubungan dengan daya tahan virus terhadap panas, dimana VZV menjadi tidak aktif
pada suhu 56-600 C dan jika ada kerusakan pada envelope virus. Faktor yang paling
berperan adalah usia tua serta imunitas tubuh. Usia tua meningkatkan kemungkinan
menderita herpes zoster serta menderita komplikasi yang lebih berat dibandingkan
dengan penderita usia muda.
1.2. Epidemiologi
Herpes zoster ditemukan pada lebih kurang 20% dewasa sehat dan lebih kurang
50% pada orang dengan imunokompromais yang pernah terinfeksi VZV. Kebanyakan
kasus berumur lebih dari 45 tahun dan insidennya meningkat sesuai dengan pertambahan
usia. Insiden herpes zoster pada individu kurang dari 50 tahun ratio insidennya 2,5/1000,
pada individu lebih tua (60-79 tahun) adalah 6,5/1000, sedangkan pada usia di atas 80
tahun meningkat menjadi 101/1000.

Herpes zoster sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia di bawah 10 tahun,
dengan insiden 0,74 per 1000 anak. Adanya herpes zoster pada anak disebabkan infeksi
primer VZV selama tahun-tahun pertama kehidupan atau infeksi intra uteri dari ibu
selama kehamilan.
Di Indonesia insiden kasus herpes zoster belum ada yang dipublikasikan. Data dari
Sub Bagian Dermatologi Umum Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI /
RSCM selama tahun 2000 tercatat sejumlah 122 pasien.4 Sedangkan insiden di Poli Kulit
RS dr M Djamil Padang tahun 2002 2006 berkisar lebih kurang 1,01% dari total pasien
baru. Dimana pada tahun 2002 sebanyak 95 kasus dari 9311 pasien (1,02%), tahun 2003
sebanyak 89 kasus dari 9512 pasien (0,93%), tahun 2004 sebanyak 80 kasus dari 9032
pasien (0,88%), tahun 2005 sebanyak 105 kasus dari 9353 pasien (1,12%) dan tahun
2006 sebanyak 98 kasus dari 9380 pasien (1,14%).
1.3. Patogenesis
Selama terjadinya infeksi varisela, varisela zoster virus (VZV) meninggalkan lesi
di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabuut saraf sensorik. Kemudian secara
sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik menuju ke ganglion saraf
sensorik. Dalam ganglion, virus memasuki masa laten dan di sini tidak infeksius dan
tidak mengadakan multiplikasi, namun tidak berart kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan akan terjadi reaktivasi virus.
Virus akan mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Hal ini
menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai
neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik sehingga terjadi neuritis.
Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi
yang khas pada herpes zoster.

Gambar. Sistem Dermatome Tubuh Manusia


1.4. Gejala klinis
Gejala Prodromal
Manifestasi klinis herpes zoster didahului dengan gejala prodormal diawali dengan
nyeri pada daerah lesi. Keadaan ini berlangsung 1 4 hari sebelum erupsi kulit. Nyeri
bersifat segmental sesuai dermatom bervariasi secara intermiten. Kadang-kadang
subjektifnya berupa rasa gatal, kesemutan, panas, pedih bahkan sampai rasa ditusuktusuk. Gejala umum berupa malaise, sefalgia, nausea yang mana keadaan ini hilang
setelah erupsi kulit muncul.
Erupsi kulit
Kemudian diikuti dengan erupsi kulit pada daerah yang nyeri tersebut. Lesi awal
berupa makula eritem dan papula eritem yang dalam 12 - 24 jam menjadi vesikel
berkelompok terletak pada satu sisi (unilateral) dan dapat berkembang menjadi pustul
dalam 3 hari. Lesi akan mengering dan menjadi krusta dalam 7 10 hari. Krusta biasanya
bertahan selama 2 3 minggu kemudian mengelupas. Pada individu normal, lesi baru
tetap muncul dalam 1 4 hari. Lesi lebih berat dan bertahan lebih lama pada penderita
usia tua dan lebih ringan serta lebih singkat pada anak-anak.

Ciri khas herpes zoster adalah lesi yang berlokasi dan terdistribusi hampir selalu
unilateral, tidak melewati garis tengah tubuh dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh ganglion sensorik.
Menurut daerah penyerangannya dikenal:
a. Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata
b. Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
c. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
d. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha
e. Herpes zoster sakralis
: menyerang sekitar anus dan genitalia
f. Herpes zoster otikum
: menyerang telinga
1.5. Variasi klinis
Secara klinis manifestasi herpes zoster antara lain :

Zoster sine herpete : Adanya nyeri dermatom yang jelas tanpa disertai dengan
erupsi kulit. Hal ini disebabkan gagalnya penyebaran VZV ke kulit saat fase
reaktivasi.

Herpes zoster abortif : Perjalanan penyakit sangat singkat disertai dengan


kelainan kulit yang sangat ringan.

Herpes zoster oftalmikus : Herpes zoster yang menyerang ganglion oftalmikus


yang merupakan cabang I nervus trigeminal. Bila mengenai anak cabang nervus
nasosiliaris dapat menimbulkan kelainan pada mata yang bisa berupa
konjungtivitis, keratitis, uveitis anterior, iridosiklitis bahkan panoftalmitis.

Sindrom Ramsay Hunt : Herpes zoster pada liang telinga eksterna atau membran
timpani, terdapat paralisis fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan mengecap pada
2/3 bagian depan lidah, tinitus, vertigo dan tuli. Pada keadaan ini virus
menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius.

Herpes zoster generalisata atau diseminata : Lesi utama disertai penyebaran


vesikel-vesikel soliter pada tubuh.

Herpes zoster pada pasien imunokompromais : Lesi cukup berat bisa multi
dermatom, ditemukan bula hemoragik, nyeri hebat, dapat mengenai organ dalam
dengan gejala prodormal hebat dan erupsi kulit yang berlangsung lebih lama.

1.6. Komplikasi

Komplikasi herpes zoster secara garis besar bisa dikelompokan pada komplikasi di
kulit, organ viseral dan neurologik. Infeksi sekunder oleh bakteri memperlambat proses
penyembuhan. Pada erupsi kulit yang disertai infeksi sekunder dapat meninggalkan bekas
berupa jaringan parut, dan pada penderita dengan bakat keloid dapat terjadi keloid. Pada
keadaan dengan gangguan imunitas dapat terjadi herpes zoster dengan lesi kulit yang luas
yang dikenal dengan herpes zoster diseminata.
Komplikasi terhadap organ viseral yang sering dijumpai adalah pneumonitis,
hepatitis, pericarditis dan lain-lain. Sedangkan komplikasi neurologik yang paling sering
ditemui adalah neuralgia paska herpetik (NPH), meningoensefalitis, myelitis transversa,
komplikasi pada mata berupa keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma sekunder, ptosis,
korioretinitis, neuritis optika dan parese otot penggerak bola mata.
Pada NPH nyeri menetap 1 - 3 bulan atau lebih sesudah lesi herpes menyembuh.
Terjadinya NPH ini sangat erat hubungannya dengan umur penderita saat timbulnya
herpes zoster. NPH menimbulkan gejala nyeri hebat yang kadang sulit diatasi sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sesudah herpes zoster menghilang. Hal ini
disebabkan karena kerusakan neuron yang terjadi pada fase akut menjadi permanen
karena daya regenerasi sel neuron yang rendah.
Tabel. Komplikasi Herpes Zoster

1.7. Penatalaksanaan

d. Pengobatan umum
Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju
yang longgar.
Untuk mencegah infeksi sekunder, jaga kebersihan badan
e. Pengobatan khusus
Terapi sistemik, umumnya bersifat simtomatik. Untuk nyerinya diberikan

analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.


Obat Antiviral, diberikan pada herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan adalah asiklovir dan
modifikasinya valasiklovir, diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir 5x800 mg sehari selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup
3x1000 mg sehari. Jika lesi baru masih timbul, obat tersebut masih dapat

diteruskan dan dihentikan setelah 2 hari setelah lesi baru tidak timbul lagi.
Kortikosteroid, biasanya untuk sindrom Ramsay-Hunt yang biasa diberikan
prednison dengan dosis 3x 20 mg sehari. Setelah seminggu dosis diturunkan
secara bertahap. Lebih baik digabung dengan obat antiviral karena prednison

dosis tinggi akan menekan sistem imunitas tubuh.


Terapi topikal tergantung pada stadium. Jika masih stadium vesikel diberikan
bedak dengan tujuan untuk mencegah pecahnya vesikel. Bila erosif diberikan
kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi diberikan salap antibiotik

BAB II
ILUSTRASI KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKUTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
Autoanamnesis
Identitas pasien
Nama/Kelamin/Umur

: Ny. Y/ wanita/ 45 tahun

Pekerjaan/pendidikan

: Ibu RT/ SMA

Alamat

: Jln. Bahari No. 26

Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


-

Status perkawinan

: Menikah

Jumlah anak

: 2 orang

Status Ekonomi Keluarga

: Cukup, penghasilan Rp. 1.500.000/ bulan

KB

:-

Kondisi rumah

Rumah permanen, pekarangan kurang luas, ventilasi dan pencahayaan


cukup.

Listrik ada`

Sumber air : air PDAM

Jamban ada, di dalam rumah

Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah

Jumlah penghuni 5 orang, pasien, anak, menantu, 2 orang cucu.


Kesan : higiene dan sanitasi cukup

Kondisi lingkungan keluarga :

Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk

Aspek psikologis di keluarga


Pasien tinggal bersama anak, menaluhan Utama
Gelembung-gelembung berisi cairan yang terasa nyeri di payudara kiri sejak 2 hari
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
7

Gelembung-gelembung berisi cairan yang terasa nyeri di payudara kiri sejak 2


hari yang lalu.
Awalnya tampak gelembung kecil muncul di payudara kiri. Gelembung berukuran
sebesar kepala jarum pentul, berjumlah 1 buah, kemudian gelembung bertambah
banyak.
Gelembung-gelembung dirasakan nyeri, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
bertambah jika terkena gesekan baju.
Demam sejak 2 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat.
Demam juga disertai pusing dan pegal-pegal di seluruh badan.
Pasien mengaku beberapa hari ini sangat capek dan kurang tidur karena mengurus
cucu. Kadang-kadang pasien juga sering telat makan.
Riwayat kontak dengan penderita penyakit seperti ini tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita cacar air tidak ada.
Riwayat minum obat penghilang rasa sakit atau jamu dalam waktu yang lama
tidak ada.
Pasien adalah seorang ibu RT, bekerja mengurus cucu di rumah.

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga


Riwayat menderita penyakit cacar air sebelumnya disangkal.
Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat anggota keluarga yang pernah menderita cacar air sebelumnya disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Sadar

Nadi

: 85 x/menit

Nafas

: 18 x/menit

TD

: 120/70 mmHg

Suhu

: 37,6 oC

Kepala

: Tidak ada kelainan

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Kulit

: Sianosis tidak ada, ikterik tidak ada.

Dada

Paru
Inspeksi

: gerakan simetris ki=ka

Palpasi

: fremitus ki=ka

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba di LMCS RIC V

Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak

: Akral hangat, refilling kapiler baik, edema -/-.

Status dermatologikus :
Lokasi

: payudara kiri

Distribusi

: unilateral, terlokalisir sesuai dermatom

Bentuk

: tidak khas

Susunan

: herpetiformis

Batas

: tegas

Ukuran

: lentikular

Efloresensi

: vesikel berkelompok dengan dasar plak eritem

Status Venereologikus : Tidak diperiksa

Laboratorium Anjuran

Darah rutin, urin rutin, feses rutin

Tzank Test

: diharapkan ditemukan sel datia berinti banyak

Diagnosis Kerja : Herpes Zoster Thorakalis setinggi Th V-VI sinistra


Diagnosis Banding : Manajemen
a. Promotif
-

Menerangkan informasi tentang penyakit herpes zoster, faktor penyebab


dan bagaimana proses penularan.

Menerangkan bahwa penyakit ini dapat menular kepada orang lain

Menerangkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan daya tahan tubuh,


sehingga perlu mengatur nutrisi, pola tidur dan manajemen stress.

b. Preventif
-

Manajemen stress.

Mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan bergizi.

Menghindari bekerja yang menimbulkan kelelahan fisik yang berat.

Menghindari penggunaan obat jangka lama yang dapat menurunkan


sistem imun atau daya tahan.

c. Kuratif

10

Umum
-

Jaga agar gelembung tidak pecah

Jaga kebersihan tubuh dengan tetap mandi seperti biasa

Istirahat cukup.

Minum obat sesuai anjuran

Khusus
-

Sistemik
Acyclovir 5 x 400 mg sampai 7 hari

Paracetamol 3 x 500 mg

Vitamin B complek 2 x 1 tablet

Topikal : Acyclovir salf

d. Rehabilitatif
Kontrol kembali ke puskesmas jika tidak ada perbaikan atau obat habis.

11

RESEP
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Alai
Dokter : Bobby Antama
SIP no : 07121459
Tanggal 10 November 2012
R/ Acyclovir tab 400mg No XX
S 5 dd tab I
_____________________________________________
R/ Paracetamol tab 500mg No X
S 3 dd tab I
_____________________________________________
R/ Vit B complek tab No. X
S 2 dd tab I
_____________________________________________
R/ Acyclovir zalf tube No I
Sue (2x sehari pada lesi yang belum pecah, oles tipis)
_____________________________________________
Pro

: Ny. Y

Umur : 45 tahun
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan usia 45 tahun dengan diagnosis
Herpes zoster thorakalis setinggi Th V-VI sinistra. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama berupa
gelembung-gelembung berisi cairan yang terasa nyeri di payudara kiri, nyeri seperti
ditusuk dan meningkat saat terkena pasien, demam (+). Pasien mengaku beberapa hari
belakangan sangat capek karena mengurus cucu, dan sering terlambat makan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, frekuensi nadi 85
x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu 37,6 0C. Dari status dermatologikus didapatkan
lokasi lesi payudara kiri, distribusi unilateral, terlokalisir sesuai dermatom, bentuk tidak
khas, susunan herpetiformis, batas tegas, ukuran, lentikular, efloresensi berupa vesikel
berkelompok dengan dasar plak eritem

12

Pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,
urin rutin dan feses rutin. Selain itu juga pemeriksaan tzank test dengan hasil yang
diharapkan adalh sel datia berinti banyak. Penyebab penyakit ini adalah reaktivasi virus
varisella akibat penurunan daya tahan tubuh.
Pada pasien dilakukan manajemen preventif berupa manajemen stress,
mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan bergizi, menghindari bekerja yang menimbulkan
kelelahan fisik yang berat, menghindari penggunaan obat jangka lama yang dapat
menurunkan sistem imun atau daya tahan Manajemen promotif dengan cara
menerangkan informasi tentang penyakit herpes zoster, faktor penyebab dan bagaimana
proses penularan, menerangkan bahwa penyakit ini dapat menular kepada orang lain,
menerangkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan daya tahan tubuh, sehingga perlu
mengatur nutrisi, pola tidur dan manajemen stress.
Manajemen kuratif berupa acyclovir tablet dan salf, paracetamol, dan vit B
kompleks. Manajemen rehabilitatif berupa kontrol ke puskesmas bila tidak ada perbaikan
atau obat habis.
Salah satu komplikasi yang ditakutkan dari penyakit ini adalah terjadinya
Neuralgia Post Herpetik (NPH). Pada NPH nyeri menetap 1 - 3 bulan atau lebih sesudah
lesi herpes menyembuh. Terjadinya NPH ini sangat erat hubungannya dengan umur
penderita saat timbulnya herpes zoster. NPH menimbulkan gejala nyeri hebat yang
kadang sulit diatasi sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sesudah herpes zoster
menghilang. Hal ini disebabkan karena kerusakan neuron yang terjadi pada fase akut
menjadi permanen karena daya regenerasi sel neuron yang rendah.

13

Вам также может понравиться