Вы находитесь на странице: 1из 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penegakan Diagnosis dan Rencana Perawatan


Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat

penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi
ketepatan dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam
menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat 4 tahap
yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi, disingkat dengan "SOAP", yakni S
(pemeriksaan Subyektif), O (pemeriksaan Objektif), A (Assessment), dan P
(treatment Planning) (Abu, 2002) .
2.1.1 Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat social (Abu, 2002).
a. Identitas Pasien/Data Demografis
Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi
perlu menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data ante
mortem (dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi:
1. Nama (nama lengkap dan 6. Pekerjaan
nama panggilan)

7. Pendidikan

2. Tempat dan tanggal lahir

8. Kewarganegaraan, serta

3. Alamat tinggal

9. Nomor telepon/handphone yang

4. Golongan darah
5. Status pernikahan

bisa dihubungi

b. Keluhan Utama (Chief Complaint/CC)


Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien
datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh
terhadap pertimbangan dokter gig dalam menentukan prioritas perawatan.

Rasa sakit ataupun ngilu, rasa

Prioritas Perawatan

tidak nyaman, pembengkakan.


perdarahan, halitosis, rasa
malu , alasan estetis
Gambar 1.1 Keluhan Utama dan Prioritas Perawatan

c. Present illness (PI)


Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pula
pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu dengan
mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencari tahu kapan
rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah keluhan itu
bersifat intermittent (berselang) atau terus menerus, jika intermittent
seberapa sering, adakah faktor pemicunya, dan sebagainya.
Jika rasa sakit terdeskripsikan sebagai masalah utama, maka ada beberapa
hal yang dapat dikembangkan, misalnya sebagai berikut :
Rasa sakit

Deskripsi

Lokasi

Gigi-gigi tertentu atau menyeluruh

Faktor pemicu

Panas/dingin, bertambah parah saat mengunyah

Karakter

Tumpul, tajam, berdenyut

Keparahan

Apakah sampai minum obat (analgesic) atau


membuat sulit tidur

Penyebaran/Radiasi

Menyebar ke struktur yang dekat, sebagai

referred pain

Tabel 1.1 Rasa Sakit dan Deskripsi

d. Riwayat Medik (Medical History/MH)


Riwayat medik perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis treatment, dan prognosis. Beberapa hal yang penting ditanyakan
adalah :
1. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala
umum yang lainnya.
2. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk
dengan respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi
kulit, kecemasan depresi dengan kelainan kejiwaan
3. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
4. Alergi makanan dan obat
5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
6. Riwayat rawat inap
7. Anastesi
8. Prolem medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes,
kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis
yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.
e. Riwayat Dental (Dental History/DH)
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena
akan mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang
dapat di ditanyakan yaitu :
1. Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak
2. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan

3. Problem gigi terakhir yang relevan


4. Perawatan restorasi/ pencabutan gigi terakhir
f. Riwayat Keluarga (Family History/FH)
Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema
herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes. Beberapa
penyakit yang berkaitan dengan kelompok etnik tertentu, misal pemphigus
pada orang Yahudi, dan behcet's syndrome pada orang di area mediterania.
g. Riwayat Sosial (Social History/SH)
Riwayat sosial yang dapat diungkap antara lain;
1. Apakah pasien masih memiliki keluarga
2. Keadaan sosio-ekonomi pasien
3. Pasien bepergian ke luar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit
infeksi, misalnya penyakit di daerah tropis atau wabah di negara
tertentu)
4. Riwayat seksual pasien
5. Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan, dan
6. Informasi tentang diet makan pasien.
2.1.2 Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan
secara umum dari pasien misalnya, pembengkakan di muka dan leher, pola
skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi
limfonodi,

otot-otot

Mandibular Joint).

mastikasi

dan

pemeriksaan

TMJ

(Temporo

1. Pemeriksaan Limfonodi
Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada
bagian kepala leher dengan area seperti terlihat pada gambar 1.2.
Limphonodi kepala dan leher
Submental
Submaxilary
Parotid
Preauriculer
Subdigastric
Nodi lymphaticy cervicales
Nodi
lymphaticy
supra
claviculares
Nodi lymphatici post auriculares
Gambar 1.2. Limfonodi kepala dan leher
(Sumber : buku Oral And Maxilofacial Medicine, The Basis Of Diagnosis And
Treatment, Second Edition, Elsevier Churchill Livingstone,Scullly. C, 2008 ")
2. Pemeriksaan Otot-Otot Mastikasi
Untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik
palpasi

yang

dilakukan

tergantung

dengan

otot

mastikasi

(pengunyahan) (tabel 3).


Otot /Musculus

Palpasi

Masseter

Palpasi

dilakukan

bimanual,

tangan

secara

yang

(dengan satu jari)

satu

dibagian

intraoral
Temporalis

Palpasi

langsung

pada

regio

temporal, dan meminta pasien


untuk

mengoklusikan

gigi-

geliginya
Pterygoid lateral

Dengan menempatkan sedikit jari

di belakang tuberositas maksila


Pterygoid Medial

Palpasi secara intra oral pada


bagian

lingual

pada

ramus

mandibula

Tabel 1.2. Pemeriksaan Otot-Otot Pengunyahan

3. Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ)


Dalam melakukan pemeriksaan TMJ, seorang dokter gigi dapat
melakukan palpasi pada bagian pre aurikuler pasien dengan
menggunakan jari telunjuk atau menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan adanya kliking atau krepitasi.

Gambar 1.3. Penggunaan


Stetoskop dalam
mendeteksi suara artikular
(kliking,krepitasi)

Gambar 1.4. Palpasi TMJ. Respon pasien


untuk palpasi, Skor 0-tidak adanya nyeri
pada palpasi, 1-nyeri ringan, 2- nyeri
sedang, 3- sakit parah, refelks palpebral

Sumber gambar 1.3 dan 1.4


Examination of Temporomandibular Disorders In The Orthodintic Patient : A Clinical Guide
Conti, Oltramari, Navarro, Almeida J Appl Oral Sci. 2007;15(1) : 77-82

b. Pemeriksaan Intra Oral


Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam
rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan
sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Beberapa gambaran yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan intraoral ada dalam tabel berikut :

Bagian

yang Gambaran yang dapat ditemukan

diperiksa
Bibir

Sianosis (pada pasien dengan penyakit respirasi


atau jantung), angular cheilitis, fordyce spots,
mucocele

Mukosa labial

Normalnya tampak lembab dan prominent.

Mukosa bukal

Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat


mukosa bukal dalam keadaan normal kaca mulut
licin

bila

ditempelkan

dan

diangkat.

Bila

menempel di mukosa, maka bisa disimpulkan


adanya xerostomia
Dasar

mulut

dan Bila

bagian ventral lidah


Bagian
Lidah

terdapat

adanya

benjolan,

maka

kemungkinan permulaan penyakit tumor

Dorsal Tes

indra pengecap

dapat

dilakukan

dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi asam


asetat asam dan 5% asam sitrat pada lidah dengan
menggunakan cotton bud atau cotton swab.
Dengan menggunakan kaca mulut dapat dilihat
keadaan posterior lidah, orofaring, tonsil

Palatum

(palatum Rugae terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat

keras dan palatum pula adanya benjolan atau tidak. Pada palatum
lunak)

dapat dilihat adanya tidaknya torus palatina.

Gingiva

Gingiva

sehat

tampak

datar,

pink

pucat,

permukaan stipling.
Gigi Geligi

Dilihat adanya ekstra teeth (supernumary teeth),


kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak
ada gigi sama sekali (anodontia), karies, penyakit
periodontal,

polip,

impaksi,

malformasi,

hipoplasi, staining, kalkulus, dan kelainan gigi


lainnya

Tabel 1.3. Gambaran Tiap Bagian pada pemeriksaan intra oral yang diperiksa

Pemeriksaan obyektif pada gigi dapat ditempuh dengan beberapa cara,


antara lain berikut :
1. Inspeksi : Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana
dengan warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan,
permukaan jaringan, permukaan, karies, abrasi, dan resesi
2. Sondasi : Dengan menggunakan sonde atau eksplorer dapat diketahui
kedalaman kavitas dan reaksi pasien. Rasa sakit yang menetap atau
sebentar dan adanya rasa ngilu.
Gambar alat diagnostik:
Kaca mulut untuk melakukan inspeksi
Sonde/eksplorer untuk melakukan sondasi
Ekskavator, untuk membersihkan jaringan
karies
Pinset
Gambar 1.5. Alat Diagnostik (dokumentasi pribadi)

3. Perkusi : Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen ke


arah jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya
peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4. Palpasi : Dilakukan dengan cara menekan jaringan ke arah tulang atau
jaringan sekitarnya. Untuk mengetahui adanya peradangan pada
jaringan periosteal tulang rahang, adanya pembengkakan dengan
fluktuasi atau tanpa fluktuasi.
5. Tes mobilitas : Gigi dimobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya
luksasi

6. Tes Suhu : Tes yang dilakukan dengan iritan dingin ataupun panas,
untuk mengetahui vitalitas gigi. Lazim digunakan chlor ethyl,
disemprotkan pada kapas kemudian ditempelkan pada bagian servikal
gigi.
7. Tes Elekrik : Pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas
gigi.
8. Transiluminasi : Menggunakan iluminator dari arah palatal atau
lingual. Untuk mengetahui adanya karies di lingual palatal,
membedakan

gigi

nekrosis dan gigi vital,

serta membantu

mendetekasi fraktur yang tidak terlihat.


2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan
untuk melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral
ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yakni :
1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan
2. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat.
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi,
yaitu:
1. Radiografi intraoral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap
gigit, teknik oklusal.
2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior
(PA) jaw, reverse towns projection.
2.2 Karies
2.2.1 Definisi Karies
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies
gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral

email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya


yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul
destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas (Kidd,
1992).
Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian
yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini
terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat
yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu (Kidd, 1992).
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara
populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin
membutuhkan waktu bertahun tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas
besar. Akan tetapi proses yang sama hanya membutuhkan waktu beberapa bulan
saja, kalau perkembangannya cepat (Kidd, 1992).
2.2.2 Faktor Terjadinya Karies
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama
beberapa kurun waktu (Tarigan, 1990).
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor
yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang
memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,
substrat atau diet dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran
yang bertumpang tindih (Tarigan, 1990).

Model Empat Lingkaran Penyebab Karies


Menurut Ruslawati (2001), penyebab karies gigi meliputi faktor internal
dan eksternal, yaitu:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi, yaitu:
a. Host, meliputi gigi dan saliva
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di
bawah email. Struktur email gigi sangat menentukan proses terjadinya karies.
Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam mulut
terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai
pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva,
derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies.
Saliva mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion Ca, dan P.
Saliva juga mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak
(Mansjoer, 2001).
b. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)
Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan
karies yaitu:
1) Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan
makan. Bakteri ini hanya dianggap faktor pembantu karies.
2) Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak
dalam mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena
bakteri ini mampu memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam

jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim, salah


satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.
3) Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa,
terutama membentuk asam laktat, asetat, dan asam format.
c. Environment (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan
sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus,
susu formula, larutan, dan makanan manis lainnya.
d. Time/waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan
progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk
meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri
atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva
berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
2) Faktor eksternal
Selain faktor internal (faktor langsung) yang berhubungan dengan karies
gigi, terdapat faktor-faktor eksternal (faktor tidak langsung) yang disebut faktor
resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya
karies.

Faktor-faktor tersebut yaitu:


a. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies akan
bertambah. Hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama
berpengaruh terhadap gigi.
b. Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Hal ini
karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki,
sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor
resiko terjadinya karies.
c. Suku bangsa

Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang


hubungan suu bangsa dengan prevalensi karies gigi. Hal ini karena
perbedaan

keadaan

social

ekonomi,

pendidikan,

makanan,

cara

pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berada


disetiap suku tersebut.
d. Letak geografis
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini kemungkinan karena
perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari, suhu, cuaca, air, keadaan
tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa kandungan fluor sekitar
1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies.
e. Kultur sosial penduduk
Faktor yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan dan penghasilan yang
berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.
f. Kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap pemeliharaan kesehatan
gigi.

2.2.3 Proses Terjadinya Karies


Proses terjadinya karies ditandai dengan demineralisasi jaringan keras
gigi yang diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Demineralisasi terjadi
ketika karbohidrat yang dikonsumsi difermentasi oleh bakteri dalam plak
sehingga menghasilkan asam laktat. Bakteri penyebab utama karies adalah
Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positf (+),
bersifat non motil(tidakbergerak), berdiameter 1-2 m, bakteri anaerob fakultatif.
Memiliki bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti rantai dan tidak
membentuk spora. Streptococcus mutans termasuk kelompok Streptococcus
viridans yang merupakan anggota floral normal rongga mulut yang memiliki sifat
-hemolitik dan komensaloportunistik Adanya pembentukan asam akan
menurunkan pH plak gigi di bawah nilai pH kritisyaitu 5,2-5,5(Willett dkk., 1991;
Ari, 2008).
Ada beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah
gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah mengkonsumsi sesuatu yang
mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit

penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasimolekul protein


dankarbohidrat) bertahanp ada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi.
Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai
Streptococcus mutans juga bertahan pada glikoprotein itu. Walaupun banyak
bakteri lain yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat
menyebabkan rongga atau lubang pada gigi (Willett dkk., 1991; Ari, 2008).
Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu
metabolism glikolisis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di
bawah kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar
keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapat
menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi pembentukan suatu rongga
atau lubang. Streptococcus mutans ini yang mempunyai suatu enzim yang disebut
glucosyltransferase diatas permukaannya yang dapat menyebabkan polimerisasi
glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa
molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan
glukosaalfa (1-6) alfa (1-3) (Willett dkk., 1991; Ari, 2008).
Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air.
Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri streptococcus mutans untuk berkembang dan
membentuk plak gigi. Enzim yang sama melanjutkan untuk menambahkan banyak
molekul

glukosa kesatu sama lain untuk membentuk dextran yang memiliki

struktur sangat mirip dengan amylase dalam tajin. Dextran bersama dengan
bakteri melekat dengan erat pada enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak
pada gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang pada
gigi yang disebut dengan karies gigi(Willett dkk., 1991; Ari, 2008).
Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi dengan perantara
glukan, dimana produksi glukan yang tidak dapat larut dalam air merupakan
faktor virulensi yang penting, glukan merupakan suatu polimer dari glukosa
sebagai hasil reaksi katalis glucosyltransferase. Glukosa yang dipecah dari
sukrosa dengan adanya glucosyltransferase dapat berubah menjadi glukan.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glucosyltransferase dan
fruktosyltransferase. Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa

yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktanataulevan (Willett dkk., 1991;
Ari, 2008).
Plak dapat menghambat difusi asam keluar dalam saliva sehingga
konsentrasi asam pada permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion
hidrogen yang bereaksi dengan Kristal apatit dan merusak enamel, berpenetrasi
lebih dalam kedalam gigi sehingga Kristal apatit menjadi tidak stabil dan larut.
Hal ini menyebabkan produksi asam meningkat, reaksi pada kavitas oral juga
menjadi asam dan kondisi ini akan menyebabkan proses demineralisasi gigi terus
berlanjut sehingga menyebabkan gigi menjadi berlubang(Regina, 2007).

2.3 Penyakit Pulpa


Jaringan pulpa dan periapeks sehat atau sering disebut juga jaringan pulpa, dan
periapeks normal adalah keadaan saat pulpa dan daerah periapeks bebas dari
keadaan sakit. Hal ini dapat dilihat dari variasi struktur histologi yang bergantung
pada umur dan fungsi gigi tersebut. Dalam perawatan endodonti, kita mengenal
beberapa kelainan pulpa, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Hiperemi pulpa
Pulpitis
Degenerasi pulpa
Nekrosis pulpa

2.3.1 Hiperemi Pulpa


Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa, yang
disebabkan oleh kongesti vaskular. Hiperemi pulpa ada dua tipe :
1. Arteri (aktif), jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri.
2. Vena (pasif), jika terjadi pengurangan darah vena.
Jadi, hiperemi pulpa merupakan penanda bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi
lagi untuk dapat bertahan sebagai suatu pulpa yang tetap sehat.
Hiperemi pulpa dapat disebabkan oleh:

1. Trauma, seperti oklusi traumatik, syok thermal sewaktu preparasi kavitas,


dehidrasi akibat penggunaan alkohal atau kloroform, syok galvanik, iritasi
terhadap dentin yang terbuka disekitar leher gigi.
2. Kimiawi, seperti makanan yang asam atau manis, iritasi terhadap bahan
tumpata silikat atau akrilik, bahan sterilisasi dentin (fenol, H 2O2, alkohol,
kloroform).
3. Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke
pulpa, jadi dalam hal ini sebelum bakteri masuk ke jaringan pulpa, tetapi
baru toksin bakteri.

Gejala
Hiperemi pulpa bukanlah penyakit, tetapi merupakan suatu tanda bahwa
ketahanan pulpa yang normal telah ditekan sampai kritis. Hiperemi pulpa ditandai
dengan rasa sakit yang tajam dan pendek. Umumnya rasa sakit timbul karena
rangsangan air, makanan atau udara dingin, juga karena makanan yang manis atau
asin. Rasa sakit ini tidak spontan dan tidak berlanjut jika rangsangan dihilangkan.

Diagnosis
Hiperemi pulpa didiagnosis melalui gejalanya dan pemeriksaan klinis. Rasa sakit
tajam dan berdurasi pendek, berlangsung beberapa detik sampai kira-kira satu
menit, umumnya hilang jika rangsangan disingkirkan. Pulpa yang hiperemi, peka
terhadap perubahan temperatur, terutama rangsangan dingin. Rasa manis
umumnya juga menyebabkan rasa sakit.
Pemeriksaan visual dan riwayat sakit pada gigi tersebut harus diperhatikan,
misalnya apakah terdapat karies, gigi pernah ditumpat, terdapat fraktur pada
mahkota gigi, atau oklusi traumatik. Pada pemeriksaan perkusi, gigi tidak peka
walaupun kadang-kadang ada respon ringan. Hal ini disebabkan vasodilatasi

kapiler didalam pulpa. Terhadap tes elektrik, gigi menunjukkan kepekaan yang
sedikit lebih tinggi dari pada pulpa normal. Gambaran radiografi menunjukkan
ligamen periodontal dan lamina dura yang normal dan pada gambaran ini dapat
dilihat kedalaman karies.
Hiperemi pulpa harus dibedakan dengan hipersensitivitas dentin walaupun
keduannya termasuk pulpitis reversibel. Hipersensitivitas dentin disebabkan oleh
dua faktor, yaitu:
a. Transmisi rasa sakit melalui tubulus dengan yang terbuka
b. Ambang rasa sakit yang rendah akibat vasodilatasi kapiler yang kronis
atau peradangan lokal
Hipersensitivitas dentin, kadang-kadang disebut juga dengan iritatio pulpa
2.3.2 Pulpitis
Pulpitis merupakan kelanjutan hiperemi pulpa, yaitu bakteri telah menggerogoti
jaringan pulpa. Menurut inglay, atap pulpa mempunyai persyarafan terbanyak
dibanding bagian lain pada pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraf yang
banyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut.
Secara hematogen, pulpitis juga dapat terjadi Karena tuberculosis, sifilis, dan lainlain yang disebut anachorese. Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa,
pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis akut. Secara struktur , jaringan tidak di kenal lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa
parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa dibagian kamar pulpa saja
dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar.
2. Pulpitis akut fibrinosa. Banyak ditemukan fibrinigen pada pulpa
3. Pulpitis akut hemoragi. Dijaringan pulpa terdapat banyak erotrosit.
4. Pulpitis akut purulenta. Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur
berubah menjadi peleburan jaringa pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa,
dapat terjadi pernanahan pada dalam pulpa:
a. Pada beberapa bagian terjadi peleburan jaringan pulpa sehingga
terbentuk abses

b. Pernanahan terjadi berkesinambungan sehingga terjadi flegmon pada


pulpa yang menghancurkan seluruhan jaringan pulpa.
Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis simtimatis. Pulpitis ini merupakan respon peradangan dari jaringa
pulpa terhadap iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa
sakit timbul karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit
berkisar anatara lingual sampai sangat hebat dengan intensitas yang tinggi,
terus menerus, atau berdenyut.
yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah:
- Pulpitis akut
- Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/ kronis
- Pulpitis sub akut
Gambaran radiografi memprlihatkan adanya karies yang luas dan dalam,
kadang-kadang terjadi sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis
simtomatis yang disertai periodontitis apikalis terjadi kepekaan terhadap
perkusi. Rangsangan pada akan menyebabkan rasa sakit, sebaliknya rasa
sakit berkurang dengan adanya rangsangan dingin.
Pada stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes
elektrik, selanjutnya kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan
penyakit.
2. Pulpitis asimtomatis. Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai
mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses
proliferasi berperan disini. Tidak ada rasa sakit karena adanya
pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa.
Yang termasuk pulpitis asimtomatis adalah:
- Pulpitis kronis ulseratif
- Pulpitis kronis hiperplastik
- Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif,
trauma, gerakan orthodnti).
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi
atas:

1. Pulpitis reversible, yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat


dipertahankan setelah perawatan endodonti.
Yang termasuk pulpitis reversible adalah:
- Peradangan pulpa stadium transisi
- Atrofi pulpa
- Pulpitis akut
2. Pulpitis ireversible, yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak
dapat dipertahankan, tetapi gigi masih dapat dipertahankan didalam

rongga mulut setelah perawatan endodonti dilakukan.


Yang termasuk pulpitis irreversible:
Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
Pulpitis kronis eksaserbasi akut

Pulpitis akut
Berdasarkan durasi dan keparahan rasa sakit, pulpitis akut dapat dibagi menjadi:
1. Pu;pitis akut serosa. Pulpitis akut serosa adalah peradangan akut pada
pulpa gigi yang ditandai dengan sakit paroksimal hilang-timbulyang
terjadi terus-menerus. Jika dibiarkan, hal ini akan berlanjut menjadi
pulpitis supuratif akut yang kemudian menyebabkan nekrosis pulpa.
Gejala pulpitis akut serosa adalah sakit paroksimal yang ditimbulkan oleh
perubahan suhu mendadak, terutama karena dingin, makanan yang manis
atau asam, masuknya makanan kedalam kavitas, isapan, juga keadaan
berbaring yang menyebabkan terjadinya kongesti pembuluh darah pada
pulpa. Nyeri sering menetap sesudah penyebabnya dihilangkan dan hilangtimbul secara spontan tanpa sebab yang jelas.
2. Pulpitis akut supuratif. Pulpitis akut supuratif adalah peradangan pulpa
akut yang ditandai dengan pembentukan abses pada permukaan pulpa atau
didalam pulpa.
Gejalanya berupa rasa sakit sangat hebat dan umumnya menusuk-nusuk,
berdenyut, atau seperti gigi yang ditekan dengan kuat sekali.pasien sering
terbangun tengah malam karena sakitnya dan selalu marah dengan
tindakan apapun yang dilakukan terhadapnya.

Jika absesnya superfisial dan dentin yang karies dibuang dengan eskavator,
tetesan pus (nanah) akan terlihat melalui Gejalanya berupa rasa sakit
sangat hebat dan umumnya menusuk-nusuk, berdenyut, atau seperti gigi
yang ditekan dengan kuat sekali.pasien sering terbangun tengah malam
karena sakitnya dan selalu marah dengan tindakan apapun yang dilakukan
terhadapnya.
Jika absesnya superfisial dan dentin yang karies dibuang dengan eskavator,
tetesan pus (nanah) akan terlihat melalui Gejalanya berupa rasa sakit
sangat hebat dan umumnya menusuk-nusuk, berdenyut, atau seperti gigi
yang ditekan dengan kuat sekali.pasien sering terbangun tengah malam
karena sakitnya dan selalu marah dengan tindakan apapun yang dilakukan
terhadapnya.
Jika absesnya superfisial dan dentin yang karies dibuang dengan eskavator,
tetesan pus (nanah) akan terlihat melalui kavitas tersebut sesudah tetesan
darah, tindakan ini dapat mengurangi sakit.
Ulserasi umumnya terletak superfisial. Bakteri yang membentuk nanah
akan mencairkan jaringan pulpa dan mengubahnya nanah yang akirnya
akan mendorong terjadinya degenerasi total dan kerusakan pulpa. Pada
tahap awal, keadaan ini hanya mengenai tanduk pulpa saja.
Pulpitis subakut
Merupakan eksaserbasi akut yang ringan dari pulpitis kronis. Ditandai dengan
rasa sakit yang sedang dan hilang-timbul. Istilah subakut digunakan pada kasus
yang sulit dikategorikan akut atau kronis.
Pulpitis Kronis
Pulpitis kronis dapat dibagi menjadi:
1. Pulpitis kronis ulseratif. Ditandai dengan pembentukan ulkus pada
permukaan pulpa didaerah yang terbuka. Keadaan ini umumnya terjadi
pada pulpa muda atau pulpa tua yang sanggup menahan proses infeksi sub
klinis.

Gejalanya adalah rasa sakit yang biasanya tidak begitu hebat, bahkan tidak
ada rasa sakit sama sekali, kecuali ada makanan masuk kedalam kavitas.
Selain itu, respon terhadap tes thermal dan elektrik akan menurun.
Biasanya terdapat pada pulpa yang terbbuka dan akan tetap pada dalam
fase kronis selama kavitas tetap terbuka.
2. Pulpitis kronis hiperplastik. Merupakan peradagan pulpa yang terbuka,
ditandai dengan terjadinya jaringan granulasi dan epitel karena adanya
iritasi yang ringan dalam waktu lama. Terlihat disini bahwa jumlah dan
besar sel juga bertambah. Keadaan ini disebut juga polip pulpa.
Gejalanya biasanya tidak jelas, kecuali waktu menelan ketika tekanan
gumpalan makanan akan menyebabkan rasa sakit. Respon terhadap
perubahan thermal lemah atau tidak ada sama sekali, kecualai pada
rangsangan dingin yang ekstrem, misalnya etil klorida

2.3.3 Degenerasi Pulpa


Degenerasi pulpa jarang ditemukan, biasanya terdapat pada gigi orang dewasa.
Penyebabnya adalah iritasi ringan yang persisten sewaktu muda. Degenerasi pulpa
tidak selalu berhubungan dengan infeksi atau karies walaupun tejadi pada gigi
yang telah ditumpat.
Macam-macam degenerasi pulpa:
1. Degenerasi hialain
Terjadi penebalan jaringan ikat pulpa karena penempelan karbohidrat.
2. Degenerasi amiloid
Terlihat gumpalan-gumpalan sel pada pulpa.
3. Degenerasi kapur
Terjadinya mineralisasi pada pulpa sehingga dapat terbentuk dentikel.
Mineralisasi ini dapat terjadi pada jaringan saraf, jaringan ikat, terutama
pada saluran akar.
Dentikel terbagi 2
- Dentikel asli, biasa terbentuk pada saluran akar pada masa
pembentukan gigi.

Dentikel palsu, terbentuk pada pulpa karena degenerasi sel pulpa


setelah pembentukan akar sempurna. Dentikel palsu ini terbagi lagi
menjadi dentikel bebas yang tidak ada hubungannya dengan dinding
kamar pulpa, dan dentikel lekat yang melekat pada dinding kamar
pulpa.
Dentikel ditemukan baik pada gigi susu maupun gigi permanan. Pada
orang muda ditemukan antara 30-60%, sedangkan pada umur diatas 50

tahun, 90%
4. Resorpsi internal pink spot
Suatu bentuk yang agak lain berasal dari pulpitis kronis granulomatosis,
disebut granuloma interna. Penyebabnya belum diketahui, tetapi biasanya
ada riwayat trauma. Jika granuloma interna ini terbentuk pada kamar pulpa
disebut pink spot.
Jika resorpsi interna diketahui secara dini, gigi dapat dipertahankan
dengan perawatan saluran akar dan proses resorpsinya akan terhenti.
Keadaan ini sering mengenai gigi depan atas. Kalau hal ini terlambat
diketahui, resorpsi dapat menembus ke ligamen periodontal bahkan
membuat gigi fraktur.
2.3.4 Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan dari radang
pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma. Nekrosis pulpa dapat parsial atau total. Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi. Disini terdapat bagian jaringan yng larut, mengendap, dan
berubah menjadi barang yang padat.
2. Tipe liquefaction. Enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi
suatu bahan yang lunak atau cair
Penyebab nekrosis adalah bakteri, trauma, iritasi terhadap bahan restorasi silikat
dan akrilik, atau radang pulpa yang berlanjut. Nekrosis pulpa dapat juga terjadi
pada aplikasi bahan devitalisasi, seperti arsen dan paraformaldehid.

Gigi yang nekrosis tidak terasa sakit. Petunjuk pertama adanya nekrosis adalah
perubahan warna gigi dan gigi tidak peka terhadap preparasi kavitas yang
dilakukan sampai kekamar pulpa. Kadan-kadang gigi terasa sakit jika ada
rangsangan panas karena terjadi perubahan gas yang akan menekan ujung syaraf
jaringan vital yang ada disekitarnya.
Gambaran radiografi menunjukkan adanya kavitas ataupun tumpatan yang besar,
saluran akar yang terbuka dan penebalan ligamen periodontal. Kadang-kadang
gigi tidak mempunyai kavitas maupun karies, tetapi pulpa telah nekrosis akibat
trauma. Pada beberapa kasus, gigi mempunyai riwayat sakit pada waktu yang lalu
yang kemudian berangsur-angsur menjadi nekrosis. Pada kasus lain, gigi menjadi
non vital secara simtomatis.
Gig dengan nekrosis pulpa biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik maupun
thermal, tapi kadang-kadang memberi respon terhadap panas. Nekrosis pulpa tipe
liquefactin dapat menunjukkan kepekaan terhadap tes elektrik karena adanya
aliran listrik ke jaringan vital sekitarnya.
Hasil pemeriksaan palpasi, perkusi, mobilitas, dan pembengkakan adalah negatif
kecuali disertai dengan peradangan periapeks.

2.4 Pertimbangan Restorasi Gigi Sulung


a.

Usia anak
Usia anak berhubungan dengan sikap anak dalam mengahadapi perawatan
dan juga kondisi gigi geligi. Semakin kecil usia anak, semakin dibutuhkan
penanganan ekstra karena cenderung merasa takut dan tidak kooperatif saat
dilakukannya suatu perawatan dental. Sejak usia 18 bulan anak-anak dapat
menjalani pemeriksaan gigi, namun umumnya baru usia 2 atau 3 tahun.

b.

Derajat keparahan karies


Derajat keparahan karies menjadi salah satu wacana yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan, hal ini berkaitan dengan kondisi gigi yang terkena

c.

karies superfisial, media, ataupun profunda hingga profunda perforasi.


Kondisi gigi & tulang penyangga dilihat dari foto rontgen

Menjadi bahan pertimbangan karena kondisi gigi dan tulang penyangga yang
baik akan turut mempengaruhi proses dari suatu restorasi. Apakah gigi
keadaan gigi baik, dengan tulang yang baik, ataukah terjadi kelainan pada
d.

akar, ruang pulpa, dan lain sebagainya.


Waktu normal gigi tanggal
Setiap gigi mempunyai masa waktu untuk tanggal. Masa waktu untuk tanggal
inilah yang kemudian dijadikan dokter gigi atau perawat gigi dadlam
melakukan restorasi. Biasanya apabila gigi yang terkana karies sudah
mendekati waktu tanggal perawatan yang sering digunakan untuk gigi decidui
adalah perawatan sementara, yang lebih banyak menggunakan bahan yang
dapat melepas fluoride.

e.

Efek bila gigi tersebutdicabut


Operator hendaknya mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi dari
pencabutan gigi. Pertimbangan banyak ditekankan pada pertimbangan kondisi
ruang pada rahang. Gigi anak yang lepas sebelum waktunya, misalnya
karena

berlubang

ataukarena

terlepas

dengan

sendirinya,

dapat

menyebabkan ruangan yang tertinggalmenyempit karena pergeseran gigi


sebelahnya. Ruangan yang menyempit ini akanmengganggu

erupsi gigi

tetap di bawahnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigitetap tumbuh dalam


posisi yang kurang baik dan susunan gigi pun menjadi tidak rapi
(Tedjosasongko, Udijanto, 2009).
2.5 Perbedaan Perawatan Gigi Sulung
1. Morfologi anatomi gigi sulung berbeda dengan gigi permanen :
a. Mahkota yang cembung dan servikal jelas
b. Bidang oklusal sempit
c. Servikal ke apeks menonjol
d. Enamel tipis
e. Tanduk pulpa tinggi

f. Saluran akar kecil


g. Dasar pulpa tipis
h. Ada gigi permanen yg akan tumbuh
i. Inklinasi prisma enamel berbeda

2. Perawatan gigi anak membutuhkan pendekatan ataupun keahliah khusus dalam


hal :
Management Perilaku Anak
Mempertimbangkan perasaan anak, membentuk rasa percaya dan kerja
sama anak agar mau melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik. Tidak
hanya memberikan perawatan sekarang, tetapi juga mengusahakan masa depan
kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan tingkah laku yang positif
terhadap perawatan gigi.
Anak

Dokter
Gigi

Orang Tua

2.6 Perawatan Pada Gigi Anak


Perawatan Pulpitis Reversible
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah dengan pencegahan.
Perawatan periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal jika

kavitas meluas, desensitasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan
pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada
preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis reversibel.
Bila dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulus noksius biasanya sudah
cukup. Begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya, untuk memaastikan
tidak terjadi nekrosis. Bila rasa sakit tetap ada walaupun telh dilakukan perawatan
yang tepat, inflamasi pulpa hendaklah dianggap sebagai ireversibel, yang
perawatannya adalah ekstirpasi (Grossman, 1995).
Perawatan Pulpitis Irreversible
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) seperti misalnya kresatin, eugenol atau formokresol.
Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, pengambilan pulpa
koronal atau pulpotomi dan penempatan formokresol atau dresing (dressing) yang
serupa di atas pulpa radikular harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi
(Grossman, 1995).

Nekrosis Pulpa
Perawatan nekrosis pulpa adalah dengan melakukan preparasi dan obturasi
saluran akar. Obturasi saluran akar adalah memasukkan suatu bahan pengisi
pengganti ke dalam ruangan yang sebelumya ditempati oleh jaringan pulpa, guna
mencegah infeksi berulang melalui sirkulasi atau melalui suatu retak pada
mahkota gigi (Grossman, 1995). Bahan pengisi yang biasa digunakan terdiri dari
bahan padat seperti gutta percha, dan Ag-Point, serta bahan semi padat atau pasta
seperti semen grossman, tubli seal kerr, semen wachs, sealapex (semen kalsium
hidroksida), ah 26 (resin epoksi), diaket (resin polivinil/poliketon) (Subiwahjudi,
2010).

2.6.1 Pembuatan Restorasi


Alat restorasi yang dapat digunakan untuk perawatan karies gigi sulung
adalah semen glass ionomer, composit resin strip crown, dan mahkota stainless
steel. Anak-anak dengan keadaan seperti ini adalah mungkin untuk dilakukan
preparasi kavitas kelas III dan kelas IV.Semen glass ionomer dan resin komposit
dapat digunakan untuk restorasi lesi-lesi kelas III pada gigi sulung anterior,
gabungan resin komposit dan glass ionomer (compomer/compoglass) juga dapat
digunakan untuk lesi kelas IV. Sedangkan mahkota stainless steel digunakan
untuk lesi karies pada gigi posterior (Riyanti, 2005).
a. Restorasi Direct
- Semen Glass Ionomer
Semen glass ionomer terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca
alumino silikat yang khusus dibuat dengan asam poliakrilat. Setelah tercampur
pasta semen ini ditumpatkan kedalam kavitas pada saat bahan ini belum
mengeras. Semen glass ionomer yang berisi logam perak dalam bubuknya
telah dikembangkan serta dikenal dengan nama generiknya yaitu cermet.
Semen semacam ini mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan bersifat
radiopak. Semen glass ionomer sebaiknya tidak digunakan sebagai alat
restorasi untuk kerusakan gigi yang luas karena kurang kuat menerima daya
kunyah yang berlebih. Pemakaian Semen Glass Ionomer sangat di utamakan
karena dapat melekat dengan baik pada enamel dan dentin serta berpotensial
memiliki antikariogenik dengan melepaskan flour.
-

Gabungan Resin Kompositdan Glass Ionomer


Resin komposit diindikasikan untuk kavitas kelas I atau kelas II pada

gigi anak yang kooperatif, untuk lesi interproksimal kelas III pada gigi anterior,
lesi kelas V pada permukaan fasial gigi anterior, hilangnya sudut insisal gigi,
fraktur gigi anterior, lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior kelas I dan
II. Pasien dengan insidensi karies dan kebersihan mulut yang kurang baik
merupakan kontraindikasi restorasi resin komposit.

b. Restorasi Indirect
- Stainless Steel Crown
Stainless Steel Crown (SSC) adalah tumpatan sementara berbentuk
anatomi gigi terbuat dari paduan logam (alloy) nirkarat yang mudah dibentuk
untuk diadaptasikan pada gigi sulung posterior. Indikasi SSC adalah (Bakar,
2013):
1.
2.
3.
4.

Kerusakan gigi yang sangat parah


Gigi molar desidui yang telah dilakukan terapi pulpa
Gigi desidui atau permanen yang hypoplasia, dan
Gigi-gigi anak-anak dengan resiko karies tinggi

Macamnya
Ada dua macam SSC :
1. Festooned : dengan merek Ni-Chro primary crown, keluaran ion
3M (USA) adalah metal crown yang sudah dibentuk menurut
anatomis gigi, baik kontour oklusal, bukal / lingual, proksimal dan
tepi servikal. Penyelesaian preparasi SSC jenis festooned ini
tinggal membentuk / menggunting permukaan servikal mahkota
tersebut.
2. Unfestooned : dengan merek Sun Platinum, keluaran Sankin,
Jepang adalah metal crown yang telah dibentuk permukaan oklusal
saja sedangkan bagian bukal / lingual dan servikal harus dibentuk
dengan tang khusus. Kedua macam bentuk mahkota harus
dimanipulasi agar tetap baik marginalnya.

Gambar 1.11 Stainless Steel Crown


a : Bentuk unfestooned, tepi servikal mahkota belum digunting.

b : Bentuk festooned tepi servikal sudah digunting dan dibentuk cembung.


c : Bentuk festooned tepi servikal sudah digunting sesuai dengan servikal
gigi.
-

Poly Carbonat Crown (PCC)


Restorasi poly carbonat biasa digunakan untuk gigi anterior decidui yang

mengalami karies yang luas (Bakar, 2013).


2.6.2 Perawatan Endodontik
Perawatan Endodontik adalah perawatan atau tindakan pencegahan yang
dilakukan untuk mempertahankan gigi vital, gigi yang hampir mati, dan gigi nonvital dalam keadaan berfungsi dalam lengkung gigi. Perawatan Endodontik dibagi
menjadi beberapa macam yaitu :
1. Pulpektomi
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan puldari
seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk
jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible
atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun
perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp
capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya
dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran
diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula.

Indikasi:
1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik
pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari
sepertiga apikal.
4. Ruang pulpa kering

5. Pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi)


tidak berhasil
6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular
tanpa kehilangan tulang penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomi
Pembengkakan bagian bukal

Kontra Indikasi
1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif
2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi
4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang
karena infeksi
6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah
sakit tidak mungkin dilakukan.
a. Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi dengan karies yang
telah meluas ke arah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur (Tarigan,
2006).
Teknik :
Diagnosis (foto roentgen I).
Anestesi Lokal.
Isolasi (absolut).
Preparasi kavitas dengan bur bulat, 3% perdarahan dihentikan
dengan H2O2.
Pembersihan biomekanis dengan jarum ekstirpasi, bur gates,
reamer, file, dan lain-lain.
Menentukan panjang kerja, foto jarum (foto roentgen II),
endometer lanjutan biomekanikal.
Irigasi H2O2 3% + Ultrasonik NaOCl 5%, keringkan dengan
paper point.

Pengisian saluran akar bergantung pada restorasi akhir (foto


roentgen III).
Tambalan sementara Zn(PO)4 atau oksida seng eugenol.
Tambalan tetap.

Gambar 3.12. Teknik Pulpektomi vital pada gigi sulung

b. Pulpektomi Devital
Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi pasien yang tidak
tahan terhadap anestesi, juga sering dilakukan untuk gigi sulung
(Tarigan, 2006).
Teknik :
Diagnosis (foto roentgen I).
Isolasi (relatif/absolut).
Preparasi kavitas, keringkan.
Peletakan bahan devitalisasi (Toxavit).
Tambalan sementara, semen oksida seng eugenol atau semen
Zn(PO)4 R/Analgetik.
Ekstirpasi pulpa, preparasi saluran akar, irigasi NaOCl 5%,
H2O2 3%, foto jarum, endometer (foto roentgen II),
ultrasonik.
Keringkan, peletakan kapas steril, tambalan sementara.
Pengisian saluran akar dengan pasta tubli seal + gutap semen.
Tambalan tetap.
c. Pulpektomi Nonvital
Pulpektomi nonvital dilakukan pada gigi yang didiagnosis gangren
pulpa atau nekrosis (Tarigan, 2006).
Teknik :
Diagnosis (foto roentgen I).
Isolasi (relatif/absolut).

Trepanasi preparasi kavitas, preparasi saluran akar secara


manual dan ultrasonik.
Irigasi H2O2 3%, NaOCl 5%, keringkan dengan saluran akar
dengan paper point.
Peletakan bahan desinfektan, septomixine dan lain-lain.
Tambalan sementara semen Zn(PO)4, R/ Antibiotik, R/
Analgesik (hanya jika sakit).
Pengisian saluran akar dengan gutaperca + pasta tubli seal
(foto roentgen III).
Tambalan tetap

2. Pulpotomi
Pulpotomi adalah pengambilan pulpa mahkota secara bedah.
Pulpotomi bertujuan untuk mempertahankan vitalitas pulpa radikuler dan
membebaskan rasa sakit pada pasien dengan pulpalgia akut. Ketika
melakukan pulpotomi, hanya daerah terinfeksi dan terinflamasi yang
diambil, sedangkan jaringan pulpa vital yang tidak terinfeksi di dalam
saluran akar ditinggalkan. Berdasarkan bahan dressing yang digunakan,
pulpotomi diklasifikasikan menjadi pulpotomi kalsium hidroksida, dan
pulpotomi formokresol (Tarigan, 2006).
a. Pulpotomi Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk
jembatan dentin dan memelihara vitalitas sisa pulpa (Tarigan, 2006).
Teknik :
Gigi dianestesi lokal.
Pasang isolator karet.
Medan operasi didisinfeksi dengan antiseptik yang cocok.
Gunakan bur steril untuk membuka kamar pulpa dan

mengambil seluruh atap kamar pulpa.


Kendalikan pendarahan dengan kapas gulung steril basah.
Ambil bagian korona pulpa dengan ekskavator sendok.
Kamar pulpa diirigasi dengan larutan anestetik.
Kamar pulpa dikeringkan dengan kapas.
Aplikasikan Ca(OH)2 pada pulpa yang telah diamputasi.
Di atasnya diaplikasikan suatu base semen.
Restorasi permanen diletakkan di atas base.
Lepas isolator karet, cek oklusi.

b. Pulpotomi Formokresol
Formokresol merupakan bahan yang mendisinfeksi dan memfiksasi
jaringan pulpa (Tarigan, 2006).
Teknik :
Lakukan anestesi gigi.
Ambil atap kamar pulpa.
Kuret dan ambil jaringan pulpa mahkota sampai orifis
saluran.
Irigasi dan bersihkan kamar pulpa dengan larutan anestesi
local untuk menaikkan hemostasis.
Letakkan gulungan kapas yang dibasahi dengan formokresol
diatas punting pulpa, dan tutup jalan masuk kavitas dengan
Cavit.
Berikan analgesik bila diperlukan.
Minta pasien untuk kembali dalam beberap hari mendatang
untuk menyelesaikan perawatan endodontik.

Gambar 1.12 Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol

3. Pulp Capping
Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke
jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat
mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa
dapat terhindari. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping adalah
kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukkan dentin

sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Jenis pulp capping ada 2
yaitu (Tarigan, 2006) :
a. Indirect Pulp Capping
Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat
tipis sekali, yaitu pada karies profunda. Tekniknya meliputi
pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar
kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa,
hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar
pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya dipakai adalah Zinc
Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang
diletakkan didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi
dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis
terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar
perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari
inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan
ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah
dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi
yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi) (Tarigan, 2006).
Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen
muda yang kariesnya telah luas dan sangat dekat dengan pulpa.
Tujuannya adalah untuk membuang lesi dan melindungi pulpanya
sehingga jaringan pulpa dapat melaksanakan perbaikannya sendiri
dengan membuat dentin sekunder. Dengan demikian terbukanya
jaringan pulpa dapat terhindarkan (Lenoita dkk., 2008).
Indikasi
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik
sangat dekat ke pulpa tetapi tidak mengenai pulpa.
Pulpa masih vital.

Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen


muda (Lenoita dkk., 2008).

Kontra Indikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan, Fistula, Peka terhadap perkusi,
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna, Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa (Lenoita dkk., 2008).

b. Direct Pulp Capping


Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada
pembusukan yang mendalam mendekati pulpa tapi tidak ada gejala
infeksi. Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan
langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh
terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di
dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan
di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari
tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan
tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk
dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar
daerah terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan (Tarigan,
2006).
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya
terbuka karena karies atau trauma tetapi kecil dan diyakini keadaan
jaringan di sekitar tempat terbuka itu tidak dalam keadaan patologis.

Dengan demikian pulpa dapat tetap sehat dan bahkan mampu


melakukan upaya perbaikan sebagai respons terhadap medikamen yang
dipakai dalam perawatan pulp capping (Lenoita dkk., 2008).
Indikasi
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab
mekanis dengan besar tidak lebih dari 1mm persegi dan
di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab
mekanis atau karena karies dan lebarnya tidak lebih dari
1 mm persegi dan tidak ada gejala.
Pulpa masih vital.
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun,
misalnya pulpa terpotong oleh bur pada waktu
preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri
maupun kontaminasi saliva (Lenoita dkk., 2008).

Kontraindikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.

Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang


dipakai telah memasuki jaringan pulpa.
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya
pulpa.
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya
pulpa (Lenoita dkk., 2008).
2.7 Kunjungan Pertama Pasien Anak
Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting
terutama kunjungan pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik
maka kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi
anak sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan
pertama ini sering disebut sebagai Kunci Keberhasilan perawatan dan
merupakan dasar yang nyata. Untuk mencapai tujuan ini perawatan harus
dilangsungkan

sedemikian

rupa

sehingga

menyenangkan dan anak akan mengenali

merupakan

pengalaman

yang

dokter gigi dan lingkungannya

(Freemeta,2009)
Tujuan Kunjungan Pertama
1. Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua
2. Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien
3. Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila diperlukan.
4. Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :
a. Profilaksis
Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh
mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan
b. Topikal Aplikasi Fluor
Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik lain.
5. Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :
a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif
b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan berikutnya.
c. Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan untuk
menyelesaikan perawatan (Freemeta,2009).

Pada kunjungan pertama ini sebaiknya hanya untuk memperkenalkan pada


anak bagaimana rasanya memeriksakan gigi dan memperlihatkan bahwa ini
adalah pengalaman yang menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk anak
yang baru pertama kali berkunjung ke dokter gigi. Pemeriksaan terhadap anak
hendaknya dilakukan perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa dan alat yang digunakan
hendaknya dibatasi untuk menghindari rasa takut. Biarkan anak bertanya tentang
alat yang digunakan juga bila anak akan memegangnya asalkan tidak berbahaya.
Jawablah pertanyaan tersebut dengan jawaban yang mudah dimengerti dan
berikan contoh yang mudah dipahami anak. Para orang tua biasanya mencoba
mempersiapkan anak mereka pada kunjungan ke dokter gigi, tetapi beberapa
orang tua lebih banyak melakukan hal-hal yang buruk daripada yang baik dalam
usaha tersebut. Oleh karena itu perlu menasehati orang tua bagaimana
mempersiapkannya. Pemeriksaan yang lebih terperinci dapat dilakukan tetapi
tanpa menggunakan probe/sonde. Alat plastik yang tumpul dapat digunakan untuk
menggantikan probe. Untuk anak yang sangat gelisah dokter gigi dapat mengganti
baju dokternya dengan baju biasa. Hal ini akan membuat dokter gigi mempunyai
penampilan seperti seorang bapak atau ibu (Freemeta,2009).
Pada anak kecil prosedur penyikatan gigi dibatasi beberapa gigi seri dan
dalam waktu hanya satu atau dua menit. Tujuan utamanya adalah untuk
memperkenalkan anak agar senang ke dokter gigi, apakah plak akan hilang atau
tidak adalah tidak penting, sedangkan pasta profilaksis biasanya tidak diperlukan.
Pada anak yang lebih besar dapat dilakukan profilaksis seluruh mulut yang
dilanjutkan dengan topikal aplikasi fluor (Freemeta,2009).
Idealnya perawatan operatif yang meliputi injeksi atau preparasi tidak
dimulai pada kunjungan pertama, walaupun anak pernah mempunyai pengalaman
dengan dokter gigi lain, karena pada tahap ini anak berada pada situasi yang baru.
Sayangnya anak sering dibawa pertama kali ke dokter gigi dalam keadaan sakit,
sehingga prosedur pendahuluan yaitu memperkenalkan anak ke dokter gigi tidak
mungkin dilakukan. Prosedur yang ideal padakunjungan ini dapat diubah
misalnya pada anak yang datang berobat dalam keadaan sangat sakit, sehingga
untuk keadaan demikian harus segera dilakukan perawatan. Beberapa kasus perlu

dilakukan segera perawatan (misalnya gigi sangat goyang) sedangkan bila ada
rasa sakit lebih baik memberikan analgetik dulu, agar anak dapat yakin bahwa ke
dokter gigi justru untuk menyembuhkan, bukan untuk menambah rasa sakit
(Freemeta,2009).
Tujuan yang mendasar dari kunjungan ini tidak boleh diabaikan. Bagi
orang dewasa bila ia merasa kurang senang pada satu dokter gigi ia akan pergi ke
dokter gigi lain, tetapi tidak demikian halnya dengan pasien anak, sekali ia
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan akan sulit baginya untuk
membangun kepercayaan terhadap dokter gigi (Freemeta,2009).

Вам также может понравиться

  • Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
    Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
    Документ7 страниц
    Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
    Rinda Julianti
    100% (1)
  • Teknik Preparasi Saluran Akar
    Teknik Preparasi Saluran Akar
    Документ8 страниц
    Teknik Preparasi Saluran Akar
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Pedoman Ruang Gilut
    Pedoman Ruang Gilut
    Документ21 страница
    Pedoman Ruang Gilut
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Etika Belajar
    MAKALAH Etika Belajar
    Документ5 страниц
    MAKALAH Etika Belajar
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Penyakit Pedo
    Penyakit Pedo
    Документ19 страниц
    Penyakit Pedo
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Документ2 страницы
    Lamp Iran
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ2 страницы
    Bab Iii
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Документ2 страницы
    Lamp Iran
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Dasar Dasar Radiologi
    Dasar Dasar Radiologi
    Документ17 страниц
    Dasar Dasar Radiologi
    Nilton Freitash
    Оценок пока нет
  • Casting Procedure1
    Casting Procedure1
    Документ27 страниц
    Casting Procedure1
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Nurul Maulidiah
    Оценок пока нет
  • Bab III Baru
    Bab III Baru
    Документ2 страницы
    Bab III Baru
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Four Handed Dentistry
    Four Handed Dentistry
    Документ25 страниц
    Four Handed Dentistry
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Alergi
    Alergi
    Документ10 страниц
    Alergi
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Animal Agriculture Journal
    Animal Agriculture Journal
    Документ8 страниц
    Animal Agriculture Journal
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • 1 Cover Luar-1
    1 Cover Luar-1
    Документ1 страница
    1 Cover Luar-1
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ20 страниц
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ20 страниц
    Bab I
    Yulia Mifta Purwaningrum
    Оценок пока нет
  • Kelenjar Limfa
    Kelenjar Limfa
    Документ18 страниц
    Kelenjar Limfa
    Niska Darlianti
    Оценок пока нет