Вы находитесь на странице: 1из 18

ASUHAN KEPERAWATAN TBC

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU (TBC)


A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis
terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal 349).
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru. (Esther, 2010: hal 193).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh
mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus.
(Elishabeth, 2001: hal 414).
Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang
semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan
oleh basil mycobacterium tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).
2. Klasifikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2233), klasifikasi tuberculosis Paru, yaitu :
a.
1)
2)
b.

Pembagian secara patologis:


Tuberculosis primer (childhood tuberculosis).
Tuberculosis post-primer ( adult tuberculosis)
Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (Koch Pulmonum) aktif , non aktif dan

quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)


c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate nonka-vitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah
infiltrate bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.

3) Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan moderately
advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:
a. Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes tuberculin
negatif.
b. Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak positif,
tes tuberculin negatif.
c. Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif.
d. Kategori III: Terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan mikro
biologis:
a. Tuberculosis paru.
b. Bekas tuberculosis paru.
c. Tuberkulosis tersangka .
Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati, disini sputum BTA
negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. dan tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati, disini
sputum BTA negatiaf, dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif atau
bekas TB paru. Dalam klsifikasi ini perlu dicantumkan: status biakan bakteriologi, mikriskopik
sputum BTA, (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis, kelainan yang relevan untuk
tuberculosis paru, dan status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkuosis.
WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:
a. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk
TB berat.
b. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.
c. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus TB
ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I
d. Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.
4. Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6 mikron

dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap
zat kimia dan fisik. Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 10 menit atau pada
pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan
selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat
hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif
lagi, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali
partukaran udara.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag

yang semula memfagositasi

malah kemudian disenanginya karena banyak

mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apical paru paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).
5. Patofisiologi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru,
yaitu :
a. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini
ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau
sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar
sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati regional kemudian
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB
milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan 10 % diantaranya dapat
terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
3) Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya. Secara
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga dapat
tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara limfogen ke organ tubuh
lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di atas tergolong dalam
perjalanan tuberculosis primer.
b. Tuberculosis pasca primer (sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).
Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.

TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia
tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat
menjadi :
1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran. Sarang dini yang meluas
sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya
mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan
keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama
dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi
kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid
dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin
dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang
terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut.
Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke dalam
peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau
tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus

jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya

mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan
2)

TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura .


Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik

3)

kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma .
Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,

menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.


Secara keseluruhan akan terdapat tiga macam sarang yakini :
1) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh spontan tetapi
mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di berikan pengobatan yang sempurna
juga.
6. Manifestasi Klinis

Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
a.

Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk atau batuk darah
Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru
yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
c.

tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.


Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian

paru-paru.
d. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau
melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a.

Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.

b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
spesifik karena hanya 30 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c.

Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)


Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

d. Tes Mantoux / Tuberkulin


Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e.

Tehnik Polymerase Chain Reaction


Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

f.

Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)


Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.

g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk
seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan
berubah.
h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
2) Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan millier
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2235), pemeriksaan diagnostic
yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)

Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau
segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi
ini dikenal dengan tuberkuloma .
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. lama-lama
dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang
bergaris-garis. Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat
terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
merata pada seluruh lapang paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura
(pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen
di pinggir paru/pleura (pnemothorax)
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di
rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih
superior dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas
dan sayatan dapat dibuat transversal.
c. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses dekat
apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan dapat dibuat transversal, segital dan
koronal.
d. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan
didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh

jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun
kearah normal lagi.
e. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
f.

pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis
terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1
cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti. Tes
tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang

Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.


Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan non sensitivity.
2) Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody
normal masih menonjol.
3) Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody
selular paling menonjol.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Pengobatan
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yang dapat diberikan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif
4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus

a)
1)
2)
3)
4)

1 jam sebelum sarapan pagi.


Dosis pemberian obat kategori 1:
Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
INH (H)
: 300 mg 1 tablet.
Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
Pirazinamid (P) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
Ethambutol (E) : 750 mg 3 kaplet @250 mg

Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
b) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
1) INH (H)
: 600 mg 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfapisin (R) : 450 mg 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini disebut
kombipak III.
Ta
b. Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
1)
a)
b)
c)
2)
1.
2.
3.

pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.


Indikasi mutlak pembedahan adalah:
semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
Indikasi relative pembedahan adalah:
Pasien denga sputum negative dan batuk-batuk darah perulang
Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
Sisa kavitas yang menetap.

9. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
a.

Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau

columna vertebralis.
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung
c.

bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.
Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis

tuberculosis).
d. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.
e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
f.

dan saluran pencernaan.


Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika

tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
g. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau
ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
10. Prognosis.
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis
(OAT) yang di konsumsi selama 6 bulan secara rutin. (Sylvia, 1995 : hal 759)
11. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi adalah sebagai berikut :
a.

Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak

tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).


b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus
terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di
rumah.
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pada konsep dasar asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang
keperawatan, intervensi,implementasi, evaluasi dan perencanaan pulang.
1. Pengakajian
Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru

pengkajian, diagnosa

2)
3)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
d.
1)
2)
e.
1)
2)
3)
f.

Kebiasaan merokok atau minum alcohol


Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.
Pola nutrisi metabolic
Nafsu atau selera makan menurun
Mual
Penurunan berat badan
Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
Pola eliminasi
Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat tuberculosis paru
Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan umum/ anggota gerak
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
Pola tidur dan istirahat
Kesulitan tidur pada malam hari
Mimpi buruk
Berkeringat pada malam hari
Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk

g.
1)
2)
h.
1)
2)
i.

Pola persepsi dan konsep diri


Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
Perasaan tidak berdaya
Pola peran hubungan dengan sesama
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
Ansietas
Perasaan tidak berdaya
Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

j.
1)
2)
3)
k.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual
berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau
menghilangkan masalah.
Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang sering muncul pada kasus tuberculosis
paru adalah:

a.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,

kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.


b. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan
infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
c. Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif
paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
produksi sputum, dispnea dan anorexia.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang
informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap
informasi yang ada.
3. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perncanaan keperawatan atau
intervensi keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah maslah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan prioritas diagnosa,
penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi keperawatan.(Nursalam, 2001: hal 53)
Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah selanjutnya adalah
penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul
a.

pada Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges , 1999 : hal 244).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,

kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.


Tujuan
: Mempertahankan jalan napas
Kriteria Hasil : mengelaurkan secret tanpa bantuan, menunjukan
perilaku mempertahankan jalan napas.
Rencana Tindakan:
1) Kaji pungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman.
Rasiainal : Penurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi
secret.
2) Catat kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif.
Rasional :Pengeluaran secret sulit jika secret kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh
kerusakan paru-paru.
3) Ajarkan pasien tekhnik napas dalam dan cara melakkukan batuk efektif.
Rasional :Batuk efektif membantu pengeluaran sputum, napas dalam mambantu ventilasi
maksimal meningkatkan gerkan secret
4) Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih 2000-2500 cc.
Rasional :Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret.

5) Berikan pasien posisi yang nyaman, posisi semifowler.


Rasional : semifoweler membantu memaksimalkan ekpansi paru dan meminimalkan upaya
pernapasan
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian agen mucolitik, brochodialator, kortikosteroid.
Rasional : Menurunkan kekentalan dan merangsang pengelauran secret.
b. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan
infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan
: dapat menentukan intervensi mencegah / menurunkan
resiko penyebaran infeksi
Kriteria hasil : melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana Tindakan :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang.
2) Berikan ruangan yang bersih dan berventilasi baik.
Rasional : Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemkungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3) Pantau tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, frekunesi pernapasan).
Rasional : Memberikan informasi data dasar awitan/ peningkatan suhu secara berulang-ulang
dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa bereaksi pada proses infeksi yang tidak dapat
disembuhkan.
4) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan , perhatikan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam
perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi / ronchi . lakukan isolasi pernapasan bila
etiolgi batuk produktif tidak diketahui.
Rasional: Kongesti atau distress pernapasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP
penyakit yang paling sering terjadi meskipun demikian , TB mengalami peningkatan an infeksi
jamaur lainnya.
5) Periksa adanya luka/ lokasi alat infasif, perhatikan tanda-tanda infeksi/ inflamasi.
Rasional :Identifikasi / perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.
6) Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin menggunakan tissue dan membuang pada tempat,
anjurkan buang dahak pada wadah cairan disinfektan.
Rasional :Mencegah terjadinya penularan nosokomial dari pasien keperawatan atau orang lain.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic, antijamur, anti agen mikroba.
Rasional :Menghambat proses infeksi beberapa obat di targetkan untuk organsime tertentu
c.

( sistem perusak).
Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
Tujuan

: bebas dari distress pernapasan

Kriteria Hasil : perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi jaringan adekuat dengan gas darah
dalam rentang normal.
Rencana Tindakan :
1) Kaji disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi, keterbatasan
ekspansi dada dan fatique.
Rasional : TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopnemonia
sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat
ringan sampai dispnea berat sampai distress penapasan.
2) Evaluasi perubahan tingakat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput
mukosa dan warna kuku .
Rasional : akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi oragan vital
3) Demonstrasikan atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya
dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : membantu tahanan melawan udara luar untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan
napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan
napas pendek.
4) Ajnurkan untuk bed rest / mengurangi aktivitas.
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernapasan
dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan
Rasional : alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap ventilasi /
menurunnya permukaan alveolar paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
produksi sputum, dispnea dan anorexia.
Tujuan : meningkatkan perubahan / perilaku pola makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil: menunjukan peningkatan berat badan dan bebas
dari tanda-tanda malnutrisi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
2) Kaji pola diet yang disukai / tidak disukai
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3) Monitor intake dan output secara periodik
Rasional: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4) Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat.

Rasional: Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari
makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster.
5) Rujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional: memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolic
6) Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasional : dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau
efek pengobatan pernapasan perut yang penuh.
7) Berikan terapi parenteral sesuai indikasi
Rasional: membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang
informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap
informasi yang ada.
Tujuan : menunjukan perubahan perilaku untuk memperbaiki
kesehatan
Kriteria Hasil : Klien menyatakan pemahaman proses penyakit/
prognosis kebuthan pengobatan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasional :Menentukan tingkat pengetahuan pasien.
2) Kaji kemampuan belajar pasien
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap
3)

individu.
Beri penyuluah tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional : Agar pasien dapat mengerti tentang penyakit yang di TB Paru ( pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).


4) beri kesempatan untuk bertanya dan jawab pertanyaan pasien.
Rasional :Meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
5) Evaluasi kembali tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional :Mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru (( pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
6) Anjurkan pada pasien untuk mengunjungai petugas kesehatan bila ada keluhan.
Rasional : agar petugas kesehatan dapat mengatasi masalah kesehatan yang terdapat pada
pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang


memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan
penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan
pengumpulan data dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.
Semua tindakan keperwatan di catat dalam format yang telah ditetapkan oleh semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru yang
perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap penularan karena
penyakit ini sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I
nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang, mempertahan kan berat
badan ideal dan menunjukan prubaha perilau dalam meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu bekerja sama dengan klien,
keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal
dan komprehensif. (Nursalam, 2001: hal 63).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatting) dan
evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus terhadap
tindakan yang telah dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan diagnosa
yang muncul adalah mempertahankan jalan napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi, bebas dari distress pernapasan, nyeri berkurang

/ hilang , bebas dari tanda-tanda

malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk
meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru.
(Nursalam, 2001 : hal 71)

6. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan tuberculosis paru adalah:
a. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai dengan instruksi dokter.
b. Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat yang tertutup dan tidak
c.
d.
e.
f.
g.
h.

disembarang tempat bila perlu diberi larutan desinfektan


Istirahat yang cukup.
Menghidari suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.
Memperbaiki sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang memadai.
Memberikan penyinaran matahari yang baik di rumah.
Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
Makanan yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu, telur, ikan. Nabati :

Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi vitamin : Buah-buahan dan sayuran


i. Makanan yang harus dihindari adalah alcohol

Вам также может понравиться