Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3) Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan moderately
advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:
a. Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes tuberculin
negatif.
b. Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak positif,
tes tuberculin negatif.
c. Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif.
d. Kategori III: Terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan mikro
biologis:
a. Tuberculosis paru.
b. Bekas tuberculosis paru.
c. Tuberkulosis tersangka .
Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati, disini sputum BTA
negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. dan tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati, disini
sputum BTA negatiaf, dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif atau
bekas TB paru. Dalam klsifikasi ini perlu dicantumkan: status biakan bakteriologi, mikriskopik
sputum BTA, (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis, kelainan yang relevan untuk
tuberculosis paru, dan status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkuosis.
WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:
a. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk
TB berat.
b. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.
c. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus TB
ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I
d. Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.
4. Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap
zat kimia dan fisik. Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 10 menit atau pada
pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan
selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat
hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif
lagi, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali
partukaran udara.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apical paru paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).
5. Patofisiologi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru,
yaitu :
a. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini
ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau
sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar
sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati regional kemudian
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB
milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan 10 % diantaranya dapat
terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
3) Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya. Secara
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga dapat
tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara limfogen ke organ tubuh
lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di atas tergolong dalam
perjalanan tuberculosis primer.
b. Tuberculosis pasca primer (sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).
Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia
tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat
menjadi :
1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran. Sarang dini yang meluas
sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya
mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan
keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama
dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi
kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid
dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin
dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang
terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut.
Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke dalam
peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau
tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus
mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan
2)
3)
kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma .
Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,
Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
a.
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk atau batuk darah
Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru
yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
c.
paru-paru.
d. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau
melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a.
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
spesifik karena hanya 30 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c.
f.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk
seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan
berubah.
h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
2) Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan millier
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2235), pemeriksaan diagnostic
yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau
segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi
ini dikenal dengan tuberkuloma .
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. lama-lama
dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang
bergaris-garis. Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat
terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
merata pada seluruh lapang paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura
(pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen
di pinggir paru/pleura (pnemothorax)
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di
rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih
superior dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas
dan sayatan dapat dibuat transversal.
c. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses dekat
apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan dapat dibuat transversal, segital dan
koronal.
d. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan
didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh
jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun
kearah normal lagi.
e. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
f.
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis
terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1
cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti. Tes
tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang
a)
1)
2)
3)
4)
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
b) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
1) INH (H)
: 600 mg 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfapisin (R) : 450 mg 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini disebut
kombipak III.
Ta
b. Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
1)
a)
b)
c)
2)
1.
2.
3.
9. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
a.
Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau
columna vertebralis.
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung
c.
bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.
Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
d. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.
e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
f.
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
g. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau
ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
10. Prognosis.
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis
(OAT) yang di konsumsi selama 6 bulan secara rutin. (Sylvia, 1995 : hal 759)
11. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi adalah sebagai berikut :
a.
Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak
pengkajian, diagnosa
2)
3)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
d.
1)
2)
e.
1)
2)
3)
f.
g.
1)
2)
h.
1)
2)
i.
j.
1)
2)
3)
k.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual
berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau
menghilangkan masalah.
Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang sering muncul pada kasus tuberculosis
paru adalah:
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,
pada Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges , 1999 : hal 244).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,
( sistem perusak).
Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
Tujuan
Kriteria Hasil : perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi jaringan adekuat dengan gas darah
dalam rentang normal.
Rencana Tindakan :
1) Kaji disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi, keterbatasan
ekspansi dada dan fatique.
Rasional : TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopnemonia
sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat
ringan sampai dispnea berat sampai distress penapasan.
2) Evaluasi perubahan tingakat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput
mukosa dan warna kuku .
Rasional : akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi oragan vital
3) Demonstrasikan atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya
dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : membantu tahanan melawan udara luar untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan
napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan
napas pendek.
4) Ajnurkan untuk bed rest / mengurangi aktivitas.
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernapasan
dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan
Rasional : alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap ventilasi /
menurunnya permukaan alveolar paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
produksi sputum, dispnea dan anorexia.
Tujuan : meningkatkan perubahan / perilaku pola makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil: menunjukan peningkatan berat badan dan bebas
dari tanda-tanda malnutrisi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
2) Kaji pola diet yang disukai / tidak disukai
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3) Monitor intake dan output secara periodik
Rasional: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4) Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat.
Rasional: Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari
makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster.
5) Rujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional: memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolic
6) Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasional : dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau
efek pengobatan pernapasan perut yang penuh.
7) Berikan terapi parenteral sesuai indikasi
Rasional: membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang
informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap
informasi yang ada.
Tujuan : menunjukan perubahan perilaku untuk memperbaiki
kesehatan
Kriteria Hasil : Klien menyatakan pemahaman proses penyakit/
prognosis kebuthan pengobatan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasional :Menentukan tingkat pengetahuan pasien.
2) Kaji kemampuan belajar pasien
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap
3)
individu.
Beri penyuluah tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional : Agar pasien dapat mengerti tentang penyakit yang di TB Paru ( pengertian, penyebab,
yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatting) dan
evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus terhadap
tindakan yang telah dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan diagnosa
yang muncul adalah mempertahankan jalan napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi, bebas dari distress pernapasan, nyeri berkurang
malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk
meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru.
(Nursalam, 2001 : hal 71)
6. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan tuberculosis paru adalah:
a. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai dengan instruksi dokter.
b. Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat yang tertutup dan tidak
c.
d.
e.
f.
g.
h.