Вы находитесь на странице: 1из 20

Proses terjadinya masalah

a. Pengertian
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia (Jong, 2005). Hernia merupakan penonjolan visus atau organ dari
posisi normal (dari satu ruang ke ruang lain) melalui pintu yang lemah.
Hernia terjadi pada locus minorus resistensi atau daerah dengan resistensi
rendah. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum dan
mempunyai leher dan badan. lsi hernia dapat terdiri atas setiap struktur
yang ditemukarq dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai
organ padat yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan
dinding abdomen yang dilewati oleh kantong hemia.
Klasifikasi hernia menurut lokasi:
1) Hernia inguinalis, terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke
dalam annulus internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach .
2) Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar
pada fossa ovalis di lipat paha.
3) Hemia hiatus terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma.
4) Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada
anterolateral dinding abdomen seperti hernia sikatrikalis/hernia
insisional.
5) Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya ditutup dengan peritoneum dan kulit.
6) Hernia insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi akibat
komplikasi dari penyembuhan luka pasca operasi abdomen. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya (Price& Wilson,2006).
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi (Nurarif dan Kusuma,
2013);

1) Hernia bawaan atau hernia patogenosa pada jenis hernia inguinalis


lateralis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum.
2) Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai
factor pemicu.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau kelemahan
dinding. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis lateralis
dan hernia inguinalis medialis. Hernia inguinalis lateralis (indirek)
merupakan suatu benjolan yang melewati annulus internus dan kanalis
inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah arteri dan vena
epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut
hemia scrotalis . Benjolan ini dapat keluar masuk tergantung dari tekanan
di dalam abdomen. Hernia inguinalis medialis (direk) adalah hernia yang
kantongnya menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior
canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior. Pada
hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya
penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering
ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak
pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak
pernah mengalami strangulasi atau inkaserata. Faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan
intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach,
batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada
perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringanjaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis
biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering
dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar
ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan
pekerjaan yang sangat berat.
b. Etiologi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal
akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan,

mengangkat benda berat atau menangis. Hernia inguinalis dapat terjadi


karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan
isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta
kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering
disertai hernia inguinalis. Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu
bayi mempunyai kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia
dewasa (16%). Bertambahnya umur menjadi faktor resiko, dimungkinkan
karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen
dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Setelah apendektomi
menjadi faktor resiko terjadi hernia inguinalis karena kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan
nervus iliofemoralis (Jong, 2004).
c. Patofisiologi
Telampir
d. Tanda dan Gejala
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan
keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa
anulus inguinalis yang melebar. Gejala dan tanda klinis sebagian besar
ditentukan biasanya berupa:
a. benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipat paha;

b. adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual;
c. terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi;
d. bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas;
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
e. Kemungkinan Komplikasi yang Muncul
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai stranggulata
dengan gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi
operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,
nervus iliofemoralis, duktus deferens, ataa buli-buli. Nervus ilioinguinalis
harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul
nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka. Nyeri pasca herniorhaphy
juga disebut "inguinadynia" yang biasanya disebabkan oleh kerusakan
saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma,
jaringan parut, misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi,
rekurensi hernia, penyempitan cincin inguinal di sekitar korda spermatika,
dan periostitis. Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti
hematoma infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan
residif. Komplikasi jangka panjang dapat berupa atrofi testis karena lesi
arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif.
f.

Pemeriksaan Khusus
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di
sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan


timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f.

Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
(Doenges, 2000, hal 320 321).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut


(Yudha, 2011) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien
dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.

3. Pohon Masalah (Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul)


a. Pohon Masalah

Faktor pencetus:
Aktivitas berat, bayi prematur,
kelemahan dinding abdominal,
tekanan intraabdominal yang tinggi

Hernia
Hernia inguinalis
Kantung hernia memasuki celah inguinal

Dinding posterior canalis inguinal yang lemah


Benjolan pada canalis
inguinal
Diatas ligamentum inguinal mengecil
bila berbaring
Pembedahan

Insisi bedah

Asupan gizi kurang


Peristaltik usus menurun

Terputusnya
jaringan saraf

Resiko
perdarahan

Nyeri

Resiko infeksi

Mual

Nafsu makan menurun

Gangguan eliminasi
Intake makanan
inadekuat

Gangguan rasa nyaman

Kurang
pengetahuan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

b. Masalah keperawatan yang muncul


a. Nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kurang pengetahuan
d. Resiko perdarahan
e. Resiko infeksi
4. Diagnosa Keperawatan
Preoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh isi
hernia
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, spasme otot
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi
Pascaoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
4. Resiko perdarahan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

5. Rencana Tindakan Keperawatan


Preoperasi
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Rencana Tindakan

Rasional

Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan

NOC

diskontinuitas jaringan akibat

a.Pain level

nyeri secara

tindakan operasi

b.Pain control

komprehensif (lokasi,

c.Comfort level

karakteristik,

Kriteria Hasil

durasi,frekuensi)
b. Observasi reaksi

a. mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologis
dalam mengurangi
nyeri)
b. melaporkan bahwa

a. Lakukan pengkajian

nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik

pasien

b. Mengetahui tingkat nyeri


pasien dari reaksi nonverbal

komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan

c. Menjalin hubungan saling


percaya dengan pasien dan
menggali tingkat nyeri pasien

yang dapat

nyeriberkurang

mempengaruhi nyeri

dengan

seperti suhu ruangan,

menggunakan

pencahayaan dan

manajemen nyeri

a. Menentukan skala nyeri

kebisingan
e. Lakukan penanganan

d. Mengurangi faktor penyebab


nyeri

c. Mampu mengenali

nyeri non

nyeri (skala,intensitas,

farmakologis:

frekuensi dantanda

relaksasi nafas dalam e. Mengontrol dan menurunkan

nyeri)
d. menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

f.

dan massage
Ajarkan keluarga

nyeri pasien

teknik relaksasi nafas


dalam
g. Kolaborasikan
dengan dokter
pemberian
penanganan nyeri

f.

Memberikan pengetahuan
kepada keluarga

g. Menurunkan tngkat nyeri


pasien secara cepat dan tepat

farmakologis
analgesic
2.

Hambatan mobilitas fisik

NOC

berhubungan dengan nyeri dan

a.Joint movement:

ketidaknyamanan, spasme otot

active
b.Mobility level
c.Self care: ADLs

a. Berikan tindakan
pengamanan sesuai

a. Mengurangi resiko cidera


kepada pasien

indikasi dengan situasi


yang spesifik
b. Catat respon emosi

d.Transfer performance

atau perilaku pada

Kriteria Hasil

saat immobilisasi,

a.Klien meningkat

berikan aktivitas yang

b. Memberikan rasa aman dan


nyaman kepada pasien

dalam aktifitas fisik


b.Mengerti tujuan dari

disesuaikan dengan
pasien

peningkatan mobilitas c. Bantu pasien dalam


fisik
c. Mengungkapkan
perasaan dalam

c. Memberikan bantuan secara


total kepada pasien

melakukan aktivitas
ambulasi progresif
d. Ikuti aktivitas atau

d. Mengurangi kelelahan pasien


selama prosedur

meningkatkan

prosedur dengan

kekuatan dan

periode istirahat

e. Mengurangi kekauan otot dan

kemampuan

e. Berikan atau bantu

sendi pasien, melancarkan

berpindah

pasien untuk

sirkulasi darah

melakukan latihan
rentang gerak aktif,
pasif
3.

Ansietas berhubungan dengan

NOC

perubahan status kesehatan

a.Anxiety self-kontrol
b.Anxiety level
c.Coping

a. Identifikasi tingkat
kecemasan
b. Gunakan pendekatan
yang menenangkan
c. Jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan

a. Mempermudah dalam
mengontrol kecemasan
b. Memberikan perasaan yang
tenang kepada pasien
c. Penjelasan tentang prosedur
merupakan hal yang harus
dijelaskan
d. Melancarkan sirkulasi darah
dan menurunkan tingkat nyeri
e. Menurunkan nyeri secara

Kriteria Hasil
a.Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
b.mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontrol
cemas
c.Vital sign dalam batas
normal
d.Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
menunjukkan
penurunan
kecemasan

selama prosedur
d. Lakukan back rub
e. Kolarorasi pemberian
obat

cepat

4.

Kurang pengetahuan berhubungan

NOC

dengan kesalahn informasi

a.Knowledge: disease
process
b.Knowledge: health
behavior
Kriteria Hasil
a.Pasien dan keluarga
menyatakan

a. Jelaskan kembali
proses penyakit dan
prognosis
b. Diskusikan mengenai
pengobatan dan juga
efek sampingnya
c.Diskusikan mengenai
kebutuhan diet
d. Anjurkan untuk

pemahaman tentang

melakukan evaluasi

penyakit, kondisi,

medis secara teratur.

prognosis dan
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi apa yang

a. Memberikan pengetahuan
kepada pasien
b. Menjelaskan prosedur
tindakan
c. Membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
d. Melakukan evaluasi
selama tindakan

dijelaskan

No
.
1.

Pascaoperasi
Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Rencana Tindakan

Rasional

Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan

NOC

diskontinuitas jaringan akibat

a.Pain level

a. Lakukan pengkajian
nyeri secara

a. Menentukan skala nyeri


pasien

tindakan operasi

b.Pain control

komprehensif (lokasi,

c.Comfort level

karakteristik,

Kriteria Hasil

durasi,frekuensi)
b. Observasi reaksi

a. mampu mengontrol

nonverbal dari

nyeri (tahu penyebab


nyeri, mampu

ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik

menggunakan teknik

nyeri)

untuk mengetahui
nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan

b. melaporkan bahwa

mempengaruhi nyeri

dengan

seperti suhu ruangan,

menggunakan

pencahayaan dan

c. Mampu mengenali

menggali tingkat nyeri pasien


d. Mengurangi faktor penyebab
nyeri

nyeri non
farmakologis:

frekuensi dantanda

relaksasi nafas dalam

nyeri)
nyaman setelah

percaya dengan pasien dan

kebisingan
e. Lakukan penanganan

nyeri (skala,intensitas,

d. menyatakan rasa

c. Menjalin hubungan saling

yang dapat

nyeriberkurang

manajemen nyeri

pasien dari reaksi nonverbal

komunikasi terapeutik

nonfarmakologis
dalam mengurangi

b. Mengetahui tingkat nyeri

f.

dan massage
Ajarkan keluarga

e. Mengontrol dan menurunkan


nyeri pasien

nyeri berkurang

teknik relaksasi nafas


dalam
g. Kolaborasikan
dengan dokter
pemberian

f.

Memberikan pengetahuan
kepada keluarga

g. Menurunkan tngkat nyeri


pasien secara cepat dan
tepat

penanganan nyeri
farmakologis
2.

Resiko infeksi berhubungan dengan

NOC

luka insisi bedah

a.Immune status
b.Knowledge: Infection
control
c.Risk control
Kriteria Hasil

analgesik
a. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai

isolasi
c. Batasi pengunjung

a.Klien bebas dari


tanda dan gejala

pengunjung untuk

infeksi

cuci tangan dengan

proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi

silang

pasien lain
b. Pertahankan teknik

jika perlu
d. Instruksikan pada

b.mendeskripsikan

a. Mengurangi resiko infeksi

sabun saat
berkunjung dan
setelah berkunjung
e. Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal

b. Meminimalkan resiko infeksi


silang
c. Memberikan kenyamanan
pada pasien
d. Meminimalkan resiko infeksi
silang

penularan serta
penatalaksanaannya
c.menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
d.Jumlah leukosit
dalam batas normal

f.

dan sistemik
Ajarkan pasien dan
tanda dan gejala

infeksi
g. Kolaborasi dengan
antibiotik
h. Instruksikan kepada

dari kebutuhan tubuh berhubungan

a.Nutritional status:

makanan
b. Berikan makanan

c.Weight control
Kriteria Hasil
a.Adanya peningkatan
berat badan sesuai

g. Meminimalkan
perkembangbiakan bakteri
dalam tubuh
h. Meminimalkan resistensi

a. Mengurangi resiko keracunan


makanan
b. Diet yang tepat membantu
proses penyembuhan
penyakit

a. Kaji adanya alergi

nutrient intake

pada keluarga tentang infeksi

bakteri terhadap antibiotik

NOC

b. Nutritional status:

Memberikan pengetahuan

dengan resep
Ketidakseimbangan nutrisi kurang

food and fluid

f.

dokter pemberian

antibiotik sesuai

dengan mual muntah

tanda-tanda infeksi

keluarga tentang

pasien untuk minum

3.

e. Mengetahui secara cepat

yang terpilih sesuai


dengan hasil
konsultasi ahli gizi
c. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
d. Monitor BB pasien

c. Mengotimalkan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien
d. Mengetahui perkembangan
berat badan pasien
e. Meminimalkan resiko
kesalahan pemberian nutrisi

tujuan
b.Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
c.Mampu

yang berlebih atau kurang


e. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi

mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d.Tidak menunjukkan
penurunan berat
badan
4.

Defisit pengetahuan berhubungan

NOC

dengan keterbatasan kognitif

a.Knowledge: disease
process
b.Knowledge: health
behavior
Kriteria Hasil
a.Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,

a. Berikan penilaian
tentang tingkat

a. Pengetahuan yang baik


memudahkan penyampaian
materi pada pasien

pengetahuan pasien
tentang proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi

b. Penjelasan yang tepat dapat


menurunkan kecemasan
pasien

dari penyakit dan hal


yang berhubungan
dengan penyakit
melalui cara yang

c. Penjelasan pada keluarga


merupakan hal yang sangat
penting untuk mengurangi
kecemasan keluarga

prognosis dan
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi apa yang
dijelaskan

tepat
c. Sediakan bagi

d. Memberikan kondisi terbaru


yang sedang dialami pasien

keluarga informasi
tentang kondisi
pasien dengan cara

e. Memberikan pengetahuan
penanganan yang tepat

yang tepat
d. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
e. Beri penjelasan
penanganan pasien
setelah pulang

5.

Resiko perdarahan

NOC

a. Monitor ketat tanda-

a.Blood lose severity

tanda perdarahan
b. Monitor TTV
c. Pertahankan bed rest

b.Blood coagulation
Kriteria Hasil

selama perdarahan

a.Tidak ada hematuria

aktif
b.Tekanan darah dalam d. Monitor status cairan
batas normal

yang meliputi intake

a. Mengurangi resiko
kehilangan darah berlebih
b. Mengetahui kondisi umum
pasien
c. Pergerakan yang berlebih
meningkatkan resiko
perdarahan

c.Tidak ada distensi


abdominal
d.Hemoglobin dan
hematokrit dalam
batas normal

dan output
e. Kolaborasi dalam
pemberian produk
darah (transfusi
darah)

d. Memenuhi kebutuhan cairan


yang hilang akibat
perdarahan
e. Meningkatkan volume darah
yang hilang akibat
perdarahan

Daftar Pustaka
Herdman,T. Heather. 2012. Nanda International Nursing Diagnosis: Definitions &
Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistic. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI
Smeltzer & Bare, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:
EGC.

Вам также может понравиться