Вы находитесь на странице: 1из 9

TUGAS COMPREHENSIVE HEALTH ASSESMENT

BINAWAN INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE


DISUSUN OLEH:
Nanik Rahmini

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINAWAN
Jalan Raya Kalibata No. 25-30 Jakarta 13630
Telp. : (021) 80880882 8011777 Fax : (021) 80880883. E-mail : stikes@binawanihs.ac.id

1.
2. Latar belakang
3.
4.
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks
disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu,
karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri
yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor
apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
5.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya
antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa
muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini menurun pada pria.
6.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang
dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang
merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz
kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersama E.coli.
7.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis;
merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna
akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang
mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung
dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan

pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan
pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut
apendisitis.
8.
9.
10.

BODY

11.

Data demografi Nama klien : Tn.A berumur 17 tahun tanggal lahir 27 september

1997 , tinggal di bangun jaya blok H duren sawit Jakarta timur, status : pelajar, nomor
RM : 977214 Keluhan klien : Klien mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah sejak 1
hari yang lalu, klien juga mengatakan nyeri timbul pada saat beraktivitas berat , selain itu
klien mengeluh demam sudah 2 hari, rasa mual + , muntah +, lalu nyeri di bagian ulu
hati, sebelum dibawa ke Rs budhi asih klien dibawa ke RS Yadika duren sawit, klien disana
sempat diberikan infus assering dan di periksakan pemeriksaan darah dan hasilnya klien
didiagnosa appendiksitis akut akan tetapi klien tidak di rawat disana karena tempatnya full
tidak ada tempat untuk Tn.A jadi klien di rujuk ke RS Budhi Asih
12. .
13.
14. Berdasarkan dari data yang diperoleh klien didiagnoa dengan apendiksitis dan klien juga
akan direncanakan untuk operasi pembedahan
15.
16. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan
dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007, )
17.
18. Apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks periformis.

Apendiks periformis

merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 6
Inci. Lokasi apendiks pada daerah iliakal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik
MC Burney. ( Dorothy B. Daughty,1993 ) Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil
panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.

Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat
dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002)
19.
20. Dari hasil pengkajian yang didapatkan , masalah yang timbul antara lain cemas, nyeri dan
intoleransi aktivitas masalah ini akan dibahas dan dianalisa sebagai bentuk laporan
21.
22. Masalah keperawatan yang pertama ialah cemas berhubungan dengan tindakan operasi,
klien mengeluhkan dirinya khawatir dengan kondisinya, selain itu klien juga mengaku takut
menjalani tindakan pembedahan yang akan dilakukan pada dirinya, pasien tampak gelisah,
pasien selalu bertanya kepada petugas kesehatan tentang masalahnya, wajah tegang dan
terkadang pucat.
23.
24. Cemas adalah keadaan di mana seseorang mengalami perasaan gelisah dan aktivitas saraf
otonom dalam berespon terhadap ancaman tak jelas, tak spesifik (Carpenito, 2000). Cemas
didefinisikan sebagai suatu energi yang tidak dapat diukur, namun dapat dilihat secara tidak
langsung melalui tindakan individu tersebut (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Barbara
C. Long (2001) cemas merupakan suatu respon psikologis dan fisiologis, perasaan takut /
tidak tenang yang sumbernya tidak diketahui. Cemas adalah ketidakjelasan perasaan sulit
yang sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu (Carpenito,
2000 dikutip dari NANDA 1994).
25.
26. Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu
fungsi emosi. Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab
serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas
lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan
lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
27.

28. Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan
pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
29.
30. Intervensi yang telah dilakukan antara lain dengan mengajarkan teknik nafas dalam,
memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai tindakan yang diberikan, konseling
dengan dokter berdasarkan nanda 2013 intervensi yang dapat dilakukan pada pasien cemas
yaitu : Gunakan pendekatan yang menenangkan , Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien, Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur, Temani
pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut, Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan prognosis , Dorong keluarga untuk menemani anak, Lakukan
back / neck rub, Dengarkan dengan penuh perhatian, Identifikasi tingkat kecemasan ,
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan,

Instruksikan pasien

menggunakan teknik relaksasi, Barikan obat untuk mengurangi kecemasan


31.
32. Masalah keperawatan yang kedua ialah gangguan rasa aman nyaman (nyeri), ditandai
dengan klien selalu mengeluhkan nyeri dibagian perut sebelah kanan sehingga klien sulit
beraktivitas maupun tidur karena sering timbul nyeri, dari hasil observasi klien tampak
gelisah, wajah tampak meringis jika nyeri timbul
33.
34. Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. (Potter & Perry, 2005). Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan tidak menyenangan bersifat sangat subjektif karena peraaan nyeri
sangat berbeda pada setiap rang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan dan dapat mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
35.
36. Intervensi yang sudah dilakukan ialah mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji intensitas
nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgetik

sedangkan intervensi menurut nanda yaitu Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi, Ajarkan tentang teknik non farmakologi, Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri, Tingkatkan istirahat, Kurangi faktor presipitasi
nyeri, Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan, Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal).
37.
38. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal
ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare,
2002).
39.
40. Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas
dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
41. menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah
melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman
hati, dan berkurangnya rasa cemas. Kontrol nyeri sangat penting sesudah pembedahan,
nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam,
dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. (Potter dan Perry, 2006).
42.
43. Asuhan keperawatan yang terakhir diberikan ialah persiapan pulang dengan pengalaman
orang tua dalam merawat maupun menangani anak yang mengalami masalah tersebut
dengan menyampaikan beberapa informasi yang berkaitan perawatan dirumah yaitu :

Menjaga kondisi kesehatan anak dengan selalu memberikan makanan yang sehat

Selama bayi dirumah , diberikan obat pulang untuk melanjutkan pengobatan di rumah
obat diberikan yaitu antibiotik, puyer gizi serta vitamin

Menganjurkan kepada orang tua klien jika terjadi masalah kembali menganjurkan

untuk pergi ke pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas atau klik)


44.
45. Masalah keperawatan yang ketiga ialah intoleransi aktivitas, ntoleransi aktivitas
berhubungan dengan tidak seimbang suplai dan kebutuhan oksigen. Menurut NANDA
2009-2011 intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi pesikologis atau fisiologis
untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan. Dan diagnosa ini muncul berdasarkan keluhan pasien yang mengatakan
aktivitasnya terbatatas dan penulis mendaptkan data sesuai dengan pendapat Doengoes
(2002).
46.
47. Intervensi yang

sudah dilakukan mengkaji pola aktivitas, membantu aktivitas,

menganjurkan jangan melakukan aktivitas yang berat Intervensi menurut nanda ialah
tujuan utama dari perncanaan diagnosa adalah diharapkan pasien mampu mencapai Selfe
care : ADLS, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), yaitu kaji adanya faktor
kelelahan, observasi dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan, bantu ADLS pasien, anjurkan pasien untuk istirahat, jaga agar rambut tetap
bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor TTV dari semua perencanan bisa
48.

dilakukan.
49.
50.
51.

Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007, penyakit radang usus buntu ( appendicitis ) adalah
Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan
limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan,
akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena

sudah tak mendapatkan makanan lagi. Penyebab utama yang paling sering ditemukan dan
kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan
hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media
bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia
sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang
sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
52.
53.

SARAN

54.

Dari uraian yang ditarik kesimpulan di atas, maka penulis dapat menyarankan

bahwa, penyakit APPENDICITIS atau biasa disebut radang usus buntu janganlah
dianggap ringan, karena sebagian orang kadang kurang peduli dan sering mengabaikan
penyakit tersebut ,jika begitu maka keadaan akan semakin gawat sehingga dapat
menyebabkan pecahnya usus buntu tersebut yang akan berakibat infeksi dan menyebar
kedalam rongga perut. Yang paling terpenting adalah mari kita tingkatkan kualitas
kesehatan sejak dini pada setiap orang, khusunya pada diri kita sendiri dengan melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat supaya kita dapat terhindar dari berbagai penyakit.

55.
56. DAFTAR PUSTAKA
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.

72.

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002 . Keperawatan Medikal-Bedah.


Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Brunner, suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Engram,Barbara.
1998
.Rencana
Asuhan
Keperawatan
Medical
Bedah.jakarta.EGC Brun
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta

Вам также может понравиться

  • Dyspnea
    Dyspnea
    Документ54 страницы
    Dyspnea
    Margareth Sitorus
    100% (7)
  • ASKEP Dyspnea
    ASKEP Dyspnea
    Документ22 страницы
    ASKEP Dyspnea
    Muh Dian Juliansyah
    76% (17)
  • Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Epilepsi
    Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Epilepsi
    Документ5 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Epilepsi
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Kop Surat Binawan
    Kop Surat Binawan
    Документ2 страницы
    Kop Surat Binawan
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • LPJ Lansia
    LPJ Lansia
    Документ14 страниц
    LPJ Lansia
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Leaflet Epilepsi & Asma
    Leaflet Epilepsi & Asma
    Документ4 страницы
    Leaflet Epilepsi & Asma
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Tak Halusinasi Sesi 2
    Tak Halusinasi Sesi 2
    Документ18 страниц
    Tak Halusinasi Sesi 2
    Muh Dian Juliansyah
    0% (2)
  • Bab II Askep CHF
    Bab II Askep CHF
    Документ15 страниц
    Bab II Askep CHF
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • EKSISTENSI
    EKSISTENSI
    Документ2 страницы
    EKSISTENSI
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • 1000 Bintang
    1000 Bintang
    Документ10 страниц
    1000 Bintang
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Resiko Pasien Jatuh
    Resiko Pasien Jatuh
    Документ12 страниц
    Resiko Pasien Jatuh
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Retensio Urine Print
    Retensio Urine Print
    Документ11 страниц
    Retensio Urine Print
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Dianpinru Pramuka
    Dianpinru Pramuka
    Документ8 страниц
    Dianpinru Pramuka
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Pathway Askep Gastritis
    Pathway Askep Gastritis
    Документ5 страниц
    Pathway Askep Gastritis
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Surat Keputusan TeamWork
    Surat Keputusan TeamWork
    Документ4 страницы
    Surat Keputusan TeamWork
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет
  • Askep Hepatitis
    Askep Hepatitis
    Документ18 страниц
    Askep Hepatitis
    Muh Dian Juliansyah
    Оценок пока нет