Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang menganut sitem hukum civil law. Salah satu
yang menjadi ciri civil law ialah bahwa peraturan negaranya harus tertulis.
Dengan peraturan tertulis tersebut, maka setiap tata tertib yang diatur dalam
negara tersebut harus tercantum dalam kodifikasi hukum. Kodifikasi hukum
tersebut menjadi pedoman dalam mencari keadilan dalam sistem peradilan
negara tersebut.
Sebagai sebuah negara yang berkembang, peraturan tata tertib indonesia juga
sudah cukup berkembang. Indonesia mempunyai kitab undang-undang hukum
pidana, kitab undang-undang hukum perdata, kitab undang-undang hukum
dagang, dan sebagainya. Bahkan sebagai negara yang menganut sistem civil
law, Indonesia bahkan tidak hanya menganut kodifikasi hukum, namun karena
banyaknya sistem adat di indonesia yang berbeda, indonesia masih mengakui
peraturan tidak tertulis lainnya. Banyaknya peraturan tersebut sangat
membantu sistem peradilan di indonesia. Namun dengan banyaknya peraturan
tersebut tidak menjamin bahwa keadilan yang dicari dalam peradilan indonesia
dapat dicapai dengan mudah. Hal ini disebabkan pencapaian rasa keadilan tidak
hanya bergantung pada faktor peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku di satu negara.
Masalah penegak hukum inipun menjadi masalah yang mendasar bagi setiap
negara hukum. Setiap negara berusaha untuk mencari jalan keluar terhadap
masalah ini. Demikian pula dengan indonesia sebagai negara hukum. Indonesia
Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh indonesia ialah dengan mengatur
kode etik bagi para penegak hukum. Kode etik tersebut mencakup kode etik
polisi, hakim, dan penegak hukum lainnya.
Dalam paper ini, permasalahan kode etik ini akan dibahas lebih khusus tentang
kode etik profesi hakim. Sebab sebagai seorang penegak hukum, seorang hakim
dituntut untuk bertindak mengambil putusan berdasarkan rasa keadilan dan
memperjuangkannya. Jika seorang hakim melanggar kode etiknya, maka
meskipun aparat keamanan negara bekerja secara profesional dengan peraturan
yang lengkap, semuanya akan tetap sia-sia.
Selain itu, masyarakat indonesia yang rata-rata masih buta huruf, masih belum
menyadari bahwa seorang hakim juga sudah mempunyai kode etik yang harus
ditaati. Selama ini, rata-rata masyarakat indonesia yang belum mengerti hukum
hanya menempatkan rasa percaya terhadap hakim sebagai satu-satunya dasar
untuk membawa kasusnya ke pengadilan dan bahkan mereka hanya menyadari
pengadilan sebagai sistem hukum yang wajib untuk dihadapi dengan kasus yang
ada. Padahal seharusnya mereka juga harus menyadari bahwa seorang penegak
hukum dengan status yang begitu dihormati di dalam masyarakat juga terikat
dengan kode etiknya sendiri. Sehingga jika mereka merasa keadilan itu belum
tercapai, mereka bisa mengawasi hakim tersebut dengan kode etik tersebut dan
melaporkannya ke lembaga yang berwenang.
yang begitu tinggi dan dihormati di dalam masyarakat indonesia inilah yang
menjadi malasah yang cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan kode etik
hakim. Pola pikir masyarakat indonesia yang masih membedakan status yang
lebih tinggi dengan masyarakat biasa dalam pandangan hukum ini seharusnya
sudah bisa diubah. Masyarakat seharunya bisa membantu mengawasi kelakuankelakuan hakim yang tidak benar. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
membahas tentang masalah kode etik hakim ini.
2. POKOK PERMASALAHAN
Ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini, antara
lain, yakni:
pengawasan
terhadap
pelanggaran
kode etik
tersebut di
3. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, perlu dibahas tentang teori kode etik hakim
sebagai usaha untuk menjawab pokok permasalahan tentang bagaimana kode
etik profesi hakim di indonesia. Selain itu perlu diberikan contoh kasus dan
analisis terhadap kasus tersebut untuk melihat bagaimana pelaksanaannya dan
pengawasan terhadap kode etik profesi hakim tersebut.
Sebagai seorang hakim, maka ia dianggap sudah mengetahui hukum. Inilah yang
dimaksud dari asas hukum Ius curia novit. Seorang hakim dituntut untuk dapat
menerima dan mengadili berbagai perkara yang diajukan kepadanya. Bahkan
seorang hakim dapat dituntut jika menolak sebuah perkara yang diajukan
kepadanya. Hal ini juga diatur dalam Algemene Bepalingen van Wetgeving, pasal
22 dan pasal 14 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi :
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara
dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk
memeriksa dan mengadilinya.
Ketentuan dalam ayat (1) tidak menutup kemungkinan untuk menyelesaikan
perkara perdata secara perdamaian.
Jika seorang hakim tidak dapat menolak sebuah perkara yang belum ada
hukumnya atau karena hukumnya yang tidak/kurang jelas, bagaimanakah dia
akan mengadili kasus tersebut? Apakah yang menjadi dasar bagi seorang hakim
untuk mengadili perkara tersebut? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang
akan coba dijawab dalam pembahasan ini.
Hal pertama yang perlu kita ketahui ialah bahwa sebagai seorang penegak
hukum , maka seorang hakim mempunyai fungsi yang penting dalam
menyelesaikan sebuah perkara, yakni memberikan putusan terhadap perkara
tersebut. Namun dalam memberikan putusan tersebut, hakim itu harus berada
dalam keadaan yang bebas. Bebas maksudnya ialah hakim bebas mengadili,
tidak dipengaruhi oleh apapun atau siapapun.hal ini menjadi penting karena jika
hakim memberikan putusan karena dipengaruhi oleh suatu hal lain diluar
konteks perkara maka putusan tersebut tida mencapai rasa keadilan yang
diinginkan,.
kehormatan hakim inilah yang menjadi kode etik bagi setiap hakim yang ada di
Indonesia. Kemudian pada tanggal 23 bulan maret tahun 1988, IKAHI (Ikatan
Hakim Indonesia) menyetujui kode kehormatan hakim tersebut. Persetujuan ini
menjadi pengokohan terhadap kode kehormatan hakim tersebut.
Kode kehormatan hakim tersebut berisi sikap batin dan lahiriah yang harus
ditaati oleh seorang hakim atau biasa disebut dengan tri prasetya hakim. Tri
prasetya hakim inilah yang menjadi dasar bagi seorang hakim dalam
memberikan sebuah putusan terhadap sebuah perkara.
1. Janji Hakim.
Saya berjanji :
a. Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi citra, wibawa dan martabat
hakim Indonesia;
b. Bahwa saya dalam menjalankan jabatan akan berpegang teguh pada Kode
Kehormatan Hakim Indonesia;
1). Adil.
Candra (Bulan yang menerangi segala tempat yang gelap, sinar penerangan
dalam kegelapan) berarti Bijaksana atau Berwibawa.
Didalam Kedinasan :
1). Berkepribadian.
2). Bijaksana.
3). Berilmu.
4). Sabar.
5). Tegas.
6). Disiplin.
Diluar kedinasan.
1). Tawakal
2). Sopan
Diluar Kedinasan :
1). Jujur
5).Tabah.
Diluar Kedinasan :
3). Waspada.
Sikap Hakim.
Pegangan mengenai sikap hakim dibedakan dalam 2 (dua) bidang yaitu :
(a). Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam hukum
acara yang berlaku.
(b). Tidak dibenarkan bersikap yang menunjukkan memihak atau bersimpati atau
anti pati terhadap pihak-pihak yang berperkara.
(c). Harus bersikap sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik
dalam ucapan maupun perbuatan.
(a). Memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesama
rekan.
(b). Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara
sesama rekan.
(d). Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan, baik didalam maupun diluar
kedinasan.
(c). Harus mempunyai sifat sebagai seorang bapak/Ibu yang baik terhadap
bawahan.
(b). Menjalankan tugas-tugas yang telah digariskan oleh atasan dengan jujur dan
iklas.
(d). Memberi contoh yang baik dalam perikehidupan, didalam maupun diluar
dinas.
(a). Harus memelihara kerjasama dan hubungan yang baik dengan instansiinstansi lain.
(d). Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dursila dan kelakuan yang dicela
oleh masyarakat.
(a). Selaku anggota masyarakat tidak boleh mengisolasi diri dari pergaulan
masyarakat.
Sedangkan sikap-sikap
persidangan, yaitu :
lahiriah
dari
hakim
sebagai
seorang
pemimpin
menyelesaikan soal-soal
Dalam menjalankan pengawasan terhadap hakim sebenarnya terdapat lembagalembaga lainnya, yakni lembaga pengawasan internal dan lembaga pengawasan
eksternal. Lembaga internal terdiri dari, WASKAT, WASNAL, dan Majelis
kehormatan hakim. Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh dewan
kehormatan hakim.
Sedangkan sanksi bagi hakim yang melanggar kode etiknya ialah sebagai berikut
:
Pengawasan pada hakim seolah menurun, baik internal maupun eksternal. Saya
sungguh mengapresiasi KPK yang telah menangkap tangan. Dan saya berharap
pengawasan KPK dimaksimalkan, sambungnya.Hifdzil mengingatkan, tidak
semua hakim berlaku sama dengan Syarifuddin. Menurutnya, Syarifuddin
hanyalah oknum. Kendati tidak semua hakim berperilaku demikian, namun hal
ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ini menjadi catatan bagi MA untuk
memperbaiki kinerja. Kalau dibiarkan akan menimbulkan ketidakpercayaan.
Kalau tidak percaya lagi pada institusi hukum kita, maka rakyat akan main hakim
sendiri, tambahnya. Jika masyarakat sudah semakin sering main hakim sendiri,
maka berita terkait anarkis akan semakin sering didengar. Hal ini tentunya akan
merugikan negara.Pengawasan pada hakim, kewajiban pertama ada di MA. Lalu
juga menjadi tanggung jawab KY dan juga masyarakat untuk mengawasi, ucap
Hifdzil.
Hakim dimana dan kapan saja diikat oleh aturan etik disamping aturan hukum.
Aturan etik adalah aturan mengenai moral atau atau berkaitan dengan sikap
moral. Filsafat etika adalah filsafat tentang moral. Moral menyangkut nilai
mengenai baik dan buruk, layak dan tidak layak, pantas dan tidak pantas.
Sehubungan teori tentang etika, Darji Darmodiharjo dan Sidharta dalam bukunya
berjudul Pokok-Pokok Filsafat Hukum menulis: Etika berurusan dengan
orthopraxis, yakni tindakan yang benar (right action). Kapan suatu tindakan itu
dipandang benar ditafsirkan secara berbeda oleh berbagai teori (aliran) etika
yang secara global bias dibagi menjadi dua, yaitu aliran deontologist (etika
kewajiban) dan aliran telelogis (etika tujuan atau manfaat).
Di sisi lain, etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika
khusus selanjutnya dibedakan lagi menjadi etika individual dan etika sosial.
Pembedaan etika menjadi etika umum dan etika khusus ini dipopulerkan oleh
Magnis Suseno dengan istilah etika deskriptif.Lebih lanjut Magnis Suseno
menjelaskan bahwa etika umum membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari
moral, seperti tentang pengertian etika, fungsi etika, masalah kebebasan,
tanggung jawab, dan peranan suara hati. Di lain pihak, etika khusus menerapkan
prinsip-prinsip dasar dari moral itu pada masing-masing bidang kehidupan
Telah jelas, etika yang berlandaskan pada nilai-nilai moral kehidupan manusia,
sangat berbeda dengan hukum yang bertolak dari salah benar, adil atau tidak
adil. Hukum merupakan instrumen eksternal sementara moral adalah instrumen
internal yang menyangkut sikap pribadi, disiplin pribadi yang oleh karena itu
etika disebut juga disciplinary rules. Sementara itu, dalam ranah etika, kode
etik hakim yang dimaksudkan untuk memelihara, menegakkan dan
mempertahankan disiplin profesi. Ada beberapa unsur disiplin yang diatur,
dipelihara, dan ditegakkan atas dasar kode etik adalah sebagai berikut:
2. Sifat Cakra (senjata ampuh penegak keadilan) melambangkan sifat adil, baik
di dalam maupun di luar kedinasan. Dalam kedinasan, hakim bersikap adil, tidak
berprasangka atau memihak, bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan
4. Sari (bunga yang harum) menggambarkan hakim yang berbudi luhur dan
berperilaku tanpa cela. Dalam kedinasannya ia selalu tawakal, sopan,
bermotivasi meningkatkan pengabdiannya, ingin maju, dan bertenggang rasa. Di
luar kedinasannya, ia selalu berhati-hati, sopan dan susila, menyenangkan dalam
pergaulan, bertenggang rasa, dan berusaha menjadi teladan bagi masyarakat
sekitarnya.
5. Tirta (air) melukiskan sifat hakim yang penuh kejujuran (bersih), berdiri di atas
semua kepentingan, bebas dari pengaruh siapapun, tanpa pamrih, dan tabah.
Sedangkan di luar kedinasan, ia tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan
kedudukannya, tidak berjiwa aji mumpung dan senantiasa waspada.
4. PENUTUP
Ad. 1. Kesimpulan
Dengan banyaknya kasus pelanggaran pada kode etik hakim di Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa pada kenyataannya kode kehormatan hakim sudah tidak
dianggap sebagai pedoman lagi. Kode kehormatan hakim hanya ada sebagai
perhiasan teori untuk menarik kepercayaan masyarakat dan kemudian menjebak
masyarakat sendiri demi kepentingan pribadi hakim-hakim kotor itu.
Masyarakat indonesia yang mayoritas buta huruf dan ekonomi rendah malah
dimanfaatkan oleh hakim-hakim kotor. Nilai moral tampaknya sudah tidak lagi
berpengaruh terhadap pribadi-pribadi keji yang menggunakan jubah
kehormatannya untuk bersembunyi di balik keserakahan mereka. Norma agama
dan bahkan kata etika tampak sudah jauh ditinggalkan hanya untuk mengejar
kepentingan pribadi.
Banyaknya kasuspelanggaran kode etik hakim ini menjelaskan bahwa lembagalembaga pengawas tampak bekerja namun tidak maksimal.
Ad. 2. Saran
Tidak layak bagi seorang mahasiswa hukum untuk menyerah pada kenyataan
kotor ini. Masih ada harapan bagi masyarakat indonesia. Harapan itu terlihat
jelas dari penangkapan hakim-hakim kotor itu. Tetapi harapan itu hanya akan
menjadi harapan yang sebenarnya bila integritas dan profesionalitas pejabat
negara lebih ditingkatkan.
KRIMINAL
Terbukti Selingkuh Dan Berzina, Hakim Elsadela Dipecat!
By desyanggra / Published on Thursday, 06 Mar 2014
hakim elsa2
Selasa (3/3/2014) lalu, Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial melalui Majelis
Kehormatan Hakim telah menjatuhkan hukuman berupa pemberhentian tetap
dengan hak pensiun terhadap Hakim Elsadela, seorang hakim asal PN Tebo,
Jambi.
Elsadela dihukum karena ia terbukti melanggar Kode Etik Pedoman dan Perilaku
Hakim (KEPPH). Ia melanggar dengan melakukan perbuatan tidak terpuji, yakni
berselingkuh dan berzina berulang kali di ruang kerja Hakim Mastuhi yang
merupakan hakim di Pengadilan Negeri Agama Tebo, Jambi.
Perbuatan kedua hakim tersebut diketahui oleh Herman yang tidak lain adalah
suami dari hakim Elsadela. Herman memergoki istrinya telah berselingkuh
dengan Mastuhi, hakim Pengadilan Agama Tebo pada Sabtu 30 November 2013
lalu.
Pada saat itu, Herman mengejar istrinya yang sedang berboncengan dengan
hakim Mastuhi . Sepeda motor yang dinaiki oleh hakim Matsuhi dan Elsadela
sempat terjatuh. Herman curiga karena istrinya membawa kantong plastik.
Setelah diketahui, isi dari kantong plastik ada pasta gigi, sabun cair, kardus
ponsel, sandal laki-laki dan perempuan. Yang bikin suami hakim Elsadela terkejut
lantaran di dalam kantong plastik itu juga terdapat tisu yang tedapat bercak
sperma.
Dari kejadian tersebut, Herman melaporkan tindakan istri dan hakim Mastuhi ke
Pengadilan Jambi. Pihak dari pengadilan langsung menindaklanjuti laporan
tersebut kemudia meneruskan kasus itu ke Badan Pengawas MA. Hingga
akhirnya mereka dibawa ke Majelis Kehormatan Hakim dengan rekomendasi
sanksi berat pemecatan.