Вы находитесь на странице: 1из 3

Tak perlu menjadi sempurna, hanya untuk sekadar mengejar mimpi dan asa, jadilah

yang terbaik, lalu kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang.Ketika kau gagal pada
prosesnya, bukan berarti kau telah berhenti untuk berjuang

Sebuah lukisan pena abadi dalam untaian kata untuk persembahan terima kasihku pada
Ibu yang telah memberi seberkas cahaya terang pada gelapnya lorong hidup yang
kuarungi, sehingga aku dapat berjalan dalam kegelapan itu menuju mimpi yang kurajut
dalam bingkai kesederhanaan.
Ketika kelopak mata terbuka awalnya aku menangis, manusia di ujung mata mulai
tersenyum tipis, manusia pertama yang aku lihat kata mereka aku boleh memanggilnya
ibu, ia menimang dengan irama senandung malam, begitu seterusnya hingga aku
tenggelam dalam hitam, hidup dalam tidurku sepasang mata terus memperhatikan raga
mungil, malam itu aku menangis, tangisan yang memecah sunyi di belantara sepi, ia
terbangun dengan setengah mata terbuka lalu ia menimang dengan irama senandung
malam begitu malam seterusnya. Surga di bawah telapak kaki ibu, begitulah yang kita
percayai selama ini, sosok perempuan yang tangguh, sangat menginspirasi hidupku.
Sosok yang tegar terkadang cerewet tapi itulah ibuku orang yang kritis, dan sangatsangat sayang terhadap kami lima bersaudara.
Bercerita tentang siapakah ibuku, ada yang unik dan menurutku sangat hebat,
mengajarkan kami tentang bagaimana mempertahankan hidup dalam kehidupan yang
pelik dan menyakitkan. Ibuku terlahir juga dari seorang ibu yang menurutku bukanlah
sosok orang biasa, yang selalu mengiringi tidur kami dengan dongeng klasik di waktu
silam. Bakat untuk jualan ibuku sudah ditunjukkannya sejak berumur belia. Tapisan
beras yang dicampur dengan jagung yang dititihnya menjadi santapan siang setelah
pulang sekolah di masa itu. Dia adalah koki terbaik di dunia, tak peduli seberapa
hebat chief Juna dalam membuat makanan, bagiku racikannya adalah yang paling
sempurna di lidahku. Ibuku saat itu hanya bisa mengenyam pendidikan di bangku
sekolah dasar, karena kelurganya saat itu hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan.
Sejak ibu menikah banyak hal yang berubah karena ayahku saat itu adalah seorang
pekerja keras. Selama ayahku masih sehat, keluarga kami sangat rukun dan hidup
berkecukupan.
Suatu peristiwa yang telah melanda keluargaku pada saat aku masih duduk di bangku
sekolah dasar kelas tiga. Hal yang tidak bisa terlupakan dalam perjalanan sejarah
hidupku. Ayahku mengalami gangguan jasmani atau jatuh sakit membuat kebahagian

dan tawa ria dalam keluargaku hilang, lenyap dan sirna seketika sampai saat ini. Ayahku
tak lagi bekerja, dia hanya bisa duduk termangu memikirkan nasip keluarganya.
Bertolak dari peristiwa itu semua keperluan dan kebutuhan keluarga menjadi tanggung
jawab ibu layaknya berperan sebagai kepala keluarga. Walaupun dengan beban yang
berat, ibuku tak pantang menyerah, walau sering kali menangis dalam gelap, berkeluh
kesah dalam senyap, menanggung peluh dan penat seorang diri. Berbagai usaha dia
lakukan guna menghidupi keluarganya. Berbagai banyak rintangan selalu menyelimuti
keluarga kami seakan menjadi sahabat sejati. Berbagai macam problematika terus
menggerogoti keluargaku, namun ibuku tak perna menyerah sedikitpun dengan
keadaan, karna baginya hidup adalah sebuah pengorbanan maka inilah pengorbanannya
untuk hidup demi anak anaknya. Mungkin telah habis dan kering keringat dan air
matanya, hingga kulit yang dulu indah kini bagaikan gumpalan benang kusut, wajah
yang dulu mulus kini dipenuhi goresan-goresan halus bagaikan lukisan seorang
sastrawan, yang tak ternilai harganya. Bagiku Ibuku tak seperti ibu yang lain.
Nak, Ketika kau gagal pada prosesnya, bukan berarti kau telah berhenti untuk
berjuang, itu adalah kata-kata Ibuku saat itu. Akhirnya dengan tekad yang kuat untuk
terus berjuang dengan dorongan dari sang inspirator terhebat yaitu pahlawan hidupku,
aku bersama kakaku mampu menjaga kepercayaan orang tua dan bisa meneyelesaikan
proses panjang selama empat tahun hingga menyandang gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd). Inilah bukti bahwa ibuku tidak seperti ibu yang lain. Bagiku tidak semua ibu yang
hidup dalam keterbatasan rela membiayai kedua anaknya sampai pada perguruan tinggi,
inilah hal yang luar biasa bagiku. Sampai detik ini belum sedikitpun wujut terima kasih
yang diberikan kepadanya. Mungkin sampai kapanpun semuanya tak mampu dibalas
dengan sesuatu. Ibu bagaikan malaikat tak berjubah, mendidik kami dengan kasih yang
tulus bagaikan bulu domba dan suci bagaikan merpati.
Masih terlintas dalam ingatanku akan pesannya sebelum pergi berpetualang mencari
seberkas harapan dan selembar kertas penuh makna di kota ini Tak perlu menjadi
sempurna, hanya untuk sekedar mengejar mimpi dan asa, jadilah yang terbaik, lalu
kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang. Setiap derap langkaku entah
kemanapun selalu ada hadirnya dalam ingatanku. Ibu adalah inspirasiku.
Aku berceloteh malam ini, aku bercerita pada malam dan rembulannya yang baru saja
menampakkan wajahnya saat senja telah beranjak dari tempat kediamannya. Aku
mencurahkan sedikit rasa gembiraku dan juga rasa kagum pada pahlawan hidupku
karena merelakan rahimnya untuk kutinggali, membesarkanku, menuntunku hingga kini
dapat mengubah mimpi anak-anaknya yang selama ini terpendam menjadi kenyataan.
Ibu telah memberikan sebongkah rasa bahagia di wajah kami anak-anakmu. Senyuman

yang terpancar dari bibirmu membawa perubahan bagiku hadir kembali dalam roman
yang sangat jelas kelihatan. Hidup dalam kesederhanaan adalah prinsip hidup yang ibu
titipkan untukku hingga aku tahu bahwa hidup sederhana bagiku adalah ladang subur
untuk mimpi yang ku rajut di masa depan.
Kupandangi malam dengan kilauan seribu bintang, kudengarkan bisikan malam dan
rayuan manja sang rembulan. Kupejamkan kedua bola mataku dan kurasakan belaian
sang bayu malam yang mengantar ku pada sebuah kota kecil tak berpenghuni. Hanya
ada aku dan sebuah cerita yang terlukis pada secarik kertas putih dengan goresan pena
abadi yang sungguh indah. Aku tak tahu betul apa isi dari tulisan yang ada pada secarik
kertas itu, hanya ada sepasang kata yang maknanya cukup dalam untuk aku teropong
dengan kedua bola mataku. Aku tak begitu tahu makna kata itu, namun aku sedikit
mengerti artinya. Ketika aku menundukkan sedikit badanku untuk mengambil tulisan itu,
tiba-tiba angin datang menyambarnya dan membawanya entah kemana. Ibu. Ya,
hanya kata itu yang sempat terbesik di hatiku ketika secarik kertas itu berlalu bersama
tiupan angin yang membawanya ke sudut malam. Saat aku terbangun, aku baru sadar
ternyata hari ini saatnya mengumpulkan secarik cerita tentang curhatan hati. Akupun
melanjutkan merangkai kata demi kata untuk kujadikan sedikit cerita dan akhirnya cerita
yang terangkai menjadi seperti ini.

Вам также может понравиться