Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
market Jepang sebagai salah satu "potensial market" , pola order barang dari sisi
Customer/Distributor Jepang sangat menarik. Saat barang datang di pelabuhan,
kontainer langsung didistribusikan ke Customer mereka. Jadi produk kami tidak
perlu dikeluarkan dari kontainer. Distributor ini sudah memasukkan jadwal
kedatangan atau bongkar muat saat sampai di Pelabuhan disana, jadi mereka
tidak memerlukan Gudang perantara untuk menyimpan. Tidak hanya ini,
biasanya pola MTO ini diikuti oleh variasi product yang sangat tinggi dalam Lotlot order yang kecil, yang dalam prakteknya akan membuat aktivitas produksi
menjadi
lebih
sulit
dan
berpotensi
menaikkan
cost.
Case seperti diatas menununjukkan begitu sulit bagi Manufacture untuk
mengendalikan customer. Bermain di ceruk yang ketat, kita tidak boleh hanya
berbicara function, tapi aspek-aspek lain yang dimiliki product akan menjadi nilai
tambah, dalam memenangkan persaingan. Jika anda seorang praktisi PPIC yang
familiar dengan proses Make To order (MTO), memiliki variasi item produk sangat
tinggi, dan menerima oder dalam lot-lot kecil, model order seperti ini biasanya
sangat merepotkan, terutama dalam tahap realisasi product. Entah ini kebetulan
atau tidak, kondisi ini menjadi semacam bumerang bagi proses manufacturing
secara keseluruhan. Salah satu problem internal terbesar manufacture kita yaitu
fleksibilitas yang rendah, kemampuan bagian produksi dalam mengikuti strategi
marketing kadang masih masih sangat kurang. Untuk itu PPIC bertanggung
jawab dalam menentukan dan mengevaluasi sistem produksi, apakah harus
dilakukan secara manual atau menggunakan soft ware dalam mengelolanya,
mutlak sistem ini ada dibawah tanggung jawab PPIC. Terkadang, lemahnya
pemahaman dan kesadaran leader-leader produksi akan hal ini menyebabkan
sering adanya konflik internal antara PPIC dan Produksi. Saya ibaratkan
hubungan PPIC dengan bagian produksi ibarat Tom and Jerry. Meskipun tidak
menutup kemungkinan, dengan pertimbangan tertentu seperti fleksibilitas
perubahan arah produksi, suplay material, dan distribusi data, antara PPIC dan
Produksi berada dalam satu atap atau Divisi Operasional. Masing-masing
dipimpin oleh Level Manager. Dari contoh case yang pernah saya temui
dilapangan, model seperti ini memerlukan sosok Operasional Manager dengan
leadership & knowledge yang sangat kuat, jika tidak akan terjadi over lapping
Job, batas tanggung jawab yang tidak clear, dan yang paling bahaya yaitu
konsesi-konsesi atau kesepakatan negatif yang berpengaruh pada mundurnya
schedulle
delivery
dan
konsumsi
material
yang
relatif
tinggi.
PPIC bukanlah robot, yang hanya menjalankan aktivitas sesuai prosedure yang
berlaku. Tetapi secara Tim, PPIC berisi sekumpulan orang dengan qualifikasi
dasar diantaranya, memiliki sifat pembelajar/learning people, memiliki analitycal
skill, dan Sistematis. Jadi tidak hanya menjalankan sistem yang sudah ada, tetapi
lebih pada memastikan sistem yang dijalankan efektif atau istilah saya "Rule
Maker".
Design Planning dan Inventory Control
Peran Sistem Informasi dalam aktivitas production planning sangat besar, begitu
besarnya sampai saya berani jamin, tanpa bantuan software, aktivitas planning
tidak akan optimal. Planning tidak hanya mengerjakan masalah perencanaan
saja, tapi terkait dengan manajemen inventory. Otomatis Planning harus memiliki
Link dengan Sistem Purchasing dan Ware house secara real time dan up date. Ini
masih dalam scope inventory, belum termasuk aktivitas pengawasan proses
produksi. Setiap perubahan dalam proses yang terkait dengan Penjadwalan
ulang (reschedulling), Pembuatan ulang (Remake), Permintaan tambahan
material, dll, pastinya akan mempengaruhi alokasi capasitas dan seluruh
penjadwalan. Pertanyaannya, mungkinkah Ms. Excel melakukannya? Jika yang
saya masuk sinkronisasi, yang saya tahu, jawabannya adalah tidak mungkin.
2
Excel hanya bisa mengerjakannya secara terpisah dan sangat tergantung pada
operator untuk melakukan rangkaian update.
Logic Inventory
Planning dan Monitoring Proses Produksi
Mari memasuki intinya. PPIC menjadi semacam Conection point dan Gate,
antara dunia luar dan Internal perusahaan dalam konteks realisasi produk. PPIC
harus memberikan informasi yang akurat mengenai proses internal ke
Sales/Marketing, untuk diteruskan ke Customer. Sama dengan dikehidupan
sehari-hari, misal kita di posisi customer, mau beli Gado-gado, kalo penjualnya
lambat dan gak jelas kapan selesainya, setiap ditanya jawabannya tidak tahu
atau berulangkali sampaikan,maaf saya cek dulu, hampir tidak ada kepastian
kapan selesainya dan berapa banyak yang bisa diselesaikan. Ini baru masalah
gado-gado lho ya. Dalam sebuah industri, bisa saja final product perusahaan kita
menjadi material bagi industri lainnya. Misal Industri kancing dan resleting
menjadi material bagi industri Garment. Inilah salah satu konsep dari customer
satisfaction . Customer tidak bisa melihat langsung ke dalam dapur anda,
tapi bagaimana meresponse datangnya order, akan memberikan gambaran
5
1.
2.
3.
4.
Konsep dasarnya sebagai berikut. Dasar dari konsep ini, yaitu menyerahkan
pekerjaan reguler pada sistem. Karena logika manusia sulit untuk mengolah
informasi yang begitu banyak dan dalam waktu singkat, sistem menggunakan
logika machine, meski masih di back up dengan proses manual operator. Ada
beberapa parameter yang harus terpenuhi :
Sistem memiliki data base mengenai sistem Grouping, yaitu menyatukan item
produk yang melalui jalur proses yang sama, ibaratnya anda harus memiliki jalur
seperti rel kereta api, untuk jelasnya saya sudah menulis detail teknisnya dalam
artikel di link ini :http://www.dedylondong.blogspot.com/2012/01/bagaimanacara-menentukan-lead-time.html . Sebanyak apapun variasi produk yang anda
miliki, produksi sudah terbagi kedalam line-line / jalur imaginer, yang dapat
teridentifikasi oleh sistem.
Informasi ( data base ) mengenai capasitas setiap line produksi
Informasi ( data base ) mengenai lead time setiap line produksi
Informasi (data base )stock material
Dengan melihat sistem, PPIC secara manual dapat memperkirakan keamanan
suplay material yang dieprlukan, dan segera membuka Purchase order jika
dieprkirakan material tidak mencukupi. Input data Bill of material (BOM),
memiliki menu tersendiri, sehingga data base yang tersedia tidak hanya kondisi
aktual stock real time, tetapi progressnya, mulai dari status : 1) purchase order
(pembelian), 2) Arrive status ( tanggal kedatangan ). Informasi ini progress ini
sangat penting, karena sistem hanya bisa melakukan alokasi order , jika status
seluruh component material lokasinya sudah di factory.
grup/ Line ini semakin terpecah semakin banyak. Disinilah pentingnya PPIC
memahami total alur proses realisasi produk.
Alokasi order bertujuan untuk membagi Item yang diorder kedalam tahapantahapan proses mulai awal sampai delivery. Berbeda dengan arrange order,
alokasi order biasanya memiliki periode schedulling yang lebih pendek, yaitu
sekitar 2 4 minggu , kecuali jika suatu Line benar-benar mendapat order yang
kapasitasnya melebihi dari 30 hari ( tentunya ketentuan ini bervariasi disetiap
perusahaan ). Tidak semua item dimulai dari proses awal, inilah pentingnya
database WIP, beberapa komponen-komponen pendukung reguler juga distock
dalam batas optimal di masing-masing divisi. Sistem memberikan pergerakan
barang persediaan diseluruh tahapan.
1)
2)
3)
4)
Istilah lain dari Alokasi Order yaitu Dispatching, aktivitas pengeluaran work
order/perintah kerja pada bagian produksi terkait. Item-item produk yang teralokasi berarti sudah memiliki raw material yang complete. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan alokasi & Monitoring order :
PPIC memastikan kesiapan capasitas produksi, biasanya untuk order-order
dengan kapasitas yang melebihi, jika masih berada direntang capasitas produksi
yang disepakati, dan sudah terinput ke dalam database, asumsi yang digunakan
yaitu bagian produksi setuju berapapun jumlah order yang diturunkan selama
tidak melebihi capasity. Sistem Line memberikan fleksibilitas tinggi. Anda pernah
melewati jalur puncak-Bogor ? Anda pernah mendengar sistem Buka Tutup jalur ?
Konsepnya seperti ini, dengan menerapkan sistem line, PPIC dapat menerapkan
sistem buka-tutup, menambah kapasitas di line tertentu, dengan terlebih dahulu
mengurangi atau bahkan menutup line lainnya, tentunya dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan produksi, terutama perihal capasitas mesin dan
ketersediaan personel.
Mengkomunikasikan ke bagian Sales, untuk diteruskan ke Customer, jika
karena sesuatu hal, harus dilakukan schedule yang berbeda, terutama jika
terjadi percepatan dan perlambatan penyelesaian.
Melakukan response yang cepat jika terjadi masalah yang menyebabkan
keterlambatan, denan mengambil option re-Schedulling atau mengontrol Delay.
Memastikan order yang sudah ter-alokasi ( dalam sistem) ter-Print out agar
bisa dikerjakan oleh bagian produksi. Ini sangat penting, karena print out Work
order menjadi dasar bagi personel di lantai produksi. Untuk itu Work Order harus
memberikan Informasi-informasi penting terkait : 1) Nama item product, 2)
Component Material, 3) Code numeric atau Barcode, 4) Quantity, 5) Tanggal
mulai produksi ( start date ) , 6) Tanggal target selesai ( Finish Date), 7) Info lain
terkait dengan Spesifikasi produt ( warna, dimensi, dll ), 8) No. Regristasi
Customer Order, 9) No. Regristasi Work Order, 10) Identifikasi untuk mampu
telusur proses. Konsep yang saya sampaikan ini biasa disebut dengan KANBAN
dibeberapa perusahaan Jepang. Tidak hanya informasi diatas, penerapan sistem
Kanban menuntut adanya standarisasi tempat-tempat penyimpanan. Misal,
product dalam sebuah Box berisi maksimal 400 pcs, jika order dari customer
untuk item ini totalnya 1000 pcs, maka Work Instruction Sheet/Kartu kanban
terpecah menjadi 3 sheet. Berturut-turut memiliki quantity 400, 400, 200
pcs/sheet. Dengan masing-masing sheet memiliki No. Regrestasi sendiri ( angka
dan barcode), dalam prosesnya, Shet-sheet ini selalu mengikuti pergerakan
produk. Sepintas memang terlihat boros kertas, tapi melihat akurasi dan
kemudahan dalam processingnya, saya pikir masih jauh lebih besar
manfaatnya. Saya rekomendasikan sistem ini untuk anda terapkan.
Kartu Kanban
5)
10
Berbeda kondisinya dengan PPIC ( dan R&D), basic knowledge tidak banyak
membantu jika orang-orang ini berpindah kerja di indsutri dengan bidang dan
model operasi yang berbeda. Tidak bisa 'Copy Paste'. Mereka seperti mulai dari
awal dalam memahami total system yang berkaitan dengan Produksi, Logistic,
Marketing, bahkan Finance. Barangkali tiga fungsi yang saya sebut terakhir
relatif mudah, namun system produksi memerlukan pemahaman yang sangat
tinggi. Karena pengetahuan dan pemahaman terhadap keempat system ini
merupakan basic knowledge saat memasuki perusahaan yang baru, ini saya
asumsikan anda tidak memiliki masalah dalam komunikasi dan interpersonal
saat masuk dalam organisasi perusahaan yang baru lho ya. melihat situasi ini,
saya sangat maklum jika perpindahan orang PPIC ke perusahaan lain biasanya
berada dalam bidang yang sejenis atau mirip, akan lebih safe. Dan saya sangat
kagum plus Salut bagi anda, yang berani keluar dan mencoba memasuki bidang
industri
yang
berbeda.
melibatkan
mutlak akan
prosedure
2. Memahami proses produksi dengan aktual & detail. Jika anda berfikir, bisa
memahaminya dengan hanya mempelajari flowchart, Instruksi kerja, SOP, dll. Ini
masih sangat kurang, Pemahaman anda sebagai orang PPIC harus sama baiknya
dengan skill & knowledge Supervisor dan Manager Produksi bahkan lebih baik,
jika PPIC berperan sebagai 'Rule Maker' .
3. Positioning yang jelas dan tepat. PPIC bukanlah perpanjangan tangan Produksi
dan Marketing. Untuk itu dengan dilandasi dua poin diatas, PPIC harus berada di
posisi yang proporsional, dengan fokus pada target utama, yaitu ketepatan
Delivery dan Stabilitas Capasitas Produksi.
12
Saya sadar sepenuhnya artikel ini bukanlah sebuah manual book yang berisi
ratusan halaman tentang detail alur proses, prosedure, sistem informasi, dll. Sulit
bagi saya untuk mentransfer secara lengkap ke dalam format tulisan yang
singkat ini. Karena setiap manufacture memiliki modelproduction planning yang
(sedikit) berbeda, maka artikel dapat berperan sebagai kondsep dasar dan cara
berpikir. Tentunya masih banyak aspek yang bisa dikembangkan dalam
mensupport manufacture dalam memenuhi kepuasan pelanggan dari sisi
realisasi product.
Akhir kata, ditengah berbagai kekurangan, semoga artikel ini memberikan
manfaat bagi rekan-rekan dalam membangun sistem Production Planning dan
Inventory. Sehingga, untuk kedepannya, perusahaan anda memiliki grand desain
sistem production planning dan inventory yang terintegrasi dengan sistem IT
yang mudah dipahami, efektif, akurat, update dan mampu menyajikan informasi
secara real time.
Terima kasih.
FAKTOR-FAKTOR
PENGEMBANGAN
PRIORITAS
1. METHODE KERJA
Faktor ini penting untuk menutup kekurangan di
faktor Man/Manusia tadi. Kita tidak menjadikan faktor
Man sebagai prioritas perhatian dan pengembangan,
namun harus diimbangi dengan faktor Metode Kerja.
Metode Kerja merupakan Semua hal terkait dengan
prosedure, aturan, standard dll yang digunakan
sebagai acuan dalam operasional kerja.
Bagaimana caranya orang dengan status kontrak,
baru masuk bisa mengoperasikan mesin dengan
benar dan aman.
Perusahaan harus memiliki sistem untuk operator
baru. Misal sistem ini terdiri dari dari fase indoor
trainning dan semua modul dalam 2 hari, lalu praktik
langsung dalam pengawasan. Dimesin sudah
dilengkapi
panduan-panduan
visual
untuk
mempermudah dalam operasional dan pengecekan
quality.
Temukan cara paling mudah untuk memahami proses,
buat dokumentasi visualnya, lalu jadikan buku
panduan bagi mereka. Didalamnya sudah ada
mengenai standard safety, cara operasional mesin,
dan gambaran umum item. Pasti ini akan
mempercepat mereka dalam operasional mesin.
15
2. FAKTOR MESIN
Inilah faktor yang paling atas, dan mutlak anda
mengerti. Anda pernah dengar Hukum Pareto 80:20,
bunyinya seperti ini, 20% Action akan memberikan
80% hasil.
Inilah yang saya maksud, faktor inilah 20% anda.
Pertanyaannya Apakah leader produksi harus
mengerti mesin? Jawabannya, Ya!
Pemahaman mengenai permesinan dari pengalaman
saya, menjadi kompetensi Dasar bagi leader
produksi. Ibarat Pemancing syarat kompetensinya ya
bisa menggunakan Joran, atau Pembalap bisa
menyetir. Pemahaman akan mesin akan memberikan
sense, kekuatan dan visi dalam diri leader produksi.
Misal ada aliran proses seperti dibawah
16
Penutup
Jika anda sebagai bagian dari fungsi PPIC memiliki persepsi
hanya menjalankan tugas administratif, tolong segera di
improve. Jika ada option lain untuk melaukan perbaikan dan
anda anggap baik untuk kepentingan perusahaan, lets do it.
Lebih jauh saya ingin menyatakan, mari rasakan spirit
bagian produksi. Terlibatlah didalam, jika diperlukan berikan
waktu khusus untuk belajar dan ikut serta didalamnya.
MRP
Line Balancing
Line Produksi : Stasiun Kerja untuk memproduksi jenisjenis item produk tertentu.
Bottle Neck : Stasiun kerja atau mesin bagian dari lintasan
produksi yang memiliki capasitas produksi terkecil , sehingga
menyebabkan waktu proses yang paling panjang dibanding
stasiun kerja lainnya. Istilah lain yaitu titik kritis.
Work Station ( Stasiun Kerja ) : Grup-grup kerja bagian dari
keseluruhan operasi produksi yang memiliki fungsi yang
relatif sama, didalamnya memiliki aktivitas produksi yang
melibatkan material, mesin, alat-alat bantu, lingkungan fisik
kerja, dan operator.
Due Date : Batas waktu maksimal yang dapat diterima untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Lateness : Penyimpangan antara waktu penyelesaian
dengan batas waktu
Tardiness : Ukuran untuk kelambatan positif, yaitu jika
pekerjaan diselesaikan lebih cepat dari batas waktu yang
ditetapkan
Completion Time : Rentang waktu antara saat pekerjaan
dimulai sampai dengan pekerjaan selesai.
29
30
32
33
Moving Average
35
Reorder Point
Time
pesanan
Kartu Kanban
c)
4. Regulasi
a) Pada sidang ke-77 di Jenewa tanggal 26 Juni 1990 dibahas
mengenai standar Internasional bagi pekerja malam. Standar
yang dimaksud adalah The Night Work Convention and
Recommendation. The Night Work Conventionmembahas
41
44
Keterangan :
1. Shift 1 : Pk. 07.00 15.00 , Shift 2 : Pk.15.00 23.00
, Shift 3 : Pk. 23.00 07.00
2. Urutan Putaran shift Shift 3 -> Shift 2 -> Shift 1 ( 32-1 ) , Pergesaran Shift menuju dan setelah Shift 3
ada perlakuan khusus. Setelah Shift 3 karyawan
45
46
Keterangan :
1. Jam Kerja Shift fleksibel, untuk Shift 1, bisa dimulai
di Pk. 06.00 atau 07.00, Shift berikutnya
menyesuaikan.
2. Putaran Shift Shift 3 -> Shift 2 -> Shift 1 (3-2-1).
3. Jadwal ini bisa diterapkan untuk putaran 2 Grup, 2
Shift
47
48
Shift II
Senin Kamis : Jam 20.00 wib jam 08.00 wib
Sabtu - Minggu : Jam 20.00 wib jam 08.00 wib
Istirahat
: Jam 00.00 wib jam 01.00 wib
Break
: Jam 05.00 wib jam 05.05 wib
Perhitungan Jam kerja untuk long shift ini, ada beberapa
macam :
1) Jam kerja 7 jam + 1 jam istirahat + 4 jam over time.
Perhitungan jam overtime perharinya = 1,5 + (2 x 3 ) jam =
7,5 jam/hari ( lihat artikel perhitungan overtime )
2) Jam kerja 8 jam + 1 jam istirahat + 3 jam overtime
Perhitungan jam overtime per harinya = 1,5 + ( 2x2 )
jam
=
5,5
jam/hari
6. Penutup
Penentuan model penjadwalan kerja shift, perlu
dipertimbangankan tingkat fleksibilitasnya. Untuk
Bagian produksi, pembagian shift terkait erat dengan
menambah jam kerja mesin. Biasanya terjadi saat
Peak Seasion. Sedangkan untuk bagian Engineering,
Pada umumnya mengikuti jadwal produksi, kecuali di
bagian
utility
atau
mesin-mesin
yang
akan
membutuhkan waktu lama ( lebih dari 1 hari ) saat
running awal, biasanya di setting 4 Grup 3 Shift.
Semoga Bermanfaat & Terima Kasih
50
[1]Tayyari, F., and J.L., Smith, 1997, Occupational Ergonomics Principles and applications, T.J. Press
Ltd, Great Britain, hal. 350
[2]Oxford University Press, 2005, Oxford Advanced Learners Dictionary, United Kingdom, hal. 1400
[3] Bhattacharya A.,and J.D. Glothlin, 1996, Occupational Ergonomics Theory and applications,
Marcel Dekker, Inc. hal. 404
[4] Wijayanti, Sri Ramadhani. 2005. Shift Kerja dan Karakteristik Individu dengan
Kinerja Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2004 [Skripsi].
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
[5] Tayyari, F., and J.L., Smith, 1997, Occupational Ergonomics Principles and applications, T.J.
Press Ltd, Great Britain, hal. 358-359
SEJARAH
LEAN
MANUFACTURING
daya
yang
tidak
memberi
nilai
tambah
pada
produk.
Menunggu (Waiting)
waktu menunggu dalam proses harus dihilangkan. Prinsipnya adalah
memaksimalkan penggunaan / efisiensi pekerja daripada memaksimalkan
penggunaan mesin-mesin.
Penyebab menunggu termasuk: Ketidakseimbangan beban kerja, Pemeliharaan
yang tidak terencana, Waktu setup yang lama, Penggunaan otomatisasi yang
salah, Masalah kualitas yang tidak selesai, Penjadwalan yang salah, dll.
3.
Transportasi (transportation)
tidak ada nilai tambah pada produk. Daripada memperbaiki transportasi, akan
lebih baik bila dikurangi atau dihilangkan. Beberapa penyebab transportasi
52
tinggi: Layout pabrik yang buruk, Pemahaman yang buruk terhadap aliran proses
produksi, Ukuran lot besar, lead time besar, dan area penyimpanan yang besar.
4.
5.
6.
7.
Sangat Menarik bukan ? saya tidak akan membahas Lean Manufacturing sebagai
konsep dan knowledge, saya pikir dengan browsing di Internet dan tinggal
masukkan key word diatas, anda bisa temukan puluhan artikel atau Jurnal yang
membahas tema ini. Saya akan Mengulasnya dari sisi lain yang berbeda.
Konsep Lean Manufacture bukanlah konsep yang baru, mulai tahun 80-an kita
sudah mengenalnya. Saya masih ingat tahun 90 an, perusahaan perusahaan
besar diTangerang memiliki komite GKM ( Gugus kendali Mutu ), 5S atau jauh
sebelumnya sudah menerapkan sebagian dari 7 Tools, seperti penggunaan
53
MENGAPA
IMPLEMENTASI
LEAN
MANUFACTURING
TIDAK
EFEKTIF
?
Ada beberapa Tools yang termasuk dalam Lingkup Lean manufacturing,
diantaranya ; Just In Time (JIT), pendapat yang menyatakan bahwa Just In Time
(JIT), 5S, Kaizen & QCC, Heijunka, Value Stream, Poka Yoke, TQM, SMED.
Sebagian besar pendapat menyebut konsep management manufacture ini
sebagai hal yang luar biasa. Apakah pendapat ini benar ? Ini fakta lho ya,
banyak konsultan yang bergerak dibidang manufacturing improvement
menggunakan konsep-konsep ini sebagai magnet atau daya tarik ,dan
terbuktinya laku bukan ? Artinya, banyak pelaku industri manufacture yang
ingin menikmati keberhasilan, kebesaran, dan keuntungan seperti TOYOTA Motor
Corporation, atau perusahaan Jepang lainnya dan berdaya upaya untuk
mencapainya dengan strategi efisiensi yang sejalan. Konsep
Lean
manufacturing sangat jelas, terukur, dan siapapun bisa menerapkannya. Artinya
konsep perbaikan ini tidak hanya menjadi monopoli Toyota Motor Corp., atau
perusahaan-perusahaan jepang lainnya, tapi semua industri manufacture bisa
menerapkan dengan kadar yang sama. Ini juga fakta !
Saya selalu menulis konsepkonsep.dan konsep apakah benarkah Lean
Manufacturing hanya sebagai konsep, yang dengan begitu mudahnya dipelajari ,
diterapkan, dan secepatnya dirasakan hasilnya ? Jawaban saya TIDAK .
Saya termasuk satu dari sekian banyak orang Indonesia yang beruntung
berkesempatan mempelajari langsung manufacture Jepang di negara asalnya.
Tidak hanya pelajari hal-hal teknis, tetapi motif dan spirit mereka sebagai
pekerja tidak lepas dari perhatian. Yang saya tahu, konsep lean manufacture
ternyata bukan hanya monopoli Toyota. Prinsip dasar manufacture dalam Lean
Manufactture merupakan sesuatu hal yang sangat biasa dan normal dalam
rutinitas pekerjaan sehari-hari.
Hal-hal yang membuat kita terpesona adalah sesuatu yang biasa buat mereka.
Rata-rata pekerja disana tidak bisa bahasa inggris, dan sangat jarang yang
bertitel sarjana, karena bagi kebanyakan orang Jepang menempuh pendidikan di
university perlu biaya sangat tinggi. Tetapi apa disini kita pelajari dengan biaya
yang relatif tinggi ( rata-rata rate trainning sekitar 2 juta/orang ) plus dengan
terkantuk-kantuk menikmati sejuknya AC, mereka jalani dengan sangat
sangat alami, seperti aktivitas makan, minum, jalan, olah raga, dsb.
54
Sangat Alami . Dua kata Ini yang bisa saya katakana untuk
menggambarkan situasinya. Ternyata penerapan konsep lean Manufacture ini
tidak berhubungan dengan pendidikan yang tinggi atau kecerdasan Intelektual.
Kembali ke Sub Judul Mengapa Implementasi Lean Manufacturing tidak
Efektif ?. Dua kata tadi menjadi jawabannya. Mereka lakukan ini dengan
adanya komitmen organisasi disertai Strategi Organisasi tepat. Kabar baiknya,
All of these can be created , semuanya itu bisa dibentuk, jadi bukan sesuatu
yang sifatnya Given atau takdir.
Inilah yang menjadi fondasi penerapan Lean Manufacturing, malah kalau saya
bilang, apapun konsep managemen produksi dan operasi bisa diterapkan dengan
mudah dan optimal jika perusahaan kita memiliki fondasi seperti ini.
Penjelasan :
1. Dalam Struktur Organisasi, Operation ( maintenance, production, PPIC,
55
Ware house, QC ) tidak berdiri sendiri, tapi didampingi oleh Bagian Data Analis &
Improvement dengan wewenang yang setara. Kedua struktur besar ini berada
dibawah Operation manager atau Factory manager.
3. Struktur Operation sama persis seperti yang kita kenal sekarang, didalamnya
ada Produksi, Planning, Ware house, dan Maintenance.
Jika dilihat dari spesifikasi personel di bagian Data Analys & improvement,
tampak orang-orang yang memiliki kualifikasi mirip dengan bagian Engineering /
maintenance. Itu benar, tapi sengan spesifikasi lebih tinggi hingga taraf
machine Design.
Beberapa Japan manufacture menggabungkan Produksi dan Maintenance dalam
satu bagian besar, Maintenance lebih mengarah pada Preventive Management.
Dan perlu diingat, sebagian besar indsutri manufacture di Indonesia mengadopsi
strategi
Low
cost.
PENUTUP
Hal hal yang saya sampaikan diatas bukan berarti, mengecilkan peran serta
satu bagian tertentu dalam melakukan continous improvement. Tapi lebih pada
meningkatkan focus dengan memberikan batasan-batasan kerja dengan
terkendali. Sangat ironis jika kita menemui case berikut, seorang Manager
engineering yang sangat pintar berhasil menyelesaikan problem mesin
sampai ke tingkat rekayasa engineering. Tapi tidak peduli dengan data data
dan pelaksanaan preventive maintenance. Atau seorang Supervisor Produksi
salah-masalah
produksi dan memecahkannya, tapi tidak
memiliki keberanian dalam menegur karyawan
yang
melakukan
procedure
kerja
yang
keliru. Dan banyak contoh contoh lainnya
yang mengingatkan kalau kita itu manusia
yang
banyak
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
yang
begitu
luar
biasa
dalam
menganalisa
ma
58
PENDAHULUAN
production
line
itu
Saya membagi System Line menjadi 2 jenis :
sendiri.
Single Line
60
Multiple Line
61
Contoh
Item A
diameter : 25 mm
Item B
diameter : 10 mm
Item C
diameter : 15 mm
Item D
diameter : 30 mm
Item E
diameter : 10 mm
Item F
diameter : 15 mm
Item G
diameter : 10 mm
Item H
diameter : 30 mm
Item I
diameter : 10 mm
Ada 8 Item diproduksi, tapi jika kita kelompokkan ada 4 jenis tahapan proses. Pada prinsipnya
yang menjadi perhitungan utama sistem Line yaitu proses mesin, proses manual tidak diperhitungkan
karena tergantung dari variable jumlah orang, dengan asumsi bisa ditambah sebanyak
mungkin dan dikurangi seminimal mungkin.
Sedang kapasitas mesin dan jam produksi mesin terbatas.
Berdasarkan data kita mengetahui kapasitas mesin per hari ( 7 jam ) sbb :
Machine Capacity
62
Note : Asumsinya Size item tidak berpengaruh pada kapasitas, aktualnya data perubahan
kapasitas untuk setiap perubahan spec yang dimasukkan ke data.
4 Tahapan ini menjadi Line,
Saya gunakan Notasi : 1, 2, 3, 4
Tahap 1, kita akan deteksi kapasitas per Line
Saya akan gabungkan data mesin kedalam Line Produksi
Line Capacity
63
Formula waktu proses : contoh Line 1, Mc. A = ( Bottle Neck Capa : Capa Mc ) x 7 Jam kerja
Jadi Line 1, Mc A, perlu waktu = ( 100 : 200 ) x 7 = 3.5 Jam
Berarti MC. A hanya perlu waktu 3.5 , untuk memenuhi kapa mesin C, dan masih ada sisa kapa
sebesar 3.5 jam yang idle, atau bisa digunakan oleh line yang lain.
Berarti masing-masing Item memiliki Lead Time 7 jam, artinya produksi memerlukan waktu 7 jam
sejak start proses pertama. Untuk kapasitas yang ditetapkan perhari Begitu juga dengan Item yang lain.
Item A, sebanyak 1000 Kg, Waktu produksi : 70 jam kerja ( (1000 : 100)x7 )
Item E sebanyak 300 Kg, Waktu produksi : 14 jam kerja ( (300 : 150)x7 )
Item G, sebanyak 210 Kg, Waktu produksi : 21 jam kerja ( (210 : 7 )x7 )
Item I, sebanyak 280 Kg, Waktu produksi : 28 jam kerja ( 280 : 70 )x7 )
2. Penambahan Mesin
3. Re-engineering, atau up grade teknologi permesinan
(
Artikel
terkait : http://www.dedylondong.blogspot.com/2009/12/increase
-productivity-do-it-now.html )
Lead time yang semakin pendek pasti menjadi salah satu
kekuatan manufacture dalam iklim persaingan yang semakin
kompetitif. Pada dasarnya, tidak ada customer yang mau
menunggu dalam waktu relative lama, saat membeli.
Tentunya artikel ini jauh dari detail. Tidak ada system
produksi yang baku. Masing-masing manufacturing memiliki
ke-khasan dalam system produksinya. Dengan melakukan
improvement secara berkelanjutan ( Continual Improvement )
akan muncul ide-ide untuk meningkatkankinerja produksi,
termasuk ide mengenai Lead Time ini.
65
Motivasi Kerja
67
1. Pengertian
Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam
diri karyawan yang memulai dan dapat mengarahkan perilaku orang tersebut.[1]
Motivasi juga mempunyai arti yang sama dengan motif, yakni suatu daya pendorong
atau perangsang untuk melakukan sesuatu.[2] Dalam pengertian tersebut, motivasi dalam diri
seseorang dipandang sebagai suatu kekuatan tanpa memperhitungkan adanya kelemahan dan
faktor-faktor lain yang pasti ada dalam tiap individu.
Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang
sebagian besar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuan.[3]
Terdapat dua sumber motivasi menurut Moekijat, yaitu motivasi intern dan motivasi
ekstern. Motivasi intern semua menyangkut motivasi dari dalam yaitu motif seseorang
berperilaku atas dorongan diri sendiri, yang mempertimbangkan kekuatan-kekuatan yang
terdapat dalam seorang individu dan kebutuhan serta keinginannya. Motivasi ekstern yaitu
motivasi dan dorongan yang bersumber dari luar, yaitu ; gaji, kondisi kerja dan kebijaksanaan
perusahaan, serta masalah-masalah pekerjaan, seperti penghargaan, promosi dan tanggung
jawab.[4]
Bahwa motivasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dalam
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada karyawan untuk bertindak dengan tujuan
agar karyawan tersebut lebih giat dan bersemangat dalam bekerja sehingga mencapai hasil
sebagaimana yang telah ditetapkan. Karenanya kearah tujuan-tujuan organisasi yang
dikoordinasikan oleh kemampuan. Upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individu.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan kegiatan dan menimbulkan semangat dan
68
gairah kerja yan mengarah pada tercapainya suatu tujuan tertentu. Disamping itu, dengan
mengetahui makna dari motivasi, diharapkan dapat dicari metode atau cara memotivasi dari
luar. Ini merupakan hakekat tugas dan fungsi dari manajemen sumber daya manusia yaitu
bagaimana memotivasi para karyawan dalam rangka mempengaruhi dan mengarahkan
perilaku agar berperilaku sesuai dengan budaya organisasi yaitu produktif dan berkinerja
tinggi.
2.
Teori-teori Motivasi
Teori motivasi dikelompokkan atas dua teori besar, yaitu : (1) Teori Motivasi Proses
( Process Theory ), dan (2) Teori Motivasi kepuasan (Content Theory).[5]
69
besar untuk memperoleh kepuasannya, maka ia akan bekerja keras, begitu pun sebaliknya.
Teori ini didasarkan atas :
1. Harapan ( Expectancy )
Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
2. Nilai ( Valence )
Nilai adalah akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai nilai martabat tertentu ( daya atau
nilai motivasi ) bagi setiap individu yang bersangkutan
3. Pertautan ( Instrumentality )
Pertautan adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan
dengan hasil tingkat kedua.
Dalam penerapannya makna teori tersebut adalah bahwa seorang karyawan akan
bersedia melakukan upaya yang lebih besar apabila diyakininya itu akan berakibat pada
penilaian kinerja yang baik, dan bahwa penilaian kinerja yang baik akan berakibat pada
imbalan yang lebih besar dari organisasi seperti bonus yang lebih besar, kenaikan gaji, serta
promosi dan kesemuanya itu memungkinkan yang bersangkutan untuk mencapai tujuantujuan pribadinya.
Jadi teori harapan memfokuskan analisisnya pada tiga jenis hubungan, yaitu ;
1. Hubungan upaya dengan kinerja dimana karyawan mempunyai persepsi, bahwa upaya yang
lebih besar berakibat pada kinerja yang makin memuaskan.
2. Hubungan kinerja denan imbalan. Hubungan ini menyangkut keyakinan seeorang bahwa
menampilkan kinerja pada tingkat tertentu akan berakibat pada hasil tertentu yang diinginkan.
3. Hubungan imbalan dengan tujuan pribadi. Yang memungkinkan disini adalah sejauh mana
imbalan yang diterima dari organisasi memuaskan tujuan dan kebutuhan pribadi dari
karyawan termasuk disini imbalan dalam bentuk immateriil seperti peningkatan jabatan dan
semacamnya seta seberapa besar daya tarik imbalan tersebut bagi yang bersangkutan.
Ada empat metode pembentukan yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku
karyawan, yaitu penguatan yang bersifat positif, negatif, penegakan hukuman, dan
pemadaman.[7]
1. Penguatan yang bersifat positif, yaitu teknik yang berakibat suatu nikmat sebagai respon atas
stimulan tertentu, sehingga timbul perilaku dalam bentuk keinginan untuk mengulangi
perbuatan serupa, misalnya pemberian pujian..
2. Penguatan yang bersifat negatif, yaitu teknik yang bersifat pada sesuatu yang tidak enak
sebagai respon atas stimulus tertentu, sehingga timbul keinginan untuk tidak mengulangi
perbuatan serupa, misalnya pemberian teguran.
3. Pengenaan hukuman adalah bentuk yang lebih berat dari penguatan negatif, misalnya seorang
karyawan dikenakan hukuman penundaan kenaikan gaji karena suatu pelanggaran yang
cukup berat.
4. Pemadaman, yaitu tindakan atasan untuk menghilangkan keinginan seorang bawahannya
berbuat sesuatu yang dipandanf sebagai perwujudan perilaku tertentu yang tidak diinginkan
oleh atasan yang bersangkutan.
Prinsip dari teori ini adalah bahwa manusia pada hakekatnya adalah malas, tidak mau
bertanggung jawab walaupun bisa ia lakukan, oleh karena itu maka karywan harus diawasi
terus dan memotivasi dengan cara memberi hadiah bilamana berbuat baik dan dihukum bila
berbuat sebaliknya.
c.
Teori Keadilan
Teori ini menyatakan bahwa suatu hal yang manusiawi apabila dalam kehidupannya
termasuk dalam pekerjaan, seseorang mengharapkan perlakuan yang adil akan tetapi wajar
dan normal pula jika seorang melihat keadilan dengan sisi yang subyektif.
Para karyawan biasanya melakukan perbandingan antara diri sendiri dan orang lain
didalam dan diluar organisasi. Kesemuanya itu mempunyai dampak terhadap perilaku
karyawan yang bersangkutan.
Dengan kata lain, berdasarkan teori ini apabila karyawan merasa diperlakukan tidak adil
maka sangatlah mungkin mereka tidak akan berusaha maksimal menampilkan kinerja
71
terbaiknya dan menurunkan mutu hasil pekerjaannya dan barangkali memutuskan berhenti
dari pekerjaan tersebut.
Teori motivasi proses menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat diarahkan agar
dapat bekerja dengan giat sesuai keinginan pimpinan. Hasil yang dicapai tercermin dari
bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang. Hal ini sejalan dengan perilaku
manusia yang selalu memerlukan arahan dan bantuan dalam melakukan kegiatannya.
1. Orang akan memenuhi kebutuhan yang lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Orang mempunyai keinginan untuk berkembang kearah yang lebih baik dan maju.
73
c.
74
Teori ini disebut juga dengan teori motivasi prestasi yang dikemukakan oleh David
Mc. Clelland. Teori ini menggolongkan tiga jenis kebutuhan manusia yang dapat memoitvasi
gairah bekerja, yaitu ;
ini.
Melalui
kebutuhan
afiliasi
ini
seseorang
akan
termotivasi
dan
mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk denan senang hati
menyelesaikan tugas-tugasnya.
75
kerja seseorang serta mengerahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau
kedudukan yang terbaik dalam organisasi.
Ego manusia yang ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya sehingga menimbulkan
persaingan. Persaingan yang ditumbuhkan secara sehat akan membuat pegawai termotivasi
untuk bekerja giat.
Oleh karena itu untuk mendapatkan kedudukan yang baik dalam organisasi, maka
seseorang akan berusahan dan termotivasi untuk menyenangi setiap pekerjaan yang diberikan
dan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.
e.
Dimensi
Motif
Indikator
a.
76
Tanggung Jawab
b. Semangat Kerja
c.
Partisipasi aktif
d. Menyenangi Pekerjaan
Kerja unggul
e.
f.
KUISIONER
Motivasi Kerja
1
Saya mengelola dan mengatur pekerjaan agar dapat selesai tepat waktu
Saya dengan suka rela pulang terlambat jika pekerjaan belum selesai
10
11
Saya selalu bekerja sesuai dengan prosedure kerja yang telah ditetapkan
12
Saya tertantang untuk meminta tanggung jawab dan wewenang lebih besar
13
Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 2004. Organisasi. PT. Erlangga, Jakarta, hlm.94
Moekijat, 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Pioneer Jaya, Bandung, hlm.5
77
[3]
Siagian,P, 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta, hlm.102
[4]
[5]
Hasibuan,SP, 2003. Organisasi dan Motivasi. Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 103
[6]
[7]
Siagian P, Sondang, 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 112
Sampai detik ini saya tidak percaya Leader itu merupakan takdir atau faktor
Genetika yang diturunkan. Yang saya yakini, Leader yang baik harus dibentuk
dengan cara yang tepat. Hal-hal berikut sangat sering kita jumpai di buku-buku seri
kepemimpinan. Artikel ini hanya sebagai bahan untuk lebih meyakinkan bahwa
seorang leader harus dibentuk melalui proses belajar dan terapan. Berikut hanya
sebagian kecil dari hal- hal yang harus dilakukan seorang Leader.
Kita bahas satu persatu.
Visi : Rational Dream, Mimpi yang masih memiliki peluang untuk diwujudkan.
Misi : Konsekuensi logis dari adanya visi
Objective : Tujuan yang akan dicapai
Goal : Sasaran yang lebih konkret & spesifik ( quantitatif )
Strategi : Plan yang sifatnya global/umum untuk mencapai objective, berjangka
waktu menengah ( Triwulan, quartal )
Program Kerja : Plan action yang merupakan penjabaran dari strategi, spesifik, &
menggunakan ukuran quantitatif. Berjangka waktu lebih pendek ( mingguan, bulanan
)
Mekanisme Kontrol : Tool untuk menjamin orgnisasi menerapkan strategi yang
benar & menjalankan program kerja dengan benar.
Mekanisme kontrol ini harus memiliki 2 faktor utama, yaitu 1) Siapa yang
mengerjakan. 2) Siapa yang menilai hasil kerjanya.
Saya akan sharing dengan anda ... mudah-mudahan bermanfaat,
Saya menerapkannya Saat memegang posisi Section Chief Produksi ( LF ) Th.
2006-2008, di PT. YKK Zipper. Jika diurai satu persatu, kurang lebih sebagai
berikut :
78
Visi saya : Section LF harus menjadi yang terbaik diantaranya section lainnya.
Misi saya : Section LF harus memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian
profit perusahaan
Objective yang saya tetapkan : Maksimalkan pencapaian Delivery, Tingkatkan
Quality produk, dan Optimalkan biaya produksi.
Goal : Mendistribusikan Goal ke seluruh personel sesuai tingkatan struktural .
Penetapan Target quantitatif mulai dari operator sampai saya sendiri, yang
mensupport objective yang telah ditetapkan ( Penetapan Goal ini lebih mudah
dilakukan di PT. YKK karena perusahaan telah menetapkan Mekanisme penilaian
berbasis kinerja atau MBO Management By objective ) Misal : Claim = 3
kali/setahun, Delivery = 95 % , Lead Time = 3 hari , Consume Spare part = .
Rp/1000 Pcs, Consume Listrik = Rp/1000 Pcs, Productivity = . Pcs/orang ,
DLL
Strategi saya : 1. Meningkatkan Knowledge & Skill seluruh karyawan sesuai beban
tanggung jawabnya masing-masing. 2) Meningkatkan Efisiensi Mesin & Jam kerja
operator. 3) Menetapkan Metode kerja yang mudah dipahami. 4) Meningkatkan
jaminan quality proses / mesin. 5) Tingkatkan komunikasi internal & eksternal
(Departemen / Section terkait) . 6) Continual Improvement. 7) Penghematan energi .
8) Pengendalian Tingkat Absensi. 9) Pengendalian Overtime. 10) Membangun rasa
percaya diri dengan Memberikan wewenang lebih besar dg batasan-batasan yang
jelas bagi para leader, misal Grup Leader memiliki wewenang menginstruksikan
Overtime dalam kondisi sangat mendesak . 11) Membuat lingkungan fisik kerja yang
nyaman 12) Membentuk Tim yang solid, DLL
Program kerja saya : 1) Memberikan Trainning & Pengajuan/permintaan Trainning
Eksternal. 2) Melakukan Briefing harian diawal Shift. 3) modifikasi mesin & spare
part 4) Preventive main unit mesin & Kontrol Sensor. DLL
Mekanisme Kontrol : 1) Evaluasi Rutin achievment target melalui Briefing harian,
Meeting Mingguan & Bulanan. 2) Penilaian kinerja perorangan secara objective,
setiap 6 bulan sebagai bentuk mekanisme Reward & Punishment. 3) Mewajibkan
Record Produksi harian Operator ditulis di papan informasi ( khusus ) , dengan
tujuan Leader atau siapapun , dapat bereaksi dengan cepat jika terjadi ketidak
sesuaian pencapaian output proses produksi. 4) mapping area lengkap dengan PICnya. DLL
Beberapa Pencapaian dari Tim kami
1.Base Achievment Th. 2007, memasuki Th. 2008 saya dipercaya untuk mengontrol
Line Produksi lainnya, sehingga Penamaan section juga berubah ( LF-Domestik ).
Dari Section terkecil ( jumlah personel 48 orang ) dan Item produk yang bukan
utama ( berkontribusi 20 % terhadap total produksi perusahaan ) menjadi section
terbesar ( 150 orang ) dengan item Produk utam ( berkontribusi 60 % terhadap total
produksi perusahaan ) . Kondisi ini telah meningkatkan kontribusi section terhadap
pencapaian omset & profit perusahaan.
2.Bulan April 2008, Section LF-Domestik memberikan kontribusi 60% dari total
Pencapaian record produksi ditingkat perusahaan, ini merupakan Record Produksi
tertinggi.
3.Th. 2008 Section LF-Domestik mencapai skor achievment tertinggi, yang
berpengaruh pada pencapaian bonus tingkat section ( yang juga menjadi yang
tertinggi di antara seluruh section ditingkat perusahaan ).
Sharing pengalaman dalam artikel ini sangat jauh dari arti menggurui ataupun
apapun yang sifatnya membanggakan diri sendiri, cerita ini sekedar memberikan
79
gambaran real bahwa keberhasilan pasti melalui proses yang controlable. kuncinya
pada " kemauan & kemampuan untuk melakukan perubahan " ..... Semoga
Sukses
Dalam artikel berikut saya akan mengangkat topik mengenai salah satu bentuk
Visual Control dalam manufacture. Atau anda pernah mendengar mengenai Glass
Wall Management , definisi bebasnya kurang lebih sebagai berikut, Teknik
Pengendalian produksi yang mengutamakan transparansi data yang menunjukkan
level pencapaian target organisasi dalam periode tertentu.
Saya menyebutnya sebagai PAPAN INFORMASI atau Information Board .
Papan Informasi ini bisa berisi, antara lain ;
1. Record produksi mesin
2. Record produksi operator
3. History of Critical Spare Parts Replacement ( Data penggantian Spare part kritis)
4. History Preventive maintenance ( Inspection, Lubrication, Overhoul )
5. Quality Performance ( Claim, Product Reject )
6. Patroli Finding ( Patroly 5R, K3, ISO Sistem, dll )
7. Achievment of Delivery
8. Achievement of Lead Time
9. Informasi kecelakaan kerja
Tentunya masing-masing perusahaan memiliki objective yang berbeda-beda, saya
yakin masih banyak objective-objective selain sembilan hal yang saya sebut diatas.
Dengan adanya Papan Informasi ini, implementasi konsep PDCA sebagai budaya
kerja organisasi akan semakin optimal. Dengan syarat, Papan Informasi ini berhasil.
PAPAN INFORMASI YANG BERHASIL
Saya pernah menjumpai Papan Informasi di suatu lantai produksi disebuah
perusahaan, saya sebut saya Perusahaan A. Secara Artistik, Papan Informasi ini
didesain begitu baik. Objective beserta Achievment tergambar melalui grafik-grafik
dengan menggunakan kertas A3 full color. lokasinya dipinggir jalur jalan utama yang
80
a Guidance to Practice 5S
82
Introduction
Good 5S will improves quality, cost, safety, the customer experience, and morale. It
is easily applied to any business and any process, by anyone. There are many
reasons to begin your Lean journey with 5S:
It can be done today
Everyone can participate
Waste is made visible
Has a wide area of impact
1.
2.
3.
4.
5.
Before 5S Implementation
83
After 5S Implementation
Menjaga kerapian barang bahkan pada saat tergesa-gesa sekali pun yang berarti
kita harus selalu meletakkan barang di tempatnya sehingga jika diperlukan
mendadak maka mudah dicari dan dapat langsung diperoleh dengan mudah untuk
digunakan.
Rapikan tempat kerja Anda (SEIRI). Semua barang yang tidak berguna atau tidak
sedang dipakai harus dibersihkan dan hanya menyisakan barang yang benar-benar
bermanfaat di tempatnya. Walau pun telah merapikan tempat kerja masih saja
muncul masalah tentang menyimpan barang yang saat ini masih dipakai. Apakah
sistem penyimpanan sekarang cukup memadai dan apakah terjadi kecelakaan yang
menimbulkan kerusakan saat digunakan? Apakah kita harus menghabiskan waktu
untuk membereskan barang-barang ini?
SEITON berarti menemukan cara untuk menyimpan peralatan dengan menekankan
pada aspek keamanan, mutu dan efektifitas.
A Place for Everything & Everything in its Place
Mengapa kita harus menghabiskan waktu untuk MENCARI?
Kita mencari, jika banyak berserakan barang yang tidak berguna di sekeliling kita,
yang menyebabkan kita harus mencari barang yang sedang diperlukan.
Tidak adanya tempat penyimpanan yang memadai.
Tidak adanya label penunjuk
Salah simpan
Prosedur mengeliminir tindakan MENCARI ini dapat dibagi menjadi 5 (lima)
langkah sebagai berikut:
1. Buanglah segala sesuatu yang tidak berguna.
Ikuti fakta-fakta penting yang telah dijelaskan sebelumnya dalam topik SEIRI
2. Bersihkan rak-rak penyimpanan
Penggunaan ruang untuk rak dan tempat penyimpanan file yang telah ditetapkan
dalam bagian SEIRI harus di-sub kelompok-kan kembali. Selain itu rak tambahan
dibuat seminim mungkin dengan memper-timbangkan adanya kebutuhan dan
pengaturan yang tepat.
3. Tentukan tempat penyimpanan.
Atur pertemuan untuk menentukan cara menyimpan yang mudah dan sederhana
dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
86
Bayangkan Anda mencari koin pada sebuah laci di tempat penyimpanan koin yang
tidak mempunyai nomor laci atau kamar pasien di rumah sakit besar yang tidak
mempunyai nomor kamar yang Anda harus mengunjungi seorang sahabat di rumah
sakit tersebut, dapat Anda bayangkan bagaimana jadinya.
Tanda tempat penyimpanan dapat dibagi menjadi 2 kategori (secara teknis kedua
bagian ini penting). Kategori pertama tanda lokasi dan yang kedua adalah label
peralatan.
Tanda Lokasi
Nomor rak dan nomor yang ada pada lantai menunjukkan tempat rak tersebut.
Ruang meeting, tempat parkir atau locker sebaiknya mempunyai nomor.
Kapan saja kita perlu mengambil sesuatu kita harus mengetahui di mana tempat
penyimpanannya.
Cara penentuan nomor tanda lokasi.
Penentuan nomor haruslah sederhana dan tidak terlalu rumit sehingga setiap orang
dapat mengingatnya dengan mudah. Misalnya rak yang saling berdekatan letaknya
diberi nomor 1, 2, 3, dimulai dari sisi kiri dan masing-masing rak harus diberi label
dengan huruf A, B, C secara berurutan secara vertical.
Label Peralatan
Sebuah symbol yang menunjukkan jenis peralatan akan diletakkan pada bagian rak
di mana tempat rak itu berada.
Di rumah sakit nama pasien harus tertera di pintu kamar pasien tersebut; di tempat
parkir mobil yang disewa untuk jangka panjang nomor plat mobil atau nama pemilik
kendaraan harus tertera pada tempat pemilik tersebut memarkirkan mobilnya.
Mengapa kita membutuhkan label?
Para professional menyangsikan pendapat bahwa walau pun rak tidak diberi label
namun apa pun yang terdapat di sana dapat menetapkan seperti apa bentuknya
dan mengatakan apa isinya.
Peralatan yang telah dipakai harus dikembalikan ke tempat penyimpanannya secara
konsisten.
Jika rak tersebut belum diberi label, tidakkah Anda pasti mengomel karena ada
87
orang yang tidak menyimpannya di tempatnya kembali apa yang telah digunakan?
yang akan dibahas dalam suatu diskusi. Peralatan, barang dan area dengan
karakteristik sejenis harus mempunyai standar yang sama di mana selebihnya akan
tetap statusnya dalam setiap kelompok kecil. Demikian juga masing-masing
departemen harus menetapkan standar dan membahas perbaikan yang diperlukan
melalui proses yang sama dengan kelompok kecil tersebut. Hal ini guna menetapkan
standar ini, masing-masing kelompok kecil kemudian akan melakukan penyesuaian
atau perbaikan untuk memenuhi standar organisasi.
1. Set standar area
2. Membahas standar yang ditetapkan oleh masing-masing small group dan
memperbaiki perbedaan untuk memenuhi standar departemen.
3. Mengumpulkan standar departemen untuk dikembangkan sebagai standar
bersama perusahaan.
4. Membuat perbaikan sehingga sesuai dengan standar baru yang ditetapkan oleh
Administrator (standar perusahaan). Kemudian menerapkan standar tersebut dalam
kelompok.
Prinsip prinsip menetapkan standar.
1. Tetapkan standar pada area-area seperti lantai, tempat berjalan, dinding, langitlangit, pintu, jendela dan tirai.
2. Tetapkan standar juga pada objek atau peralatan yang digunakan di lokasi
berbeda yang mungkin tidak dapat diterapkan, seperti di bagian kantor, toilet,
bengkel kerja, tempat penyimpanan, mesin dan sebagainya.
Contoh 1 :
Peralatan yang memerlukan penetapan standar di dalam kantor:
1. Meja kerja.
2. Kursi
3. Lemari dinding dan tempat penyimpanan file
4. Papan tulis
5. Telepon
6. Mesin tik
7. Mesin fotokopi
8. Mesin fax
9. Rak-rak
10. Elektrikal, sinar lampu, stop kontak, konektor dan ceret.
11. Kipas angin
12. Pendingin udara (AC)
13. Gantungan kunci dan sebagainya.
Contoh 2:
Peralatan atau item yang memerlukan penetapan standar dalam sebuah area toilet.
1. Tempat cuci tangan.
2. Barang barang yang bersih
3. Kertas gulungan
4. Cermin
5. Pengering tangan/pengering angin.
6. Tempat sampah
7. Sabun dan sebagainya
Tabel pelaksanaan 5S
Masing-masing area kerja harus membuat satu table waktu 5S secara jelas yang
mencakup jadwal penilaian, jadwal pembersih dan waktu Big Cleaning Day.
Selain menetapkan tabel pelaksanaan 5S, banyak organisasi juga mengubah jumlah
90
Untuk melatih pekerja agar mengikuti kebiasaan kerja yang baik dan disiplin di
tempat kerja secara ketat. Oleh karena itu 5S bertujuan mengelola S4 sehingga
prosedur pelaksanaan dapat dilatih secara ketat. Segera sesudah tempat kerja
dapat menyerap kebiasaan kerja tersebut, maka tujuan 5S akan tercapai.
Agar 5S dapat memberikan hasil memuaskan, factor factor berikut di bawah ini
harus dapat terpenuhi:
1. Kemampuan membangun S4 (Penetapan standar) yaitu mampu untuk
memperoleh kerjasama sepenuhnya dalam menetapkan standar dasar. Jadi, dengan
menetapkan dasar yang kuat maka penerapan 5S akan dapat dilaksanakan dengan
cara yang paling efektif.
2. Membuat Lembaran Pemeriksaan 5S Bulanan yang diambil dari prosedur standar
yang telah ditetapkan dalam S4.
3. Melakukan revisi 5S secara ketat setiap bulan dengan merencanakan jadwal
tahunan berupa tanggal, waktu, area dan pemeriksa untuk melakukan penilaian
(audit). Jangan lakukan pembatalan atau penundaan dan kunjungan kecuali jika
kondisi yang amat tidak biasa terjadi.
4. Melakukan pertemuan bulanan small group, departemen dan organisasi.
Pertemuan ini akan memastikan kembali bahwa kegiatan tersebut berjalan lancar
karena masalah-masalah yang dapat diprediksi terbuka untuk dibahas yang
mencakup brainstorming kelompok dalam menangani masalah, sehingga
mengurangi hambatan komunikasi di antara anggota kelompok.
Sesudah menerapkan 5S selama 1.5 2 tahun, diperlukan pertimbangan untuk
mengurangi periode penilaian. Jika hasilnya menunjukkan berkurangnya kerusakan
dalam proses kerja maka system 5S telah terbentuk dalam organisasi tersebut.
Demikian juga penetapan standar baru untuk S4 harus dipertimbangkan sebagai
standar lebih baik dengan memberikan hasil yang lebih baik sehingga dapat
meningkatkan seluruh efektifitas.
Evaluasi.
Prosedur Evaluasi.
Proses evaluasi kegiatan 5S dibuat berdasarkan sistem pembuatan nilai yang
berhubungan dengan sasaran yang ditetapkan sebelumnya dengan bobot nilai yang
lebih tinggi kearah kegiatan yang penting. Namun demikian, jumlah penilai total
92
sebesar 100 poin atau satu nilai persentase. Proses evaluasi harus dilaksanakan
setiap bulan dengan menetapkan tanggal dan waktu pemeriksaan. Area yang akan
dievaluasi harus memberikan laporan tertulis atas kemajuan yang dicapai pada
pemeriksa setiap kali kunjungan dilakukan. Pemeriksa (auditor) akan mengisi
formulir penilaian 5S sesuai dengan laporan dan area actual yang diperiksa
kemudian membuat komentar dan saran perbaikan jika diperlukan. Selanjutnya nilai
yang telah dihitung dikirim ke koordinator 5S untuk dibandingkan hasil yang telah
dicapai di organisasi tersebut sebelum membuat kesimpulan akhir atas seluruh
kemajuan aktivitas.
Penilaian standar S1-S3 dibuat berdasarkan penilaian pemeriksa di mana masingmasing auditor akan menilai hasil dan menghitung rata-rata nilai akhir atau
melaksanakan pertemuan yang membahas masing-masing sudut pandang
pemeriksa sebelum menyimpulkan nilai untuk masing-masing area yang dinilai.
Penilaian standar S4-S5 dibuat 50% berdasarkan penilaian pemeriksa dan sisanya
menurut prosedur yang ditetapkan dalam S-4. Penilaian akan dilaksanakan pada
tiga tingkat jabatan yang berbeda yaitu dalam kelompok itu sendiri, kemudian tingkat
kepala departemen (middle management) dan tingkat direktur (top management).
Catatan: kelompok harus menilai kinerja mereka secara konsisten setiap bulan
bahkan sesudah melewati pemeriksaan terakhir oleh kepala departemen dan top
management guna memastikan kembali standar yang terbaik.
93
97
102
PPIC
PPIC merupakan bagian dari organisasi perusahaan yang
menjembatani 2 departmen yaitu: marketing & produksi.
PPIC menterjemahkan kebutuhan pengadaan produk jadi
untuk marketing kedalam bentuk rencana produksi &
ketersediaan bahan baku serta bahan pengemas.
PPIC demikian penting peranannya dalam operasional
perusahaan karena berkaitan erat dengan cash flow/
aliran dana & kinerja bagian produksi secara umum.
Fungsi PPIC:
1. Men-sinergi-kan kepentingan marketing dan
manufacturing.
2. Mengintegrasikan/ memadukan pihak-pihak dalam
organisasi (marketing, produksi, personalia, dan keuangan)
agar dapat bekerja dengan baik.
Mengoptimalkan kinerja PPIC:
1. Ada rencana Sales dari marketing Department
2. Ada formula standard dari semua produk
3. Ada standard kapasitas produksi dan tenaga kerja
4. Ada standard yield dari semua produk
5. Ada pedoman waktu (delivery time) untuk pengadaan
bahan/material, baik lokal maupun impor.
6. Ada batasan minimum dan maksimum stock
7. Ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan
elemen terkait antara bagian marketing, inventory,
produksi, personalia, quality control dan F&A (Finance &
Accounting)
5. Proses Produksi
Proses produksi didalam produksi suatu produk berbedabeda perlakuanya oleh karena itu maka PPIC harus dapat
mengetahui setiap produk di dalam proses produksinya
sehingga bisa memperkirakan berapa lama suatu produk
itu dapat dibuat sampai selesai dan sesuai dengan
kapasitasnya juga. Proses produksi ini dapat diketahui
dengan memahami produk tersebut pada saat produksi
apa saja kendala yang dapat terjadi untuk suatu produk
tersebut.
6. Kualitas Produk
Kualitas produk dapat dinyatakan banwa produk itu
berkualitas sesuai dengan standart yang sudah ditentukan
berdasarkan Dept. QC. Mengapa kualitas ini menjadi
penting menurut saya bagi PPIC, karena didalam suatu
produksi suatu produk ada beberapa tahapan tes QC untuk
menyatakan produk tersebut LOLOS QC atau TIDAK LOLOS
QC. Dengan mengetahui masalah kualitas produk maka
PPIC dapat mengkomunikasikannya dengan Marketing
mengenai kualitas yang diinginkan karena tidak semua
customer sesuai dengan standar yang kita keluarkan dalam
artian bahwa kualitas produk itu masih dapat dibicarakan
dengan Customer dan yang dapat membicarakan masalah
kualitas produk yang kita dapatkan pada saat produksi
adalah Marketing sendiri yang memegang peranan penting
ini.
7. Kapasitas Gudang
Kapasitas Gudang ditentukan berdasakan dari Dept.
Gudang yang mana data ini dapat diukur sesuai dengan
barang yang ingin kita buat stocknya. Dengan ini Gudang
dapat memperkirakan berapa besar barang tersebut dapat
disimpan di gudang. Maka dengan adanya ini PPIC harus
dapat mengatur masuknya barang agar tidak ada nya
penumpukan barang di dalam gudang yang dapat
106
110