Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Meningioma adalah tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang
terdapat pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel
meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi
terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan vili arachnoid. Tumbuhnya
meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak vili arachnoid. Dari
observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penifield (1923)
didapatkan suatu konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast
sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal fibroblast.
Meningioma berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Chusing,
1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan
meningen. 4
Ahli patologi pada umumnya lebih menyukai label histology dari pada
label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan
Cushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy
(1931). Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal
dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung
Harstadius (1950), bermula dari unsure ectoderm. Zuich tetap menggolongkan
meningioma ke dalam tumor mesodermal. 5
1. Duramater
Duramater atau pachymeninx dibentuk dari jaringan ikat fibrous.
Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal.Lapisan endosteal
merupakan lapisan
2. Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus,
yang menutupi otak dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran
ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale,
dan dari piamater oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid.
Cavum subarachnoid ( subarachnoid space ) merupakan suatu rongga atau
ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada
bagian dalam. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell
yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus venosus
membentuk villi arachnoidales. Agregasi villi arachnoid disebut sebagai
granulations arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat
perembesan
cerebrospinal
fluid
kedalam
aliran
darah.
Arachnoid
3. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum
tulang belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan
lapisan dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung
yang halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan
saraf.
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir
sebagai end feet dalam piamater untuk membentuk selaput pia-glia.Selaput
ini berfungsi untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang merugikan
5
2.4 PATOFISIOLOGI
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma
sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.5
Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah
supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang mengandung
granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital dan yang
paling sedikit pada fossa posterior. Etiologi tumor ini diduga berhubimgan dengan
genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala.
Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material genetik dari lengan
panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2
merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40%
meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan
dengan pertumbuhan meningioma. Terapi radiasi juga dianggap turut berperan
dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi dalani menimbulkan
meningioma masih belum jelas.
lainnya
melaporkan
hubungan
karsinoma
mammae
dengan
meningioma.2,4,5,6
Berikut ini gejala-gejala klinis meningioma sesuai dengan lokasi anatomi 9,10,11
Lokasi Tumor
Meningioma falx dan parasagital
Meningioma Convexitas
Gejala
nyeri tungkai
kejang, sakit kepala, defisit neurologis
fokal, perubahan status mental
kurangnya sensibilitas wajah, gangguan
Meningioma Sphenoid
Meningioma Olfaktorius
Meningioma suprasellar
Spinal meningioma
Meningioma Intraorbital
Meningioma Intraventrikular
2.6
KLASIFIKASI
Meningioma
juga
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
lokasinya.
Berdasarkan lokasi tumor, diurut dari yang paling sering ditemukan adalah,
konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid ridge, cerebellopontine
angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium, fosa medial,
intraventrikular dan foramen magnum. Selain intrakranial, meningioma juga dapat
10
timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis,
orbita, kavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru.12
2.7 DIAGNOSIS
Meningioma sebagian besar dapat
dengan kontras, MRI dengan gadolinium, angiografi serta histopatologi. Hal ini
dihubungkan dengan fakta bahwa meningioma ekstra-aksial dan vaskuler. CSF
protein biasanya meningkat jika pungsi lumbal dilakukan. Tidak terdapat tes
laboratorium khusus untuk meningioma.1,4
Dalam review retrospektif dari kasus meningioma atipikal dan anaplastik,
kelangsungan hidup secara keseluruhan rata-rata untuk meningioma atipikal
ditemukan menjadi 11,9 tahun dan 3,3 tahun untuk meningioma anaplastik.
Kelangsungan hidup bebas untuk meningioma atipikal adalah 11,5 tahun dan 2,7
tahun untuk meningioma anaplastik. Meningioma Anaplastik maligna adalah
tumor ganas terutama dengan perilaku agresif. Bahkan jika oleh aturan umum
neoplasma sistem saraf (tumor otak) tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh
(karena adanya sawar darah otak) Meningioma Anaplastik bisa meskipun mereka
berada di dalam rongga otak, mereka berada di bloodside, karena meningioma
cenderung untuk "menghubungkan" diri untuk blood vessels untuk "feed". Sel
kanker dapat melarikan diri ke dalam aliran darah. Inilah sebabnya mengapa
meningioma ketika mereka bermetastasis sering berubah di sekitar paru-paru.
Perlu dicatat bahwa meningioma Anaplastik dan hemangiopericytoma sulit untuk
membedakan (bahkan dengan cara patologis), karena mereka terlihat serupa,
terutama jika kejadian pertama adalah tumor meningeal, dan keduanya tumor
terjadi di tempat yang sama (jenis yang sama dari jaringan)7,9
menentukan
tumor
tersebut
tidak
dapat
dioperasi
mengingat
12
yang nyata
Gambar 2.5 CT scan tanpa kontras (kiri) dan dengan kontras (kanan) 11
13
5. Histopatologi
Meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas.
Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan
homogen serta dapat seperti berpasir. Gambaran yang khas adalah adanya pusaran
(whorl) yang mengelilingi materi hialin.
intracranial.
Meningothelial
meningioma
dan
transisional
3. Glioma
Meningioma dapat menyerang otak dan mirip dengan glioma, dimana area
yang terkena ada pada leptomenings. Dimana jika dilakukan biopsy didapatkan
protein GFAP dan S100 hasilnya Positif ,10
Glioma merupakan neoplasma dari sel glia, tergantung darimana letak
neoplasma tersebut. Pada glioma dapat dibagi berdasarkan morfologinya, antara
lain Astrositoma, oligodendroma, ependimoma dan medullablastoma. Dari
morfologi itu dapat dikatakan bahwa astrositoma bukan berasal pada astrosit atau
oligodondrioma berinduk pada oligondrosit. 2
2.10PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor risiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi.14
16
Completeness of Resection
10-year
Recurrence
Grade I
9%
Grade II
19%
Grade III
29%
Grade IV
subtotal resection
40%
17
radiasi adalah untuk memaksimalkan dosis untuk sel tumor yang abnormal dan
meminimalkan paparan sel-sel sehat yang normal. Manfaat radiasi tidak langsung
tetapi terjadi dari waktu ke waktu. Secara bertahap, tumor akan berhenti tumbuh,
menyusut, dan dalam beberapa kasus, benar-benar hilang. Ada dua cara untuk
memberikan radiasi: beberapa dosis rendah (radioterapi) atau dosis tinggi tunggal
(radiosurgery).14,15
2.11 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada
orang dewasa kelangsungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anakanak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak
lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.14
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang
dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post
operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966) adalah
8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu
perdarahan dan edema otak. 7,10,11
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
IDENTITAS
Nama
: NWW
Umur
: 44 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Alamat
: Tegal Badeng
Pekerjaan
: 184975
: 25 September 2015
3.2
AUTOANAMNESIS / HETEROANAMNESIS
19
: normal
Kanan / Kidal
: kanan
Mulai bicara
: tidak ingat
Makanan
: biasa
Gagap
: tidak ada
Minuman keras
: disangkal
Mulai jalan
: tidak ingat
Merokok
: tidak
20
Mulai membaca
: tidak ingat
Kawin
: ya, 1 kali
: tidak ingat
Anak
:2
Ngompol
: tidak ingat
Abortus
: tidak ada
Pendidikan
: SMA
Kontrasepsi
: IUD
Lain-lain
: tidak ada
3.3
STATUS PRESENT
Berat
: 43 kg
Pernapasan
Tinggi
: 156 cm
Frekuensi
: 18 kali/menit
IMT
: 17,67 kg/m2
Jenis
: torakoabdominal
Tekanan darah,
Pola
: normal
kanan
: 120/70 mmHg
Suhu Aksila
: 36 oC
kiri
: 120/80 mmHg
VAS
Nadi,
kanan
: 88 kali / menit
kiri
: 80 kali / menit
Kepala
Mata
THT
Telinga
Hidung
Lainnya :
Leher
Arteri karotis komunis kanan, bruit (-)
Arteri karotis komunis kiri, bruit (-)
Lainnya
: tidak ada
Thoraks
Jantung,
inspeksi
21
palpasi
perkusi
: batas atas
: ICS II kiri
batas kanan
batas kiri
inspeksi
: dekstra-sinistra simetris
palpasi
perkusi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Perkusi
Genitalia
: timpani
: tde
Ekstremitas
: akral hangat
Kulit
: sianosis (-)
3.4
edema
STATUS NEUROLOGIKUS
Kecerdasan
Kelainan jiwa
: tidak ada
Kaku dekortikasi
:(-)
Kaku deserebrasi
:(-)
:(-)
: tidak dievaluasi
22
Deviation conjugee
:(-)
Krisis okulogirik
:(-)
Opistotonus
:(-)
Kranium
bentuk
: normocephali
simetris
: simetris
fontanel
: normal tertutup
kedudukan
: normal
perkusi
: pekak
palpasi
: ttb benjolan
auskultasi
: bruit (-)
: (-)
Tanda Kernig
: (-/-)
: (-/-)
Saraf Otak
: (-/-)
Kanan
Kiri
Nervus I
Subjektif
Objektif
: normal
normal
Visus
: 6/6
1/2
Kampus
: belum dievaluasi
Hemianopsia
: belum dievaluasi
Melihat warna
: belum dievaluasi
Skotom
: belum dievaluasi
Fundus
: belum dievaluasi
Nervus II
: di tengah
di tengah
23
Nistagmus
: tidak ada
tidak ada
Celah mata
: normal
normal
Ptosis
: tidak ada
tidak ada
bentuk
: bulat, reguler
bulat, reguler
ukuran
: 3 mm
3 mm
r. cahaya langsung
: miosis
miosis
r. cahaya konsensuil
: miosis
miosis
konvergen
: (+)
(+)
r. pupil Marcus-Gunn
: (-)
(-)
Tes Wartenberg
: (-)
(-)
Motorik
: Normal
Normal
Sensibilitas
: Normal
Normal
langsung
(+)
(+)
konsensuil
(+)
(+)
Pupil
Refleks pupil
r. akomodatif /
Nervus V
Refleks kornea
Refleks kornea-mandibuler
: (-)
(-)
Refleks bersin
: (+)
(+)
: (+)
(+)
Refleks maseter
: (-)
(-)
Trismus
: tidak ada
tidak ada
Refleks menetek
: tidak ada
tidak ada
Refleks snout
: tidak ada
tidak ada
Nyeri tekan
: tidak ada
tidak ada
Nervus VII
Otot wajah saat istirahat
lipatan dahi
sudut mata
24
sulkus nasolabialis
sudut mulut
Mengerutkan dahi
: normal
normal
Menutup mata
: normal
normal
Meringis
Bersiul / mencucu
Gerakan involunter
Tic
: negatif
negatif
Spasmus
: negatif
negatif
Lainnya
: tidak ada
Indera pengecap
Asin
: normal
Asam
: normal
Manis
: normal
Pahit
: normal
: normal
Hiperakusis
: negatif
Tanda Chvostek
: (-)
(-)
Reflek Glabela
: (-)
(-)
: normal
normal
Rinne
: (+)
(+)
Schwabach
: normal
normal
Weber
Bing
: (+)
(+)
Tinitus
: tidak ada
tidak ada
Keseimbangan
: normal
Vertigo
: tidak ada
Nervus VIII
Mendengar suara bisik
(gesekan jari tangan)
Tes garpu tala
25
Menelan
: normal
Disartri
: tidak ada
Disfoni
: tidak ada
Lidah
Tremor
: tidak ada
Atrofi
: tidak ada
Fasikulasi
: tidak ada
: simetris
: simetris
Refleks muntah
: normal
Mengangkat bahu
: normal
normal
: normal
normal
Fungsi m. sternokleido-mastoideus
Anggota Atas
Kanan
Kiri
Simetris
: simetris
simetris
:5
:5
:5
:5
:5
:5
Tenaga
M. deltoid
(abduksi l. atas)
M. biseps
(fleksi l. atas)
M. triseps
(ekstensi l. atas)
Fleksi pergelangan
tangan
Ekstensi pergelangan
tangan
Membuka jari-jari
tangan
Menutup jari-jari
26
tangan
:5
Tonus
: normal
meningkat
Tropik
: distropi (-)
distropi (-)
Biseps
: (++)
(++)
Triseps
: (++)
(++)
Radius
: (++)
(++)
Ulna
: (++)
(++)
Leri
: (+)
(+)
lengan (Grewel)
: (+)
(+)
Mayer
: (+)
(+)
Hoffman-Tromner
: (-)
(-)
Memegang
: (-)
(-)
Palmomental
: (-)
(-)
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
Perasa proprioseptif
: normal
normal
Perasa vibrasi
: normal
normal
Stereognosis
: normal
normal
Barognosis
: normal
normal
normal
Grafestesia
: tidak ada
tidak ada
Topognosis
: normal
normal
Parestesia
: tidak ada
tidak ada
Refleks
Pronasi-abduksi
Sensibilitas
Koordinasi
Tes telunjuk-telunjuk : normal
Tes telunjuk-hidung
: normal
: normal
Tes hidungtelunjuk-hidung
27
Tes pronasi-supinasi
(diadokokinesis)
: normal
: normal
Dismetri
: normal
: normal
Vasomotorik
: normal
normal
Sudomotorik
: normal
normal
Pilo arektor
: normal
normal
Tremor
: negatif
negatif
Khorea
: negatif
negatif
Atetosis
: negatif
negatif
Balismus
: negatif
negatif
Mioklonus
: negatif
negatif
Distonia
: negatif
negatif
Spasmus
: negatif
positif
Tanda Trousseau
: (-)
(-)
Tes Phalen
: (-)
(-)
: (-)
(-)
Fenomena lajak
(Stewart Holmes)
Vegetatif
Gerakan involunter
28
Badan
Keadaan kolumna vertebralis
Kelainan lokal
: tidak ada
: tidak ada
Gerakan
Fleksi
: bde
Ekstensi
: bde
Deviasi lateral
: bde
Rotasi
: bde
Kanan
Keadaan otot-otot
Kiri
Refleks kulit
dinding perut atas
: (+)
(+)
perut bawah
: (+)
(+)
Refleks Kremaster
: tde
tde
Refleks anal
: bde
bde
Sensibilitas
29
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
Koordinasi
Asinergia serebelar
: bde
Vegetatif
Kandung kencing
: normal
Rektum
: normal
Genitalia
: normal
Gerakan involunter
Anggota Bawah
Simetri
: tidak ada
Kanan
Kiri
: simetris
simetris
Fleksi panggul
:5
Ekstensi panggul
:5
Fleksi lutut
:5
Ekstensi lutut
:5
Plantar-fleksi kaki
:5
Dorso-fleksi kaki
:5
:5
Tonus
: normal
meningkat
Trofik
: normal
normal
Lutut (KPR)
: (++)
(++)
Achilles (APR)
: (++)
(++)
kaki (Grewel)
: (++)
(++)
Plantar
: (++)
(++)
Babinsky
: (-)
(-)
Oppenheim
: (-)
(-)
Chaddock
: (-)
(-)
Tenaga
Refleks
Supinasi-fleksi
30
Gordon
: (-)
(-)
Schaefer
: (-)
(-)
Stransky
: (-)
(-)
Gonda
: (-)
(-)
Bing
: (-)
(-)
Mendel-Bechterew
: (-)
(-)
Rossolimo
: (-)
(-)
Paha
: (-)
(-)
Kaki
: (-)
(-)
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
Perasa proprioseptif
: normal
normal
Perasa vibrasi
: normal
normal
: normal
normal
Grafestesia
: normal
normal
Topognosis
: normal
normal
Parestesia
: tidak ada
ada
: normal
: normal
Klonus
Sensibilitas
Koordinasi
Tes tumit-lutut-ibu
jari kaki
Tes ibu jari kakitelunjuk
Vegetatif
Vasomotorik
: normal
Sudomotorik
: normal
Pilo arektor
: normalnormal
Gerakan involunter
Tremor
: (-)
(-)
Khorea
: (-)
(-)
31
Atetosis
: (-)
(-)
Balismus
: (-)
(-)
Mioklonus
: (-)
(-)
Distonia
: (-)
(-)
Spasmus
: (-)
(+)
Tes Romberg
: (-)
bde
(-)
Fungsi Luhur
Afasia motorik
: tidak ada
Afasia sensorik
: tidak ada
: tidak ada
Afasia konduksi
: tidak ada
Afasia global
: tidak ada
Agrafia
: tidak ada
Aleksia
: tidak ada
Apraksia
: tidak ada
Agnosia
: tidak ada
Akalkulia
: tidak ada
Pemeriksaan Lain
Tanda Myerson
: tidak ada
Tanda Lhermitte
: tidak ada
Tanda Naffziger
: tidak ada
Tanda Dejerine
: tidak ada
Tanda Tinel
: tidak ada
Tanda Lasegue
: (-)
(-)
(Lasegue silang)
: (-)
(-)
Lainnya
: (-)
(-)
Bragad
: (-)
(-)
Sicard
: (-)
(-)
Tanda OConnel
32
Pattrick
: (-)
(-)
Kontra Pattrick
: (-)
(-)
Tanda Valsava
: (-)
(-)
3.5 RESUME
Pasien wanita berusia 44tahun, suku Bali, kinan, datang ke IGD RSUD
Negara setelah menjalani operasi meningioma di RSUP Sanglah pada tanggal 14
Agustus 2015. Pasien datang mengeluh lemah separuh tubuh disertai mengeluh
mengalami gangguan penglihatan dan nyeri kepala. Riwayat tidak sadar saat
kejang (-), visus OD 6/6 dan OS 1/2.
Status Present
Tekanan darah
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 18 x/menit
Suhu Aksila
: 36 o C
Status General
: dbn
Status Neurologis
GCS E4V5M6
Hemiparesis Sinistra
Visus OD 6/6 , OS 1/2
3.7
DIAGNOSIS TOPIK
Konveksitas sinistra, fossa posterior, dan sphenoid wing sinistra.
3.8
DIAGNOSIS BANDING
Observasi konvulsi e.c meningioma fossa posterior
Observasi konvulsi e.c glioma
3.9
DIAGNOSIS MUNGKIN
Meningioma fossa posterior
Hemiparesis Sinistra post operasi meningioma
33
3.10 PENATALAKSANAAN
Phenytoin 3 x 1
Citicholin inj. 2 x 1
Asam Folat 2 x 1
Fisioterapi
3.11 PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubius ad bonam
Ad Functionam
: Dubius ad malam
Ad Sanationam
: Dubius ad malam
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Terapi
sesuai
dengan
algoritma
35
Pada saat dilakukan operasi, didapat Tumor dengan klasifikasi simpson Grade III,
dimana terdapat tumor di sinus yang ditinggalkan.
Klasifikasi Simpson
36
lima tahun adalah 75%. Pada kasus ini prognosis terhadap fungsi anggota gerak
dikatakan ad malam, mengingat defek yang disebabkan oleh meningioma cukup
besar. Oleh karena itu pada pasien ini direncanakan akan dilakukan fisioterapi.
Dalam kasus meningioma Grade II dan III, standar saat ini melibatkan pengobatan
radiasi pascaoperasi terlepas dari tingkat reseksi bedah. Hal ini disebabkan tingkat
kekambuhan yang lebih tinggi. Diharapkan dengan radiasi dan pemberian
modulasi hormon, tumor yang tersisa tidak bertambah besar, tidak bertambah
banyak, dan tidak berulang. Pasien juga harus diberitahu untuk tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal.
Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu setelah operasi dengan keadaan
umum baik. Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam. Ad fungsionam dubia ad
malam, sangat susah untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tanpa melihat
ukuran tumor dan pendekatan pembedahan. Pada pasien ini terdapat defek visual
pada mata kiri, sehingga kemungkinan kembalinya fungsi penglihatan sangat
sulit. .
Penatalaksanaan lanjutan yang yang diberikan pada pasien ini adalah
melakukan konsultasi dengan fisioterapi. Hal ini bertujuan untuk membantu
pasien memulihkan lagi bagian tubuh yang mengalami kelemahan. Latihan ini
juga bertujuan menghindari terjadinya kekakuan akibat atrofi otot jika pasien
selalu dalam posisi statis. Farmakoterapi yang diberikan antara lain bertujuan
terutama untuk menangani kejang yang menjadi keluhan utama dan alasan pasien
dirawat inap. Adapun farmakoterapi yang diberikan berupa phenytoin 3 x 1 per
oral sebagai anti konvulsan, citicholine 2 x 1 per oral sebagai pelindung sel-sel
saraf (neuroprotektor) dan asam folat 2 x 1 untuk perbaikan sel saraf.12
37
SIMPULAN
Pada pasien ini terapi lanjutan yang diberikan selain obat-obatan berupa
phenytoin, citicolin dan asam folat adalah dilakukan fisioterapi secara berkala
guna memulihkan fungsi kerja ekstremitas tubuh sebelah kiri.
38
DAFTAR PUSTAKA
20].
Availble
from:
http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20
dan%20klasifikasi%20meningioma.doc. Diunduh tgl: 25 September 2015
6. Nathoo N, Barnett GH, Golubic M. The eicosanoid cascade: possible role i
n gliomas andmeningiomas. J Clin Pathol: Mol Pathol 2004;57:6-13
7. Rowland, Lewis.p & Pedley, Timothy A. 2010. Merrits Neurology. Ed
12. Philadelphia (Hlm 386-91)
8. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article
Radiology. SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5
9. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial. Cermin Dunia
KedokteranVol.16. 1989. P: 36-43
10. Longstreth Jr WT, Dennis LK, McGuire VM, Drangsholt MT, Koepsell
TD. Epidemiology of intracranial meningioma. Cancer 1993;72;639-48
11. Focusing on tumor meningioma [cited 2009 November 20]. Available
from: http://www.abta.org/meningioma.pdf. Diunduh tgl : 25 September
201519.45
12. Dorland, W.A Newman.2010.Kamus kedokteran Dorland Ed 31. Jakarta:
EGC
13. Widjaja
D,
Meningioma
intracranial.
Available
from:
http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.
pdf /09MeningiomaIntrakranial016.html Diunduh tgl: 25 September
201520.40
14. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. :
FakultasKedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
39
15. Yusup
FXEG.
Histopatologi
Tumor
Otak.
1992.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09HistopatologiTumorOtak077.pdf/
09HistopatologiTumorOtak077.html Diunduh tgl : 25 September 2015
15.35
40