Вы находитесь на странице: 1из 40

BAB I

PENDAHULUAN

Karena kemajuan tehnik diagnosa pada dewasa ini, kasus-kasus


intrakranial menjadi lebih sering dilaporkan. Pada umumnya, tumor intrakranial
timbul dengan cepat dan progressif, sehingga mendorong penderitanya untuk
segera mendapatkan pengobatan ke dokter. Namun tidak demikian hanya dengan
kasus-kasus meningioma dimana penderita datang pada keadaan yang sudah
lanjut dan tentunya ukuran tumor sudah menjadi sangat besar. Bahkan oleh karena
perjalanannya yang sangat lambat sebagian besar kasus tanpa disertai adanya
gejala-gejala klinik. Meningioma yang kecil atau dengan gejala yang minimal
sering kali ditemukan secara kebetulan. Dari semua otopsi tumor, dilaporkan
terdapat 1,44% meningioma intrakranial yang sebagian besar tanpa adanya gejalagejala klinik. 1
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan
frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Di intracranial, meningioma banyak
ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis
lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria terutama
pada golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan
untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasi dengan trauma
kapitis kurang meyakinkan. 2
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Meningioma intrakranial merupakan
tumor kedua yang tersering disamping Glioma, dan merupakan 13-20% dari
tumor susunan saraf pusat. Etiologi dari tumor ini diduga berhubungan dengan
genetic, terapi radiasi, hormone sex, infeksi virus dan riwayat kepala.
Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. 2

Dilaporkan meningioma mempunyai presentase mencapai kira-kira 30%


dari semua Tumor otak primer yang terdiagnosis pada orang dewasa di Amerika
Serikat. Tingkat usia disesuaikan kejadian secara keseluruhan adalah 4,52 per
100.000. Meskipun usia disesuaikan tingkat insiden yang dilaporkan sama di
seluruh kelompok ras, kejadian pada wanita kira-kira dua kali lipat pada pria .
Kejadian meningkat dengan bertambahnya usia, memuncak pada dekade ketujuh
dan kedelapan, tumor ini sangat jarang pada anak-anak.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Meningioma adalah tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang
terdapat pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel
meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi
terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan vili arachnoid. Tumbuhnya
meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak vili arachnoid. Dari
observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penifield (1923)
didapatkan suatu konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast
sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal fibroblast.
Meningioma berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Chusing,
1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan
meningen. 4
Ahli patologi pada umumnya lebih menyukai label histology dari pada
label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan
Cushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy
(1931). Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal
dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung
Harstadius (1950), bermula dari unsure ectoderm. Zuich tetap menggolongkan
meningioma ke dalam tumor mesodermal. 5

Gambar 2.1. lokasi meningioma


3

2.2 ANATOMI MENINGEN

Gambar 2.2 Anatomi Meningea4


Meningea merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective
tissue yang melapisi dan melindungi otak, terdiri dari tiga bagian, yaitu :
duramater, arachnoid, dan piamater. 4

1. Duramater
Duramater atau pachymeninx dibentuk dari jaringan ikat fibrous.
Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal.Lapisan endosteal

merupakan lapisan

periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan


meningeal merupakan lapisan duramater yang sering disebut dengan cranial
duramater. Terdiri dari jaringan fibrous yang padat dan kuat yang
membungkus otak dan melanjutkan diri menjadi duramater spinalis setelah
melewati foramen magnum yang berakhir sampai segmen kedua dari os
sacrum. Pada pemisahan dua lapisan duramater ini, diantaranya terdapat
sinus duramatris yang berisi darah vena. Sinus venosus atau duramatris ini
menerima darah dari drainase vena pada otak dan mengalir menuju vena
jugularis interna. Dinding dari sinus- sinus ini dibatasi oleh endothelium.
Pada lapisan duramater ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah

yang berasal dari arteri carotis interna, a.maxillaris , a. pharyngeus ascendens


, a. occipitalis dan a. vertebralis. Dari sudut klinis , yang terpenting adalah
a.meningea media ( cabang dari a.maxillaris ) karena arteri ini umumnya
sering pecah pada keadaan trauma capitis. Pada duramater terdapat banyak
ujung- ujung saraf sensorik, dan peka terhadap regangan sehingga jika terjadi
stimulasi pada ujung-saraf ini dapat menimbulkan sakit kepala yang hebat.

2. Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus,
yang menutupi otak dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran
ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale,
dan dari piamater oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid.
Cavum subarachnoid ( subarachnoid space ) merupakan suatu rongga atau
ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada
bagian dalam. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell
yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus venosus
membentuk villi arachnoidales. Agregasi villi arachnoid disebut sebagai
granulations arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat
perembesan

cerebrospinal

fluid

kedalam

aliran

darah.

Arachnoid

berhubungan dengan piamater melalui untaian jaringan fibrosa halus yang


melintasi cairan dalam cavum subarachnoid.Struktur yang berjalan dari dan
keotak menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid.

3. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum
tulang belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan
lapisan dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung
yang halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan
saraf.
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir
sebagai end feet dalam piamater untuk membentuk selaput pia-glia.Selaput
ini berfungsi untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang merugikan
5

kedalam susunan saraf pusat. Piamater membentuk tela choroidea, atap


ventriculus tertius dan quartus, dan menyatu dengan ependyma membentuk
plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan quartus.

2.3 ETIOLOGI MENINGIOMA


Secara Umum tumor pada menings tidak diketahui penyebabnya tetapi ada
beberapa faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya meningioma.
Faktor faktor itu berupa Usia, lingkungan, hormone, radiasi pengion, gaya hidup
dan factor genetik. 4
Bukti terkuat sampai saat ini peningkatan meningioma terjadinya karena
adanya paparan radiasi pengion. Ini berdasarkan studi yang difokuskan pada
kelompok yang melakukan terapi radiasi penyakit tinea kapitis, tenaga medis yang
terpapar dengan radiasi saat penanganan dan korban bom atom.2,4
Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal
usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiornas berisi kromosom 22
yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen
supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma
sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain
dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering tetjadi pada usia
nuida. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma. Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan
pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga
sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan
(PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin
memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke
kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor
untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5%
sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2.
Beberapa meningioma memlliki reseptor yaiig berinteraksi dengan hormon seks
progesteron, androgen, danjarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat
paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor
ini belura sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter

untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika


mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam
peitumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa
kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebili cepat pada saat kehamilan.2,4

2.4 PATOFISIOLOGI
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma
sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.5
Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah
supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang mengandung
granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital dan yang
paling sedikit pada fossa posterior. Etiologi tumor ini diduga berhubimgan dengan
genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala.
Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material genetik dari lengan
panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2
merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40%
meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan
dengan pertumbuhan meningioma. Terapi radiasi juga dianggap turut berperan
dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi dalani menimbulkan
meningioma masih belum jelas.

Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis

rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di


tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi
dapat menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor
etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memieu meningioma hingga saat
ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan

reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga


ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor
untuk

platelet derived growth

factor. Beberapa reseptor hormon sex

diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik


dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. 7 Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma
sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Meningioma secara
bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa
penelitian

lainnya

melaporkan

hubungan

karsinoma

mammae

dengan

meningioma.2,4,5,6

2.5 GEJALA KLINIS


Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral
akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik
terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala,
muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan
sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada
stadium yang lebih lanjut. 7
Gejala klinis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :
kejang-kejang (48%), gangguan visus (29%),

gangguan mental (13%) dan

gangguan fokal (10%)


Timbulnya gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan tingginya
tekanan intrakranial. Gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi
jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat.
Menurut Leaven, gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini.8

Berikut ini gejala-gejala klinis meningioma sesuai dengan lokasi anatomi 9,10,11

Lokasi Tumor
Meningioma falx dan parasagital
Meningioma Convexitas

Gejala
nyeri tungkai
kejang, sakit kepala, defisit neurologis
fokal, perubahan status mental
kurangnya sensibilitas wajah, gangguan

Meningioma Sphenoid

lapangan pandang, kebutaan, dan


penglihatan ganda

Meningioma Olfaktorius

kurangnya kepekaan penciuman,


masalah visus.
nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan

Meningioma fossa posterior

spasme otot-otot wajah, berkurangnya


pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,

Meningioma suprasellar

pembengkakan diskus optikus, masalah


visus

Spinal meningioma

nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

Meningioma Intraorbital

penurunan visus, penonjolan bola mata

Meningioma Intraventrikular

perubahan mental, sakit kepala, pusing

Tabel 2.1 Gejala spesifik berdasarkan lokasi tumor1

2.6

KLASIFIKASI

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan meningioma ke dalam 3


kelompok berdasarkan derajat keganasannya, yaitu:1,2
a. Derajat I (jinak): meningotelial, fibrous, dan transisional, merupakan kasus
yang paling banyak ditemukan (>90% kasus).
b. Derajat II (atipikal): meningioma dengan 4 figur mitotik atau lebih per 10 high
power field (hpf) atau memiliki 3 atau lebih karakteristik seperti
hiperselularitas, small cell change, nekrosis, loss of pattern of growth, dan
pleomorfisme sel. Ditemukan pada 4,7-7,2% kasus.
9

c. Derajat III (anaplastik/ganas): meningioma dengan 20 figur mitotik atau lebih


per 10 hpf atau kurang berdiferensiasi dengan penampakan mirip karsinoma
atau sarkoma. Ditemukan pada 1-2,8% kasus.
Secara mikroskopis, meningioma juga dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:3
a. Meningioma meningotelial: sel-sel yang tampak serupa dengan arachnoid cap
cells yang berbentuk poligonal/kumparan.
b. Meningioma psamomateus (Psamoma): terdapat rasa ngeres saat dipotong
dengan pisau karena adanya butir-butir kalsifikasi yang tersebar dalam tumor.
c. Meningioma fibroblastik: mengandung banyak jaringan ikat yang mengelilingi
pulau-pulau sel-sel meningotelial.

Gambar 2.3 Variasi lokasi meningioma.12

Meningioma

juga

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

lokasinya.

Berdasarkan lokasi tumor, diurut dari yang paling sering ditemukan adalah,
konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid ridge, cerebellopontine
angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium, fosa medial,
intraventrikular dan foramen magnum. Selain intrakranial, meningioma juga dapat

10

timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis,
orbita, kavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru.12

2.7 DIAGNOSIS
Meningioma sebagian besar dapat

divisualisasikan dengan CT-scan

dengan kontras, MRI dengan gadolinium, angiografi serta histopatologi. Hal ini
dihubungkan dengan fakta bahwa meningioma ekstra-aksial dan vaskuler. CSF
protein biasanya meningkat jika pungsi lumbal dilakukan. Tidak terdapat tes
laboratorium khusus untuk meningioma.1,4
Dalam review retrospektif dari kasus meningioma atipikal dan anaplastik,
kelangsungan hidup secara keseluruhan rata-rata untuk meningioma atipikal
ditemukan menjadi 11,9 tahun dan 3,3 tahun untuk meningioma anaplastik.
Kelangsungan hidup bebas untuk meningioma atipikal adalah 11,5 tahun dan 2,7
tahun untuk meningioma anaplastik. Meningioma Anaplastik maligna adalah
tumor ganas terutama dengan perilaku agresif. Bahkan jika oleh aturan umum
neoplasma sistem saraf (tumor otak) tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh
(karena adanya sawar darah otak) Meningioma Anaplastik bisa meskipun mereka
berada di dalam rongga otak, mereka berada di bloodside, karena meningioma
cenderung untuk "menghubungkan" diri untuk blood vessels untuk "feed". Sel
kanker dapat melarikan diri ke dalam aliran darah. Inilah sebabnya mengapa
meningioma ketika mereka bermetastasis sering berubah di sekitar paru-paru.
Perlu dicatat bahwa meningioma Anaplastik dan hemangiopericytoma sulit untuk
membedakan (bahkan dengan cara patologis), karena mereka terlihat serupa,
terutama jika kejadian pertama adalah tumor meningeal, dan keduanya tumor
terjadi di tempat yang sama (jenis yang sama dari jaringan)7,9

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi
sangat besar. Dahulu angiografi, kemudian CT-Scan dan terakhir MRI, terutama
untuk tumor-tumor di daerah fossa posterior, karena CT-Scan sukar mendiagnosis
tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI
11

suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi,


sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik operasi
atau

menentukan

tumor

tersebut

tidak

dapat

dioperasi

mengingat

risiko/komplikasi yang akan timbul.1,4,11,12


1. Foto polos kepala
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada
foto polos. Di indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan
dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
Pembesaran pembuluh darah mening menggambarkan dilatasi arteri meningea
yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat
bersifat fokal maupun difus
2. CT scan kepala
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup
spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi
bedah. Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke
meningiomanya dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya.

Gambar 2.4 Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma


fossa media. Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan.
Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan punctata. Tidak terlihat adanya edema 13

a. CT-scan kepala tanpa kontras


Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen
atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang

12

hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.


Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang prominen
apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau
rongga-rongga.Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens
yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan,
hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.

b. CT-scan kepala dengan kontras


Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras

yang nyata

kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam


(intense) dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal,
tanda yang relatif spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis.
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran
hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering
menunjukkan enhancement heterogen yang kompleks.

Gambar 2.5 CT scan tanpa kontras (kiri) dan dengan kontras (kanan) 11

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu
pada gambar Tl dan T2 maupun protondensity. Intensitas jaringan tersebut
biasanya berbeda pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi,

13

maupun peredaran darah yang cepat. Dengan melihatgambar Tl maupun T2 dapat


ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada
perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-lain. Intensitas jaringan
tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2.

Gambar 2.6 MRI T1WI(kiri), T2WI(tengah) dan dengan kontras (kanan) 12


4. Angiografi
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah
adanya pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang
arteri sistim karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang
memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali
neningioma.
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Arteri dan kapiler
memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut
dengan mother and law phenomenon.

Gambar 2.7 Cerebralangiogram dari meningioma sulkus olfaktorius penciuman


menunjukkan perpindahan dari arteri serebral anterior (a, b) dan karakteristik
tumor memerah, biasanya karena pasokan arteri karotid eksternal (c).11
14

5. Histopatologi
Meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas.
Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan
homogen serta dapat seperti berpasir. Gambaran yang khas adalah adanya pusaran
(whorl) yang mengelilingi materi hialin.

Jika pusaran tersebut disertai oleh

deposit kalsium sehingga sebagian atau seluruhnya tampak kalsifikasi, maka


gambaran itu disebut psammoma body.

Adanya gambaran ini menunjukkan

prognosis pasien yang lebih baik, karena pertumbuhannya lambat. Pada


umumnya, gambaran histopatologi meningioma spinal sama dengan bagian
meningioma

intracranial.

Meningothelial

meningioma

dan

transisional

meningioma merupakan gambaran paling umum pada meningioma.10,13

Gambar 2.8 Psamamomatous Meningioma10

2.9 DIAGNOSIS BANDING


1. Schwannomas
Tumor ini juga disebut neuromas, neurinomas, atau neurolemmomas.
Tumor iniberasal dari sel Schwann dari akar saraf, paling sering pada saraf kranial
kedelapan (schwannoma vestibular, sebelumnya disebut schwannoma akustik).
Saraf kranial kelima adalah situs kedua yang paling sering, namun, schwannomas
mungkin timbul dari setiap tengkorak atau tulang belakang akar kecuali saraf
optik dan penciuman, yang myelinated oleh oligodendroglia daripada sel
Schwann. NF tipe 2 sangat predisposes untuk schwannoma vestibular.
Schwannomas dari akar saraf tulang belakang juga terjadi pada pasien dengan tipe
NF 2 sebagai serta pasien dengan tipe NF 1. Schwannomas saraf ke-VIII biasanya
muncul dari divisi vestibular saraf. Karena sistem vestibular menyesuaikan
15

dengan memperlambat kerusakan saraf ke-VIII, schwannomas vestibular khas


hadir sebagai gangguan pendengaran yang progresif unilateral bukan dengan
pusing atau gejala vestibular lainnya. Unexplained pendengaran unilateral
kehilangan manfaat evaluasi dengan audiometri dan baik batang otak pendengaran
membangkitkan potensi atau scan MRI.10
2. Hemangiopericytomas
Dimasa lalu, hemangiopericytomas disebut meningioma angimatosus.
Hemangiopericytomas berpoliferasi sangat agresif daripada meningioma, selain
itu Hemangiopericytomas adalah tumor hypersellular dengan karekteristik
berdinding tipis bercabang yang disebut staghorn 13

3. Glioma
Meningioma dapat menyerang otak dan mirip dengan glioma, dimana area
yang terkena ada pada leptomenings. Dimana jika dilakukan biopsy didapatkan
protein GFAP dan S100 hasilnya Positif ,10
Glioma merupakan neoplasma dari sel glia, tergantung darimana letak
neoplasma tersebut. Pada glioma dapat dibagi berdasarkan morfologinya, antara
lain Astrositoma, oligodendroma, ependimoma dan medullablastoma. Dari
morfologi itu dapat dikatakan bahwa astrositoma bukan berasal pada astrosit atau
oligodondrioma berinduk pada oligondrosit. 2

2.10PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor risiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi.14

16

Gambar 2.9 Kraniotomi untuk mengekspos tumor meningioma . Setelah tumor


diangkat, jaringan otak dapat kembali berkembang di rongga.1

Tumor rekurens dan harapan hidup setelah pembedahan tergantung pada


tingkat reseksi dan grade histologi dari tumor. Kekomplitan pengangkatan tumor
adalah secara frekuen digolongkan menurut Simpson scale, yang berkorelasi
dengan tingkat recurans setelah 10 tahun.1,2,4,5,6,8-14
Simpson
Grade

Completeness of Resection

10-year
Recurrence

Grade I

complete removal including resection of underlying


bone and associated dura

9%

Grade II

complete removal + coagulation of dural attachment

19%

Grade III

complete removal w/o resection of dura or coagulation

29%

Grade IV

subtotal resection

40%

Tabel 2.2 Simpson Grading Scale 14

Beberapa tumor dapat dianggap dioperasi karena lokasi mereka di dekat


area otak yang mengontrol fungsi-fungsi vital seperti pernapasan atau intelek.
Beberapa meningioma ganas tumbuh kembali setelah operasi pengangkatan.
Dalam kasus ini, radiasi dapat digunakan untuk merusak DNA dalam sel membuat
mereka tidak mampu untuk membagi dan bereproduksi. Tujuan dari pengobatan

17

radiasi adalah untuk memaksimalkan dosis untuk sel tumor yang abnormal dan
meminimalkan paparan sel-sel sehat yang normal. Manfaat radiasi tidak langsung
tetapi terjadi dari waktu ke waktu. Secara bertahap, tumor akan berhenti tumbuh,
menyusut, dan dalam beberapa kasus, benar-benar hilang. Ada dua cara untuk
memberikan radiasi: beberapa dosis rendah (radioterapi) atau dosis tinggi tunggal
(radiosurgery).14,15

2.11 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada
orang dewasa kelangsungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anakanak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak
lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.14
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang
dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post
operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966) adalah
8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu
perdarahan dan edema otak. 7,10,11

18

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1

IDENTITAS

Nama

: NWW

Umur

: 44 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Bangsa

: Indonesia

Suku

: Bali

Agama

: Hindu

Alamat

: Tegal Badeng

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Nomor rekam medik

: 184975

Tanggal status dibuat

: 25 September 2015

Dokter yang merawat

: dr. I Gusti Putu Ardana, Sp.S

3.2

AUTOANAMNESIS / HETEROANAMNESIS

3.2.1 Penyakit Sekarang


Keluhan utama: Lemah separuh tubuh kiri post operasi meningioma
Keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama:
Pasien datang ke IGD RSUD Negara datang sadar untuk control post
operasi meningioma di RSUP Sanglah pada tanggal 14 Agustus 2015. Pasien
dating dengan keluhan kelemahan separuh tubuh kiri dan penglihatan mata kirinya
terganggu. Lemah separuh tubuh kiri dirasakan sejak satu bulan yang lalu setelah
menjalani operasi untuk meningioma. Kelemahan dirasakan mengganggu dan
pasien tidak bisa berjalan sendiri sehingga harus dbantu dengan kursi roda.
Pasien juga mengeluh penglihatan mata kirinya sangat rabun bila
dibandingkan mata kanan. Mata kiri juga dikeluhkan lebih menonjol
dibandingkan mata kanan. Pasien mengatakan hal ini sudah dirasakan sudah
bertahun-tahun dan semakin lama semakin memberat. Sebelum operasi, pasien
mengeluh mata kirinya tidak dapat melihat tulisan sama sekali, saat ini pasien

19

mengeluh penglihatannya ganda dan buram. Sedangkan penglihatan mata


kanannya dikatakan masih jelas.
Selain itu, pasien juga mengatakan sering mengalami sakit kepala sejak
kurang lebih 6 bulan yang lalu. Sakit kepala terutama dikatakan di kepala sebelah
kanan. Sakit dikatakan sangat berat hingga mengganggu aktivitas. Pasien biasanya
beristirahat dan minum obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi sakit
kepalanya. Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien didiagnosis dengan meningioma
di RSUP Sanglah.
Pasien mengatakan sudah menopause sejak setahun yang lalu dan
mengatakan dahulu selalu menggunakan alat kontrasepsi pasang berupa IUD.
Pasien sehari-hari tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak
merokok atau pun minum minuman beralkohol.
.
3.2.2 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pasien didiagnosis menderita meningioma, sehingga menyebabkan mata kiri
pasien lebih menonjol dan pengliatannya lebih buruk dibandingkan mata
kanannya. Sebulan yang lalu pasien memutuskan melakukan operasi untuk
mengangkat meningioma tersebut, dan sejak saat itu pasien mengeluh lemah pada
separuh tubuh kiri. Riwayat penyakit sistemik lain, seperti kencing manis, tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, ginjal, dan asma disangkal oleh pasien.

3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami keluhan
yang sama seperti yang dialami pasien saat ini. Riwayat penyakit kencing manis,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, ginjal, dan asma dalam keluarga dikatakan
tidak ada. Riwayat penyakit sistemik lain juga disangkal oleh pasien.

3.2.4 Riwayat Pribadi / Sosial


Lahir

: normal

Kanan / Kidal

: kanan

Mulai bicara

: tidak ingat

Makanan

: biasa

Gagap

: tidak ada

Minuman keras

: disangkal

Mulai jalan

: tidak ingat

Merokok

: tidak

20

Mulai membaca

: tidak ingat

Kawin

: ya, 1 kali

Jalan waktu tidur

: tidak ingat

Anak

:2

Ngompol

: tidak ingat

Abortus

: tidak ada

Pendidikan

: SMA

Kontrasepsi

: IUD

Lain-lain

: tidak ada

3.3

STATUS PRESENT

Berat

: 43 kg

Pernapasan

Tinggi

: 156 cm

Frekuensi

: 18 kali/menit

IMT

: 17,67 kg/m2

Jenis

: torakoabdominal

Tekanan darah,

Pola

: normal

kanan

: 120/70 mmHg

Suhu Aksila

: 36 oC

kiri

: 120/80 mmHg

VAS

: 1 (0-10) di luka bekas operasi kepala bagian kanan

Nadi,
kanan

: 88 kali / menit

kiri

: 80 kali / menit

Kepala
Mata

: Konjungtiva pucat (-/-); ikterus (-/-); refleks pupil (+/+);


(3 mm/3 mm)

THT
Telinga

: Hiperemik (-); sekret (-); nyeri (-); edema (-)

Hidung

: Hiperemik (-); sekret (-); nyeri (-); edema (-)

Tenggorok : Tonsil (T1/T1); Hiperemik (-); nyeri (-); edema (-)


Mulut

: Sianosis (-), lainnya: tidak ada

Lainnya :
Leher
Arteri karotis komunis kanan, bruit (-)
Arteri karotis komunis kiri, bruit (-)
Lainnya

: tidak ada

Thoraks
Jantung,

inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

21

palpasi

: iktus ckordis tidak teraba; thrill (-)

perkusi

: batas atas

: ICS II kiri

batas kanan

: PSL kanan setinggi ICS V

batas kiri

: MCL kiri ICS V + 2 cm

auskultasi : S1 S2 tunggal regular; murmur (-)


Paru,

inspeksi

: dekstra-sinistra simetris

palpasi

: vokal fremitus (normal/normal)

perkusi

: suara perkusi (sonor/sonor)

auskultasi : vesikuler (+/+); ronkhi (-/-); wheezing (-/-)


Abdomen
Inspeksi

: distensi (-); asites (-); peristaltik (-)

Auskultasi

: bising usus (+); normal

Palpasi
Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Perkusi
Genitalia

: timpani
: tde

Ekstremitas

: akral hangat

Kulit

: sianosis (-)

3.4

edema

STATUS NEUROLOGIKUS

3.4.1 Kesan Umum


Kesadaran

: compos mentis (GCS : E 4 V 5 M 6 )

Kecerdasan

: sesuai tingkat pendidikan

Kelainan jiwa

: tidak ada

Kaku dekortikasi

:(-)

Kaku deserebrasi

:(-)

Refleks leher tonik


(Magnus-deKleijn)

:(-)

Pergerakan mata boneka

: tidak dievaluasi

22

Deviation conjugee

:(-)

Krisis okulogirik

:(-)

Opistotonus

:(-)

Kranium
bentuk

: normocephali

simetris

: simetris

fontanel

: normal tertutup

kedudukan

: normal

perkusi

: pekak

palpasi

: ttb benjolan

auskultasi

: bruit (-)

transluminasi : hydrocephalus (-)

3.4.2 Pemeriksaan Khusus


Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk

: (-)

Tanda Kernig

: (-/-)

Tanda leher Brudzinski


(Brudzinski I)

: (-/-)

Tanda tungkai kontralateral Brudzinski


(Brudzinski II)

Saraf Otak

: (-/-)

Kanan

Kiri

Nervus I
Subjektif

: tidak ada keluhan

Objektif

: normal

normal

Visus

: 6/6

1/2

Kampus

: belum dievaluasi

Hemianopsia

: belum dievaluasi

Melihat warna

: belum dievaluasi

Skotom

: belum dievaluasi

Fundus

: belum dievaluasi

Nervus II

Nervus III, IV, VI


Kedudukan bola mata

: di tengah

di tengah

Pergerakan bola mata

: baik ke segala arah

baik ke segala arah

23

Nistagmus

: tidak ada

tidak ada

Celah mata

: normal

normal

Ptosis

: tidak ada

tidak ada

bentuk

: bulat, reguler

bulat, reguler

ukuran

: 3 mm

3 mm

r. cahaya langsung

: miosis

miosis

r. cahaya konsensuil

: miosis

miosis

konvergen

: (+)

(+)

r. pupil Marcus-Gunn

: (-)

(-)

Tes Wartenberg

: (-)

(-)

Motorik

: Normal

Normal

Sensibilitas

: Normal

Normal

langsung

(+)

(+)

konsensuil

(+)

(+)

Pupil

Refleks pupil

r. akomodatif /

Nervus V

Refleks kornea

Refleks kornea-mandibuler

: (-)

(-)

Refleks bersin

: (+)

(+)

Refleks nasal Becterew

: (+)

(+)

Refleks maseter

: (-)

(-)

Trismus

: tidak ada

tidak ada

Refleks menetek

: tidak ada

tidak ada

Refleks snout

: tidak ada

tidak ada

Nyeri tekan

: tidak ada

tidak ada

Nervus VII
Otot wajah saat istirahat
lipatan dahi

: simetris kiri kanan

sudut mata

: simetris kiri kanan

24

sulkus nasolabialis

: simetris kiri kanan

sudut mulut

: simetris kiri kanan

Mengerutkan dahi

: normal

normal

Menutup mata

: normal

normal

Meringis

simetris kiri kanan

Bersiul / mencucu

simetris kiri kanan

Gerakan involunter
Tic

: negatif

negatif

Spasmus

: negatif

negatif

Lainnya

: tidak ada

Indera pengecap
Asin

: normal

Asam

: normal

Manis

: normal

Pahit

: normal

Sekresi air mata

: normal

Hiperakusis

: negatif

Tanda Chvostek

: (-)

(-)

Reflek Glabela

: (-)

(-)

: normal

normal

Rinne

: (+)

(+)

Schwabach

: normal

normal

Weber

Bing

: (+)

(+)

Tinitus

: tidak ada

tidak ada

Keseimbangan

: normal

Vertigo

: tidak ada

Nervus VIII
Mendengar suara bisik
(gesekan jari tangan)
Tes garpu tala

tidak ada lateralisasi

Nervus IX, X, XI, XII


Langit-langit lunak

: simetris kiri kanan

25

Menelan

: normal

Disartri

: tidak ada

Disfoni

: tidak ada

Lidah
Tremor

: tidak ada

Atrofi

: tidak ada

Fasikulasi

: tidak ada

Ujung lidah saat istirahat

: simetris

Ujung lidah sewaktu


dijulurkan keluar

: simetris

Refleks muntah

: normal

Mengangkat bahu

: normal

normal

: normal

normal

Fungsi m. sternokleido-mastoideus

Anggota Atas

Kanan

Kiri

Simetris

: simetris

simetris

:5

:5

:5

:5

:5

:5

Tenaga
M. deltoid
(abduksi l. atas)
M. biseps
(fleksi l. atas)
M. triseps
(ekstensi l. atas)
Fleksi pergelangan
tangan
Ekstensi pergelangan
tangan
Membuka jari-jari
tangan
Menutup jari-jari

26

tangan

:5

Tonus

: normal

meningkat

Tropik

: distropi (-)

distropi (-)

Biseps

: (++)

(++)

Triseps

: (++)

(++)

Radius

: (++)

(++)

Ulna

: (++)

(++)

Leri

: (+)

(+)

lengan (Grewel)

: (+)

(+)

Mayer

: (+)

(+)

Hoffman-Tromner

: (-)

(-)

Memegang

: (-)

(-)

Palmomental

: (-)

(-)

Perasa raba

: normal

normal

Perasa nyeri

: normal

normal

Perasa suhu

: normal

normal

Perasa proprioseptif

: normal

normal

Perasa vibrasi

: normal

normal

Stereognosis

: normal

normal

Barognosis

: normal

normal

Diskriminasi dua titik : normal

normal

Grafestesia

: tidak ada

tidak ada

Topognosis

: normal

normal

Parestesia

: tidak ada

tidak ada

Refleks

Pronasi-abduksi

Sensibilitas

Koordinasi
Tes telunjuk-telunjuk : normal

tidak dapat dievaluasi

Tes telunjuk-hidung

: normal

tidak dapat dievaluasi

: normal

tidak dapat dievaluasi

Tes hidungtelunjuk-hidung

27

Tes pronasi-supinasi
(diadokokinesis)

: normal

tidak dapat dievaluasi

Tes tepuk lutut

: normal

tidak dapat dievaluasi

Dismetri

: normal

tidak dapat dievaluasi

: normal

tidak dapat dievaluasi

Vasomotorik

: normal

normal

Sudomotorik

: normal

normal

Pilo arektor

: normal

normal

Tremor

: negatif

negatif

Khorea

: negatif

negatif

Atetosis

: negatif

negatif

Balismus

: negatif

negatif

Mioklonus

: negatif

negatif

Distonia

: negatif

negatif

Spasmus

: negatif

positif

Tanda Trousseau

: (-)

(-)

Tes Phalen

: (-)

(-)

Nyeri tekan pada saraf

: (-)

(-)

Fenomena lajak
(Stewart Holmes)

Vegetatif

Gerakan involunter

28

Badan
Keadaan kolumna vertebralis
Kelainan lokal

: tidak ada

Nyeri tekan/ketok lokal

: tidak ada

Gerakan
Fleksi

: bde

Ekstensi

: bde

Deviasi lateral

: bde

Rotasi

: bde
Kanan

Keadaan otot-otot

Kiri

simetris, atrofi (-)

Refleks kulit
dinding perut atas

: (+)

(+)

perut bawah

: (+)

(+)

Refleks Kremaster

: tde

tde

Refleks anal

: bde

bde

Refleks kulit dinding

Sensibilitas
29

Perasa raba

: normal

normal

Perasa nyeri

: normal

normal

Perasa suhu

: normal

normal

Koordinasi
Asinergia serebelar

: bde

Vegetatif
Kandung kencing

: normal

Rektum

: normal

Genitalia

: normal

Gerakan involunter

Anggota Bawah
Simetri

: tidak ada

Kanan

Kiri

: simetris

simetris

Fleksi panggul

:5

Ekstensi panggul

:5

Fleksi lutut

:5

Ekstensi lutut

:5

Plantar-fleksi kaki

:5

Dorso-fleksi kaki

:5

Gerakan jari-jari kaki

:5

Tonus

: normal

meningkat

Trofik

: normal

normal

Lutut (KPR)

: (++)

(++)

Achilles (APR)

: (++)

(++)

kaki (Grewel)

: (++)

(++)

Plantar

: (++)

(++)

Babinsky

: (-)

(-)

Oppenheim

: (-)

(-)

Chaddock

: (-)

(-)

Tenaga

Refleks

Supinasi-fleksi

30

Gordon

: (-)

(-)

Schaefer

: (-)

(-)

Stransky

: (-)

(-)

Gonda

: (-)

(-)

Bing

: (-)

(-)

Mendel-Bechterew

: (-)

(-)

Rossolimo

: (-)

(-)

Paha

: (-)

(-)

Kaki

: (-)

(-)

Perasa raba

: normal

normal

Perasa nyeri

: normal

normal

Perasa suhu

: normal

normal

Perasa proprioseptif

: normal

normal

Perasa vibrasi

: normal

normal

Diskriminasi dua titik

: normal

normal

Grafestesia

: normal

normal

Topognosis

: normal

normal

Parestesia

: tidak ada

ada

: normal

tidak dapat dievaluasi

: normal

tidak dapat dievaluasi

Klonus

Sensibilitas

Koordinasi
Tes tumit-lutut-ibu
jari kaki
Tes ibu jari kakitelunjuk
Vegetatif
Vasomotorik

: normal

Sudomotorik

: normal

Pilo arektor

: normalnormal

Gerakan involunter
Tremor

: (-)

(-)

Khorea

: (-)

(-)

31

Atetosis

: (-)

(-)

Balismus

: (-)

(-)

Mioklonus

: (-)

(-)

Distonia

: (-)

(-)

Spasmus

: (-)

(+)

Tes Romberg

Nyeri tekan pada saraf

: (-)

bde
(-)

Fungsi Luhur
Afasia motorik

: tidak ada

Afasia sensorik

: tidak ada

Afasia amnestik (anomik)

: tidak ada

Afasia konduksi

: tidak ada

Afasia global

: tidak ada

Agrafia

: tidak ada

Aleksia

: tidak ada

Apraksia

: tidak ada

Agnosia

: tidak ada

Akalkulia

: tidak ada

Pemeriksaan Lain
Tanda Myerson

: tidak ada

Tanda Lhermitte

: tidak ada

Tanda Naffziger

: tidak ada

Tanda Dejerine

: tidak ada

Tanda Tinel

: tidak ada

Tanda Lasegue

: (-)

(-)

(Lasegue silang)

: (-)

(-)

Lainnya

: (-)

(-)

Bragad

: (-)

(-)

Sicard

: (-)

(-)

Tanda OConnel

32

Pattrick

: (-)

(-)

Kontra Pattrick

: (-)

(-)

Tanda Valsava

: (-)

(-)

3.5 RESUME
Pasien wanita berusia 44tahun, suku Bali, kinan, datang ke IGD RSUD
Negara setelah menjalani operasi meningioma di RSUP Sanglah pada tanggal 14
Agustus 2015. Pasien datang mengeluh lemah separuh tubuh disertai mengeluh
mengalami gangguan penglihatan dan nyeri kepala. Riwayat tidak sadar saat
kejang (-), visus OD 6/6 dan OS 1/2.
Status Present
Tekanan darah

: 120/70 mmHg (kanan)


120/80 mmHg (kiri)

Nadi

: 88 x/menit

Pernapasan

: 18 x/menit

Suhu Aksila

: 36 o C

Status General

: dbn

Status Neurologis
GCS E4V5M6
Hemiparesis Sinistra
Visus OD 6/6 , OS 1/2

3.7

DIAGNOSIS TOPIK
Konveksitas sinistra, fossa posterior, dan sphenoid wing sinistra.

3.8

DIAGNOSIS BANDING
Observasi konvulsi e.c meningioma fossa posterior
Observasi konvulsi e.c glioma

3.9

DIAGNOSIS MUNGKIN
Meningioma fossa posterior
Hemiparesis Sinistra post operasi meningioma

33

3.10 PENATALAKSANAAN
Phenytoin 3 x 1
Citicholin inj. 2 x 1
Asam Folat 2 x 1
Fisioterapi

3.11 PROGNOSIS
Ad Vitam

: Dubius ad bonam

Ad Functionam

: Dubius ad malam

Ad Sanationam

: Dubius ad malam

34

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus ini, berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang


dengan keluhan utama lemah separuh tubuh post operasi meningioma di RSUP
Sanglah satu bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya gangguan
penglihatan pada mata kirinya dimana mata kiri pasien juga tampak lebih
menonjol dibandingkan mata kanannya. Hemiparesis berarti kelemahan pada satu
sisi tubuh. Contohnya, pasien dapat mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh
yang mengarah pada lesi hemisfer serebri kontralateral. Hal ini dapat dikaitkan
dengan letak meningioma yang mungkin menekan saraf yang berhubungan.
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri.

Terapi

yang dipilih adalah operasi,

sesuai

dengan

algoritma

penatalaksanaan meningioma dimana pada pasien ini merupakan primary tumor


yang symptomatic. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif
sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal
massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi
dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya
berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak,
dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.

35

Algoritma penanganan meningioma

Pada saat dilakukan operasi, didapat Tumor dengan klasifikasi simpson Grade III,
dimana terdapat tumor di sinus yang ditinggalkan.

Klasifikasi Simpson

Setelah operasi pada pasien ini diberikan terapi kortikosteroid. Mekanisme


aksi kortikosteroid pada tumor otak termasuk penurunan permeabilitas pembuluh
darah, efek sitotoksik pada tumor, penghambatan pembentukan tumor, dan
penurunan produksi CSF. Sehingga pada kasus ini pemberian kortikosteroid
diharapkan dapat mengurangi gejala dan mencegah terjadinya edema.
Pada umumnya prognosa meningioma baik, karena pengangkatan tumor
yang sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang
dewasa relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate

36

lima tahun adalah 75%. Pada kasus ini prognosis terhadap fungsi anggota gerak
dikatakan ad malam, mengingat defek yang disebabkan oleh meningioma cukup
besar. Oleh karena itu pada pasien ini direncanakan akan dilakukan fisioterapi.
Dalam kasus meningioma Grade II dan III, standar saat ini melibatkan pengobatan
radiasi pascaoperasi terlepas dari tingkat reseksi bedah. Hal ini disebabkan tingkat
kekambuhan yang lebih tinggi. Diharapkan dengan radiasi dan pemberian
modulasi hormon, tumor yang tersisa tidak bertambah besar, tidak bertambah
banyak, dan tidak berulang. Pasien juga harus diberitahu untuk tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal.
Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu setelah operasi dengan keadaan
umum baik. Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam. Ad fungsionam dubia ad
malam, sangat susah untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tanpa melihat
ukuran tumor dan pendekatan pembedahan. Pada pasien ini terdapat defek visual
pada mata kiri, sehingga kemungkinan kembalinya fungsi penglihatan sangat
sulit. .
Penatalaksanaan lanjutan yang yang diberikan pada pasien ini adalah
melakukan konsultasi dengan fisioterapi. Hal ini bertujuan untuk membantu
pasien memulihkan lagi bagian tubuh yang mengalami kelemahan. Latihan ini
juga bertujuan menghindari terjadinya kekakuan akibat atrofi otot jika pasien
selalu dalam posisi statis. Farmakoterapi yang diberikan antara lain bertujuan
terutama untuk menangani kejang yang menjadi keluhan utama dan alasan pasien
dirawat inap. Adapun farmakoterapi yang diberikan berupa phenytoin 3 x 1 per
oral sebagai anti konvulsan, citicholine 2 x 1 per oral sebagai pelindung sel-sel
saraf (neuroprotektor) dan asam folat 2 x 1 untuk perbaikan sel saraf.12

37

SIMPULAN

Pada kasus ini, dimana seorang wanita 44 tahun terdiagnosis dengan


meningioma dan telah melakukan operasi reseksi 1 bulan yang lalu, dating saat ini
dengan keluhan kelemahan separuh tubuh kiri disertai gangguan penglihatan mata
kiri. Meningioma adalah tumor pada meninges, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Secara Umum tumor pada
menings tidak diketahui penyebabnya tetapi ada beberapa faktor yang
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya meningioma. Faktor faktor itu
berupa Usia, lingkungan, hormone, radiasi pengion, gaya hidup dan factor
genetik. Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah
supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang mengandung
granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital dan yang
paling sedikit pada fossa posterior.
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat
edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat
destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,
penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil
dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat
besar. Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri.
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada
kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi dan prognosisnya
adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan
yang permanen.

Pada pasien ini terapi lanjutan yang diberikan selain obat-obatan berupa
phenytoin, citicolin dan asam folat adalah dilakukan fisioterapi secara berkala
guna memulihkan fungsi kerja ekstremitas tubuh sebelah kiri.

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Lombardo, mery carter. 2005. Patofisiologi : konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta: EGC (Hlm 1193)
2. Rasjad, chairudin. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC
3. Mardjono M, sidharta. 2003. Penyakit Dalam: Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: FKUI (Hlm 393-4)
4. Luhulima JW. 2003. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat.
Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
5. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009
November

20].

Availble

from:

http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20
dan%20klasifikasi%20meningioma.doc. Diunduh tgl: 25 September 2015
6. Nathoo N, Barnett GH, Golubic M. The eicosanoid cascade: possible role i
n gliomas andmeningiomas. J Clin Pathol: Mol Pathol 2004;57:6-13
7. Rowland, Lewis.p & Pedley, Timothy A. 2010. Merrits Neurology. Ed
12. Philadelphia (Hlm 386-91)
8. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article
Radiology. SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5
9. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial. Cermin Dunia
KedokteranVol.16. 1989. P: 36-43
10. Longstreth Jr WT, Dennis LK, McGuire VM, Drangsholt MT, Koepsell
TD. Epidemiology of intracranial meningioma. Cancer 1993;72;639-48
11. Focusing on tumor meningioma [cited 2009 November 20]. Available
from: http://www.abta.org/meningioma.pdf. Diunduh tgl : 25 September
201519.45
12. Dorland, W.A Newman.2010.Kamus kedokteran Dorland Ed 31. Jakarta:
EGC
13. Widjaja
D,
Meningioma
intracranial.
Available
from:
http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.
pdf /09MeningiomaIntrakranial016.html Diunduh tgl: 25 September
201520.40
14. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. :
FakultasKedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
39

15. Yusup

FXEG.

Histopatologi

Tumor

Otak.

1992.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09HistopatologiTumorOtak077.pdf/
09HistopatologiTumorOtak077.html Diunduh tgl : 25 September 2015
15.35

40

Вам также может понравиться

  • Referat Glioma
    Referat Glioma
    Документ20 страниц
    Referat Glioma
    Yeni dwi anggra sudarmaji
    Оценок пока нет
  • ASTROCITOMA
    ASTROCITOMA
    Документ39 страниц
    ASTROCITOMA
    Rendy Manurung
    0% (1)
  • Brain Metastasis
    Brain Metastasis
    Документ29 страниц
    Brain Metastasis
    Indonesian Journal of Cancer
    Оценок пока нет
  • Referat Meningioma
    Referat Meningioma
    Документ37 страниц
    Referat Meningioma
    Afri Rylai
    100% (2)
  • Referat Meningioma
    Referat Meningioma
    Документ23 страницы
    Referat Meningioma
    kevin jonathan
    Оценок пока нет
  • Makalah Refarat Meningioma
    Makalah Refarat Meningioma
    Документ23 страницы
    Makalah Refarat Meningioma
    Satria Sinum
    Оценок пока нет
  • Referat Meningioma
    Referat Meningioma
    Документ22 страницы
    Referat Meningioma
    Muhamad Syaiful
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka Meningioma
    Tinjauan Pustaka Meningioma
    Документ17 страниц
    Tinjauan Pustaka Meningioma
    Retno Suminar
    Оценок пока нет
  • STROKE KARDIOEMBOLI
    STROKE KARDIOEMBOLI
    Документ19 страниц
    STROKE KARDIOEMBOLI
    yokeramanda
    Оценок пока нет
  • Metastasis Otak
    Metastasis Otak
    Документ15 страниц
    Metastasis Otak
    riaangel
    Оценок пока нет
  • Rhinitis Atrofi: Penyakit Hidung Kronik Yang Ditandai Atrofi Mukosa
    Rhinitis Atrofi: Penyakit Hidung Kronik Yang Ditandai Atrofi Mukosa
    Документ20 страниц
    Rhinitis Atrofi: Penyakit Hidung Kronik Yang Ditandai Atrofi Mukosa
    anisharavitaputri
    Оценок пока нет
  • Referat Cancer Pain
    Referat Cancer Pain
    Документ26 страниц
    Referat Cancer Pain
    Ayu Larashati
    Оценок пока нет
  • Referat Subarachnoid Hemorrhage
    Referat Subarachnoid Hemorrhage
    Документ36 страниц
    Referat Subarachnoid Hemorrhage
    inezlitha
    Оценок пока нет
  • Dorsal Root Syndrome
    Dorsal Root Syndrome
    Документ17 страниц
    Dorsal Root Syndrome
    Pemank Barcelonistas Sulfur
    Оценок пока нет
  • Glioblastoma
    Glioblastoma
    Документ17 страниц
    Glioblastoma
    Deden van D'gazzpooll
    Оценок пока нет
  • Arteriovenous Malformation
    Arteriovenous Malformation
    Документ11 страниц
    Arteriovenous Malformation
    dindaputrimasri
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Banding Hidrosefalus
    Diagnosis Banding Hidrosefalus
    Документ5 страниц
    Diagnosis Banding Hidrosefalus
    Tata Aurelia Karita
    Оценок пока нет
  • Otonom
    Otonom
    Документ1 страница
    Otonom
    Jeffrey James Suatan
    Оценок пока нет
  • MENINGIOMA
    MENINGIOMA
    Документ13 страниц
    MENINGIOMA
    Melly Sa
    100% (1)
  • REFERAT Trauma Kapitis
    REFERAT Trauma Kapitis
    Документ19 страниц
    REFERAT Trauma Kapitis
    Nia Satila Zari
    Оценок пока нет
  • Referat Demensia Vaskuler
    Referat Demensia Vaskuler
    Документ19 страниц
    Referat Demensia Vaskuler
    Brily Lombogia
    Оценок пока нет
  • Case Report 2 (Moluskum Kontagiosum)
    Case Report 2 (Moluskum Kontagiosum)
    Документ13 страниц
    Case Report 2 (Moluskum Kontagiosum)
    Sandra Anastasia Gultom
    Оценок пока нет
  • Sah Dan Vasospasme
    Sah Dan Vasospasme
    Документ21 страница
    Sah Dan Vasospasme
    zefri suhendar
    Оценок пока нет
  • BENDA ASING SALURAN NAPAS
    BENDA ASING SALURAN NAPAS
    Документ34 страницы
    BENDA ASING SALURAN NAPAS
    Fera Hi Hasan
    Оценок пока нет
  • Stroke Perdarahan Subarachnoid
    Stroke Perdarahan Subarachnoid
    Документ30 страниц
    Stroke Perdarahan Subarachnoid
    Irene
    Оценок пока нет
  • Sumbatan Jalan Nafas
    Sumbatan Jalan Nafas
    Документ22 страницы
    Sumbatan Jalan Nafas
    Lyvie Lavenia
    Оценок пока нет
  • Central Cord Syndrome
    Central Cord Syndrome
    Документ14 страниц
    Central Cord Syndrome
    Irham Khairi
    Оценок пока нет
  • Batang Otak
    Batang Otak
    Документ15 страниц
    Batang Otak
    Sherly Rorong
    Оценок пока нет
  • Brain Metastasis
    Brain Metastasis
    Документ44 страницы
    Brain Metastasis
    Yohanna Yohanna
    Оценок пока нет
  • Sol
    Sol
    Документ9 страниц
    Sol
    Fariz Da
    Оценок пока нет
  • Post DSA
    Post DSA
    Документ7 страниц
    Post DSA
    Ahmad Heri Setiawan
    Оценок пока нет
  • PIS
    PIS
    Документ10 страниц
    PIS
    FirdausAji
    100% (1)
  • SVCS
    SVCS
    Документ103 страницы
    SVCS
    gina
    Оценок пока нет
  • Leukositosis Pada Cedera Kepala
    Leukositosis Pada Cedera Kepala
    Документ16 страниц
    Leukositosis Pada Cedera Kepala
    natasya wanda yuniza
    Оценок пока нет
  • Referat Aneurisma Lynda
    Referat Aneurisma Lynda
    Документ22 страницы
    Referat Aneurisma Lynda
    aristyabudiarso
    Оценок пока нет
  • Referat Parese Fasialis
    Referat Parese Fasialis
    Документ28 страниц
    Referat Parese Fasialis
    Engga Ega Demartha
    100% (1)
  • MALFORMASI CHIARI
    MALFORMASI CHIARI
    Документ17 страниц
    MALFORMASI CHIARI
    FaridahMaksum
    Оценок пока нет
  • Referat BASALIOMA
    Referat BASALIOMA
    Документ35 страниц
    Referat BASALIOMA
    Sheina Abbas Kalashnikov
    Оценок пока нет
  • Sindrom Tolosa-Hunt: Tinjauan Pustaka dan Patogenesis
    Sindrom Tolosa-Hunt: Tinjauan Pustaka dan Patogenesis
    Документ14 страниц
    Sindrom Tolosa-Hunt: Tinjauan Pustaka dan Patogenesis
    Putri Farissa
    100% (2)
  • Referat Meningioma
    Referat Meningioma
    Документ18 страниц
    Referat Meningioma
    Muhammad Nadzir
    Оценок пока нет
  • Herniasi Cerebri Referat
    Herniasi Cerebri Referat
    Документ11 страниц
    Herniasi Cerebri Referat
    RF Didil
    Оценок пока нет
  • MDD Terbaru
    MDD Terbaru
    Документ31 страница
    MDD Terbaru
    RicoPratamaWiyono
    Оценок пока нет
  • ini menggunakan kata kunci utama "Dermatomiositis" ditambah kata kunci sekunder "Etiologi dan Patogenesis
    ini menggunakan kata kunci utama "Dermatomiositis" ditambah kata kunci sekunder "Etiologi dan Patogenesis
    Документ14 страниц
    ini menggunakan kata kunci utama "Dermatomiositis" ditambah kata kunci sekunder "Etiologi dan Patogenesis
    SoFya Azharni
    Оценок пока нет
  • Mielopati
    Mielopati
    Документ6 страниц
    Mielopati
    Erni Panjaitan
    Оценок пока нет
  • DM Tipe 2 dan Akomodasi
    DM Tipe 2 dan Akomodasi
    Документ28 страниц
    DM Tipe 2 dan Akomodasi
    Hana Yuniko
    Оценок пока нет
  • Epidural Hematom
    Epidural Hematom
    Документ26 страниц
    Epidural Hematom
    Steffani Anastasia
    Оценок пока нет
  • TUMOR AKUSTIK
    TUMOR AKUSTIK
    Документ29 страниц
    TUMOR AKUSTIK
    RadianNasution
    Оценок пока нет
  • Referat Siringomyelia
    Referat Siringomyelia
    Документ16 страниц
    Referat Siringomyelia
    Nia Lahida
    Оценок пока нет
  • Demensia Vaskular Setelah Stroke
    Demensia Vaskular Setelah Stroke
    Документ33 страницы
    Demensia Vaskular Setelah Stroke
    Elly Lutfiasari
    Оценок пока нет
  • Gangguan Nervus VII
    Gangguan Nervus VII
    Документ38 страниц
    Gangguan Nervus VII
    Evan Marpaung
    100% (1)
  • Makalah THT Anamnesis, PX Fisik Tinitus
    Makalah THT Anamnesis, PX Fisik Tinitus
    Документ8 страниц
    Makalah THT Anamnesis, PX Fisik Tinitus
    Ibnu Kharisman
    Оценок пока нет
  • Meningioma
    Meningioma
    Документ74 страницы
    Meningioma
    Franklin L. Sinanu
    Оценок пока нет
  • Hemangioblastoma
    Hemangioblastoma
    Документ20 страниц
    Hemangioblastoma
    PriskaApril
    100% (1)
  • GMO Ec Epilepsi
    GMO Ec Epilepsi
    Документ9 страниц
    GMO Ec Epilepsi
    novi
    Оценок пока нет
  • Glioblastoma Multiforme
    Glioblastoma Multiforme
    Документ24 страницы
    Glioblastoma Multiforme
    hakam asyafaq
    Оценок пока нет
  • Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul M
    Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul M
    Документ33 страницы
    Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul M
    Thoriqotil Haqqul Mauludiyah
    Оценок пока нет
  • Makalah Meningioma
    Makalah Meningioma
    Документ21 страница
    Makalah Meningioma
    Imam Rosyada
    100% (1)
  • Makalah Meningioma
    Makalah Meningioma
    Документ21 страница
    Makalah Meningioma
    Yugo D. Kambuh
    Оценок пока нет
  • Definisi, Klasifikasi Etiologi Meningioma
    Definisi, Klasifikasi Etiologi Meningioma
    Документ22 страницы
    Definisi, Klasifikasi Etiologi Meningioma
    Noni Frista Al Azhari
    Оценок пока нет
  • Meningioma
    Meningioma
    Документ29 страниц
    Meningioma
    gyastin
    100% (1)
  • Undangan Tampak Depan
    Undangan Tampak Depan
    Документ1 страница
    Undangan Tampak Depan
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Daftar Sampel Penelitian
    Daftar Sampel Penelitian
    Документ4 страницы
    Daftar Sampel Penelitian
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Ppok
    Ppok
    Документ5 страниц
    Ppok
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • DR. Dr. Erlina Burhan, SP.P (K) - COVID-19 Challenges and Opportunities
    DR. Dr. Erlina Burhan, SP.P (K) - COVID-19 Challenges and Opportunities
    Документ35 страниц
    DR. Dr. Erlina Burhan, SP.P (K) - COVID-19 Challenges and Opportunities
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Документ30 страниц
    Penyuluhan
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Grafik Rabies 2015
    Grafik Rabies 2015
    Документ90 страниц
    Grafik Rabies 2015
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Ppok
    Ppok
    Документ24 страницы
    Ppok
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • PPOK
    PPOK
    Документ26 страниц
    PPOK
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Документ30 страниц
    Penyuluhan
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ7 страниц
    Kata Pengantar
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • SK LBR 1
    SK LBR 1
    Документ1 страница
    SK LBR 1
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • CBD Gastropati Diabetes Melitus
    CBD Gastropati Diabetes Melitus
    Документ21 страница
    CBD Gastropati Diabetes Melitus
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Profil Puskesmas Klungkung I
    Profil Puskesmas Klungkung I
    Документ19 страниц
    Profil Puskesmas Klungkung I
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Laporan PKM 2015
    Laporan PKM 2015
    Документ13 страниц
    Laporan PKM 2015
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Usulan Penelitian
    Daftar Isi Usulan Penelitian
    Документ5 страниц
    Daftar Isi Usulan Penelitian
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Urt Ikaria
    Urt Ikaria
    Документ22 страницы
    Urt Ikaria
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • CBD Gastropati Diabetes Melitus
    CBD Gastropati Diabetes Melitus
    Документ18 страниц
    CBD Gastropati Diabetes Melitus
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Daftar FK Di Indonesia
    Daftar FK Di Indonesia
    Документ5 страниц
    Daftar FK Di Indonesia
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Divisi Danus BPN 2012
    Divisi Danus BPN 2012
    Документ1 страница
    Divisi Danus BPN 2012
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Tugas Interna
    Tugas Interna
    Документ7 страниц
    Tugas Interna
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • PBL THT Otomikosis
    PBL THT Otomikosis
    Документ8 страниц
    PBL THT Otomikosis
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Ciptakanlah Budaya Indonesia
    Ciptakanlah Budaya Indonesia
    Документ1 страница
    Ciptakanlah Budaya Indonesia
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Sekretaris BPN-IsMKI 2013
    Sekretaris BPN-IsMKI 2013
    Документ6 страниц
    Sekretaris BPN-IsMKI 2013
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • LPM Universitas
    LPM Universitas
    Документ2 страницы
    LPM Universitas
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Lapsus Meningioma Negara
    Lapsus Meningioma Negara
    Документ40 страниц
    Lapsus Meningioma Negara
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • Neuro
    Neuro
    Документ5 страниц
    Neuro
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • PBL Otitis Eksterna Difusa
    PBL Otitis Eksterna Difusa
    Документ6 страниц
    PBL Otitis Eksterna Difusa
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет
  • PBL THT Otomikosis
    PBL THT Otomikosis
    Документ8 страниц
    PBL THT Otomikosis
    Kemala Wasita Manuaba
    Оценок пока нет