Вы находитесь на странице: 1из 15

Telaah Ilmiah

Glaukoma Akibat Pemakaian Lensa

Oleh:
Rivia Krishartanty, S.Ked
04084811406067

Pembimbing:
Dr.dr.Hj.Fidalia, Sp.M(K)

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Telaah Ilmiah
Judul
Glaukoma akibat lensa buatan
Oleh
Rivia Krishartanty, S.Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang periode 28 Seotember 2015- 30 Oktober 2015.

Palembang, Oktober 2015


Pembimbing,

Dr.dr.Hj.Fidalia, Sp.M (K)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya, akhirnya tinjauan pustaka yang berjudul Glaukoma akibat kelainan
lensa ini dapat diselesaikan dengan baik. Tinjauan pustaka ini ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr.dr.Fidalia, Sp.M
(K) selaku pembimbing tinjauan pustaka ini yang telah memberikan
bimbingan dan nasihat dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.
Seperti kata pepatah: Tak ada gading yang tak retak. Penulis
menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tinjauan pustaka ini menjadi lebih baik. Harapan penulis
semoga tinjauan pustaka ini bisa membawa manfaat bagi semua orang dan
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 1
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapang pandang.
Glaukoma adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan bola mata
atau tidak normal sehingga mengakibatkan penggangguan saraf optik dan
mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapangan pandangan,
hal ini juga dikenali sebagai penyebab kebutaan kedua yang dilaporkan di
Amerika. Glaukoma mengakibatkan lapang pandang seseorang menghilang,
dengan atau tanpa gejala. Hal ini disebabkan oleh faktor konginetal atau
didapat setelah dilahirkan (acquired).
Glaukoma primer yang disebabkan oleh faktor-faktor keturunan yaitu
humour aqueosnya tersumbat atau terganggu. Glaukoma primer dibagi dalam
dua jenis yaitu, Sudut terbuka dan Sudut tertutup. Glaukoma sekunder
disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu seperti, trauma, radang mata
(uveitis), kaca mata dan obat-obatan seperti steroid. Pada refrat ini akan lebih
ditekankan pada glaukoma akibat lensa buatan yang dapat menjadi glaukoma,
sehingga refrat tersebut dapat berfungsi menjadi sumber informasi untuk
dokter muda serta tenaga medis yang lain dalam mengetahui glaukoma akibat
lensa buatan.

BAB II
3

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki
satu gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang
disebabkan karena peningkatan tekanan intraokular. Sebagai akibatnya akan
terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan.
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang
perifer pada tahap awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral.
Glaukoma ini dapat tidak bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan
tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat terdeteksi secara dini.
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan
berdasarkan adanya keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer
dan sekunder.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat
bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu.
Keempat kelompok ini terdiri dari:
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot,
tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi
bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam
bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata. 1
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai
piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum.
Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan
dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf,
otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah.1
4

3) Bola mata
Menurut fungsinya

maka bagian-bagiannya

dapat dikelompokkan

menjadi:

Otot-otot penggerak bola mata

Dinding bola mata yang terdiri dari : sklera dan kornea. Kornea
kecuali sebagai dinding

Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.

Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan


fungsinya masing-masing.

4) Sistem kelenjar bola mata


Terbagi menjadi dua bagian:

Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata

Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke
dalam rongga hidung.

Gambar 1. Anatomi Mata (Dikutip dari : careandhealed.com)

Anatomi Sudut Filtrasi


Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan
cairan bilik mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah
5

bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran
Descemet dan membran Bowman. Akhir dari membran Descemet disebut
garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali
ketebalan epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan
cabang akhir dari arteri siliaris anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri
dari :
1.

Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke
belakang mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.

2.

Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke
scleral spur (insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris
meridional.

3.

Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)


Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan
sirkularis.

4.

Ligamentum pektinatum rudimenter


Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula.

Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya


diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus
pandang, sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat
dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang
mengelilingi kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5
mm. Pada dinding sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat
hubungan langsung antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanalis
Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena

di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan
siliar.

Gambar 2. Anatomi badan siliar (dikutip dari www.berwickeye.com)


2.3 Fisiologi Aqueous Humor
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor
aqueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus
adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata.
Volumenya adalah sekitar 250 L/menit dan kecepatan pembentukannya,
yang bervariasi diurnal, adalah 1,5 2 L/menit. Tekanan osmotik sedikit
lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma
kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat
yang lebih tinggi dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
Pada dasarnya, terdapat dua rute dalam pengeluaran humor akueus,
yaitu 1) melalui jaringan trabekular, sekitar 90% humor akueus dikeluarkan
melalui jaringan trabekular, kemudian akan disalurkan ke kanal schlemm
hingga berakhir di vena episklera, 2) melalui jaringan uveoskleral,
mempertanggung jawaban 10% dari pengeluaran akueus.
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma
yang dihasilkan di stroma prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar
dan prosessus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior,
7

humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan


trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran
diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau
trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal
ini disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastik yang dibungkus oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati
kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan
trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga
kecepatan drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus ke
dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran- saluran
transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke
dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara
berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).

Gambar 3. Aliran aqueous humor


Aliran aqueous humor dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1.

Tekanan intraocular yang tinggi

2.

Tekanan episcleral yang tinggi

3.

Viskositas dari aqueous itu sendiri (eksudat, sel darah)

4.

Ciliary block, pupillary block


8

5.

Bilik mata depan yang sempit

2.4. Pemeriksaan Glaukoma


Untuk menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan. Berbagai alat diagnostik tambahan untuk
menentukan ada atau tidak adanya glaukoma pada seseorang dan berat atau
ringannya glaukoma yang diderita, serta dini atau lanjut glaukoma yang
sedang diderita seseorang.
a. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola
mata seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata merupakan
keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola mata yang
normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat
sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik.
Batas tekanan bola mata tidak sama pada setiap individu, karena dapat saja
tekanan ukuran tertentu memberikan kerusakan pada papil saraf optik pada
orang tertentu. Untuk hal demikian yang dapat kita temukan kemungkinan
tekanan tertentu memberikan kerusakan. Dengan tonometer Schiotz tekanan
bola mata penderita diukur.
Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:
1. Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.
2. Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.
3. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
4. Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di
ruang terbuka.
Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan
kerusakan pada papil saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang,
sehingga tidaklah sama tekanan normal pada setiap orang. Tujuan
pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk mengetahui tekanan
bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau

kornea akan menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan
mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam bola mata melalui kornea.

Gambar. Schiotz Tonometri


b. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik
Oftalmoskopi. pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang
dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat diiihat saraf optik
didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah
mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna
serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau
tidak ada kerusakan akibat glaukoma.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat terlihat :

Kelainan papil saraf optik

Saraf optik pucat atau atrofi

Saraf optik bergaung

Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau

Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar

c. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata


Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan
patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma sudut terbuka atau
10

glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu


glaukoma sekunder. Pada gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu
sistem prisma dan penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut bilik
mata.
Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:

Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea
dengan iris, disebut sudut tertutup

Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum sebelah belakang,


dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat
sempit sangat mungkin menjadi sudut tertutup

Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit


sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup

Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat


termasuk skleral spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak
akan terjadi sudut tertutup.

Derajat 4. bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka. 10

Gambar. Lensa Gonioskopi

11

d. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis
dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma
itu sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas
serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi
pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya
dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat
lapangan pandang bagian tengah.
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai
cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar
singgung, perimeter Goldmann,Friedmann field analyzer, dan perimeter
otomatis.
e. Tes Provokasi
Tes provokasi : dilakukan pada keadaan yang meragukan.
1) Tes minum air : penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama
24 jam. Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu
tekanan intraokuler diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan
tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
2) Pressure congestion test : Pasang tensimeter pada ketinggian 50 - 60
mmHg, selama l menit. Kemudian ukur tensi intraokulernya.
Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11
mm Hg pasti patologis.
3) Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test : Setengah
jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test.
Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg
atau lebih pasti patologis.
4) Tes Steroid : diteteskan larutan dexamethasone 3 - 4 dd gt 1, selama 2
minggu.
5) Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
12

OUTLINE
I.PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defenisi Glaukoma
2.2 Anatomi dan fisiologi
2.3 Fisiologi Aqueous humor
2.4 Pemeriksaan Glaukoma
2.5 Klasifikasi Glaukoma
2.6 Glaukoma akibat penggunaan lensa
2.7 Diagnosis
13

2.8 Penatalaksanaan Glaukoma akibat penggunaan lensa


III. KESIMPULAN

14

Вам также может понравиться