Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PARASITOLOGI
(BlO 3151)
OLEH
MARDHIYAH FAKIH MARJIYO
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2004
POKOK BAHASAN
Materi Pembelajaran Mingguan
Minggu
: Ke 1
Pokok Bahasan
Metode Pembelajaran
: Ceramah
Alokasi waktu
: 100 menit
Evaluasi
: UTS
Pustaka Acuan
: 1 ,2, 8
Parasitisme
spesifik
Pembagian parasit atas dasar :
1. Tempat
: Endoparasit
Ektoparasit
2. Lama waktu
: Parasit temporer
Parasit stationer
: Parasit insidentil
Parasit obligat
Parasit fakultatif
Macam-macam inang :
* Inang definitif
* Inang perantara
* Inang pembawa
* Inang reservoar
* Inang insidentil
Perbedaan Inang dan Vektor
Macam-macam simbiosis:
Komensalisme
Mutualisme
Parasitisme
Air
Temperatur
Sinar matahari
Waktu
Fauna
Flora
3. Evolusi Parasitisme
4. Asal-usul Parasit
Asal usul kelompok protozoa sampai kelompok metazoa.
Asal usul parasitisme dan kehidupan bebas
Perubahan struktur organisme
Minggu Ke
:2
Topik
: 100 menit
Evaluasi
: UTS
Pustaka Acuan
: 1 dan 5
1. Protozoa Usus.
Gambar
Diagnosis :
Pemeriksaan tinja segar secara langsung dan tidak langsung
Pemerikasaan sigmoideskop
Pemeriksaan aspirat abses hati
Minggu Ke
Pokok Bahasan
Metode Pembelajaran
Ceramah
Estimasi Waktu
100 menit
Evaluasi
UTS
Pustaka Acuan
4,5.6
1. PROTOZOA DARAH
* Plasmodium malariae
* Plasmodiumfalciparum
* Plasmodium ovale
Gejala Klinis:
Anemia, splenomegali, demam, berkeringat
Kekebalan:
Didapat secara aktif tergantung pada infeksi baru atau lama daripada stimulus antigen
dan parasit atau dan hasil metabolismenya.
Di daerah hiperendemi penduduk ash dilindungi sejak masih anak-anak oleh
kekebalan pasif dan ibunya selama tiga bulan pertama
Terjadi perubahan genetik di dalam sel darah merah yang menghasilkan kekebalan
alamiah terhadap malaria
Perubahan pada permulaan eritrosit mengganggu perlekatan serta invasi merozoit
Kekebalan seluler dan humoral mempunyai peranan dalam perlindungan.
Kekebalan merupakan spesies spesifik pada beberapa kasus dapat strain spesifik
Epidemi:
Penyakit malaria mempunyai penyebaran di seluruh dunia, di daerah tropik, subtropik,
dan daerah dingin.
Diagnosis:
Dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan darah yang diambil dan penderita
Dibuat sediaan darah tebal dan tipis.
2. Protozoa Jaringan
Protozoa yang hidup dalam janingan tubuh organisme : Toxoplasma gondii
Penyebab toxoplasmosis
Dapat memparasiti binatang termasuk herbivora, carnivora, dan omnivora.
Morfologi dan daur hidup:
H.D. kelompok Felidae ( kucing domestik dan liar).
Perkembangan pada kucing
Bentuk infektif : sporozoit, kistazoit, endozoit
Proses schizogoni
Perkembangan intestinal bersaman dengan perkembangan ekstraintestinal (bentuk
kista dan pseudokista).
Perkembangan pada manusia:
Bentuk endozoit,kista, pseudokista.
Gambaran Klinik:
Tozoplasmosis dapatan : ringan
Kelainan mata, sistem limfatik (limfodenopati), uretritis,koroiditis, karoidoretinitis.
Toxoplasmosis Conginental : menimbulkan kelainan yang lebih berta. Dapat
menyebabkan keguguran bayi lahir mati, lahir namun mengidap kelainan susunan
saraf pusat. Tozoplasmosis pada ianang yangimunodefisiense penyakit yang timbul
dan penyakit yang latent pada orang yang sedang diberi pengobatan imunosupresi
dalam waktu yang lama
Diagnosis:
PertemuanTes serologi yang biasa digunakan ada 3 macam:
1. Sabin and Feidmen Dye Test (tes wama Sabin & Feigmen)
2. Tes zat anti fluoresen. Tes mi sensifitasnya lebih unggul dan pada nomor satu.
3. Tes hemoglutinasi tidak langsung.
3. dua konoid berkembang di bagian anterior pada 2 kutub dan nukleus yang kresentrik
4. nukleus mulai membelah dan konoid membesar
5. dua anak parasit muncul dalam induknya
6. induk memisahkan diri mengeluarkan anaknya.(Zaman, 1987)
Minggu ke
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
Ceramah
Estimasi Waktu
100 menit
Evaluasi
UTS
Pustaka Acuan
1,4,5.
1. Trematoda Parasit Usus
Pendahuluan
Secara umum bentuk daun
Ada 2 alat pelekat, oral sucker dan ventral sucker
Bersifat hermaprodit
Daur sangat kompleks
Ada beberapa spesies dapat menginfeksi manusia
* Fascioloposis buski
*Metagonimus yokogawai
* Echinostoma ilocanum
* Heterophyes heterophyes
1. Fascioloposis buski
Penyebab fasciolopsiasis
Disampaikan oleh Busk pada th. 1843 dalam duodenum seorang pelaut India Timur
yang telah meninggal
Morfologi dan daur hidup
Cacing cukup besar (10 cm). Telur berisi mirasidium sewaktu dikeluarkan, mengalami
embrionisasi di luar.
Daur hidup sangat kompleks
Inang definitif adalah manusia
Habitat : cacing dewasa melekat pada mukosa usus halus bagian atas dengan batil
isap
Inang perantara I : sejenis siput , beberapa spesies dapat menjadi inangnya antara lain
Segmentina sp. , Hippentis sp. Dalam tubuh siput mengalami pertumbuhan menjadi
sporosist
redia
serkaria
Inang perantara II : sejenis tanaman air antara lain enceng gondok (Eichornia), bambu
air
Patologi:
Peradangan pada daerah uterus, abses terlihat pada perlekatan cacing. Sakit di
daerah epigastrium. Infeksi berat edema, asites, kadang-kadang terjadi stasis usus
dan obstruksi
2.Trematoda Hati
Ada beberapa spesies yang dapat menginfeksi jaringan hati.
Clonorchis sinensi
Fasciola gigantica
Fasciola hepatica
Dicrocolium dendriticum
Opisthorchisfelineus
Clonorchis sinensis
Morfologi , daur hidup dan cara penularnya:
Cacing pipih bentuk daun memanjang tidak berduri
Ukuran (1 2 20) X ( 3 5) um
Telur : kuning cokiat, ukuran 29 X 16 um
Inang definitif manusia
Habitat : saluran empedu dari duktus pankreatikus
Inang perantar I : keong beroperkulum beberapa spesies antara lain Alocinnia sp.,
Bulinus sp., Parafossarulus sp..
Dalam tubuh keong mirasidium mengalami pertumbuhan dan perbanyakan rnenjadi
Sporosist
redia
serkaria
Pada infeksi menahun atau hebat, di daerah yang sangat endemik akibatnya kurang
baik.
Diagnosis dan Pencegahan:
Diagnosis pasti berdasarkan penemuan telur yang bebas di dalam tinja atau, drainase
empedu. Memasak ikan dengan sempurna
Patologi:
Cacing dewasa di saluran empedu menyebabkan peradangan pada epitel . Luas
peradangan berhubungan dengan intensitas dan lamanya infeksi. Lesi disebabkan
oleh iritasi mekanik dan produk toksis yang dikeluarkan cacing.
Minggu ke
:5
Pokok Bahasan
: UTS
Estimasi Waktu
: 100
Pustaka Acuan
: 4,5,6
1. Trematoda Parasit Darah
Pendahuluan :
Termasuk Familia Schitosomatidae, cacing trematoda digenetic bersifat diosious
Ada beberapa spesies penting yang merupakan agen penyakit pada manusia yaitu :
*Schistosoma haematobium
*Schistosoma japonicum
*Schistosoma mansoni
*Schistosoma mekongi
*Schistosoma intercalatum
Morfologi :
Cacing jantan dan berina hidup berpasangan, bentuk betina tinggal di dalam canalis
gynaecoporus cacing jantan.
Perbedaan ke lima spesies terdapat pada :
Cacing dewasa : letak oral dan ventral sucker
Permukaan kutikula
Telur : letak duri pada telur
Larva serkaria ujung ekor bercabang dua.
Daur hidup dan cara penularannya
Inang Definitif : manusia
Habitat
S. haematobium cacing dewasa dalam pembuluh darah kandung kencing.
S. mansoni dan S japonicum cacing dewasa di dalam vena-vena mesenterika inferior
dan superior. Kematangan seksual cacing betina tergantung dari adanya cacing
dewasa jantan. Telur-telur di letakkan dalam venula-venula kandung kencing (S.
haematobium).
Telur-telur diproduksi cacing dewasa kurang lebih 5 minggu setelah infeksi. Penemuan
telur tergantung lamanya infeksi dan jumlah cacing yang menginfeksi.
Inang perantara adalah untuk:
* S. haematobium sejenis keong Bulinus sp.
* S. japonicum sejenis keong Oncomelania sp.
* S. mansoni sejenis keong Biomphalaria sp.
Gejala Klinis
Telur-telur melepaskan antigen yang larut dan merangsang timbulnya abses kecil.
Serkaria yang menembus kulit
-
menyebabkan urtikaria
Distribusi:
Tergantung dari:
* distribusi hospes perantara keong
* kesempatan menginfeksi manusia
* perilaku manusia untuk membuang tinjanya
Angka tertinggi pada anak-anak.
2. Trematoda Parasit Paru-paru
Pendahuluan
Trematoda yang ditemukan dalarn paru:
Paragonimus westermani
Penyebab penyakit paragonirniasis pada manusia dan hewan karnivora
Treamatoda ini ditemukan pertama kali pada tahun 1828 oleh Neterer.
Infeksi penyakit ini telah ditulis oleh Yokogawai (1982) dan Miyasaki (1982).
Morfologi dan daur hidup
Telur: bentuk ovoid, punya operkulum , tidak berembrio,
ukuran (80 120) u X (45 65) um.
Hospes definitif: rnanusia dan hewan karnivora
Habitat dewasa di sekitar bronchioli
Telur: telur di dalam air dan akan rnenghasilkan rnirasidiurn
Inang perantara sejenis keong (sporosit
redia
serkaria)
Minggu Ke : 6
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
Estimasi Waktu
100 menit
Evaluasi
UTS
Pustaka Acuan
1,2,5
Porus uterinus dan porus genitalis terletak di tengah pada permukaan ventral
proglotid.
Infeksi oleh cacing ini biasanya terbatas pada satu sampai beberapa ekor cacing
saja.
Panjang mencapai 10 m.
Skolek memanjang ada suatu lekukan (groves) disebut bothria sebagai alat
pelekat.
Setiap proglotid mempunyai alat kelaminjantan dan betina dan sath porus uterinus.
Dalam setiap proglotid terdapat testes dan vitellaria yang tersebar pada sisi lateral.
Daur hidup
Telur keluar bersama tinja tidak berembrio, akan tumbuh embrio disebut karasidium.
Karasidium keluar berenang dalam air. Korasidium tertelan oleh suatu crustacea
tumbuh menjadi proserkoid. Jika crustacea yang terinfeksi ini dimakan ikan, maka
tumbuh menjadi pleroserkoid. Manusia terinfeksi karena makan ikan mentah yang
terkontaminasi.
Larva pleroserkoid tumbuh menjadi cacing dewasa. Parasit ini dapat hidup lama
mencapai 25 tahun
Penyebaran geografis
Ditemukan di Timur jauh dan Asia Tenggara
Patologi
Penderita menunjukan manifestasi klinik seperti gangguan saraf, pencernaan, rasa
tidak enak, dan rasa sakit pada perut, kekurangan gizi dan anemi. Gangguan pada
traktus digestivus dengan rasa penuh di epigastrium, nausea, dan munta. Absorbsi
cairan toksin dan proglotid yang mengalami degenarasi. Pada gejala anemi ditemukan
pada penderita yang pernah memuntahkan proglotid.
Dilaporkan cacing ini banyak mengabsorbsi vitamin B12 dan inangnya sebanyak 50
kali daripada T saginata.
Diagnosis
Dengan menemukan telur yang beroperkulum atau proglotid yang dikeluarkan
bersama tinja atau di dalam muntahan.
Sparganosis
Sparganosis (sparganum mansoni) adalah penyakit yang disebabkan oleh larva
pleroserkoid cacing pita Peudophyllidea ( Dibotyriocephalus mansonoides) yang cacing
dewasanya terdapat dalam usus kucing dan anjing tidak menyerang manusia.
Sparganum proliferans, stadium plerosercoid menyerang janingan manusia namun
cacing dewasanya belum diketahui
2. Cestoda Intestinal (Cyclophyllidea)
Pendahuluan
Ciri spesifik skolek membulat dengan batil isap bentuk mangkok dilengkapi rostelum
atau tidak. Porus genitalis terletak pada sisi lateral, kadang pada satu sisi kadang
berselang-seling tergantung spesiesnya. Infeksi oleh cacing ini dapat melimpah
terutama pada hewan.
* Taenia saginata
* Taenia solium
* Echinococcus spp.
Uterus berbentuk kantong yang berisi 80-180 telur. Telur berukuran (47 x 37)
mikron, Hymenolepsis nana tidak memerlukan inang perantara. Inang definitifnya
adalah manusia, mencit, dan tikus. Tempat hidupnya pada dua pertiga ileum
bagian atas.
Pada infeksi yang cukup berat, pada anak menunjukan asthenia, berat badan
menurun, nafsu makan berkurang, sakit perut dengan/tanpa diare, anoreksi,
insomnia, muntah, pusing.
Diduga gejala ini disebabkan oleh hasil metabolik yang dilepaskan parasit dan
respon alergi terhadapnya.
Diagnosis
Dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja.
2.2. Echinococcus spp.
4 spesies yang dianggap benar, yaitu:
Echinococcus granulosus
E. multilocularis
E. oligerthus
E. vogeli
Morfologi
Cacing dewasa hanya mempunyai tiga sampai empat proglotid, terdiri atas skoleks,
progiotid imature, mature, dan proglotid gravid, panjang 3-6 mm.
Bentuk kepala sferis, mempunyai 2 baris kait yang berjumlah 20-30- buah dan 4 batil
isap. Proglotid gravid mengandung kira-kira 5000 butir telur, telur seperti telur Taenia
sp.
Daur Hidup
Inang definitif : anjing
Inang perantara manusia, hewan herbivora lain misal : sapi, kambing, biri-biri.
Manusia dapat sercara kebetulan terlibat dalam daur hidup parasit tersebut karena
menelan telurnya hal ini dapat terjadi akibat tercemarnya tangan oleh telur-telur
sewaktu membelai anjing. Bagian yang terinfeksi yaitu hati dapat mencapai 66%, paruparu 10%, usus 7-8 % dan jantung.
Gambar
ambar 6. Daur hidup Diphylobothrium. Latum
Schistocephalus sp. (Melhorn,1998)
Minggu ke
:7
Inlcnlc Bahasan
: UTS
Estimasi Waktu
: 100 menit
Pustaka Acuan
: 5,6.
1. Nematoda Usus
Pendahuluan
Cacing nematoda sebagian besar bersifat parasit baik pada menusia, hewan dan
tumbuhan Betuk panjang silindris , ukuran mikroskopis sampai lebih satu m. Cacing
tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai sistem pencernaan. Jenis kelamin
terpisah, cacing betina lebih kecil dan cacing jantan. Penyebab penyakit pada manusia
dan vertebrata.umumnya bersifat patogen.
Pada manusia:
Ascaris lumbricoides
Enterobius vermicularis
Trichiura trichiura
Capilaria philipinensis
Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Strongyloides strecorales dan Trichostrongylus spp.
Pada anjing:
Toxocara canis
T.cati
A.. brarsiliensis
A. caninum
Ke empat tersebut di atas pada manusia sebagai larva migrans
1. Ascaris lumbricoides
Parasit mi lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab dan
berikim sedang. Penyebab ascaiasis.
2. Enlerobius vermicularis
Penyebab enterobiasis / oxyuriasis
3. Trichuris trichiura
Penyebab trichuriasis.
infeksi cacing ini di daerah panas, lembab dan sering terlihat bersama infeksi Ascaris
Kepala terbenam masuk dalam mukosa, ujung posteriornya sangat tebal dan bebas di
lumen maka disebut cacing cambuk.
bentuk tong, ukuran (50 54) umX (22 27) urn. Telur menetas di usus besar
setelah kira-kira 3 buan akan memproduksi telur
Gejala Klinik:
Kerusakan mekanis pada mukosa dan respon alergi dan hospes untuk setiap kelainan
patologis yang berhubungan erat dengan jumlah cacing, lamanya infeksi dan urnur
serta status kesehatan dan hospes. Kerusakan epitel sangat kecil kecuali tirnbul infeksi
sekunder yang sangat mirip akibat infeksi E. histolytica
Diagnosis:
Dengan menemukan telur dalam tinja bersama Ascaris sp. pada sediaan langsung
atau konsentrasi, jurnlah telur harus dihitung.
A. brasiliense
A . caninum
A . malayanum
Ditemukan di daerah hangat yang lembab, morbiditas lebih banyak dibanding
mortalitasnya.Ketiga spesies pada manusia sebagai larva migrans, dewasanya pada
anjing I dan kucing
Jantung kanan
trachea
Paru-paru
faring
tertelan
menembus alveoli
usus kecil
ke bronchiole
dewasa
Gejala klinik :
*Rasa gatal pada kulit yang terpenetrasi larva
vesikuler
timbul lesi
Gambar 10. Tempat perlekatan Ancyostoma duodenale (cacing kait) pada intestinum
(Catterjee, 1977)
Strongyloides stercorales
Pendahuluan :
Banyak di Negara tropis
Infeksi pada manusia dapat berlangsung lama (dapat selama hidupnya) :
*karena reinfeksi dapat terjadi setiap saat
*adanya autoinfeksi yang terus-menerus dengan jalan endogenose
Pada hewan dapat terbatas karena parasit ini menjadi resisten terhadap infeksi
berikutnya Misal : pada anjing dan kucing
Struktur Larva filariform : stadium tidak makan namun bersifat infektif bagi inangnya
Morfologi keduanya juga berbeda
Gejala klinik :
Akibat masuknya larva lewat kulit : gatal- gatal, pembengkakan
Infeksi ke paru-paru : batuk batuk, bronchopneumonia, pendarahan, gangguan paru
dan lain
Cacing dalam usus : gangguan ringan, diare, edema, fibrosis, luka-luka, sakit perut,
anemi, berat badan menurun, sembelit, tinja berdarah
2.Larva Migrans
2.1. Visceral Larva Migrans
Visceral larva migrans disebabkan oleh Toxocara canis atau Toxocara cati
Larva yang bermigrasi di alat dalam manusia, namun tidak dapat menjadi dewasa
dalam tubuh manusia. Larva tersebut menjadi dewasa dalam tubuh anjing dan kucing
2.2. Kutancus Larva Migrans
Kutancus larva migrans disebabkan oleh Ancylostoma brasiliensis dan Ancylostoma
caninum. Larva bermigrasi di bawah kulit manusia, namun tidak dapat menjadi dewasa
dalam tubuh manusia, menjadi dewasa dalam tubuh anjing dan kucing
Minggu ke
:8
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
Estimasi Waktu
: 100 menit
Evaluasi
: UAS
Pustaka Acuan
: 1,4,5,6
1. Nematoda Darah
Pendahuluan
Terdapat lebih 200 spesies parasit filaria hanya sedikit yang menginfeksi manusia.
Pada manusia ada 3 spesies
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
Onchocerca volvulus
Ketiganya sering menimbulkan gej ala sisa yang bersifat patologis
Mempunyai sikius hidup yang sangat kompleks
Kemudian ditemukan beberapa spesies yang juga parasit pada manusia
Manzonella ozardi
Manzonella perstans (Dipetalonema perstans)
Manzonella streptocerca
Dirofilaria immitis
Dirofilaria spp.
1.1. Wuchereria bancrofti
Morfologi:
Cacing dewasa kecil seperti benang, kutikula halus, dalamjaringan dan saluran limfe
Cacingjantan : p. : 40 urn, penampang 0,1 mm
Cacing betina: p. 80 mm,
Bagaimana cara mendapatkan cacing dewasanya?
Daur hidup dan cara penularan: Wuchereri bancrofti dan Brugia malayi
Inang perantara : Nyarnuk (Culex sp. dan Anopheles sp.)
Dalam tubuh nyamuk
Sarung microfilaria lepas dalam lambung, migrasi ke otot toraks
Larva infektius (6-14) menuju ke proboscis
Microfilaria
Gejala klinis :
*tidak menunjukan gejala
*elephantiasis dan hidrokel
*Beberapa ada cacing dewasa, tanpa mikrofilaremia
Karena begitu rendahnya, sehingga tidak dapat terdeteksi
*Beberapa pasien dengan mikrofilaremia berat, tetapi asimptomatik
Manifestasi :
*Filaria dini : demam tinggi, demam filarial/elefantoid, limfangitis, limfadinitis
*tidak menunjukkan mikrofilaremia
*Limfangitis, kea rah distal dari kelenjar dimana ada cacing filarial
*Limfangitis & limfadinitas lebih sering : di ekstremitas bawah, tungkai bawah, alat
kelamin, buah dada
* kelenjar limfa keras, nyeri dan cenderung tetap membesar
*pembuluh limfe terjadi indurasi & peradangan
*kulit yang tegang/keras, ke merah-2 an, hangat, sekelilingnya membengkak
*Terbentuk asbes, penyembuhan berlangsung
*Pada kelenjar limfe/saluran limfe terjadi :
*Reaksi peradangan terjadi pada saluran limfe yang ada cacingnya 2-3 bulan
Epidemi dan pencegahan
Infeksi W. bancrofti tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, Amerika
Tengah dan Selatan, Pulau-2 Pasifik
Vektor untuk:
W. bancrofti periodik nokturnal : Anopheles sp. & Culex sp.(malam)
W. bancrofti strain yang subperiodik : Aedes sp. (siang hari)
Pencegahan:
Perlindungan perorangan dengan pernakaian repelant serangga dan kelambu.
Untuk kontrol nyamuk dengan baik harus dilakukan hal-hal sbb:
* identifikasi nyamuk penularnya
* kebiasaan menggigit darah
* jarak terbang
* tempat perindukan
1.3. Loa-loa
Pendahuluan
Dikenal dengan cacing Afrika
Pertama kali diternukan dalam mata wanita Negro di Hindia Barat (1770)
Diskripsi cacing dewasa cacing yang dikeluarkan dan mata seorang wanita dan Old
Calabar Afrika Barat oleh Argyl Robertson (1895)
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup berrnigrasi dalam jaringan subcukan.
Mikrofilaria berada dalam darah
Karakter mikrofilania: ada sheet, inti sampai ke ujung ekor, ukuran 250 300 urn
perindukan larva
dalam
hutan dan
Biasanya
calabar
Diagnosis :
Pemeriksaan darah sama dengan W. bacrofli dan B. malayi
Dirofilaria sp.
3. Nematoda Jaringan
Pendahuluan
Cacing panjang dan halus ditemukan di berbagai daerah diseluruh dunia dan
merupakan
parasit anjing dan karnifora lainnya di Amerika Utara
Ada beberapa spesies:
Dracunculus medinensis
Trichinella spiralis
2.1. Dracunculus medinensis
Morfologi dan daur hidup
Cacing betina ukuran panjang sam m, lebar dua mm.Cacing jantan panjang dua cm.
Habitat cacing dewasa di jaringan subkutaneus.
Cacing betina bila gravid berisi larva rhabditiform bermigrasi ke jaringan subkutan
menuju kulit atau bagian lainnya, biasanya di pergelangan kaki, terbentuklah papula di
dermis.Papula menjadi vesikel ulkerasi, sebagian uterus keluar dan tubuh cacing,
keluarlah larva ke dalam air, masuk cyclops
manusia
terminum /termakan
dewasa
Gejala klinis.
Bila cacing dapat dikeluarkan tidakterjadi penyakit. Kalau putus reaksi peradangan dan
terjadi selulitis sepanjang migrasi cacing. Terjadi infeksi sekunder, artitres, sumertes,
dan gejala laju tergantung tempat luka (les
jumlah cacing
umur penderita
Minggu Ke
:9
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
: Ceramah
Estimasi Waktu
: 100 menit
Evaluasi
: UAS
Pustaka Acuan
: 6,8.
intestinal
menunjukan
bahwa
organisme
terbatas
pada
traktus
Minggu Ke
: 10
Pnknk Bahasan
: 100 menit
Evaluas
: UAS
Pustaka Acuan
: 5, 6.
1. Arthropoda dan Kiasifikasi
Morfologi:
Arthropoda merupakan phylum yang terbesar dan paling berhasil dalam dunia hewan.
Arthropoda (Greek: arthros, artinya sendi atau hubungan; podos artinya kaki).
Karakter Arthropoda
Tubuhnya bilateral simitris.
Anggota gerak berpasangan dan beruas atau tidak beruas.
Rangka luar keras (kaku) mengandung khitin
Otot terdiri dan otot-otot lurik.
Saluran pencemaan sempurna
Sistem peredaran (sirkulasi) terbuka (lakuner),
Eksresi biasanya dengan tubulus malphigi, ada beberapa pengecualian.
Sistem saraf dengan ganglia dorsal di atas mulut dan berhubungan dengan
sepasang tali saraf verbal,.
Alat kelamin terpisah, bersifat ovipar atau ovovivipar dan beberapa partenogenesis.
Stadium dewasa dan stadium larva arthropoda dapat merugikan manusia sebagai
patogen
Klasifikasi (Faust,et.al.,1975)
Arthropoda terbagi dalam lima kelas sebagai berikut:
Kelas Onychophora tidakl belum pemah ada laporan dapat merugikan manusia
Kelas Myriapoda ada dun ordo yang merugikan manusia yaitu
Diplopoda (millipedes) dan Chilopoda (centipedes).
Kelas Crustacea ada dua ordo : Ordo Copepoda dan Ordo Decapoda
Kelas Arachnida ada empat ordo
Ordo Acarina, ordo Araneida, ordo Scorpionida, ordo Pentastomida Kelas
Insekta ada beberapa ordo sebagai eontoh yaitu Ordo Diptera
Kiasifikasi diatas dapat berbeda tergantung ahlinya
2. Peran Arthropoda
Arthropoda perlu dipelajari dalam hubungannya dengan kesehatan manusia dan
hewan vertebrata. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal:
dapat menularkan penyakit
menyebabkan gangguan sebagai parasit
mengandung zat-zat toksin yang berbahaya
menyebabkan gangguan bagi mereka yang alergi
dapat juga penyebab anthropophobia.
2.1. Dapat menularkan penyakit
Penularan dapat terjadi secara mekanik dan biologis
Penularan secara mekanik yaitu dengan menggunakan bagian tubuh antara lain kaki,
proboscis dan sebagainya.
Penularan secara biologis
Arthropoda berfiingsi sebagai vektor suatu penyakit ada beberapa cara:
trans ovarium
cyclico developmen
lyclico propagative
propagative
2. 2. Menyebabkan gangguan sebagai parasit
sebagai endoparasit
sebagai ektoparasit
sebagaoi parasit permanen
sebagai parasit periodic
2.3. Mengandung zat toksin yang beracun
Racun masuk tubuh melalui beberapa cara:
2.4.Penyebab entomophobia
Misalnya melihat laba-laba yang besar, ulat yang berbulu tebal menyebabkan
orang ketakutan dan sebagainya.
3. Kelas Myriapoda
Sifat dan Karakter
Bentuk silindris, tubuh terdiri dan kepala dan abdomen. Kepala dengan
sepasang antena, sepasang mandibula, satu atau dua pasang maksilla. Abdomen
terdiri dan 6-200 ruas, setiap ruas mempunyai sepasang kaki.
Yang perlu diperhatikan dalam bidang kesehatan yaitu:
Ordo Chilopoda (Centipedes)
Tubuh terdiri atas 20 ruas. Setiap ruas mempunyai sepasang kaki, dikenal
dengan binatang berkaki seratus. Hidup di bawah tumpukan kayu, tumpukan barang,
dan hidup sebagai karnivora. Mempunyai kelenjar racun, yang bermuara dekat ujung
cakar dan sepasang kaki pada segmen abdomen yang pertama. untuk melumpuhkan
korban (Faust, et a!., 1975). Contoh:
1. Scolopendra morsitans
Organisme ini dapat memasukan toksin yang lebih banyak. Luka hasil tusukan terasa
sakit, berwarna merah meradang disertai pembesaran limfa nadi., pusing, sakit kepala,
dan perut terasa mual.
Minggu Ke
: 11
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
Evaluasi
:UAS
Estimasi Waktu
: 100 menit
Acuan
: 5,6.
dan binatang piaraan, menyebabkan dermatitis dan reaksi alergis pada manusia,
sebagai it internal di dalam paru-paru dan kantong udara ular, bunmg, dan mamalia.
2.1. Scorpionida
Scorpion adalah binatang terestrial (darat), siang han bersembunyi di tempat gelap.
Mereka didapatkan di bawah karang, lantai, pecahan-pecahan dinding, sepatu,
pakaian,
dan
sebagainya.
Melalui
ujung
penyengat
pada
ekornya
mereka
saja. Mata jika ada terletak di sebelah anterior lateral dan skutum.
2.3.1.2. Familia Argasidae (soft ticks)
Kelompok sengkenit lunak mi bersifat ektoparasit pada burung, jarang pada mamalia
dan manusia, sebagai vektor penyakit pada burung di negara tropik dan subtropik,
menghisap darah pada waktu malam han (noctural) dan jarang pergi jauh dan
sarangnya. Gigitan nimfa dan dewasa menyebabkan pembengkakan berwarna merah
dan keras. Tidak ada perbedaan antara jantan dan betina. Tidak ada lempeng dorsal,
kapitulum tidak nampak dan bagian dorsal.
Contoh : Ornithodorus moubata
2.3.2. Subordo Sarcoptiformes (Tungau mites)
Istilah mites biasanya dipakai untuk anggota dan ordo Acarina selain ticks. Parasitik
pada tanaman ataupun binatang. Pada manusia atau binatang umumnya bersifat
ektoparasit.
2.3.2.1. Sarcoptidae
Contoh :Sarcoptes scabei
Tungau mi mempunyai distribusi yang luas di dunia. Menyebabkan dermatitis
scabies.
Struktur dan fungsi:
Berukuran mikroskopis, Bagian dorsal konvex, bagian ventral datar, tidak bermata.
Mempunyai empat pasang kaki. Kaki belakang berakhir menjadi bulu keras yang
panjang, kecuali pasangan kaki keempat pada yang jantan mempunyai alat penghisap.
Bagian mulut terdiri atas khelisera yang bergigi, pedipalpi berbentuk kerucut
bersegmen tiga, dan palpus (bibir) yang menjadi satu dengan hipostome.
Minggu Ke
: 12
Pokok Bahasan
: 100 menit
Evaluasi
: UAS
Pustaka Acuan
: 1,3.
Biologi Insekta (Serangga)
Beberapa organisme patogenik dapat ditularkan secara mekanik oleh lalat rumah
antara lain :
a. Bakteri
b. Virus
: virus polio
C. Telur cacing
: Ascaris lumbricoides
d. Kista
: Entamoeba histolytica
3. 2. Subordo Brachycera
Kelompok subordo mi mempunyai antena lebih pendek daripada thorax.
Palpi beruas sath atau dua.
3.2.1. Familia Tabanidae (Horse Fly, Deer Fly, Manggo Flay)
Lalat dewasa cukup besar, panjangnya 1-2,5 cm. Hanya lalat betina yang menghisap
darah. Lalat jenis ini aktif terutama pada siang hari sampai senja
Contoh: Tabanus sp., dan Chrysops dimidiata.
Tabanus (horse fly) dikenal sebagai penular penyakit-penyakit:
Larva Chrysops dimiata dan C. selacea (manggo fly), di Afrika lalat ini sebagai inang
perantara cacing filaria (loa-loa) . Di Amerika Serikat dan Rusia, C. discalis (deer fly)
pembawa penyakit tularemia.
3.3. Subordo Nematocera
Kelompok subordo mi antena beruas banyak, setiap ruas sama, kadang sangat
parliang, lebih panjang dan gabungan kepala dan dada. Arista tidak ada. Palpi beruas
empat atau lima.
3.3.1. Familia Psychodidae
Contoh: Phiebotomus sp.
Struktur dan fungsi, daur hidup
Bentuk sangat kecil kira-kira 2-3 mm. Berwarna kuning atau abu-abu dengan
sepasang mata berwarna hitam. Kepala, dada, dan abdomen tertutup dengan bulubulu panjang dan lebat. Sayap dihiasi dengan sisik-sisik dan pada keadaan istirahat
tegak berdiri seperti huruf V. punggung membengkok. Antena terdiri atas 16 segmen
dan berbulu-bulu
Telur Phiebotamus diletakan dalam kelompok-kelompok berisi kira-kira 50 telur Kirakira seminggu, telur menetas menjadi larva dan tumbuh menjadi pupa. Dalam kondisi
normal daur hidup disempurnakan dalam waktu kira-kira dua bulan. Lalat mi hanya
aktif pada malam han dan bersembunyi pada siang han di tempat lembab (basah).
Hanya lalat betina yang menghisap darah.
Peranan dalam ilmu kedokteran
dan hewan
Daya penarik jarak jauh
Perangsangan bau dan zat-zat yang dikeluarkan hewan dan manusia, terutama C02,
demam kuning
demam dengue
encephalitis virus
Anopheles sp.
Wuchereria bancrofli
w. malayi
malaria
encephalitis virus
Gambar 17. Nyamuk Anopheles sp., Aedes sp, Culex sp. (Melhorn, 1998).
A. Stadium telur, B. Stadium larva, C. Stadium pupa, D. Stadium dewasa
Gambar 18. Telur yang baru menetas dan larva yang baru muncul (Zaman,
1998)
Keterangan :
128 & 129. Telur Anopheles sp. Dengan larva yang baru muncul
130. Larva Anopheles sp. yang baru muncul
131. ookinet dari midgut nyamuk yang terinfeksi malaria.
vector
Trypanosomacruzi
penyakit
Chagar
diseases
disebabkan
oleh
Minggu Ke
: 13
Pokok Bahasan
Metoda Pembelajaran
Estimasi waktu
: 100 menit
Evaluasi
: UAS
Pustaka
: 1,3,5.
Untuk pemeriksaan cacingan Esterobiasis dengan cara metoda anal swab dengan
menggunakan cellotape.
1. Sediaan untuk pemeriksaan parasit darah.
2.1 Persiapan alat dan bahan
2.2 Pembuatan Sediaan Darah
a. Kaca sediaan disiapkan
b. Bagian tubuh yang akan ditusuk disterilkan
c. Tetes darah pertama dihapus
d. Jarum sekali pakai/ jarum setiap kali disterilkan
e. Pembuatan sediaan darah tipis
f.
Ada beberapa pulasan untuk sediaan darah tebal dan darah tipis yaitu :
a. Pulasan Giemsa
b. Pulasan Field
Untuk pemeriksaan parasit protozoa pengambilang darah dilakukan siang hari/ atau
dapat setiap waktu.
2.3 Pemeriksaan microfilaria
a. Cara pembuatan sediaan darah tebal unuk epemeriksaan microfilaria.
b. Sediaan darah tebal lebih baik dari pada sediaan darah dengan pulasan
Giemsa.
Untuk pemeriksaan parasit cacing pengambilang darah dilakukan pada malam hari.
Deteksi microfilaria dilakukan dengan cara konsentrasi Knott.
2. Pemeriksaan vector parasit (nyamuk) dan inang perantara
3.1. Pembedahan nyamuk untuk infeksi malaria dan filaria
Pembedahan lambung tengah (mid gut) untuk ookista Plasmodium spp.
Pembedahan glandula salivarius untuk pemeriksaan sporozoit Plasmodium spp.
Pembedahan thorax nyamuk untuk pemeriksaan stadium larva satu dan stadium larva
dua Filaria spp.
Pembedahan proboscis nyamuk untuk pemeriksaan stadium larva tiga Filaria spp.
3.2 Pemeriksaan keong sebagai inang perantara cacing pada usus
Untuk melihat stadium sporokista, redia dan serkaria.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Wajib :
1. Mehloorn, H. 1998. Parasitologi in Focus, Facs and Trends. Springer. Verlag Beri
Heiderberg, New York.
2. Meyer, M.C. and O.W. Olsen. 1975. Essentials of Parasitology, 2nd. Ed. W.M.C.
Brown Co. Publised. Iowa.
3. Price, P.W. 1997. Insect Ecology. Third ed. John Willey and Sons, Inc. New York.
4. Kierzenbaum, F. 1994. Parasitic Infections and the Imune System. Academic
Preess. Inc. San Diego New York Beston London Sydney Tokyo Toronto.
5. Schmidt, G.D. and L.S. Roberts, 2000. Foundations of Parasitology. Sixth ed.
International Ed.
6. Warrant, K.S. 1993. Immunology and Molecules Biology of Parasitic Inefections.
Buku Tambahan :
7. Brotowidjojo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme Ed. I. PT. Media Sarana Press.
PT. Media Metan Putra, Jakarta.
8. Garcia, L.S. and Bruckner, D.A.Diagnostik Parasitologi Kedoketeran
9. Zaman, V. 1987. Atlas Parasitologi Kedokteran
10. Chatterjee, K.D. 1977. Parasitologi. Protozoology And H elminthology.