Вы находитесь на странице: 1из 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegawat daruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, serta menimpa siapa
saja, termasuk saat melakukan praktek dokter gigi. Kondisi gawat darurat dapat
terjadi pada pasien saat atau ketika akan diberikan perawatan, misalnya
kegawatdaruratan pada jaringan periodontal.
Seorang dokter gigi harus mampu mengelola kegawatdaruratan medis/
kedokteran gigi sehingga dapat menghindari keadaan yang dapat mengancam jiwa
pasien. Oleh karena itu, pada makalah ini dibahas mengenai salah satu
kegawatdaruratan medis/ kedokteran gigi yakni perawatan kedaruratan jaringan
periodontal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gejala klinis dan pengelolaan acute herpetic gingivostomatitis?
2. Bagaimana gejala klinis dan pengelolaan perikoronitis?
3. Bagaimana gejala klinis dan pengelolaan acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG)?
4. Bagaimana gejala klinis dan pengelolaan abses periodontal?
5. Bagaimana perawatan pasien periodontal dengan penyakit tertentu?
6. Bagaimana obat-obatan/bahan untuk perawatan kelainan periodontal?

1.3 Tujuan Penulisan


1.

Mengetahui gejala klinis dan pengelolaan acute herpetic


gingivostomatitis

2.

Mengetahui gejala klinis dan pengelolaan perikoronitis

3.

Mengetahui gejala klinis dan pengelolaan acute necrotizing ulcerative


gingivitis

4.

Mengetahui gejala klinis dan pengelolaan abses periodontal

5.

Mengetahui perawatan pasien periodontal dnegan penyakit tertentu

6.

Mengetahui obat-obatan/bahan untuk perawatan kelainan periodontal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Acute Necrotizing Ulceratif Gingivitis


Acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) adalah inflamasi gingiva

yang berkembang secara cepat, akut, sakit, dan nekrosis dan dapat berkembang
menjadi tahap subakut atau kronis. Pada pasien ANUG, pemeriksaan kedalaman
probing biasanya sedikit karena gingiva sudah mengalami nekrosis. Ulser di
permukaan mulut yang lain jarang terlihat, bahkan pada kasus ANUG yang parah.
(Klaus, 1989)
2.1.1. Etiologi
Etiologi dari ANUG belum diketahui. Selain dikarenakan plak dan
gingivitis, faktor-faktor berikut dicurigai:

Faktor Lokal:
-Oral Hygiene yang buruk
-Pengaruh dari Spirochetes, Bacteroides dan Bakteri
Fusiform pada plak
-Area yang retensi plak nya tinggi (Gigi crowded, restorasi
overhang)
-Merokok (Iritaqsi local dari zat Tar)

Faktor Sistemik:
-Kesehatan umum yang buruk
-Fatigue atau stres psikis

-Merokok (nikotin sebagai sympatheticomimetic dan


kemotaksin)
-Usia
-Malnutrisi, kelainan darah, leukimia akut, infeksi dan
kemoterapi
2.1.2. Gejala Klinis
Tanda klinis pertama dari ANUG ialah sakit. Nekrosis ditandai
dengan kemerosotan dari ujung papilla dimulai pada area interdental,
diikuti dengan destruksi dari seluruh papilla dan bahkan dari margin
gingiva. Pasien dengan ANUG dikarakteristikan dengan halitosis,
perdarahan spontan, hilang rasa kecap. Hanya beberapa kasus yang terlihat
terdapat lesi juga pada pipi, bibir, lidah. Umumnya ANUG ditandai dengan
gejala demam, malaise. ANUG dapat dibedakan dengan acute herpetic
gingivostomatitis melalui pola vesicular. (Klaus, 1989)
2.1.3. Perawatan
Pada pasien ANUG ringan, selama pertemuan pertama, dilakukan
debridement (ultrasonic) secara hati-hati, rinses hydrogen peroksida,
motivasi dan instruksi oral hygiene. Pasien mungkin diinstruksikan untuk
rinse di rumah menggunakan chlorhexidine. Di pertemuan selanjutnya
tetap dilakukan motivasi dan instruksi perawatan dirumah, plak dan
kalkulus benar-benar dihilangkan oleh dokter gigi. Prognosis: dengan
treatment dan pasien yang kooperatif, prognosis baik. (Klaus, 1989)

Sedangkan terapi pada kasus ANUG yang parah, generalized, dapat


dilakukan

Debridement

yang

hati-hati

menggunakan

ultrasonic,

penghilangan plak dan kalkulus, aplikasi topical dari antibiotic/salep


cortisone.

Motivasi

dan

instruksi

kebersihan

rongga

mulut.

Menginstruksikan kontrol dengan jarak yang dekat.. Prognosis: baik jika


pasien kooperatif, dan operator handal. Tapi dapat terjadi rekurensi.
(Klaus, 1989)
Mild ANUG:

Severe ANUG:

2.2

Acute Herpetic Gingivostomatitis


Acute herpetic gingivostomatits adalah suatu infeksi dalam rongga mulut

yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex. Acute herpetic gingivostomatitis


sering terjadi pada anak-anak berumur di bawah 6 tahun dan bayi, tetapi dapat
pula pada orang dewasa dan remaja. Perbandingannya sama pada laki-laki dan
wanita. Umumnya sembuh sekitar 7-10 hari. (Klaus, 1989)
2.2.1 Etiologi
Etiologi: Infeksi Herpes simplex virus
Faktor predisposisi: Trauma mekanis, paparan sinar matahari, inadequate
diet, trauma psychic dan gangguan hormonal.
2.2.2 Gejala Klinis
Demam dan pembengkakan yang sakit pada nodus limfatikus.
Pemeriksaan intraoral menunjukan adanya gingivitis akut, sakit dengan
blister-like aphthae, lesi erosive pada gingiva cekat dan tidak jarang pada
oral mukosa dan bibir demikian juga, ulser dapat menyebar ke seluruh

mulut, dan pasien umumnya merasakan saat sakit maupun makan. (Klaus,
1989)

2.2.3 Perawatan
Aplikasi topical dari salep palliative dan mungkin menggunakan
agen penghambat-plak (chlorhexidine) untuk mencegah superinfeksi
bakteri. (Klaus, 1989)

2.3

Abses Periodontium
Abses periodontal adalah inflamasi purulen yang terlokalisasi pada

jaringan periodontal. Abses periodontium telah diklasifikasikan ke dalam tiga


kelompok diagnostik, yaitu abses gingiva, abses periodontal, dan abses
perikoronal. Abses gingiva melibatkan margin gingiva dan jaringan interdental.
Abses periodontal merupkan infeksi terlokalisasi yang berhubungan dengan poket
periodontal dan mungkin menghasilkan destruksi dari ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Abses perikoronal dihubungkan dengan mahkota dari gigi yang
erupsi sebagian.
2.3.1

Abses Periodontal
Abses periodontal ditemukan khas pada pasien dengan

periodontitis yang tidak terawat dan biasanya disertai dengan poket


periodontal yang dalam. Penyakit ini sering timbul sebagai penyakit
eksaserbasi akut yang diawali dengan adanya poket. Abses
periodontal

disebabkan oleh pembersihan kalkulus yang tidak

sempurna dan kondisi klinis lainnya, seperti pada pasien pasca


pembedahan periodontal, maupun setelah terapi antibiotik. Hal ini
membuktikan bahwa penyakit ini bersifat recuren. Kondisi abses
periodontal tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit periodontal
seperti perforasi atau fraktur dan benda asing. Penanganan penyakit
Diabetus Militus yang buruk merupakan faktor predisposisi pada
penyakit ini. Abses periodontal merupakan penyebab utama
kehilangan gigi. Bagaimanapun, gigi dengan kehilangan tulang yang
signifikan, dapat dipertahankan dengan perawatan yang tepat diikuti
dengan upaya preventif yaitu dengan pemeliharaan jaringan
periodontal.

Gambar Abses Periodontal (Sumber : Carranza, 2006)

Tanda Gejala Abses Akut


1.

Sakit ringan sampai sedang

10

2.

Berwarna merah terlokalisir, bengkak ovoid

3.

Terdapat poket periodontal

4.

Mobility/kegoyangan

5.

Elevasi gigi dalam soket

6.

Sensitif terhadap perkusi atau gigitan

7.

Terdapat eksudat

8.

Suhu meningkat

9.

Lymphadenopathy regional
Tanda Gejala Abses Kronik

1.

Tidak sakit atau sakit tumpul/dull pain

2.

Lesi inflamasi terlokalisasi

3.

Elevasi gigi hanya sedikit

4.

Eksudat intermitten

5.

Terdapat fistula yang sering berhubungan dengan poket yang


dalam

6.

Biasanya tanpa keterlibatan sistemik


Perawatan Abses Akut
Pengobatan abses akut untuk meringankan gejala, mengotrol

penyebaran penyakit, dan membuat drainase. Sebelum pengobatan,


riwayat medis, riwayat gigi pasien, dan kondisi sistemik diperiksa dan
dievaluasi untuk mendiagnosis dan mempertimbangkan keperluan
antibiotik sistemik.

11

Drainase melalui poket periodontal


Daerah sekitar abses dianastesi dengan anastesi lokal atau
topikal yang cukup untuk kenyamanan. Dinding poket ditarik dengan
probe periodontal atau kuret di dalam upaya untuk memulai drainase.
Tekanan digital dan irigasi dapat digunakan untuk mengeluarkan
eksudat dan membersihkan poket. Apabila lesi tersebut kecil dan
tanpa komplikasi, debridemen dalam bentuk scaling atau root
planning dapat dilakukan. Apabila lesi tersebut besar dan drainase
tidak dapat dilakukan, debridemen akar dengan scaling dan root
planning atau pembedahan sebaiknya ditunda sampai tanda klinis
utama telah mereda. Terapi antibiotik saja tanpa drainase dan scaling
subgingival tidak diperbolehkan.
Drainase melalui insisi eksternal
Abses dikeringkan dan diisolasi dengan spons kasa. Anestesi
topikal diterapkan, diikuti oleh anestesi lokal yang disuntikkan di
perifer lesi. Insisi vertikal melalui pusat yang paling berfluktuasi dari
abses dengan pisau bedah No.15. Lateral jaringan yang dinsisi
dipisahkan dengan kuret atau periosteal elevator. Materi yang
berfluktuasi itu dikeluarkan, dan ujung-ujung luka ditekan dengan
kasa lembab.
Suatu abses dengan pembengkakan yang parah dan inflamasi,
instrument mekanik sebaiknya ditunda untuk mendukung terapi

12

antibiotik sehingga menghindari kerusakan jaringan periodontal di


sekitarnya.
Sekali pendarahan dan nanah telah berhenti, bagi mereka yang
tidak membutuhkan antibiotik sistemik, instruksi posttreatment
termasuk sering berkumur dengan air garam hangat dan aplikasi
periodik dari chlorhexidine glukonat dianjurkan dengan membilasnya
atau secara lokal dengan aplikator berujung kapas.
Mengurangi eksersi dan meningkatkan pemasukan cairan
sering direkomendasikan untuk pasien menunjukkan keterlibatan
sistemik. Analgesik dapat diresepkan untuk kenyamanan. Pada hari
berikutnya, tanda-tanda dan gejala biasanya mereda. Jika tidak, pasien
diinstruksikan

untuk

direkomendasikan

melanjutkan

untuk

24

jam

regimen
tambahan.

yang
Lesi

sebelumnya
ini

dapat

diperlakukan sebagai abses kronis.


Perawatan Abses Kronik
Seperti poket periodontal, abses kronis biasanya dirawat
dengan scaling dan root planning atau terapi bedah. Perawatan bedah
dianjurkan

saat

kerusakan

furkasi

dialami

tergantung

dari

kemampuan terapeutik instrumen nonbedah. Pasien sebaiknya


diberitahu efek sesudah operasi yang biasanya bersamaan dengan
prosedur bedah atau nonbedah periodontal. Seperti abses akut, terapi
antibiotik juga diindikasikan.

13

Gambar Perawatan Bedah untuk Abses Kronik (Sumber : Carranza, 2006)


Perbedaan Abses Periodontal dengan Abses Pulpa
Untuk menentukan penyebab dari abses itu sendiri sehingga
kita dapat melakukan rencana perawatan dengan tepat sering
diperlukan untuk membangun diagnosa banding antara abses
periodontal dan abses pulpa.
Abses Periodontal
Berhubungan

dengan

Abses Pulpa
adanya Berhubungan dengan restorasi

poket periodontal.
Pada

gambaran

menunjukkan

yang besar
radiografi Mungkin tidak terdapat poket
periodontal periodontal,

bila

ada

angular bone loss dan radiolusen sempit jika diprobing.


pada furkasi.
Tes vitalitas pulpa (+)

Tes vitalitas pulpa (-)

14

sangat

Bengkak pada gusi dan terkadang Bengkak sering terlokalisasi pada


disertai dengan fistula.

daerah apex dengan fistel

Sakit tumpul dan terlokalisasi.

Sakit parah dan sulit untuk


melokalisir

Terkadang

sensitif

terhadap Sensitif terhadap perkusi

perkusi, terkadang tidak.

Gambar 1. Abses Gingiva; 2. Abses Periodontal; 3. Abses Pulpa (Sumber :


http://www.orthosports.info/multimedia/dental/dentalabscess/dentalabscess_engine.swf)

2.3.2

Abses Gingiva
Abses yang terlokalisasi, lesi akut terinflamasi yang disebabkan

oleh berbagai sumber, termasuk infeksi plak mikrobial, trauma, dan


impaksi benda asing, seperti makanan. Gambaran klinisnya adalah
merah, permukaan licin dan mengkilap, kadang terasa sakit, dan
sering bengkak berfluktuasi.

15

Gambar Abses Gingiva (Sumber :


http://www.slideshare.net/jimisurgon83/acute-periodontal-conditions)
Perawatan
Pengobatan abses gingival bertujuan untuk mengembalikan
fase akut dan apabila dapat diaplikasikan dengan menghilangkan
penyebabnya. Untuk memastikan kenyamanan prosedur, infiltrasi
topikal

ataupun

local

anastesi

diadministrasikan.

Apabila

memungkinkan scaling dan root planning sebagai drainase dan


menghilangkan mikroba.
Saat perdarahan berhenti, pasien diinstruksikan untuk
berkumur dengan air garam hangat tiap dua jam. Apabila lesi yang
terisa besar dan dapat dijangkau pembedahan dapat dilakukan.

2.3.3

Abses Perikoronal
Abses perikoronal merupakan hasil dari inflamasi jaringan lunak

operkulum yang menutupi gigi erupsi sebagian. Situasi ini sering terjadi

16

disekitar molar ketiga mandibula. Sama dengan abses gingiva, lesi


inflamasi mugnkin disebabkan oleh retensi dari plak mikroba, impaksi
makanan, atau trauma. Tanda dan gejala klinis diantaranya opekulum
bengkak berwarna merah, terdapat eksudat purulen,, dan terasa nyeri.

Gambar Abses Perikoronal (Sumber :


http://www.slideshare.net/jimisurgon83/acute-periodontal-conditions)

Perawatan
Sama dengan abses periodontium lainnya, abses pericoronal
ditujukan dengan pengelolaan fase akut lalu diikuti oleh kondisi
kronis. Dilakukan anestesi untuk kenyamanan, kemudian drainase
dilakukan dengan lembut mengangkat operculum jaringan lunak
menggunakan periodontal probe atau kuret. Jika debris yang
mendasari mudah diakses, mungkin dihapus, diikuti oleh irigasi
lembut dengan saline steril. Jika ada pembengkakan regional,

17

limfadenopati, atau tanda-tanda sistemik, antibiotik sistemik dapat


diresepkan.
Pasien diinstruksikan untuk bilas dengan air garam hangat setiap 2
jam dan diulang setelah 24 jam. Jika rasa tidak nyaman dikeluhan,
analgesik yang tepat harus digunakan. Setelah fase akut telah dikontrol,
gigi erupsi sebagian dapat dirawat baik dengan eksisi bedah dari jaringan
di atasnya atau penghilangan gigi yang menggangu.

2.4

Perikoronitis Akut

Gambar Perikoronitis (Sumber : Carranza, 2006)


Perikoronitis adalah pembengkakan merah pada jaringan lunak yang
mengelilingi mahkota gigi yang baru sebagian tumbuh (erupsi). Perikoronitis

18

umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda. Perikoronitis merupakan suatu
kondisi yang umum terjadi pada molar impaksi dan cenderung muncul berulang
bila molar belum erupsi sempurna. Akibatnya, dapat terjadi destruksi tulang di
antara gigi molar dan gigi sebelahnya.
2.4.1

Gejala Klinis
Erupsi sebagian atau impaksi molar ketiga mandibula adalah

tempat yang paling umum dari perikoronitis. Ruang antara mahkota gigi
dan flap gingiva diatasnya (operculum) adalah daerah yang ideal untuk
akumulasi sisa-sisa makanan dan pertumbuhan bakteri. Bahkan pada
pasien tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, flap gingiva sering meradang
secara kronis, terinfeksi, dan terdapat berbagai tingkat ulserasi sepanjang
permukaan dalamnya. Inflamasi akut kemungkinan konstan dan dapat
diperburuk oleh trauma, oklusi, atau terperangkapnya benda asing di
bawah flap.
Perikoronitis akut diidentifikasi oleh berbagai tingkat inflamasi
flap pericoronal dan struktur yang berdekatan, serta dengan komplikasi
sistemik. Cairan inflamasi dan eksudat selular meningkatkan massa flap,
yang kemudian dapat mengganggu penutupan penuh dari rahang dan
trauma saat kontak dengan rahang lawan, sehingga memperparah
inflamasi.
Gambaran klinis yang dihasilkan adalah merah, bengkak, lesi
supuratif lunak, dengan nyeri menjalar pada telinga, tenggorokan, dan
dasar mulut. Pasien sangat tidak nyaman karena foul taste dan

19

ketidakmampuan untuk menutup rahang. Pembengkakan pipi di wilayah


sudut rahang dan limfadenitis merupakan temuan klinis umum. Trismus
juga mungkin dikeluhkan. Pasien juga mungkin memiliki komplikasi
sistemik seperti demam, leukositosis, dan malaise.
2.4.2

Perawatan
Gambar Perawatan
Perikoronitis Akut
a) Hubungan flap
perikoronitis dengan
molar ketiga.
b) Tampak anterior .
c) Tampak lateral : scaler
pada posisi sedang
membersihkan debris di
bawah flap.
d) Tampak depan.
e) Pembuangan jaringan
flap yang salah,
menimbulkan poket di
daerah distal.
f) Pembuangan jaringan
flap distal molar ketiga:
Garis insisi adalah garis
terputus-putus.
g) Gambar sesudah proses
penyembuhan jaringan
(Sumber : Carranza, 2006)

Perawatan perikoronitis tergantung pada tingkat keparahan


peradangan,

komplikasi

sistemik,

mempertahankan gigi yang terlibat.

20

dan

perlu

tidaknya

Perawatan perikoronitis akut terdiri dari (1) irigasi daerah dengan


air hangat untuk menghilangkan kotoran dan eksudat dan (2) swab dengan
antiseptik setelah mengangkat flap dari gigi dengan scaler. Debris yang
mendasari dihilangkan, dan daerah dibilas dengan air hangat. Oklusi
dievaluasi untuk menentukan apakah gigi lawan oklusi dengan flap
pericoronal. Mungkin perlu untuk mengurangi jaringan lunak dengan
pembedahan dan / atau untuk menyesuaikan gigi lawan untuk mengurangi
rasa sakit. Antibiotik dapat diresepkan jika kasus parah. Jika flap gingiva
bengkak dan berfluktuasi, insisi mungkin diperlukan untuk membentuk
drainase dan mengurangi tekanan.
Setelah gejala akut mereda, prognosis dari gigi dapat dievaluasi.
Keputusan akan ditegakkan berdasarkan kemungkinan apakah gigi akan
terus erupsi menjadi posisi fungsional atau impaksi. Kehilangan tulang
pada permukaan distal gigi molar kedua dikhawatirkan saat gigi molar tiga
impaksi sepanjang permukaan distal. Masalahnya adalah jika gigi molar
ketiga yang diekstraksi setelah akar terbentuk atau ketika pasien yang
lebih tua (yaitu, pertengahan dua puluhan atau lebih). Untuk mengurangi
risiko kehilangan tulang sekitar geraham kedua, gigi molar ketiga yang
impaksi

sebagian

atau seluruhnya

harus

diekstraksi

pada

awal

pertumbuhan gigi.
Jika keputusan dibuat untuk mempertahankan gigi, flap pericoronal
dikurangi dengan pembedahan. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan
jaringan distal pada gigi, dan juga flap di permukaan oklusal. Insisi hanya

21

bagian oklusal flap yang meninggalkan pocket distal yang dalam, yang
mengundang kekambuhan perikoronitis akut. Pada fase penyembuhan,
pasien perlu instruksi dengan tepat dalam pemeliharaan jangka panjang.

2.5

Perawatan untuk Pasien dengan Penyakit Tertentu


2.5.1

Penyakit Kardiovaskular
Kondisi ini termasuk hipertensi, angina pectoris, myocardial

infarction,

operasi

cardiac

bypass

sebelumnya,

penyakit

cerebrovascular sebelumnya, gagal jantung congestive, adanya


cardiac pacemakers atau automatic cardioverter-defibrillators dan
infective endocarditis. Pada sebagian besar kasus, pasien harus
dikonsultasikan dengan dokter yang menanganinya, khususnya
untuk mengantisipasi stress dan perawatan yang berlangsung lama.
Perawatan singkat dan

lingkungan yang tenang akan membantu

meminimalkan stress dan mempertahankan stabilitas hemodinamis


pasien.
2.5.1.1 Hipertensi
Hipertensi, penyakit kardiovaskuler yang paling umum,
mempengaruhi lebih dari 50 juta orang dewasa Amerika, banyak
darinya tidak didiagnosa.
Pada awalnya hipertensi pada pasien dapat asimptomatis
(tanpa gejala). Jika tidak diidentifikasi dan didiagnosa, hipertensi
dapat berlangsung lama dan meningkat dalam keadaan yang lebih

22

parah tingkatannya, mengarah pada penyakit coronary artery,


angina,

myocardial

infarction,

gagal

jantung

congestive,

cerebrovascular accident atau gagal ginjal. Dokter gigi dapat


memainkan

peran

vital

dalam

mendeteksi

hipertensi

dan

perawatannya dari pasien dengan penyakit hipertensi. Kunjungan


ke dokter gigi yang pertama kali harus termasuk pembacaan dua BP
dijangka waktu setidaknya 10 menit terpisah, yang dirata ratakan
dan digunakan sebagai dasar. Sebelum dokter mengarahkan pasien
pada dokter umum karena
dilakukannya

peningkatan BP, pembacaan harus

minimalnya

dua

kali

pertemuan,

kecuali

pengukurannya sangat tinggi ( yaitu tekanan systolic > 180 mm Hg


atau tekanan diastolic > 100 mm Hg).
Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa :

Klasifikasi

Normal

Tekanan

Tekanan

darah sistol

darah diastol

(mmHg)

(mmHg)

<120

dan <80

Modifikasi perawatan gigi

Tidak berubah
Tidah berubah, gunakan monitor

Prehipertensi 120-139

atau 80-89
tekanan darah saat perawatan
- Menginformasikan kpd pasien

Tahap 1

- Konsultasi medis rutin/rujuk


140-159

atau 90-99

Hipertensi

- Monitor tekanan darah tiap


kunjungan

23

- Menginformasikan kepada
pasien
- Jika sistol <180 dan diastole
<110, lakukan perawatan gigi
selektif (evaluasi rutin,
profilaksis, restorative nonbedah
endodontik dan periodontik),
Tahap 2
160

100

meminimalisir stres

Hipertensi
- Jika sistol 180 atau distol
100, berikan konsultasi medis
langsung/rujukan, dan lakukan
perawatan gigi kegawatdaruratan
(mengurangi nyeri, perdarahan,
infeksi), meminimalisir stres
- Mereduksi stress

Perawatan gigi untuk pasien hipertensi secara umum aman


selama stress diminimalkan. Jika pasien baru baru ini menerima
terapi antihipertensif, konsultasi dengan dokter dapat menjamin
mengenai status medis terbaru,
periodontal

dan

manajemen

medikasi, rencana perawatan


pasien.

Banyak

dokter

tidak

mengetahui tentang prosedur spesifik perawatan periodontal.


Dokter gigi harus menginformasikan dokter mengenai perkiraan

24

tingkat stress, lamanya

prosedur dan kompleksitas. Pertemuan

perawatan gigi pada pagi hari telah disarankan untuk pasien


hipertensif. Akan tetapi, bukti terbaru mengindikasikan bahwa BP
secara umum meningkat ketika bangun dan memuncak di
pertengahan pagi. Level BP rendah terjadi di sore hari; karena itu
sore hari merupakan waktu yang baik dilakukannya perawatan gigi.
Tidak ada perawatan periodontal rutin yang harus diberikan
pada pasien yang hipertensif dan tidak dalam manajemen medis.
Untuk pasien dengan BP systolic lebih besar daripada 180 mm Hg
atau diastolic BP lebih besar daripada 110 mm Hg, perlakuan harus
dibatasi pada perawatan emergensi hingga hipertensi dikendalikan.
Analgesik diberikan untuk rasa sakit dan antibiotik untuk infeksi.
Pada infeksi akut dapat dilakukan operasi dan drainase, meskipun
bidang operasi harus dibatasi karena perdarahan berlebih dapat
dilihat dengan peningkatan BP.
Ketika merawat pasien hipertensif, dokter seharusnya tidak
menggunakan

anestesi

local

yang

mengandung

konsentrasi

epinephrine lebih besar dari 1:100.000, seharusnya vasopressor


digunakan untuk mengendalikan pendarahan lokal. Anestesia lokal
tanpa epinephrine dapat digunakan untuk prosedur singkat (<30
menit). Pada pasien dengan penyakit hipertensif, bagaimanapun,
adalah penting untuk meminimalkan sakit dengan memberikan
anestesia lokal utama untuk menghindari peningkatan dalam sekresi

25

epinephrine endogenous. Jika pasien hipertensif menunjukkan


kegelisahan, penggunaan sedasi sadar dalam hubungannya dengan
prosedur periodontal dapat dilakukan.
Dokter harus sadar akan
beragam

pengobatan

banyak efek samping dari

antihipertensif.

Postural

hypotension

umumnya sering terjadi dan dapat diminimalkan dengan merubah


posisi duduk pada dental chair. Depresi adalah efek samping yang
tidak disadari yang banyak terjadi pada pasien. Nausea, sedasi, oral
dryness, reaksi lichenoid drug dan perbesaran gingival yang
berlebih sapat diakibatkan oleh beberapa golongan agen hipertensif.
2.5.1.2 Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit jantung iskemik meliputi gangguan seperti angina
pectoris dan myocardial infarction. Angina pectoris terjadi ketika
kebutuhan oksigen pada

myocardial melebihi suplai, yang

berakibat terjadinya myocardial ischemia sementara. Pasien dengan


riwayat angina pectoris tidak stabil (angina yang terjadi tidak teratur
atau pada beragam peristiwa tanpa faktor faktor predisposisi)
harus diperlakukan hanya untuk keadaan darurat dan ketika dalam
konsultasi dengan dokter mereka. Pasien dengan angina stabil
(angina yang jarang terjadi, diasosiasikan dengan eksersi atau stress
dan mudah dikendalikan dengan medikasi dan istirahat) dapat
menjalani

prosedur

menghasilkan serangan

dental

elektif.

Karena

stress

sering

anginal akut, penting untuk mengurangi

26

tingkat stress. Anestesi lokal utama sangatlah vital dan sedasi sadar
dapat diindikasikan untuk pasien yang cemas. Suplemental oksigen
diantarkan oleh nasal cannula dapat juga membantu mencegah
serangan anginal intraoperatif.
Pasien dalam masa pengobatan anginal akut harus diinstruksikan
membawa obatnya ketika menemui dokter gigi. Nitroglycerin juga harus
selalu tersedia pada kotak p3k. Untuk prosedur mengurangi perasaan
stress, pasien dapat diberi nitrogliserin sebelum operasi untuk mencegah
angina,

meskipun

hal

ini

biasanya

tidak

diperlukan.

Nitrogliserin pasien harus siap diakses pada dental tray dalam kasus itu
diperlukan selama perawatan. Karena daya simpan nitrogliserin relatif
singkat, maka masa kadaluarsa nitrogliserin pasien harus dicatat, begitu
juga dengan yang ada dalam kotak p3k. Dan juga pasien yang menderita
angina dapat mengkonsumsi nitrogliserin dalam bentuk lain yang lebih
tahan lama, -blocker atau calcium channel blocker untuk mencegah
angina. Batas-batas penggunaan anestesi lokal yang mengandung
epinephrine sama dengan yang diperuntukkan pada pasien dengan
hipertensi. Selain itu, injeksi intraosseous dengan epinefrin yang
mengandung anestesi lokal menggunakan sistem khusus harus dilakukan
hati-hati

pada

pasien

penyakit

jantung

ishemic,

karena

dapat

mengakibatkan meningkatnya detak jantung dan kebutuhan oksigen


miokard.

27

Jika pasien mengalami fatigue atau tidak nyaman, atau


mengalami perubahan tiba-tiba pada irama detak jantungnya selama
perawatan periodontal, maka perawatan harus dihentikan sesegera
mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan pada pasien yang menderita
anginal saat pemeriksaan gigi :
1. Menghentikan prosedur periodontal.
2. Berikan 1 tablet (0.3-0.6 mg) nitroglycerin secara sublingual.
3. Minta pasien untuk melonggarkan pakaian.
4. Berikan selang oxsigen pada pasien saat posisi berbaring.
5. Jika tanda-tanda dan gejala berhenti dalam waktu 3 menit, selesaikan
prosedur periodontal jika memungkinkan, dan pastikan pasien merasa
nyaman. Hentikan prosedur pada seawal mungkin pada convenient
time.
6. Jika tanda-tanda dan gejala anginal tidak menunjukkan perubahan
setelah tindakan antara 2-3 menit, tambahan dosis nitroglyserin, awasi
perubahan tanda-tanda vital dari pasien, hubungi dokter ahli si pasien
dan bersiap-siap untuk membawa pasien ke bagian UGD.
7. Tablet nitroglyserin yang ketiga boleh diberikan setelah 3 menit sejak
pemberian yang kedua. Nyeri dada pada pasien yang tidak berubah
setelah

pemberian

tablet

nitroglyserin

mengindikasikan

kemungkinan infark myocard. Pasien harus segera di bawa ke layanan


UGD terdekat.

28

Myocardial infark (MI) adalah kategori lain dari penyakit jantung


iskemik yang ditemui dalam praktek dokter gigi. Pengobatan dan
perawatan gigi umumnya ditangguhkan selama minimal 6 bulan setelah
MI karena ini adalah masa-masa kritis pasien. Setelah 6 bulan, pasien
pengidap MI biasanya dapat diobati dengan menggunakan teknik yang
sama pada pasien anginal stabil.
Bypass jantung, bypass arteri femoralis, angioplasty dan
endarterektomi telah menjadi prosedur umum pada pasien jantung
iskemik. Jika salah satu prosedur tersebut baru saja dilakukan akhir-akhir
ini, konsultasikan dahulu dengan dokternya sebelum memilih terapi gigi
untuk menentukan tingkat kerusakan jantung atau oklusi arteri, kestabilan
kondisi pasien dan potensi untuk endokarditisinfektif penolakan transplasi.
Antibiotik prophylactic biasanya tidak direkomendasikan oleh dokter
jantung.
2.5.1.3 Kelainan Jantung Kongestif
Congestive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana
fungsi pompa dari jantung tidak mampu untuk mensuplai jumlah
oksigen sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. CHF biasanya mulai
dengan

kegagalan

ketidaksesuaian

ventricular

antara

muatan

kiri

yang

hemodinamis

disebabkan
dan

oleh

kapasitas

penanganan muatan tersebut. CHF dapat disebabkan oleh penyakit


kronis karena meningkatnya kerja jantung, kerusakan langsung

29

pada myocardium atau meningkatnya kebutuhan tubuh akan


oksigen.
Pasien dengan pengawasan CHF yang buruk tidak dianjurkan
untuk menjalani prosedur periodontal. Karena beresiko meninggal
mendadak, biasanya karena aritmia ventikular. Untuk pasien CHF, tenaga
medis harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengukur tingkat CHF,
termasuk penggunaan calcium channel blockers, vasodilator langsung,
diuretik, angiotensin-converting enzim inhibitor, sebuah reseptor-blocker
dan agen kardiotonik seperti digoxin. Masing-masing obat memiliki efek
potensial yang mungkin berdampak pada terapi periodontal. Karena
adanya ortopnea pada beberapa pasien CHF, kursi dental harus
disesuaikan ke tingkat yang nyaman bagi pasien daripada ditempatkan
dalam posisi terlentang.
2.5.1.4 Cardiac Pacemakers dan Automatic Defibrillators
Cardiac arrhytimias adalah penyakit yang paling sering
disembuhkan dengan medikasi, akan tetapi, beberapa kasus pada
perawatannya juga menggunakan implantasi pacemakers atau
automatic cardioverter defibrillators.

Pacemaker biasanya

diimplan dalam dinding dada dan memasuki jantung secara


transvenous. Automatic cardioverter defibrillators paling sering
diimplantasi secara subkutan dekat umbilicus dan mempunyai
elektroda masuk kedalam jantung secara transvenous atau secara
langsung melekat pada epicardium. Pacemakers tipe lama bersifat

30

unipolar dan bisa terganggu fungsinya oleh peralatan dental yang


menghasilkan medan elektromagnetik, seperti ultrasonik dan unit
electrocautery. Pacemakers tipe baru bersifat bipolar dan secara
umum

tidak

terpengaruh

oleh

peralatan

cardioverter-defibrillators diaktifkan

dental.

Automatic

tanpa peringatan ketika

arrhytimias tertentu terjadi. Ini dapat membahayakan pasien selama


perawatan

dental

karena

beberapa

aktivitas

tersebut

sering

menyebabkan gerakan pasien yang tiba-tiba. Stabilisasi dari bidang


kerja selama perlakuan periodontal dengan bite blocks atau alat lain
dapat mencegah trauma yang tidak diharapkan.
2.5.1.5 Infeksi Endocarditis
Infective endocarditis (IE) adalah penyakit dimana koloni
microorganisme

merusak

endocardium

atau

katup

jantung.

Meskipun tingkat insidensi dari IE rendah, tetapi ini merupakan


penyakit serius dengan prognosis kurang baik, meskipun dengan
menggunakan terapi moderen.
Praktik Periodontal erat kaitannya dengan pencegahan IE. Karena
perawatan gigi yang menimbulkan pendarahan bisa menimbulkan transien
bakteri, American Heart Association (AHA) merekomendasikan antibiotik
prophylaxis sebelum melakukan perawatan gigi yang berhubungan dengan
pendarahan baik dari jaringan keras atau lunak, bedah mulut, scaling dan
pembersihan gigi secara profesional. Namun, bakterimia dapat terjadi
tanpa adanya perawatan gigi, terutama pada individu dengan kebersihan

31

mulut yang buruk dan peradangan periodontal. Dengan demikian,


pencegahan peradangan periodontal sangatlah penting. AHA menyatakan
bahwa pasien yang menderita IE harus menjaga dan mengontrol kesehatan
mulut untuk mengurangi potensi benih bakteri. Untuk memberikan
tindakan pencegahan yang memadai pada pasien IE, tenaga medis harus
lebih memperhatikan dalam mengurangi populasi mikrobal pada rongga
mulut sehingga dapat mengurangi peradangan jaringan lunak dan
bakteremia.
Tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko pada pasien IE
adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan pasien yang rentan. Riwayat medis yang baik akan
mengungkapkan rentan tidaknya pasien. Tanya jawab seputar
kesehatan akan mengungkap segala kemungkinan resiko. Jika ada
keraguan, harus dikonsultasikan kepada dokter yang menangani
pasien.
2. Memberikan instruksi higienitas oral. Kehigienisan mulut harus
dilakukan dengan metode yang meningkatkan kesehatan gingiva tapi
meminimalkan bakteri, kehigienisan mulut dilakukan secara lembut
untuk meminimalkan pendarahan. Setelah gingival mengeras, tindakan
yang lebih komplek bisa dilakukan. Irigasi oral tidak dianjurkan
karena bisa menimbulkan bakteri. Pasien yang rentan harus diingatkan
untuk menjaga tingkat kebersihan mulutnya setelah pengobatan
inflamasi dilakukan.

32

3. Selama perawatan periodontal, baru-baru ini merekomendasikan


antibiotic prophylactic regimens harus dipraktekan pada semua
pasien yang rentan. Jika ada keraguan pada pasien yg rentan
dimaksud, maka konsultasikan dengan dokter yang menanganinya.
Pada pasien yang mengkonsumsi oral penicilin terus menerus dalam
rangka menantisipasi demam rematik, biasanya akan ditemukan
hemolytic streptococ. Jika hal ini terjadi disarankan langkah alternatif
berikut. Seandainya pasien mengkonsumsi antibiotik sebagai terapi
periodontal,

perubahan

prophylaxis

regimen

pada

IE

dapat

dindikasikan. Misalkan, seorang pasien biasanya akan diberi penicilin


setelah terapi regeneratif, hal ini dapat ganti azithomycin pada
prosedur

periodontal

berikutnya.

Pasien

dengan

tanda-tanda

periodontitis yang beresiko IE dapat diberikan tetracycline dosis 250


mg 4 kali sehari selama 14 hari untuk menghilangkan atau mengurangi
A.

Actinomycetemcomitans,

dan

diikuti

protokol

profilaksis

konvensional pada saat perawatan gigi.


4. Perawatan periodontal harus didesain untuk pasien yang rentan
untuk mengakomodasi tingkat khusus pada pasien dalam
perawatan periodontal. Alaminya terapi periodontal meningkatkan
masalah yang berkaitan dengan profilaksis dari subakut IE. Pasien
akan mengalami terapi jangka panjang, yang periode penyembuhannya
melebihi regimen antibiotik dalam 1 hari, banyaknya kunjungan dan
prosedur-prosedur yang sangat mudah menyebabkan terjadinya

33

pendarahan pada gingival. Pedoman berikut ini dapat membantu dalam


penangganan pasien rentan IE :
1) Penyakit periodontal merupakan infeksi sistemik dengan efek
potentiallu luas. Pada pasien beresiko IE, setiap tindakan harus
dilakukan untuk menghilangkan infeksi ini. Gigi dengan
periodontitis berat dan prognosis yang buruk mungkin
memerlukan ekstraksi. Gigi pasien dengan tingkat kerusakan
rendah harus selalu dipertahankan, disembuhkan dan dikontrol
berkala.
2) Segala prosedur perawatan periodontal memerlukan antibiotik
prophylaxis, metode kebersihan mulut secara halus tidak
diperlukan. Pembilasan menggunakan chlorhexidine dianjurkan
sebelum semua prosedur lain dilakukan., termasuk periodontal
probing, karena bilasan itu dapat mengurangi bakteri yang ada
pada permukaan mukosa.
3) Untuk mengurangi jumlah kunjungan yang diperlukan dan
meminimalkan resiko berkembanganya daya tahan bakteri,
prosedur yang banyak tersebut dilakukan secara bertahap,
tergantung pada kebutuhan pasien dan kemampuan untuk
mentoleransi pengobatan gigi.
4) Jika memungkinkan, lakukan sekurang-kurangnya selama 7
hari pertemuan. Jika tidak mungkin pilih antibiotik alternatif
untuk pertemuan 7 hari berikutnya.

34

5) Faktanya

tidak

menunjukkan

atau

menyangkal

untuk

menempatkan pasien yang beresiko IE pada regimen atibiotik


setelah perawatan. Oleh karena itu, pasien yang telah menjalani
operasi bedah periodontal tidak diberikan antibotik selama 1
minggu pertama untuk penyembuhan. Jika pasien ditempatkan
pada regimen tersebut, maka dosisnya tidak akan memadai
untuk mencegah endokarditis pada pertemuan selanjutnya.
Makanya antibotik prophylatic standar masih diperlukan.
Misalnya, jika pasien diberikan amoxicillin 250 mg tiga kali
sehari selama 10 hari setelah operasi periodontal dan kembali
untuk pengobatan lanjutan pada hari ketujuh, si pasien masih
akan membutuhkan dosis penuh 2.0-g amoxicillin sebelum
pengobatan

dilakukan. Alternatifnya clindamycin atau

azithromycin dapat digunakan pada kunjungan kedua.


6) Kebutuhan akan prophylaxis antibiotik sebelum membuka
jahitan sangat kontroversial, beberapa ahli mengatakan hal ini
sangat diperlukan.
2.5.1.6 Stroke
Stroke atau cerebrovascular accident (CVA) atau stroke,
dihasilkan dari perubahan ischemic (sebagai contoh, cerebral
thrombosis disebabkan oleh embolus) atau fenomena hemorrhagic.
Hipertensi dan atherosclerosis adalah faktor faktor berpengaruh
untuk CVA dan harus meminta dokter untuk mengevaluasi riwayat

35

medis pasien secara hati hati untuk kemungkinan awal


ketidaksesuaian cerebrovascular dan sadar akan gejala penyakit.
Rujuk ke dokter jika saat perawatan periodontal tanda dan gejala
dari penyimpangan awal cerebrovascular terliat.
Untuk mencegah kambuhnya stroke, infeksi yang terjadi harus
segera diobati karena infeksi kecil beresiko mengubah koagulasi darah dan
memicu pembentukan trombus dan infark serebral berikutnya. Dokter
harus mengingatkan pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya.
Kelemahan poststroke pada area wajah atau kelumpuhan anekstremitas
menyebabkan prosedur kebersihan mulut menjadi sulit. Si dokter mungkin
perlu memodifikasi alat kebersihan mulut untuk kemudahan pemakaian,
kalo perlu konsultasi dengan occupational therapist. Penggunaan
chlorhexidine dalam jangka panjang dapat membantu mengendalikan plak.
Dokter gigi harus memperlakukan pasien pasca-stroke dengan
panduan berikut ini:
1. Tidak dianjurkan melakukan periodontal terapi (kecuali keadaan
darurat) selama 6 bulan dikarenakan tingginya resiko kambuhan pada
masa ini.
2. Setelah 6 bulan, terapi periodontal boleh dilakukan dengan
menggunakan pengangkatan pendek untuk meminimalisir stress.
Anestesi lokal yang sangat besar dapat diperoleh dengan menggunakan
obat

berdosis

kecil.

Konsentrasi epinefrin yang

besar dari 1:100.000 sangat kontraindikasi.

36

lebih

3.

Pembiusan tingkat rendah (inhalasi, oral atau parenteral) dapat


digunakan pasa pasien yang mengawatirkan. tambahan suplai oksigen
diindikasikan untuk oksigenasi otak agar menyeluruh.

4. Pasien stroke sering diberikan antikoagulan oral. Untuk prosedur yang


menyebabkan pendarahan hebat, seperti pembedahan periodontal atau
ekstraksi gigi, anticoagulant regimennya perlu diatur, tergantung pada
tingkat dimana antikoagulasi pasien tetap stabil. Perubahan pada
anticoagulant regimen pada pasien stroke harus selalu dilakukan
dengan berkonsultasi ke dokter yang menanganinya..
Tekanan darah harus selalu diperhatikan.CVA bersifat kambuhan,
begitu juga dengan gangguan fungsionalnya.

2.5.2 Gangguan Endokrin


2.5.2.1 Diabetes
Pasien diabetes memerlukan tindakan pencegahan sebelum
terapi periodontal. Dua tipe utama diabetes adalah tipe 1
(sebelumnya dikenal sebagai insulin-dependent diabetes) dan tipe
2 (secara formal disebut non-insulin-dependent diabetes).
Jika dokter mendeteksi tanda tanda intraoral dari kendali
diabetes yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol, cacatan medik
menyeluruh perlu diindikasikan. Tanda tanda klasik dari diabetes
termasuk

polydipsia

(kehausan

berlebih),

polyuria

(kencing

berlebih) dan polyphagia (lapar berlebih, sering dengan kehilangan

37

berat badan tidak dapat dijelaskan secara bersamaan). Jika pasien


mempunyai tanda tanda dan gejala ini atau jika kecurigaan dokter
tinggi, investigasi lebih lanjut dengan studi laboratorium dan
konsultasi dokter perlu diindikasikan. Kemungkinan berhasilnya
terapi periodontal sangatlah tergantung dari gejala-gejala yang tidak
terdiagnosa atau pengendalian diabetes yang kurang baik.
Jika

pasien

dicurigai

mempunyai

diabetes

tidak

terdiagnosis, prosedur berikut harus dilakukan:


1. Konsultasikan dengan dokter penyakit dalam.
2. Analisis tes laboratorium: fasting blood glucose, casual glucose,
dan postprandial blood glucose.
3. Menghilangkan infeksi orafacial akut atau infeksi dental yang
parah, dan memberikan perawatan emergency hanya sampai
diagnosis ditegakkan.
Jika pasien diketahui mengidap diabetes, penting untuk
mengetahui kestabilan gula darah sebelum

memulai perawatan

periodontal. Puasa glukosa dan tes glukosa kasual memberikan


gambaran dari tingkat konsentrasi glukosa darah pada saat darah
ditarik, tes ini mengungkapkan tidak ada apa-apa tentang kendali
glycemic jangka panjang. Tes primer digunakan untuk menilai
kendali beragam dalam individidual diabetik diketahui adalah
glycosylated atau pengujian glycosylated hemoglobin (Hb). Dua
tes berbeda tersedia, uji Hb A1 dan Hb A1; Hb A1, (juga HbA1c)

38

digunakan lebih sering. Pengujian ini menggambarkan konsentrasi


glukosa darah terhadap 6 hingga 8 minggu sebelumnya dan dapat
memberikan indikasi respon potensial pada terapi periodontal.
Pasien dengan diabetes yang relatif terkendali baik (Hb A1c < 8%)
biasanya

merespon

hampir

mendekati

layaknya

individu

nondiabetes. Pasien yang dengan pengendalian kurang baik (Hb


A1c > 10%) sering mempunyai respon yang buruk pada perawatan,
dengan lebih banyak komplikasi paska operasi dan sedikit hasil
perubahan jangka panjang.
Infeksi periodontal dapat memperburuk kendali glycemic
dan harus ditangani serius. Pasien diabetes dengan periodontitis
harus

diberikan

penangganan

kebersihan

debridement untuk menghilangkan

mulut,

mekanisme

faktor dalam dan perawatan

berkala. Jika memungkinkan, Hb A1c harus kurang dari 10% harus


sebelum perawatan operasi bedah dilakukan. Pemberian Antibiotic
sistemik tidak perlu secara dilakukan secara rutin, meskipun bukti
terbaru mengindikasikan bahwa pemberian antibiotik tetracyline
saat melakukan scaling dan root planning dapat secara positif
mengendalikan glycemic. Jika pasien mempunyai tingkat gula
darah yang tidak baik sedangkan operasi sangat diperlukan,
pemberian antibiotik prophylactic boleh dilakukan; penisilin adalah
obat yang paling sering digunakan dalam hal ini. Evaluasi rutin

39

setelah terapi aktif diperlukan untuk memantau hasil perawatan dan


pencegahan kekambuhan periodontitis.
Hampir semua pasien diabetes menggunakan glucometers
untuk memantau kadar gula darah mereka. Alat ini menggunakan
darah kapiler dari ujung jari untuk memberikan informasi glukosa
darah dalam sedetik. Pasien diabetik harus ditanyakan apakah
mereka mempunyai glucometers dan seberapa sering mereka
menggunakannya. Karena alat ini memberikan penilaian glukosa
darah sangat cepat, dan menguntungkan dalam bidang dokter gigi.
Panduan berikut harus diamati:
1. Anjurkan pasien untuk membawa glucometer saat mengunjungi
dokter gigi.
2. Pasien harus mengecek glukosa darah sebelum prosedur perawatan
yang panjang untuk mendapatkan level dasar. Pasien dengan level
glukosa darah dibawah atau lebih rendah dari tingkat normal
sebelum perawatan dapat menjadi intraoperatively hypoglycemic.
Disarankan

untuk

membuat

pasien

mengkonsumsi

sebagian

karbohidrat sebelum perawatan awal. Sebagai contoh, jika prosedur


diperkirakan berlangsung selama 2 jam dan praperlakuan level
glukosa adalah 70 mg/dl (lebih rendah dari tingkat normal), berikan
4 oz jus praoperasi guna membantu mencegah hypoglycemia
selama perawatan. Jika hasil gula darah sangatl tinggi, dokter harus
menentukan apakah pasien mengontrol kadar gula darah dengan

40

baik akhir-akhir ini. Ini dapat dilakukan dengan

menanyakan

pasien secara detail dan dengan mengambil hasil nilai HbA1c


paling terbaru. Jika kendali glycemic kurang baik selama beberapa
bulan sebelumnya,

prosedur perlu ditunda hingga kadar gula

darahlebih baik. Jika kadar gula darah terlihat normal dan tingginya
kadar gula darah karena beberapa asupan makanan sesaat
sebelumnya, prosedur operasi dapat dilanjutkan.
3. Jika prosedur berlangsung beberapa jam, sangatlah penting untuk
mengecek level glukosa selama perawatan untuk memastikan
bahwa pasien tidak mengalami hypoglycemic.
4. Setelah perawatan, glukosa darah dapat dicek lagi untuk menilai
fluktuasi dari waktu ke waktu.
5. Kapanpun pasien merasakan gejala hypoglycemia, glukosa darah
harus dicek segera. Ini dapat mencegah awal dari hypoglycemia
akut, keadaan gawat medis.
Komplikasi gigi yang paling umum terjadi pada pasien
diabetes menggunakan insulin adalah simptomatis glukosa darah
rendah atau hypoglycemia. Hypoglycemia juga disebabkan karena
penggunaan sejumlah obat.
sadar,

tanda-tanda

Pada pasien yang diberikan sedasi

munculnya

hypoglycemia

dapat

diatasi.

Hypoglycemia biasanya tidak muncul hingga kadar gula darah


dibawah 60 mg/dl. Akan tetapi, pada pasien dengan pengendalian
glycemic kurang baik (level glukosa darah tinggi), penurunan cepat

41

tingkat

glukosa

darah

dapat

memicu

tanda

dan

gejala

hyperglycemia walaupun tingkat gula darah diatas 60 mg/dl.


Dikarenakan meningkatnya kasus hypoglycemia akhir-kahir
ini. Dokter harus menanyakan pasien diabetes tentang kejadian
hypoglycemia yang dahulu. Hypoglycemia adalah lebih umum
terjadi pada pasien dengan kendali glycemic yang baik. Dalam
menjadwalkan perawatan gigi, lebih baik dijadwalkan sebelum atau
setelah puncak efek dari insulin. Hal ini memerlukan pengetahuan
pharmacodynamics dari obat yang digunakan oleh pasien diabetes.
Beberapa klasifikasi insulin, yakni reaksi cepat, reaksi
singkat, reaksi menengah maupun reaksi lama. Kategorinya
beragam dalam gejala awal, puncak dan durasi aktivitas. Penting
bagi dokter untuk menetapkan dengan tepat insulin jenis apa yang
harus gunakan, tingkat dosis, dosis per hari dan lamanya. Perawatan
periodontal sering

memakan waktu untuk menghindari aktivitas

insulin puncak. Banyak pasien diabetes menggunakan beragam


injeksi setiap hari, sehingga menyulitkan, dan tidak memungkinkan
untuk menghindari aktivitas insulin puncak. Lakukan pemeriksaan
kadar gula darah dengan glucometer pasien, cek lagi selama
perawatan yang berlangsung lama dan cek lagi pada setelah
perawatan berakhir karena dapat memberikan pemahaman lebih
baik

dari

pharmacodynamic

mencegah hypoglycemia.

42

insulin

pasien

dan

membantu

Jika hypoglycemia terjadi selama perawatan gigi, perawatan


harus segera dihentikan. Jika glucometer tersedia, cek glukosa
darah. Lakukan langkah-langkah perawatan berikut.
1. Berikan sekitar 15 g dari oral carbohydrate pada pasien:
a. 4 hingga 6 oz jus soda
b. 3 atau 4 tsp tablet gula
c. Permen dengan 15 g kadar gula
2. Jika pasien tidak mampu untuk makan atau minum dengan mulut
atau jika pasien dalam keadaan bius.
a. Berikan 25 hingga 30 ml 50% dextrose secara intravenous
(yang menyediakan 12.5 pada 15.0 g dextrose), atau
b. Berikan 1 mg glucagon secara intravenous atau
c. Berikan 1 mg glucagon intramuscular atau secara subcutaneous
(jika tidak ada secara intravenous).
Kejadian fatal dari hyperglycemia sangatlah langka pada
perawatan gigi. Mereka secara umum membutuhkan waktu berhari
hari hingga berminggu-minggu untuk berkembang. Akan tetapi,
glucometer
kemungkinan

dapat
kritis

digunakan
dari

untuk

mengatur

hyperglycemic

seperti

mencegah
diabetic

ketoacidosis, penyakit yang mengancam kehidupan.


Karena terapi periodontal dapat membuat pasien tidak
mampu untuk

makan beberapa waktu, penyesuaian dosis insulin

atau obat mulut lainnya harus diperhatikan. Sangatlah penting untuk

43

makan sebelum dilakukan perawatan. Penggunaan insulin tanpa


makan menjadi penyebab utama hypoglycemia. Jika pasien tidak
diizinkan untuk makan sebelum perawatan, dosis insulin yang
digunakan perlu dikurangi. Sebagai panduan umum, pasien diabetes
dengan kadar gula yang terkendalai dan melakukan perawatan gigi
rutin dapat menggunakan dosis insulin yang normal sebelum
perawatan selama pasien mengkonsumsi makanan secara teratur.
Jika perawatan berlangsung lama, dosis insulinnya dapat dikurangi.
Demikian juga, jika pasien akan mempunyai batasan makanan
setelah perawatan, dosis insulin atau sulfonylurea dosis dapat
dikurangi.
Konsultasi dengan dokter pasien sangatlah bijaksana dan
memungkinkan

para

dokter

untuk

meninjau

ajuan

rencana

perawatan dan menentukan modifikasi diperlukan. Ketika operasi


bedah periodontal dilakukan, sebaiknya mengurangi ukuran dari
bidang operasi sehingga pasien akan menjadi nyaman untuk makan
lagi dengan normal sesegera mungkin.
2.5.2.2 Gangguan Thyroid dan Parathyroid
Terapi

periodontal

untuk

pasien

dalam

pengawasan

penyakit thyroid harus dilakukan dengan sedikit perubahan. Pasien


dengan thyrotoxicosis dan pengawasan medis yang kurang baik
tidak boleh melakukan perawatan periodontal hingga kondisi
mereka stabil. Pasien dengan riwayat hyperthroidism harus evaluasi

44

dengan hatihati untuk menentukan tingkat manajemen medis, dan


mereka harus dirawat dengan cara membatasi tingkat stress dan
infeksi. Hyperthyroidism dapat menyebabkan tachycardia dan
arrhythmias lainnya, peningkatan output cardiac dan mycocardial
ischemia. Medikasi seperti epinephrine dan vasopressor amines
lainnya harus diberikan dengan catatan pada pasien dengan
perawatan
penggunaan

hyperthroidism,
anestetis

meskipun

pada

perawatan

dalam

jumlah

kecil,

gigi

jarang

sekali

menimbulkan masalah. Obatobatan ini harus tidak boleh diberikan


pada pasien dengan thyrotoxicosis atau penderita gangguan thyroid
dengan pengawasan yang buruk. Pasien dengan hypothroidism
memerlukan pengawasan yang hati-hati saat diberikan obat
penenang dan narkotik karena berpotensi efek sedasi berlebihan.
Terapi periodontal rutin dapat diberikan pada pasien dengan
penyakit parathyroid setelah gangguan tersebut telah teridentifikasi
dan telah diberikan perawatan medis yang tepat. Akan tetapi, pasien
yang belum mendapat perawatan medis dapat menunjukkan
gangguan pada ginjal, uremia dan hipertensi. Juga, apabila terdapat
hypercalcemia atau hypocalcemia, pasien dapat menjadi lebih
rentan terhadap cardiac arrhythimias.
2.5.2.3 Adrenal Insufisiensi
Adrenal Insufisiensi akut berhubungan dengan morbiditas
dan mortalitas signifikan sebagai hasil dari peripheral vascular

45

collapse dan cardiac arrest. Karena itu, dokter gigi harus sadar akan
manifestasi klinis dan caracara untuk mencegah insufisiensi
adrenal akut pada pasien dengan riwayat insufisiensi adrenal primer
(penyakit Addison) atau insufisiensi adrenal sekunder (sebagian
besar

sering

disebabkan

oleh

penggunaan

exogenous

glucocorticosteroids).
Mengkesampingkan langkanya, konsekuensi akut dari krisis
adrenal disarankan agar berhati-hati merawat pasien. Sebelum
memberikan perawatan gigi ekstensif pada pasien dengan atau tanpa
riwayat penggunaan steroid, konsultasi dengan dokter dibidangnya
perlu diindikasikan untuk menentukan perawatan periodontal untuk
pasien dan ajuan rencana perawatan penggunaan supplemental
steroids. Penggunaan

protocol pengurangan stress dan anestetis

lokal dapat membantu meminimalkan stress fisik dan psikologis


dengan terapi dan mengurangi resiko krisis akut adrenal. Pengujian
cepat tersedia untuk menentukan tingkatan adrenal reserve dengan
pengukuran level serum cortisol 30 dan 60 menit setelah pengadaan
intravenous dari synthetic corticotropin.
Tidak ada protocol yang lengkap untuk steroid prophylaxis.
Topical corticosteroids secara umum mempunyai efek HPA yang,
dan umumnya suplementasi steroid tidak diperlukan untuk pasien
ini. Untuk pasien yang baru-baru ini menerima terapi systemic
steroid, kebutuhan untuk

corticosteroid prophylaxis tergantung

46

pada obat yang digunakan karena bervariasinya kebutuhan dosisnya.


Glucocorticosteroid mencakup regimen yang beragam, tetapi
sebagian besar memberikan dua kali lipat hingga empat kali lipat
peningkatan dalam cakupannya, tergantung pada stress saat
prosedur perawatan. Bagi pasien menggunakan dosis besar yang
besar melebihi 20 mg cortisol-sebanding per hari dan memerlukan
prosedur periodontal yang penuh stress, menggandakan atau lebih
dosis

steroid

jam

sebelum

prosedur

perawatan

sering

direkomendasikan. Bagi para pasien yang menerima dosis rendah


untuk periode singkat (yaitu, < 1 bulan), secara umum tidak ada
suplementasi yang diperlukan. Sekali lagi, jika dalam keadaan
darurat, meningkatkan dosis steroid sebelum prosedur dapat
mengurangi kemungkinan krisis adrenal akut. Jika perawatan
darurat tidak diperlukan, konsultasi dengan dokter sebelum
perawatan adalah jalan yang terbaik.
Langkah-langkah

terhadap

pasien

insufisiensi akut adalah sebagaimana berikut:


1. Membatalkan perawatan periodontal
2. Mintalah bantuan medis
3. Berikan oksigen
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Tempatkan pasien dalam posisi terlentang

47

mengidap

adrenal

6. Berikan 100 mg hydrocortisone sodium succinate (Solu-Cortel)


secara intravenous selama 30 detik atau secara intramuscular.

2.5.3 Penyakit Ginjal


Penyebab umum dari gagal ginjal adalah glomerulonephritis,
pyelonephritis, penyakit kista ginjal, penyakit renovaskular, drug
nephropathy, obstructive uropathy dan hipertensi.

Gagal ginjal

dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit akut, cardiac


arrhythimias, pulmonary congestion, CHF dan pendarahan jangka
panjang. Karena

langkah-langkah perawatan gigi

pada pasien

dengan penyakit ginjal perlu diubah, konsultasi dengan dokter yang


bersangkutan sangatlah diperlukan untuk menentukan tingkat
penyakit ginjal, regimen untuk manajemen medis dan perubahan
dalam

terapi periodontal. Pasien penderita gagal ginjal kronis

mempunyai penyakit

yang terus menerus yang pada akhirnya

memerlukan transplansi ginjal atau dialisis. Disarankan untuk


melakukan perawatan sebelum, ketimbang setelah transplant atau
dialisis. Modifikasi perawatan berikutnya bisa digunakan:
1. Konsultasi dengan dokter yang menangani si pasien.
2. Pantau tekanan darah pasien (pasien pada kegagalan ginjal tahap
akhir adalah biasanya hipertensif).
3. Cek hasil laboratorium: partial thromboplastin time (PTT),
prothrombin time (PT), waktu pendarahan dan perhitungan platelet;

48

hematocrit; urea darah nitrogen (tidak diperlakukan jika < 60


mg/dl); dan serum creatinine (tidak diperlakukan jika < 1.5 mg/dl).
4. Bersihkan area infeksi oral untuk mencegah infeksi sistemik
a. Higienitas mulut yang baik harus ditetapkan.
b. Perawatan

periodontal

mengeliminasi

harus

dimaksudkan

dalam

peradangan atau infeksi dan memberikan

pemeliharaan mudah. Gigi tidak normal harus diekstraksi


jika parameter medis diijinkan.
c. Kunjungan kembali secara rutin harus dijadwalkan.
5. Obat yang bersifat nephtrotoxic atau yang dimetabolisasi oleh
ginjal tidak boleh diberikan(sebagai contoh, phenacetin, tetracyline,
aminoglycoside antibiotics). Acetaminophen dapat digunakan untuk
analgesia dan diazepam untuk sedasi. Secara umum anestesi lokal
seperti lidocaine aman diberikan.
Pasien yang menerima dialysis memerlukan modifikasi
dalam langkah-langkah perawatan. Tiga mode dialisis adalah
intermittent peritoneal dialysis (IPD), chronic ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD) dan hemodialysis. Hanya pasien hemodialysis
yang membutuhkan perhatian khusus. Maka, selain daripada
panduan bagi pasien dengan penyakit ginjal kronis, rekomendasi
berikut dibuat bagi mereka yang menderita hemodialysis:
1. Periksa untuk hepatitis B dan Hepatitis C antigen dan antibody
sebelum perawatan apapun.

49

2. Sediakan

antibotik

prophylaxis

antibiotic

untuk

mencegah

endarteritis dari arteriovenous fistula atau shunt. (pasien IPD dan


CAPD tidak secara umum memerlukan antibiotic prophylactic).
3. Pasien menerima heparin anticoagulation pada hari terjadinya
hemodialysis. Karena itu, berikan perawatan periodontal pada hari
setelah dialysis, ketika efek dari heparinisasi telah berkurang.
Perawatan hemodialisis secara umum dilakukan tiga atau empat
kali seminggu. (pasien IPD dan CAPD tidak secara sistemis
heparinized; karena itu mereka biasanya tidak mempunyai potensi
masalah pendarahan yang berhubungan dengan hemodialisis).
4. Berhati-hati untuk melindungi hemodialysis shunt atau fistula
ketika pasien

di kursi perawatan gigi. Jika shunt atau fistula

ditempatkan di tangan, jangan kejangkan tungkai dan lengan;


pembacaan tekanan darah harus

dilakukan dari tangan lainnya.

Jangan gunakan tungkai dan lengan untuk injeksi medikasi. Pasien


dengan kaki melangsir harus menghindari duduk dengan kaki
tergantung lebih dari 1 jam. Jika pertemuan berlangsung lebih lama,
biarkan pasien untuk berberjalan beberapa menit, kemudian
memulai lagi terapi.
5. Rujuk pasien pada dokter jika masalah uremic berkembang, seperti
uremic stomatitis. Untuk mencegah penyebaran sistemik, rujuk ke
dokter jika infeksi oral tidak diselesaikan secara tepat.

50

Bagi pasien transplansi ginjal musuh terbesar adalah infeksi.


Pasien

transplansi

menggunakan

obat

imunosupresif

mengurangi kekebalan tubuh terhadap infeksi. Selain


rekomendasi

bagi

langkah-langkah

yang
pada

pasien dengan gagal ginjal kronis, berikut

yang

harus

dipertimbangkan

untuk

pasien

transplant ginjal.
1. Hepatis B dan C screening.
2. Penentuan level sistem immune berdasarkan hasil dari terapi obat
antirejeksi
3. Prophylactic antibiotics (menggunakan rekomendasi AHA). Tidak
semua

pasien transplant memerlukan pengadaan antibiotik, dan

konsultasi dokter diperlukan sebelum menulis resep obat.

2.5.4 Penyakit Liver


Penyakit liver dapat bertingkat dari kondisi ringan hingga
menjadi gagal ginjal. Penyebab utama dari penyakit liver termasuk
keracunan obat, cirrhosis, infeksi viral (sebagai contoh Hepatitis B
dan C), neoplasma dan gangguan saluran billiary. Karena liver
adalah tempat produksi untuk sebagian besar faktor pembekuan,
pendarahan yang berlebih selama atau setelah perlakuan periodontal
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit liver akut. Banyak obat
dimetabolisme

pada

liver,

maka

51

penyakit liver

menganggu

metabolisme obat secara normal. Perawatan yang direkomendasikan


untuk pasien dengan penyakit liver, yakni:
1. Konsultasi dengan dokter menyangkut tingkat kerusakan hati,
resiko pendarahan, potensi obat
periodontal

dan

perubahan

pada perubahan selama terapi

yang

diperlukan

dalam

terapi

periodontal.
2. Screening untuk hepatitis B dan C.
3. Cek nilai lab untuk PT dan PTT.

2.5.5 Penyakit Pulmonary


Perubahan perawatan periodontal terhadap pasien dengan
penyakit pulmonary tergantung pada sifat dan tingkat masalah
respirator. Penyakit pulmonary bermula dari gangguan penyakit
paru-paru (sebagai contoh asthma, emphysema, bronchitis) pada
gangguan batasan ventilator, disebabkan oleh kelemahan otot,
ketakutan, obesitas atau kondisi lain yang berhubungan dengan
efektivitas rongga paru-paru.
Dokter harus sadar akan tanda-tanda dan gejala penyakit
pulmonar,

seperti peningkatan tingkat pernapasan, cyanosis,

memukul-mukulkan

jari

jemari,

batuk

kronis,

sakit

dada,

hemoptysis, dyspnea atau orthopnea dan wheezing. Pasien dengan


gejala ini harus dirujukan untuk evaluasi dan perawatan medis.
Sebagian

besar pasien dengan penyakit paru kronis dapat

52

menjalani

terapi

periodontal rutin jika

mereka

menjalani

pengobatan medis yang sesuai. Kehati-hatian harus dipraktekan


dalam perawatan yang berhubungan penekanan fungsi pernapasan.
Gangguan pernapasan akut dapat disebabkan oleh gangguan
ringan sirkulasi udara atau depresi dari fungsi pernapasan. Karena
terbatasnya kapasitas paru-paru, efektifitas batuk pada pasien ini
juga

berkurang.

Mereka

harus

terus

menerus

mengalami

kegelisahan mental yang disebabkan oleh rasa kekurangan suplai


udara dan merubah posisi mereka dalam usaha untuk memperbaiki
efisiensi ventilasi mereka.
Panduan berikut harus digunakan selama terapi periodontal:
1. Kenali dan rujuk pasien dengan tanda-tanda dan gejala penyakit
pulmonary (berkaitan dengan penyakit paru-paru) pada dokter
mereka.
2. Pada pasien yang telah diketahui terjangkit penyakit pulmonary,
konsultasikan dengan dokter mereka mengenai pengobatannya
(antibiotic, steroids, agen kemoterapi) dan tingkat dan keragaman
dari penyakit pulmonary.
3. Hindari adanya depresi atau distress pernapasan:
a. Minimalkan stres dari perawatan periodontal. Pasien dengan
emphysema harus ditangani di sore hari. Beberapa jam setelah
tidur, agarlancarnya sirkulasi udara.

53

b. Hindari

pengobatan

yang

dapat

menyebabkan

depresi

pernapasan (sebagai contoh narkotik, sedatif, anestesia umum)


c. Hindari bilateral mandibular block anesthesia, yang dapat
menyebabkan peningkatan gangguan sirkulasi udara.
d. Posisikan pasien untuk memungkinkan efisiensi maksimalnya
sirkulasi udarai; berhati-hati jika menghalangi sirkulasi udara
secara fisik; pertahankan tenggorokan pasien bersih; dan hindari
pengepakan ekses peridontal.
4. Pada pasien dengan riwayat asthma, khususnya jika serangan
asthmanya sering, pastikan pengobatan pasien (inhaler/penghirup
nafas) tersedia. Inhaler harus segera dapat diakses pada countertop
di ruang perawatan gigi
5. Pasien dengan aktif fungal atau penyakit bacterial respiratory tidak
boleh ditangani kecuali prosedur periodontal yang bersifat darurat.

2.5.6 Immunosuppression dan Chemotherapy


Pasien immunosuppresed mempunyai pertahanan tubuh
kurang baik sebagai hasil dari dasar immunodefisiensi atau
pengadaan obat (khususnya berhubungan dengan transplansi organ
atau kemoterapi kanker). Karena kemoterapi sering sitotoksi
terhadap tulang sumsum, kerusakan trombosit sel darah merah dan
putih menghasilkan thrombocytopenia, anemia dan leukopenia.
Penderita immunosuppresed sangat rentan terkena infeksi, bahkan

54

infeksi kecil saat perawatan periodontal dapat membahayakan


hidupnya. Pasien yang menerima transplansi tulang sumsum
memerlukan perlakuan khusus karena

pasien ini menerima

kemoterapi dengan dosis yang sangat tinggi dan rentan pada


diseminasi infeksi oral.
Perawatan pada

pasien ini

harus

diarahkan terhadap

pencegahan komplikasi oral yang dapat mengancam kehidupan.


Potensi

terbesar

untuk infeksi

terjadi

selama

periode

dari

immunosuppresion ekstrem karena itu, perawatan harus menjadi


konservatif dan palliative. Selalu dianjurkan untuk mengevaluasi
pasien sebelum memulai kemoterapi. Gigi yang mempunyai
prognosis kurang baik harus diekstraksi, dengan debridement
menyeluruh dari gigi yang ada untuk menimalisir mikroba. Dokter
harus mengajarkan dan menekankan pentingnya kebersihan mulut.
Pembersih antimicrobial seperti chlorhexidine direkomendasikan,
khususnya bagi pasien dengan kemoterapi-penghasil mucositis,
untuk mencegah infeksi sekunder.
Kemoterapi biasanya dilakukan dalam siklus, dengan setiap
siklus berakhir beberapa hari, diikuti dengan periode pelibatan dari
myelosuppressiion

dan

pemulihan.

Jika

terapi

periodontal

diperlukan di waktu kemoterapi, baiknya perawatan periodontal


dilakukan sehari sebelum kemoterapi diberikan, ketika sell darah
putih relatif tinggi. Koordinasi dengan oncologist sangat penting.

55

Perawatan

gigi

harus

dilakukan

ketika

sell

darah

putih

diperhitungkan diatas 2000/mm3, dengan perhitungan granulocyte


mutlak dari 1000 hingga 1500/mm3.

2.5.7 Terapi Radiasi


Penggunaan radioterapi, tunggal atau bersamaan dengan
operasi bedah reseksi, sangatlah umum dalam perawatan tumor
kepala dan leher. Efek samping dari ionisasi radiasi termasuk
perubahan perioral drastis pada kesehatan gigi. Tingkatan dan
keakutan

dari

mucositis,

dermatitis,

xerostomia,

dysphagia,

gustatory alteration, radiation caries, perubahan vaskular, trismus,


temporormandibular joint degeneration dan perubahan periodontal
tergantung pada tipe radiasi digunakan, bidang iradiasi, jumlah port,
tipe jaringan di field/tempat dan dosis.
Pasien yang dijadwalkan menerima terapi radiasi kepala dan
leher memerlukan konsultasi dari dokter gigi sedini mungkin untuk
mengurangi morbiditas dari efek samping perioral. Perawatan
preirradiasi tergantung pada prognosis pasien, pemenuhan dan
residu dentisi selain daripada field, ports, dosis dan kelangsungan
radioterapi. Kunjungan awal harus termasuk panoramic dan
radiograf intraoral, pengujian klinis gigi, evaluasi periodontal dan
konsultasi dokter. Dokter harus ditanyakan tentang jumlah radiasi
untuk diarsipkan, tingkatan dan lukasi dari luka, sifat dari prosedur

56

operasi lain yang telah dilakukan atau untuk dilakukan, sejumlah


ports radiasi, bidang tepat untuk iradiasi, mode terapi radiasi dan
prognosis pasien. Perawatan prairadiasi harus diadakan segera
setelah konsultasi dengan dokter. Keputusan pertama harus
melibatkan

ekstraksi

memungkinkan

karena

radiasi

dapat

menyebabkan efek samping yang menganggu pemulihan.


Terapi radiasi dosis tinggi berakibat hypovascularity pada
jaringan lunak diiringi dengan penurunan kapasitas penyembuhan
luka.

Kompilasi

osteoradionecrosis

mulut
(ORN).

paling

parah

Menurunnya

diantaranya
vascularity

adalah
membuat

tulang tidak mampu menyelesaikan trauma atau infeksi. Even


tersebut dapat menyebabkan trauma akut atau infeksi. Peristiwa
tersebut dapat menyebabkan

perusakan akut dari tulang. Resiko

ORN berlanjut selama sisa waktu hidup pasien dan tidak berkurang
seiring dengan waktu.
Penyakit periodontal dapat menjadi faktor endapan dalam
ORN. Ekstraksi gigi setelah perawatan radiasi beresiko tinggi
pengembangan ORN dan prosedur operasi penutupan secara umum
tidak dibolehkan setelah radiasi. Atas alasan ini, adalah penting
bahwa dokter membahas penyakit periodontal pasien sebelum
radiasi dimulai, ketika memungkinkan. Gigi yang tidak dapat
diperbaiki atau penyakit periodontal akut harus diekstraksi, idealnya
setidaknya 2 minggu sebelum radiasi. Ekstraksi harus dilakukan

57

dalam cara yang memungkinkan penutupan primer. Mucoperiosteal


flaps harus secara halus ditingikan; gigi harus diekstraksi dalam
segmen; alveolectomy harus dilakukan, tidak meninggalkan spikula
tulang kasar dan penutupan primer harus dilakukan tanpa luka.
Sangat penting untuk mengekstrak gigi yang dapat bertahan dengan
restoratif konservatif, endodontic atau terapi periodontal. Akan
tetapi, kebijakan tetap terhadap pertanyaan akan estraksi gigi
setelah radiasi terbatas hanya untuk perawatan non bedah saja.
Operasi flap/penutupan, atau ekstraksi gigi etelah radiasi dapat
mengarah pada ORN. Penangganan ORN sering sulit dan mahal,
melibatkan kemajuan perawatan lebih agresif jika tulang tidak
merespon pada terapi konservatif. Terapi oksigen hyperbaric yang
mahal adalah resolusi sepenuhnya.
Selama terapi radiasi, pasien harus menerima prophylaxis
mingguan,

instruksi

oral

hygiene

dan

secara

profesional

penggunaan perawatan fluoride, kecuali mucositis mencegah


perawatan tersebut.

Pasien harus diinstruksikan untuk sikat gigi

setiap hari dengan 0.4% stannous atau 1.0% sodium fluoride gel.
Gel trays khusus memungkinkan penyerapan flouride optimum.
Semua gigi yang ada harus menerimanya melaui debridement
(scaling dan root planing).
Postirradiation follow-up terdiri dari perawatan palliative
yang diberikan sebagaimana diindikasikan. Viscous lidocaine dapat

58

diresepkan untuk sakit mucositis dan substitut salivary dapat


diberikan untuk xerostomia. Aplikasi flouride tropis dan higienitas
oral adalah sarana terbaik dari pencegahan caries gigi sepanjang
waktu. Untuk jangka panjang, interval kembali setelah 3 bulan
adalah ideal.

2.5.8 Prosthetic Joint Replacement


Pertimbangan

perawatan

prosthetic

joint

replacement

kebutuhan

akan

antibiotic

utama

untuk

berhubungan
prophylaxis

pasien

dengan

dengan

potensi

sebelum

perawatan

periodontal. Saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mengindikasikan


bahwa prophylactic antibiotic mencegah infeksi akhir prosthetic
joint, yang dapat terjadi dari transient bacterimia saat perawatan
gigi. Selain itu, meskipun induksi gigi bactericemia menyebabkan
infeksi prosthetic joint, laporan scan menunjukkan perawatan gigi
sebagai sumber dari infeksi joint dan tidak satupun dari semua itu
yang secara aktual didokumenkan sebagai hubungan sebab dan
akibat. Maka American Dental Association, American Academy of
Orthopedia Surgeon, American Academy of Oral Medicine dan
British Society for Anti-microbial Chemotherapy sepakat bahwa
antibiotik

rutin

prophylaxis

sebelum

perawatan

menunjukkan indikasi untuk sebagian besar


prosthetic joint replacement.

59

gigi

tidak

pasien dengan

Akan tetapi, prophylaxis menunjukkan terjadinya indikasi


hampir pada semua pasien dalam 2 tahun pertama setelah join
replacement dan pada pasien yang tergolong beresiko tinggi,
termasuk pasien yang telah terinfeksi prosthetic joint sebelumnya,
immunosuppressions,

rheumatoid

arthritis,

systemic

lupus

erythematosus, diabetes tingkat 1, hemophilia dan malnourishment.


Penting, banyak ahli mempertimbangkan pasien dengan tujuh
penyakit periodontal atau infeksi gigi potensial menjadi

pasien

beresiko tinggi dan mengindikasikan antibiotic prophylaxis kepada


pasien sebelum perawatan gigi.
Meskipun bukti menunjukan tidak dibutuhkannya antibiotic
prophylaxis bagi sebagian besar pasien, banyak operasi bedah
orthopedic yang tetap menggunakannya, sebagian besar mungkin
karena tingginya morbiditas dan potensi mortalitas terhadap infeksi
prosthetic

joint.

Berkonsultasi dengan

dokter

bedah

pasien

orthopedic sebelum perawatan periodontal demi kebaikan pasien


dan dapat membantu menafsirkan resiko terhadap injeksi joint
relatif pada keadaan gigi sekarang dan langkah-langkah perawatan
periodontal yang dirancang. Karena individu yang menunjukkan
adanya penyakit periodontal yang dianggap beresiko tinggi,
pemberian antibiotic prophylaxis sebelum perawatan sangatlah
umum pada praktek periodontal.

60

2.5.9 Kehamilan
Tujuan dari terapi periodontal untuk pasien hamil adalah
untuk

meminimalkan

potensi

langsung

perdarahan

yang

berhubungan dengan kehamilan terkait hormonal alteration. Hanya


Meticulus plaque control, scaling, root planing dan polishing yang
menjadi prosedur bukan darurat yang boleh dilakukan.
Trimester kedua adalah waktu teraman untuk melakukan
perawatan. Akan tetapi, waktu yang lama, kunjungan yang
berakibat stres dan prosedur bedah periodontal harus ditunda hingga
periode postpartum. Sebagaimana uterus meningkat dalam ukuran
selama dua dan ketiga trimester, gangguan vena cava dan aorta
dapat terjadi jika pasien ditempatkan dalam posisi terlentang.
menurunnya suplai darah kembali ke cardiac dapat menyebabkan
supine hypotensive syndrome, dengan menurunnya perfusi plasenta.
Turunnya tekanan darah, syncope dan kehilangan kesadaran diri
dapat terjadi. Hal ini dapat dicegah dengan menempatkan pasien
pada sisi kiri atau secara sederhana dengan meningkatkan pinggang
kanan 5 hingga 6 inci selama perawatan. Proses perawatan harus
singkat dan pasien diperbolehkan untuk merubah posisi secara
berkala. Posisi penuh menyandar harus dihindari sebisa mungkin.
Tindakan pencegahan lain selama kehamilan berhubungan
dengan potensi racun atau efek teratogenik dari terapi pada fetus.
Idealnya, tidak ada medikasi harus diresepkan. Akan tetapi,

61

analgesik, antibiotik, anestesi lokal dan obat lainnya mungkin


diperlukan selama kehamilan, tergantung pada kebutuhan pasien.
Sebelum diresepkan, semua obat harus ditinjau ulang untuk potensi
efek merugikan pada fetus.
Untuk semua pasien, penggunaan radiologi dental selama
kehamilan harus diminimalisir. Diagnosa melalui penyinaran
radiografi gigi selama perawatan gigi dianjurkan sebentar saja, jika
diperlukan, karena beresiko pada fetus asalkan ibunya benar-benar
terlindungi. American Dental Association telah menyatakan bahwa
panduan radiographic normal tidak perlu dirubah karena kehamilan.
Penggunaan posisi yang tepat lead apron syaratnya adalah mutlak.

2.5.10 Hemorrhagic Disorders


Pasien dengan riwayat masalah pendarahan disebabkan oleh
penyakit atau obat dapat dikelola untuk meminimalkan resiko
hemorrhage. Identifikasi pada pasien ini melalui riwayat kesehatan,
pengujian klinis dan tes laboratorium klinis adalah langkah awal.
Pertanyaan kesehatan harus mencakup (1) riwayat pendarahan
setelah operasi sebelumnya atau trauma (2) riwayat penggunaan
obat masa lalu dan sekarang, (3) riwayat masalah pendarahan
diantara keluarga dan (4) penyakit berhubungan dengan
masalah pendarahan.

62

potensi

Pengujian klinis biasanya mendeteksi adanya jaundice,


ecchymosis,

spider

telangiectasia,

hemarthrosis,

petechiae,

hemorrhagic vesicles, perdarahan gingival spontan dan gingival


hyperplasia. Tes laboratorium harus termasuk metode untuk
mengukur hemostatis, koagulasi atau tahap lytic dari mekanisme
clotting, tergantung pada petunjuk mengenai tahap mana dilibatkan.
Tes ini termasuk lamanya pendarahan, tes tourniquet, penghitungan
sel darah menyeluruh, PT, PTT dan waktu koagulasi.
Gangguan
gangguan

pendarahan

koagulasi,

dapat

diklasifikasikan

thrombocytopenic

purpuras,

sebagai
atau

nonthrombocytopenic purpuras.
2.5.10.1Gangguan Koagulasi
Gangguan

koagulasi

keturunan

yang

utama

adalah

hemophilias A dan B dan penyakit Von Willebrand. Hemophilia A


dihasilkan dalam defisiensi faktor koagulasi VIII dan klinis akut
dari gangguan tergantung pada level faktor VII yang ada. Pasien
dengan hemophilia akut yang mempunyai kurang dari 1% faktor
normal VIII level dapat mengalami pendarahan akut pada operasi
ringan, dimana mereka dengan hemophilia menengah (1% - 5%
faktor VIII) akan jarang mengalami hemorrhage spontan namun
tetap mengalami pendarahan dengan trauma yang kecil. Pasien
hemophilia ringan (6%-30% faktor VIII) jarang mengalami
pendarahan spontan tetapi masih dapat terjadi pendarahan setelah

63

trauma berat atau selama prosedur operasi pembedahan. Tenaga


medis harus mengkonsultasikan terlebih dahulu pada dokter yang
menanggani pasien sebelum melakukan perawatan gigi untuk
menentukan resiko pendarahan dan modifikasi perawatan yang
diperlukan. Untuk mencegah hemorrhage saat operasi beda, faktor
level VIII setidaknya diperlukan 30%. Parenteral 1-deamino-8-Darginine vasopressin (DDAVP, desmopressin) dapat digunakan
untuk meningkatkan faktor level VII dua kali lipat atau tiga kali
lipat pada pasien dengan

hemophilia sedang atau menengah.

DDAVP mempunyai keuntungan signifikan menghindari resiko


transmisi penyakit viral dari faktor VIII infusi dan membantu dalam
mempertimbangkan dalam memilih obat terhadap pasien yang
responsif. Sebagian besar pasien dengan hemophilia menengah dan
akut memerlukan infusi faktor III konsentrasi sebelum prosedur
operasi bedah. Sebelum tahun 1985 resiko dari transmisi penyakit
viral dari infusi ini sangatlah tinggi. Saat sekarang ini,

secara

keamanan viral, antibodi monoclonal yang murni atau rekombinan


produk DNA factor VIII telah digunakan secara umum.
Hemophilia B atau penyakit Christmas, dihasilkan dalam
defisiensi faktor IX. Keakutan gangguan tergantung pada jumlah
relatif faktor yang ada pada IX. Terapi operasi memerlukan level
faktor IX dari 30% hingga 50% dan

64

biasanya dicapai dengan

pemberian konsentrat prothrombin kompleks murni atau konsentrat


f aktor IX.
Penyakit Von Willebrand akibat dari defisiensi faktor von
Willebrand, yang memediasi adhesi platelet pada dinding pembuluh
luka yang diperlukan untuk hemostasis primer. Faktor Von
Willebrand juga membawa porsi koagulan dari faktor VIII pada
plasma. Gangguan ini mempunyai tiga subtipe utama dengan klinis
akut. Bahkan, banyak kasus, dari penyakit von Willebrand tidak
terdiagnosis, dan pendarahan selama perawatan gigi dapat menjadi
tanda awal dari penyakit ini. Pada kasus yang lebih parah
diperlukan preoperative konsentrat faktor VIII atau infuse berupa
cryoprecipitate. Pasien dengan jenis yang lebih ringan cukup
diberikan DDAVP sebelum operasi periodontal atau ekstraksi gigi.
Perawatan periodontal bisa dilakukan pada pasien dengan
gangguan koagulasi ini, yang membuktikan bahwa tindakan yang
perlu telah dilakukan. Probing, scaling dan prophylaxis dapat
biasanya dilakukan tanpa modifikasi medis. Perawatan yang lebih
intensif, seperti

local block anesthesia, perencanaan

akar atau

operasi, mendikte konsultasi dokter sebelumnya.


Selama perawatan, pengukuran lokal

untuk memastikan

formasi clot dan stabilitas dalah kepentingan hal yang utama.


Penutupan luka sepenuhnya dan aplikasi tekanan akan mengurangi
hemorrhage. Agen antihemostasis seperti oksidasi cellulosa atau

65

pemurnian

bovine collagen dapat ditempatkan pada lokasi

pembedahan atau kedalam lobang ekstraksi. Obat Antifibrinolytic


epsilon-aminocaproic acid (EACA), diberikan melalui mulut atau
melalui pembuluh venus, yang berpotensi untuk pembekuan awal.
Tranexamic acid merupakan antifibrinolytic yang lebih berpotensi
dibandingkan

EACA

dan

telah

diketahui

dapat

mencegah

hemorrhage mulut yang parah setelah operasi periodontal dan


ekstraksi gigi. Obat ini bias digunakan sebagai pembersih mulut dan
dapat digunakan sendiri atau dibarengi dengan sistemik tranexamic
acid selama beberapa hari setelah operasi bedah.
Tidak semua gangguan koagulasi

adalah keturunan.

Penyakit liver dapat mempengaruhi semua tahap dari pembekuan


darah. Karnea sebagian besar faktor koagulasi
dihilangkan oleh liver. Pengguna alkohol

disintesis dan

jangka panjang atau

pasien hepatitis kronis sering menunjukan kekurangan koagulasi.


Koagulasi dapat terjadi karena kekurangan vitamin K, sering
disebabkan oleh sindrom malabsorption atau konsumsi antibiotic
jangka panjang, yang merubah microflora usus penghasil vitamin
K. Perencanaan perawatan gigi bagi pasien dengan penyakit liver
adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan dokter penyakit dalam.
2. Evaluasi laboratorium: PT, waktu pendarahan, perhitungan platelet
dan PTT (pada pasien dalam tahap selanjutnya dari penyakit liver).

66

3. Konservatif, terapi periodontal non bedah, jika memungkinkan.


4. Jika pembedahan diperlukan (mungkin memerlukan rawat inap);
a. International normalized ratio (INR; PT) harus secara umum kurang
dari 2.0 untuk operasi bedah sederhana, INR kurang dari 2.5
tergolong aman.
b. Perhitungan platelet harus kurang dari 80,000/mm.
Penyebab

utama

dari

kelainan

koagulasi

mungkin

disebabkan terapi obat. Pasien dengan katup jantung prosthetic atau


riwayat

MI,

CVA

atau

thromboembolisme

adalah

sering

ditempatkan pada terapi anticoagulant yang menggunakan bentuk


coumarin seperti dicumarol dan warfarin. Obat-obat ini adalah
antagonis vitamin K yang mengurangi produksi dari vitamin Kyang membantu meningkatnya koagulasi faktor II, VII, IX dan X.
Efektivitas terapi antikoagulasi diawasi melalui PT. Level yang
direkomendasikan dari antikoagulasi untuk sebagian besar pasien
adalah INR dari 2.0 hingga 3.0 dengan pasien katup jantung
prosthetic secara umum dalam 2.5 hingga 3.5 tingkatan. Perawatan
periodontal harus dirubah sebagaimana berikut:
1. Konsultasikan dokter pasien untuk menentukan sifat dari masalah
medis mendasar dan dosis dari antikoagulasi diperlukan.
2. Prosedur yang harus dilakukan ditentukan kecocokan pada INR.
Infiltrasi anesthesia, scaling dan root planing dapat dilakukan
dengan aman pada pasien dengan INR kecuali 3.0 hingga 2.5.

67

Operasi kompleks atau beragam ekstraksi memerlukan INR kurang


dari 1.5 hingga 2.0.
3. Konsultasikan dengan dokter dibidangnya tentang penghentian atau
pengurangan dosis anticoagulant hingga INR yang diinginkan
tercapai. Dokter gigi harus menginformasikan dokter yang terkait
tentang tingkatan taraf pendarahan sebelum dan sesudah perawatan
yang akan dilakukan. Penghentian terapi anticoagulant sebelum
operasi gigi adalah hal umum di masa lalu. Akan tetapi, sebagian
besar

dokter

tidak

lagi

merekomendasikan

penghentian

anticoagulasi untuk prosedur perawatan karena ini berpotensi resiko


terhadap kesehatan pasien. Jika kadar INR ternyata lebih tinggi
daripada pendarahan yang umumnya terjadi saat perawatan. Dokter
dapat memutuskan untuk mengganti jenis anticoagulant. Biasanya,
anticoagulant

dihentikan selama 2 hingga 3 hari sebelum

perawatan periodontal dan INR dicek pada hari perawatan. Jika


kadar INR sesuai target, prosedur dilakukan dan anticoagulant
dimulai segera setelah perawatan.
4. Teknik yang hati-hati dan penutupan luka seluruhnya adalah hal
utama. Untuk semua prosedur perawatan, aplikasi tekanan dapat
meminimalkan hemorrhage. Penggunaan oksidasi

cellulosa,

microfibrillar collagen, topical thrombin dan tranexamic acid dapat


dipertimbangkan untuk pendarahan yang berkepanjangan.

68

Aspirin menganggu agregasi trombosit normal dan dapat


menyebabkan pendarahan yang berkepanjangan. Karena mengikat
ireversibel trombosit, efek aspirin berakhir 4 hingga 7 hari. Aspirin
umumnya digunakan dalam dosis kecil mulai dari 325 mg atau
kurang per hari, yang biasanya tidak berubah setelah saat
pendarahan. Secara umum, pasien yang mengkonsumsi aspirin
dengan dosis rendah setiap hari tidak perlu menghentikan terapi
aspirin sebelum prosedur perawatan periodontal. Akan tetapi, dosis
yang lebih tinggi dapat meningkatkan waktu pendarahan dan
mempengaruh pasien pada pendarahan paska operasi. Bagi pasien
yang mengkonsumsi lebih dari 325 mg aspirin per hari, aspirin
perlu untuk dihentikan 7 hingga 10 hari sebelum operasi bedah
yang mungkin dapat menyebabkan pendarahan. Aspirin tidak boleh
diresepkan untuk pasien yang menerima terapi anticoagulasi atau
penyakit yang cendrung mengakibatkan pendarahan.
Heparin umunya digunakan untuk antikoagulasi jangka
pendek

dan

diberikan

secara

intravenous

(biasanya

dalam

lingkungan rumah sakit). Herapin dalah anticoagulant kuat yang


dengan efek durasi 4 hingga 8 jam. Perawatan periodontal jarang
dilakukan jika pasien sedang mengkonsumsi heparin.
2.5.10.2 Thrombocytopenic Purpuras
Thrombocytopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit
yang kurang dari 100,000/mm. Pendarahan yang disebabkan oleh

69

thrombocytopenia

dapat

dilihat

thrombocytopenia

purpuras,

terapi

dengan
radiasi,

idiopathic
obat

terapi

myelossupresive (sebagai contoh kemoterapi), leukimia, atau


infeksi. Purpuras adalah penyakit pendarahan yang dicirikan dengan
adanya pembengkakan darah pada jaringan halus dibawah kulit atau
mucosa, menghasilkan spontan petechiae ( small red patches) atau
ecchymoses (bruises).
Terapi periodontal bagi pasien dengan thrombocytopenia
harus

diarahkan

untuk

mengurangi

menghilangkan iritasi local guna

peradangan

dengan

menghindari perawatan yang

lebih lanjut. Scaling dan root planing umumnya aman dilakukan


kecuali

jumlah

trombosit

kurang

dari

60.000/mm3.

Tidak

diperbolehkan melakukan pembedahan kecuali jumlah trombosit


lebih besar dari 80.00/mm3. Transfusi perlu dilakukan sebelum
pembedahan. Teknik operasi harus menjadi atraumatik sebisa
mungkin dan pengukuran hemostatis lokal harus digunakan.
2.5.10.3 Nonthrombocytopenic Purpuras
Nonthrombocytopenic

Purpuras

disebabkan

dari

baik

kerapuhan dinding pembuluh darah atau thrombasthenia. Rapuhnya


dinding pembuluh darah dapat disebabkan dari reaksi hipersensitid,
scurvy, infeksi, kimiawi (phenacetin, aspirin), dysproteinemia dan
sebab lainnya. Thrombasthenia

terjadi

dalam uremia, Penyakit

Glanzmann, injeksi aspirin dan penyakit von Willebrand. Kedua

70

tipe dari nonthrombocytopenic purpura tersebut dapat menyebabkan


pendarahan langusng setelah gingival terluka. Perawatan utama
berupa tekanan langsung pada luka sekurang-kurangnya 15 menit.
Cara ini bisa mengendalikan pendarahan kecuali waktu koagulasi
tidak normal atau lukanya terbuka lagi. Terapi operasi harus
dihindari hingga masalah kualitatif dan kuantitatif pada trombosit
diselesaikan.

2.5.11 Diskrasia Darah


Sejumlah gangguan sel darah merah dan putih dapat
mempengaruhi jalannya perawatan peridontal. Gangguan pada
penyembuhan

luka,

pendarahan,

penampilan

jaringan

dan

kerentanan pada infeksi dapat terjadi. Tenaga medis harus peka


akan tanda dan gejala klinis dari blood dysrasias, perlunya hasil tes
laboratorium dan rujukan ke dokter terkait
2.5.11.1 Leukemia
Perubahan perawatan periodontal bagi pasien dengan
leukemia

berdasarkan

pada

peningkatan

kerentanan

infeksi

pendarahan dan efek dari kemoterapi. Langkah perawatan untuk


pasien leukemia adalah sebagaimana berikut:
1. Rujuk pasien untuk melakukan evaluasi medis dan

perawatan.

Kerjasama yang baik dengan dokter terkait sangat diperlukan.

71

2. Sebelum kemoterapi, rencana perawatan periodontal lengkap harus


dikembangkan dengan dokter terkait.
a. Pantau hasil tes laboratorium hematology setiap hari; lamanya
waktu pendarahan, lamanya waktu koagulasi, PT, dan jumlah
trombosit.
b. Sediakan cakupan antibiotik sebelum perawatan periodontal
karena infeksi merupakan kekhawatiran utama.
c. Lakukan pencabutan gigi yang tidak tertolong lagi, gigi yang
sudah tidak bisa dikontrol perawatannya, gigi yang berpotensial
terinfeksi setidaknya 10 hari sebelum memulai kemoterapi, jika
kondisi sistemik mengizinkan.
d. Periodontal debridement (scaling dan root planing) harus
dilakukan dan perawatan kebersihan mulut dilakukan jika
kondisi pasien memungkinkan. Pembersihan dua kali sehari
dengan chlorhexidine gluconate kadar 0.12% direkomendasikan
setelah prosedur perawatan kebersihan mulut. Mengenali
potensi pendarahan yang disebabkan oleh thrombocypenia.
Lakukan penekanan dan agen hemostatis topis sebagai indikator.
3. Selama tahap akut leukemia, pasien harus menerima hanya
perawatan periodontal yang bersifat darurat. Sumber infeksi
potensial harus dihilangkan untuk mencegah penyebaran sistemik.
Terapi antibiotik sering menjadi pilihan dalam perawatan.

72

4. Oral ulceration dan mucositis diperlakukan secara palliative dengan


obat

seperti

viscous

lidocaine.

Antibiotik

sistemik

dapat

diindikasikan untuk mencegah infeksi sekunder.


5. Oral candidiasis umum terjadi pada pasien leukemia dan dapat
ditangani dengan nystatin suspensions (100.00 U/ml empat kali
sehari) atau clotrimazole vaginal suppositories (10 mg empat atau
lima kali sehari).
6. Bagi pasien dengan leukemia kronis dan mereka yang dalam remisi,
scaling dan root planing dapat dilakukan tanpa komplikasi, tetapi
terapi periodontal harus dihindari jika memungkinkan.
Jumlah trombosit dan lamanya waktu pendarahan harus diukur
pada hari prosedur. Jika rendah, tunda pengadaan dan minta pasien
pergi ke dokter terkait.
2.5.11.2 Agranulocytes
Pasien dengan agranulocytosis (cyclic neutropenia dan
granulocytopenia) mempunyai rentan terhadap infeksi. Jumlah sel
darah putih berkurang dan granular leukocytes (neurophils,
eosinoophils, basophils) berkurang atau lenyap. Gangguan ini
awalnya ditandai dengan, kerusakan periodontal akut. Ketika
memungkinkan, perawatan periodonal dilakukan selama periode
remisi penyakit. Pada masa tersebut, perawatan harus sesederhana
mungkin sehingga mengurangi potensi menyebarnya infeksi.
Setelah berkonsultasi dengan dokter terkair, gigi yang terjangkit

73

harus cabut. Perawatan kebersihan mulut harus diiringi dengan


penggunaan chlorhexidine rinses dua kali sehari. Scaling dan root
planing harus dilakukan secara hati hati dibawah proteksi
antibiotik.

2.5.12 Penyakit Menular


Karena banyak penyakit menular yang tidak diketahui
sifatnya, dan karena riwayat medis sering tidak akurat atau tidak
lengkap, semua pasien peridonal harus diperlakukan seakan-akan
mereka mungkin mempunyai penyakit menular. Perlindungan pada
pasien, dokter, dan staff kantor memerlukan tindakan pencegahan
universal (standar) bagi semua pasien, memaksimalkan tindakan
pencegahan dari infeksi dan kontaminasi tidak langsung. Bagian ini
memberikan

pembahasan

ringkas

hepatitis,

human

immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency


virus (AIDS)

dan tuberculosis dalam hubungannya

dengan

tindakan pencegahan yang diperlukan dalam perawatan periodontal.


2.5.12.1 Hepatitis
Hingga sekarang, enam virus khusus penyebab viral
hepatitis telah dikenali: Hepatitis virus A, B, C, D dan E dan G.
Selain itu, deoxyribo nucleic acid (DNA) beruntai tunggal diketahui
sebagai virus transfusion-transmitted baru-baru ini yang telah
dikenali dalam kasus akut dan hepatitis kronis, perannya sebagai

74

agen etiologic masih belum ditentukan. Bentuk dari viral hepatitis


berbeda dalam virologinya, epidemologi dan prophylaxi. Karena
mayoritas dari infeksi hepatitis tidak terdiagnosa, dokter harus
waspada akan grup resiko tinggi, seperti

pasien dialisis ginjal,

pekerja perawatan kesehatan, pasien immunosuppresed, pasien


yang menerima beragam transfusi darah, pasien yang
menerima

beragam

transfusi

darah,

homoseksual,

telah

pengguna

narkoba, dan pasien kelembagaan.


Hepatitis A Virus (HAV) dan hepatitis E virus (HEV)
adalah infeksi terbatas yang tidak ada kaitannya dengan penyakit
liver kronis. Virus ini umumnya ditularkan memalui fecal-oral.
Transmisi HAV
dindividu

di Amerika

se-rumah,

seksual,

biasanya
atau

berjangkit kedekatan

kontak

pusat

perawatan.

Sebaliknya, HEV ditularkan melalui fecal, yakni air minum. Saat


ini, vaksinasi yang ada hanya untuk infeksi HAV tetapi bukan
infeksi HEV.
Infeksi hepatitis B virus (HBV) menimbulkan penyakit liver
kronis dan keadaan carrier kronis. Infeksi HBV kronis berkembang
sekitar 5% hingga 10% pada individual yang terjangkit, dimana
lebih tinggi diantara bayi dan anak-anak. Karena ditransmisikan
secara khusus melalui rute hematogenous, HBV mendapatkan
perhatian utama bagi para pekerja perawatan kesehatan, tingkat
tertinggi dari infeksi HBV ditemukan diantara dokter gigi dan

75

operasi

mulut. Luka

percutaneous atau

instrumen kontaminasi atau jarum adalah

permucosal dengan
media paling umum

penularan infeksi bagi dokter gigi. HBV vaksin direkomendasikan


untuk semua pekerja pelayanan kesehatan.
Hepatitis D virus (HDV) adalah virus defective yang
memerlukan kehadiran dari HBV untuk kelangsungan hidupnya,
replikasi dan infeksi. Material genetik HDV dipakai dalam
pelapisan

antigen permukaan HBV. Maka, pencegahan infeksi

HDV sama halnya dengan pencegahan untuk HBV dan tergantung


sepenuhnya pada vaksinasi HBV. Setelah antibody terhadap HBV
meningkat pada level protektif, pasien juga terlindungi terhadap
infeksi HDV.
Hepatitis C virus (HCV) adalah mungkin paling serius dari
semua infeksi hepatitis karena tingkat infeksi kronis. Hanya 15%
pasien tertular dengan HCV pulih sepenuhnya 85% berkembang
menjadi infeksi kronis HCV, yang secara dramatis meningkatkan
resiko untuk cirrchosis, hepatocellular carcinoma dan gagal ginjal.
Bahkan, infeksi HCV adalah penyebab utama dari transplansi ginjal
di Amerika. Sayangnya, tidak ada vaksin tersedia untuk HCV.
Karena HCV ditularkan secara khusus melalui rute percutaneous
atau permucosal, para pekerja bidang kesehatan beresiko dari luka
dengan alat yang terkontaminasi.

76

Hepatitis G virus (HGV) adalah ribonucleic acid (RNA)


virus dan epidemologinya dan virologi adalah tidak sepenuhnya
dipahami. HCG jarang terjadi sebagaimana infeksi solitary,
biasanya nampak sebagai co-infection dengan hepatitis A, B atau C.
HGV diketahui ditularkan melalui darah dan telah sering dikaitkan
dengan transfuse darah.
Panduan berikut adalah ditawarkan untuk merawat pasien
hepatitis:
1. Jika pasien tanpa melihat jenisnya, adalah positif mengidap
hepatitis, jangan lakukan perawatan periodontal kecuali situasinya
darurat. Dalam kasus darurat, ikuti protocol untuk pasien positif
untuk hepatitis B surface antigen (HbsAG)
2. Bagi pasien dengan riwayat penyakit hepatitis, konsultasikan
dengan dokternya untuk menentukan tipe hepatitis, aliran dan
lamanya penyakit, mode transmisi dan penyakit liver kronis lainnya
atau keadaan viral carrier.
3. Untuk pasien rehabilitasi HAV atau HEV, lakukan perawatan
periodontal rutin.
4. Untuk pasien dalam rehabilitasi HBV dan HDV, konsultasikan
dengan dokter pasien dan sediakan HbsAg dan anti-HBs (antibody
pada antigen permukaan HBV) hasil tes laboratorium.
a. Jika HbsAg dan anti-HBs tes adalah negatif tetapi HBV
diperkirakan ada, lakukan penentuan lain dari HBS.

77

b. Pasien yang positif HbsAg adalah mungkin infektif (kronis


carrier); tingkatan infeksi diukur oleh penentuan HbsAg.
c. Pasien yang anti-HBs positif dapat dirawat secara rutin (mereka
mempunyai antibodi pada HbsAg)
d. Pasien yang HBsAg negatif dapat dirawat secara rutin.
5. Untuk pasien HCV, konsultasikan dengan dokternya untuk
menentukan resiko pasien untuk transmisibilitas dan status terbaru
dari penyakit liver kronis.
6. Jika pasien dengan hepatitis aktif, positif-HbsAg status (HBV
carrier) atau status positive-HCV carrier memerluan perawatan
darurat, gunakan tindakan pencegahan berikut:
a. Konsultasikan dokter pasien mengenai statusnya.
b. Jika pendarahan kemungkinan terjadi selama atau setelah
perawatan, ukur waktu PT dan pendarahan. Hepatitis dapat
merubah koagulasi; lakukan perubahan perawatan yang
sesuai.
c. Semua personel yang malukan kontak dengan pasien harus
menggunakan pengamanan penuh, termasuk masker, sarung
tangan, kaca mata atau

pelindung mata, dan baju yang

tersedia.
d. Gunakan sebanyak mungkin pelindung yang sekali pakai,
mencakup penanganan ringan, penanganan penggambar dan
bracket trays, pelindung kepala juga harus digunakan

78

e. Semua

alat-alat

yang

sekali

pakai

(sebagai

contoh,

gauze/ram kawat, floss, saliva ejectors, masker, baju, sarung


tangan, gaun) harus ditempatkan dalam satu keranjang
sampah. Setelah perawatan, semua item ini dan semua
pelindung

yang

tersedia

harus

dimasukan

kantong,

dilabelkan dan dibuang, mengikuti panduan sesuai untuk


limbah biohazardous
f. Teknik aseptik harus diikuti setiap saat. Meminimalkan
produksi aerosol dengan tidak menggunakan ultrasonic
instrumentation, semprot udara, atau high speed handpieces;
ingat bahwa saliva mengandung distilasi virus. Pembersihan
dengan chlorhexidine gluconate

selama 30 detik adalah

sangat direkomendasikan.
g. Ketika prosedur dilengkapi, semua peralatan harus digosok
dan disterilkan. Jika item tidak dapat disterilkan atau
dibuang, jangan digunakan lagi.
Jika percutaenous atau luka permucosal terjadi selama
perawatan dental dari HBV carrier, Centers for Disease Control and
Prevention (CD) merekomendasikan langkah-langkah penangganan
pada pasien hepatitis B immune globulin (HBIG). Vaksin HBV
harus

juga

diadakan

jika

pasien

belum

mendapatkannya.

Sayangnya, postexposure prophylaxis dengan immune globulin atau

79

agen antiviral umumnya tidak efektif jika luka percutaneous terjadi


selama perawatan pada pasien hepatitis C carrier.

2.5.12.2 HIV dan AIDS


Karena awal dari epidemik AIDS, sejumlah luka oral telah
dikaitkan dengan infeksi HIV.
Sebagaimana dengan hepatits, tidak semua pasien terinfeksi
HIV mengetahui bahwa mereka tertular ketika mereka ke dokter
gigi untuk perawatan gigi. Selain itu, individual dengan infeksi HIV
tidak akan mengakui status mereka pada riwayat medis. Karena itu,
setiap pasien menerima perawatan medis harus dikelola sebagai
potensi orang yang terinfeksi menggunakan tindakan

pencegahan

universal untuk semua terapi.


Rencana

perawatan

periodontal

ekstensif

harus

dipertimbangkan dalam memandang pada sistemik kesehatan


pasien, prognosis dan masa hidup. Variasi tinggi dalam kemajuan
dari penyakit HIV eksis diantara individual dan seleksi dari rencana
perawatan sesuai tergantung pada keadaan kesehatan pasien secara
menyeluruh. Meskipun ada nampak sedikit kontraindikasi pada
perawatan gigi secara rutin untuk banyak pasien terinfeksi HIV,
rencana perawatan periodontal dipengaruhi oleh sistemik kesehatan
pasien dan infeksi oral yang menyerupai penyakit penyakit.
Kewaspadaan dari gangguan oral diasosiasikan dengan infeksi HIV

80

dapat membuat dokter untuk mengenali penyakit tanpa diagnosis


sebelumnya atau untuk memodifikasi protokol perlakuan secara
benar.
2.5.12.3 Tuberculosis
Pasien

dengan

tuberculosis

hanya

boleh

menerima

perawatan darurat saja, sesuai panduan diuraikan dalam bagian


hepatitis. Jika pasien telah menjalani kemoterapi, dokter yang
menanggani pasien harus dikonsultasikan mengenai

infektivitas

dan hasil dari kultur sputum untuk Myobacterium tuberculosis.


Ketika pembersihan medis telah diberikan dan kultur sputum
dihasilkan adalah negatif, pasien ini dapat diperlakukan secara
normal. Pasien manapun yang memberikan riwayat dari lanjutan
medis kurang baik (sebagai contoh, kekurangan radiografik dada
tahunan) atau menunjukan

tanda atau gejala indikatif dari

tuberculosis harus diarahkan untuk evaluasi. Perawatan sesuai dari


tuberculosis memerlukan lanjutan harus termasuk radiografik dada,
kultur sputum dan tinjauan dari gejala pasien

oleh dokter

setidaknya setiap 12 bulan.

2.6

Obat-Obatan dan Bahan untuk Perawatan Periodontal


Dalam terapi periodontal dipergunakan beberapa obat dan bahan.

Bahan dan obat yang digunakan dapat digolongkan atas:

81

2.6.1. Periodontal pack


Periodontal pack adalah bahan yang sering digunakan untuk
membalut luka bedah setelah dilakuka nnya prosedur bedah
periodontal. Periodontal pack ini hanya membantu penyembuhan
karena dilindunginya luka.
Fungsi periodontal pack:
1.

Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi

2.

Membantu penyembuhan

3.

Mencegah timbulnya nyeri /sakit


Berdasarkan komposisinya, periodontal pack dibagi atas:

1.

Mengandung eugenol

2.

Tidak mengandung eugenol

2.6.2. Desensitizing agent


Desensitizing agent adalah bahan yang digunakan untuk perawatan
hipersensitivitas dentin/akar gigi.
Hipersensitivitas akar bisa terjadi secara spontan apabila akar gigi
tersingkap karena resesinya ginggiva atau karena pembentukan saku
periodontal.

Namun,

hipersensitivitas

bisa

juga

terjadi

setelah

dilakukannya prosedur penskeleran maupun bedah periodontal. Keadaan


ini dimanifestasikan oleh nyeri/sakit yang timbul bila terkena rangsangan
dingin, buah-buahan yang asam, manis, atau kontak dengan sikat gigi atau
alat dental.

82

Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desentisasi dibedakan


atas:
1.

Bahan yang digunakan dokter gigi di klinik praktek

2.

Bahan yang digunakan pasien di rumah


Berdasarkan mekanisme kerjanya, dibedakan atas:

1.

Bahan yang menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin

2.

Bahan yang menurunkan ekstebilitas saraf-saraf interdentin

2.6.3. Disclosing solution


Disclosing solution digunakan untuk mewarnai plaque yang
transparan sehingga dapat terlihat baik oleh pasien maupun dokter gigi.
Fungsi disclosing agent adalah:
1.

Penyuluhan kesehatan gigi dan memotivasi pasien

2.

Efektivitas pelaksanaan control plak

2.6.4. Analgetika
Pemberian analgetika untuk menanggulangi nyeri akibat inflamasi
periodontal kadang diperlukan. Contoh : ibuprofen

2.6.5. Antibiotik
Dalam perawatan periodontal seperti kontrol plak, dalam salah
satu metodenya adalah pemberian bahan anti mikroba.
Tujuan pemberian bahan AM pada periodontal :
a.

Perawatan komplikasi sistemik ANUG dan abses period. Akut .

83

b.

Sebagai AB pelindung pada penderita dengan masalah medis untuk


mencegah

komplikasi

sistemik,

misalnya

SBE,

leukimia,

Agranulositosis dan penderita cangkok ginjal.


c.

Sebagai obat kumur pada kontrol plak dan pencegahan gingivitis

d.

Sebagai pelindung dalam perawatan poket periodontal.


Syarat antibiotik ideal yang digunakan untuk pencegahan dan

perawatan penyakit periodontal :


1.

Bekerja spesifik terhadap bakteri patogen periodontal

2.

Tidak menimbulkan reaksi alergis atau toxis

3.

Aktivitasnya dalam mulut atau jaringan dapat bertahan untuk


waktu yang cukup lama

4.

Tidak secara umum digunakan untuk pennyakit-penyakit lain

5.

Harganya tidak mahal

Antibiotik yang dianjurkan :


1.

Tetrasiklin 250 mg,4 x sehari untuk 14 hari

2.

minosiklin 200 mg /hari , untuk 1 minggu

3.

metronidazole 250 mg/hari,4 x sehari untuk 2 minggu.

Penggunaan Antibiotik secara sistemik :


-

Tetrasiklin : Bila diberikan setelah skeling dan root planning dapat


meningkatkan penyembuhan tetapi tidak terlalu memperlihatkan hasil
pada perlekatan gingiva.

84

Minosiklin : Berkurangnya jumlah bakteri secara total dan hilangnya


spirochaeta (perio) setelah penggunaan lebih dari 2 bulan .

Metronidazole : Sangat berhasil pada terapi ANUG, efektif untuk


terapi gingivitis dan periodontitis.

Chlerhexidine : Irigasi subgingiva setiap hari dengan chlerhexidine


setelah skeling dan root planning berkurang setelah 2 bulan,
terhambatnya pembentukan plak.

2.6.6. Antiviral
Misalnya terapi acyclovir
2.6.7. Obat Lainnya
Periodontal Abses
Pilihan antibiotik pilihan untuk infeksi periodontal :
1) Amoksilin 500 mg, 1 g dosis awal, kemudian 500 mg tiga kali sehari
untuk tiga hari. Evaluasi setelah 3 hari untuk menentukan kebutuhan
lanjutan atau penyesuaian terapi antibiotic.
2) Jika alergi penisilin, berikan Klindamisin. Dosis awal 600 mg,
kemudian 300 mg 4 kali sehari untuk 3 hari.
3) Azritomisin, Dosis awal 1 g kemudian 500 mg 4 kali sehari untuk 3
hari.
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
Antibiotik yang bisa diberikan adalah:
1)

amoxicillin 500 mg (setiap 6 jam sekali selama 10 hari)

85

2) erithromycin 250 mg (setiap 6 jam sekali selama 10 hari)


3) tetracyclin 250 mg (dua kali sehari selama 7 hari)
4) metronodazole 500 mg (dua kali sehari selama 7 hari)
Pasien dengan ANUG ini seringkali mengeluhkan rasa sakit
sehingga susah untuk makan, minum apalagi menyikat gigi sehingga
diperlukan pemberian analgesik (contoh: ibuprofen)
Acute Herpetic Gingivostomatitis
Terapi antiviral yang diberikan adalah Terapi dengan 15 mg/kg
suspense acyclovir diberikan 5 kali sehari selama 7 hari tanpa
menimbulkan efek samping. Acyclovir mengurangi gejala termasuk
demam dari 3 hari menjadi 1 hari, menurunkan lesi ekstraoral yang
barudari 5 hari jadi 0 hari dan mengurangi kesulitan makan dari 7
hari menjadi 4 hari.
NSAID (ibuprofen) juga bisa diberikan untuk mengurangi
demam dan nyeri. Pasien juga bisa menggunakan supplement nutrisi
atau topical anestesi

(contohnya lidokain) sebelum makan untuk

membantu nutrisi yang cukup pada selama phase awal pada acute
herpetic gingivostomatitis.
Perikoronitis
Pemberian antibiotik seperti metronidazole 250-500 mg 3 x
sehari selama 4-6 hari atau erythromisin 500 mg/day selama 4-6 hari
atau penicilin 1-2 MIU/hari selama 4-5 hari.

86

87

BAB III
HASIL DISKUSI

1. Penanya : Eggie Rizky Gunawan (160110130080)


Apa yang dimaksud dengan fistula ?
Penjawab : Ririn (160110130079)
Fistula adalah saluran abnormal diantara 2 organ/ struktur

2. Penanya : Fitria Rahmah (160110130077)


Pada pasien dengan abses gingiva, pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan
air garam hangat tiap 2 jam apabila perdarahannya sudah berhenti, apakah boleh
menggunakan air dingin?
Penjawab : Ririn (160110130079)
Biasanya digunakan dengan menggunakan air hangat untuk menghilangkan rasa
sakit, jadi sebaiknya menggunakan air hangat

88

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan menimpa

siapa saja. Contohnya adalah kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi, yakni


pada jaringan periodontal seperti Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis
(ANUG),

Acute

Herpetic

Gingivostomatitis, Abses Periodontium, serta

Perikoronitis Akut.
Selain itu, terdapat perawatan periodontal untuk pasien dengan penyakit
tertentu seperti penyakit kardiovaskular, gangguan endokrin, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit infeksi, dan lain sebagainya. Sebagai dokter gigi, kita
harus dapat mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan ketika mendapat pasien
dengan kegawatdaruratan tersebut. Selain itu, dokter gigi juga harus merujuk ke
dokter spesialis di bidang penyakit sistemik tersebut agar mengetahui kondisi
sistemik pasien lebih jauh, dan dokter gigi pun tidak boleh melupakan standar
precaution yang harus senantiasa diterapkan saat menjalankan perawatan pada
pasien untuk meminimalisir terjadinya penularan penyakit infeksi dari pasien.
Terdapat beberapa obat dan bahan yang digunakan untuk perawatan
periodontal, diantaranya periodontal pack, desensitizing agent, disclosing
solution, analgetika, antiviral, dan antibiotic seperti tetrasiklin, metronidazole,
chlorhexidine, dan lain-lain.

89

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bahan Anti Mikroba Pada Perawatan Periodontal. [Internet]. Available at :


http://www.iqbalsandira.blogspot.co.id/2009/03/bahan-anti-mikroba-padaperawatan.html?m=1 (Diakses pada 27 September 2015)

2.

Bahan dan Antimikroba Dalam Terapi Periodontal. [Internet]. Available at :


http://www.scribd.com (Diakses pada 29 September 2015)

3.

Carranza, FA and Newman, MG. 2006. Clinical Periodontology. 10th ed. St.
Louis: WB. Saunders.

4.

Klaus H. et al. 1989. Color Atlas of Dental Medicine Periodontology. New


York : Thieme Medical Publisher,

90

Вам также может понравиться

  • Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Рейтинг: 2.5 из 5 звезд
    2.5/5 (2)
  • Periodontal Abses
    Periodontal Abses
    Документ12 страниц
    Periodontal Abses
    Pernak Pernik II
    Оценок пока нет
  • Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Рейтинг: 4 из 5 звезд
    4/5 (11)
  • GINGIVA
    GINGIVA
    Документ20 страниц
    GINGIVA
    demilovegood
    Оценок пока нет
  • Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    От Everand
    Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    Рейтинг: 5 из 5 звезд
    5/5 (2)
  • Infeksi Orofasial Akut Ketik
    Infeksi Orofasial Akut Ketik
    Документ5 страниц
    Infeksi Orofasial Akut Ketik
    lindarimadini4127
    Оценок пока нет
  • Abses Periodontal
    Abses Periodontal
    Документ18 страниц
    Abses Periodontal
    ayu_cicuu
    Оценок пока нет
  • PPK Periodontal Akut RSUD
    PPK Periodontal Akut RSUD
    Документ3 страницы
    PPK Periodontal Akut RSUD
    Anonymous qW73nDT
    Оценок пока нет
  • INFEKSI GIGI
    INFEKSI GIGI
    Документ18 страниц
    INFEKSI GIGI
    Noor Azizah Siskawati
    Оценок пока нет
  • Abses Peridontal
    Abses Peridontal
    Документ11 страниц
    Abses Peridontal
    Mahendra Prihandana
    Оценок пока нет
  • Abses Periodontal
    Abses Periodontal
    Документ11 страниц
    Abses Periodontal
    DheyAmel
    Оценок пока нет
  • Ekstraksi Gigi 36
    Ekstraksi Gigi 36
    Документ14 страниц
    Ekstraksi Gigi 36
    Haen
    Оценок пока нет
  • ABSES PERIODONTAL
    ABSES PERIODONTAL
    Документ2 страницы
    ABSES PERIODONTAL
    ebill
    Оценок пока нет
  • DIAGNOSIS DAN PERAWATAN FLARE UP
    DIAGNOSIS DAN PERAWATAN FLARE UP
    Документ19 страниц
    DIAGNOSIS DAN PERAWATAN FLARE UP
    Irfan Aulia
    Оценок пока нет
  • Bab 1-3 PBL 1 Od
    Bab 1-3 PBL 1 Od
    Документ20 страниц
    Bab 1-3 PBL 1 Od
    Anjar Fajar
    Оценок пока нет
  • 1g Tatalaksana Logbook SK 1 Blok 11
    1g Tatalaksana Logbook SK 1 Blok 11
    Документ7 страниц
    1g Tatalaksana Logbook SK 1 Blok 11
    Dharmapadmi Kasilani
    Оценок пока нет
  • ANUG
    ANUG
    Документ10 страниц
    ANUG
    Yon Aditama
    Оценок пока нет
  • DIAGNOSA DAN PERAWATAN ABSES PERIAPICAL
    DIAGNOSA DAN PERAWATAN ABSES PERIAPICAL
    Документ9 страниц
    DIAGNOSA DAN PERAWATAN ABSES PERIAPICAL
    Nada Syafa Titania
    Оценок пока нет
  • Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2
    Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2
    Документ20 страниц
    Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2
    Geby Winanda
    Оценок пока нет
  • Abses Periodontal
    Abses Periodontal
    Документ4 страницы
    Abses Periodontal
    ginminister
    Оценок пока нет
  • Resume Impaksi Perikoronitis
    Resume Impaksi Perikoronitis
    Документ3 страницы
    Resume Impaksi Perikoronitis
    Cusna S. Denfast
    Оценок пока нет
  • Abses Periodontal
    Abses Periodontal
    Документ12 страниц
    Abses Periodontal
    Nugroho Trihadi
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Abses Lingual
    Bab Ii Abses Lingual
    Документ5 страниц
    Bab Ii Abses Lingual
    Ni kadek sri yuliantari
    Оценок пока нет
  • PEMICU 1 BLOK 16 I
    PEMICU 1 BLOK 16 I
    Документ3 страницы
    PEMICU 1 BLOK 16 I
    Kishendran R Ganandran
    Оценок пока нет
  • Abses Rongga Mulut
    Abses Rongga Mulut
    Документ27 страниц
    Abses Rongga Mulut
    Dendian Berlia Jelita
    Оценок пока нет
  • Laporan Frenektomi
    Laporan Frenektomi
    Документ9 страниц
    Laporan Frenektomi
    Rochman Arifin
    Оценок пока нет
  • (Lapsus) Terapi Abses Periodontal
    (Lapsus) Terapi Abses Periodontal
    Документ7 страниц
    (Lapsus) Terapi Abses Periodontal
    mhdf565
    Оценок пока нет
  • Traktus Sinus Kutan
    Traktus Sinus Kutan
    Документ5 страниц
    Traktus Sinus Kutan
    Tria Sukma Witungga
    Оценок пока нет
  • Lapsus Abses Periapikal - Anatasya
    Lapsus Abses Periapikal - Anatasya
    Документ12 страниц
    Lapsus Abses Periapikal - Anatasya
    anatasya rachmadani
    Оценок пока нет
  • ABSES PERIODONTAL
    ABSES PERIODONTAL
    Документ10 страниц
    ABSES PERIODONTAL
    fadhilah rusmaputeri
    Оценок пока нет
  • Sesi Pertanyaan
    Sesi Pertanyaan
    Документ3 страницы
    Sesi Pertanyaan
    alyntya melati
    Оценок пока нет
  • Bahan Abses Pada Rongga Mulut
    Bahan Abses Pada Rongga Mulut
    Документ28 страниц
    Bahan Abses Pada Rongga Mulut
    aszharilramadhan
    Оценок пока нет
  • Diskusi 2B
    Diskusi 2B
    Документ1 страница
    Diskusi 2B
    21-132-Kendy Sutanto
    Оценок пока нет
  • MENGOBATI KEGAWATDARURATAN GIGI
    MENGOBATI KEGAWATDARURATAN GIGI
    Документ9 страниц
    MENGOBATI KEGAWATDARURATAN GIGI
    Bramita Beta Arnanda
    Оценок пока нет
  • ANUG
    ANUG
    Документ34 страницы
    ANUG
    hidayatul muamalah
    Оценок пока нет
  • NP Parah Pada Perokok dan Pengunyah Tembakau
    NP Parah Pada Perokok dan Pengunyah Tembakau
    Документ6 страниц
    NP Parah Pada Perokok dan Pengunyah Tembakau
    Christie fonesia
    Оценок пока нет
  • PENGOBATAN DARURAT ENDODONTIK
    PENGOBATAN DARURAT ENDODONTIK
    Документ18 страниц
    PENGOBATAN DARURAT ENDODONTIK
    Nirwansyah Kalista R
    Оценок пока нет
  • Macam Fase Perawatan Periodontal
    Macam Fase Perawatan Periodontal
    Документ30 страниц
    Macam Fase Perawatan Periodontal
    Anastasia Okta Erisha
    Оценок пока нет
  • Perawatan Periodontal Fase 2
    Perawatan Periodontal Fase 2
    Документ25 страниц
    Perawatan Periodontal Fase 2
    Hastin As
    Оценок пока нет
  • ANUG
    ANUG
    Документ20 страниц
    ANUG
    dede Tripirmandi
    Оценок пока нет
  • Perbedaan Antara Gingivitis Dan Periodontitis
    Perbedaan Antara Gingivitis Dan Periodontitis
    Документ15 страниц
    Perbedaan Antara Gingivitis Dan Periodontitis
    nuniatmanda
    100% (2)
  • Infeksi Odontogenic Abses Periapikal
    Infeksi Odontogenic Abses Periapikal
    Документ15 страниц
    Infeksi Odontogenic Abses Periapikal
    syifa khairunnisa
    Оценок пока нет
  • Perikoronitis
    Perikoronitis
    Документ15 страниц
    Perikoronitis
    iwe
    Оценок пока нет
  • PJ Ipm
    PJ Ipm
    Документ14 страниц
    PJ Ipm
    Rian
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi Abses
    Klasifikasi Abses
    Документ9 страниц
    Klasifikasi Abses
    Aditya Dana Iswara
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus INFEKSI ODONTOGEN
    Laporan Kasus INFEKSI ODONTOGEN
    Документ6 страниц
    Laporan Kasus INFEKSI ODONTOGEN
    athiyalala7304
    Оценок пока нет
  • Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut
    Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut
    Документ13 страниц
    Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut
    Roza Nafilah
    Оценок пока нет
  • ABSES PERIODONTAL
    ABSES PERIODONTAL
    Документ13 страниц
    ABSES PERIODONTAL
    Laila Fitrotuz Zahroh
    Оценок пока нет
  • Abses Periapikal
    Abses Periapikal
    Документ4 страницы
    Abses Periapikal
    HidayatulRisti Risti
    Оценок пока нет
  • Laporan Gingivektomi Gagah K
    Laporan Gingivektomi Gagah K
    Документ16 страниц
    Laporan Gingivektomi Gagah K
    Gagah Kusuma
    Оценок пока нет
  • Endodontik Flare-Up
    Endodontik Flare-Up
    Документ19 страниц
    Endodontik Flare-Up
    PUTRI
    Оценок пока нет
  • ABSES PERIAPIKAL
    ABSES PERIAPIKAL
    Документ20 страниц
    ABSES PERIAPIKAL
    EshaSawitri
    Оценок пока нет
  • Abses Periodontal
    Abses Periodontal
    Документ3 страницы
    Abses Periodontal
    Ulfa Hasani A
    Оценок пока нет
  • Sinusitis
    Sinusitis
    Документ32 страницы
    Sinusitis
    rusmanshiddiq
    Оценок пока нет
  • Endodontik
    Endodontik
    Документ24 страницы
    Endodontik
    yunisa
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ26 страниц
    Bab 2
    aras
    Оценок пока нет
  • DST Kuretase - Irma Oktavina
    DST Kuretase - Irma Oktavina
    Документ11 страниц
    DST Kuretase - Irma Oktavina
    irma oktavina
    Оценок пока нет
  • Tugas Diskusi Omc
    Tugas Diskusi Omc
    Документ14 страниц
    Tugas Diskusi Omc
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Ulser
    Ulser
    Документ20 страниц
    Ulser
    dwi
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    Документ5 страниц
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Fraktur Gigi
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Jenis-jenis Luka
    Jenis-jenis Luka
    Документ7 страниц
    Jenis-jenis Luka
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • POAC/E
    POAC/E
    Документ3 страницы
    POAC/E
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    Документ24 страницы
    Perdarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • POAC/E
    POAC/E
    Документ3 страницы
    POAC/E
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Praktek Kedokteran
    Praktek Kedokteran
    Документ43 страницы
    Praktek Kedokteran
    Febridho
    Оценок пока нет
  • BMSP5
    BMSP5
    Документ154 страницы
    BMSP5
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Resume Fraktur Mandibula
    Resume Fraktur Mandibula
    Документ11 страниц
    Resume Fraktur Mandibula
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Congenitally Missing Teeth
    Congenitally Missing Teeth
    Документ3 страницы
    Congenitally Missing Teeth
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Case 1 Promosi Kesehatan
    Case 1 Promosi Kesehatan
    Документ43 страницы
    Case 1 Promosi Kesehatan
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • LO 5 Case 1 Full
    LO 5 Case 1 Full
    Документ16 страниц
    LO 5 Case 1 Full
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Hiv
    Hiv
    Документ15 страниц
    Hiv
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Etiologi Periodontitis
    Etiologi Periodontitis
    Документ17 страниц
    Etiologi Periodontitis
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi
    Klasifikasi
    Документ18 страниц
    Klasifikasi
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Patogenesis Gingiva Enlargement
    Patogenesis Gingiva Enlargement
    Документ3 страницы
    Patogenesis Gingiva Enlargement
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Lo 8
    Lo 8
    Документ2 страницы
    Lo 8
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Makalah Case 3 DSP 5
    Makalah Case 3 DSP 5
    Документ16 страниц
    Makalah Case 3 DSP 5
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Kontrol Neurologis
    Kontrol Neurologis
    Документ10 страниц
    Kontrol Neurologis
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Ririn Fitri Synthetic Resins
    Ririn Fitri Synthetic Resins
    Документ38 страниц
    Ririn Fitri Synthetic Resins
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Alloy KG
    Alloy KG
    Документ53 страницы
    Alloy KG
    ririnfitr
    Оценок пока нет
  • Abrasive Materials
    Abrasive Materials
    Документ22 страницы
    Abrasive Materials
    ririnfitr
    Оценок пока нет