Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tradisi,
Modernisasi,
Globalisasi
dan
2. Muncul dari atas melalui paksaan. sesuatu yang dianggap tradisi dipilih
dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang
berpengaruh atau berkuasa.
Setelah terbentuk, tradisi juga dapat mengalami perubahan.
perubahan kuantitatif misalnya terlihat dalam jumlah penganut atau
pendukungnya. rakyat dapat ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang
kemudian mempengaruhi seluruh rakyat dan negara atau dapat
mempengaruhi skala gobal. perubahan lain adalah arahan perubahan
kualitatif yakni perubahan kadar tradisi. simbol, gagasan dan nilai tertentu
ditambahkan dan yang lainnya dibuang. perubahan tradisi juga disebabka
banyaknya tradisi dan bentrokan antara tradisi yang satu dengan
saingannya. benturan ini dapat terjadi antara tradisi masyarakat atau
kultur yang berbeda didalam masyarakat tertentu.
Menurut Piotra Sztompka (2007;26) Suatu tradisi memiliki fungsi bagi
masyarakat :
a. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turuntemurun. tempatnya didalam keasadaran, keyakinan norma dan nilai
yang kita anut.
b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,
pranata dan aturan yang sudah ada.
c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat
loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.
d. Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidakpuasan
dan kekecewaan dan ketidakpuasan kehidupan modern.
Hubungan Akuntansi Sebagai Tradisi
Akuntansi dapat dikatakan sebagai tradisi karena :
a. Akuntansi merupakan kebiasaan yang diwariskan (diteruskan) dari
masa lalu ke masa kini.
b. Menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu,dll.
c. Mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain
atau satu kelompok dengan kelompok lain
d. Mengatur bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya.
e. Berkembang menjadi menjadi suatu sistem yang memiliki pola dan
norma.
f. Mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran
dan penyimpangan.
g. Berubah mengikuti perkembangan zaman. perubahan kuantitatif,
misalnya terlihat dalam jumlah penganut dan pendukungnya,
perubahan kualitatif, misalnya perubahan simbol, gagasan, nilai dll.
Perkembangan Akuntansi Dari Masa Ke Masa
a. Akuntansi primitif atau pra industrialisasi sebelum Masehi;
Diketahui adanya lembaran dari tanah liat yang memuat catatancatatan pembayaran upah di Babylonia sekitar 3600 tahun sebelum
Masehi.
Mengulas
atau kerajaan. Kemudian faham demokrasi mengadopsi tradisi berdirinya perusahaan guna
melayani kepentingan umum. Sedangkan para investor dijanjikan keuntungan sebagai
perangsang agar bersedia mendanai perusahaan, namun pembagian keuntungan bagi para
investor hanya bersifat sekunder bagi tujuan perusahaan yang sesungguhnya, yaitu
memberikan keuntungan bagi masyarakat umum. Hal ini jelas terlihat bahwa tujuan utama
perusahaan adalah untuk kepentingan umum, dan bukan untuk kepentingan pemilik saham.
Ternyata dengan perkembangan zaman, tujuan perusahaan untuk melayani
kepentingan publik tersebut telah berubah digunakan untuk kepentingan pribadi atau
kelompok, sehingga persoalan mengutamakan laba mengorbankan para stakeholder- para
karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat, dan bangsa kita- dan mengabaikan masyarakat.
Dalam konteks perusahaan, tekanan untuk mencari profit yang sebesar-besarnya telah
menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya dalam melindungi konsumen, memberikan produk terbaik yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen, mengembangkan pekerja-pekerjanya dan membuat mereka sejahtera,
serta turut menjaga lingkungannya.
Tekanan untuk mencari profit sebesar-besarnya telah menjadi tyranny yang membuat
orang pintar tak berdaya dan membuat orang baik bertindak buruk. Kita bisa melihat banyak
contoh dimana tyranny ini begitu luar biasa merusak akal sehat manusia. Selain itu Tiranny
of The Bottom Line tersebut berawal dari munculnya teori keagenan dan sistem kapitalisme.
Menurut Gorz disebutkan, dalam kapitalisme, faktor-faktor produksi seperti sumber daya
alam, alat-alat produksi dan tenaga kerja dikombinasikan sedemikian rupa untuk menciptakan
kemungkinan terbesar bagi tercapainya penimbunan keuntungan. Sementara agency theory
menempatkan pihak agen (manajemen perusahaan) dan principal (investor) sebagai pihak
yang memiliki akses dan mendapatkan kontribusi (keuntungan) terbesar dari perusahaan.
Perusahaan dianggap hanya bertanggung jawab untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya
bagi kepentingan para investor.
Jadi yang menjadi penyebab manajer yang baik menjadi buruk adalah karena mereka
terjebak pada kondisi penilaian kinerja yang sangat utilitarian dan parsial sehingga mereka
harus mendapatkan laba setinggi-tingginya, tanpa peduli perbuatannya merugikan publik atau
tidak. Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan manajemen
perusahaan yang bertindak merugikan publik demi mencari keuntungan/laba semata. Lalu,
seperti apa konsep kinerja akuntansi apabila dihubungkan dengan semakin tidak
manusiawinya perusahaan dalam mencari keuntungan. Seperti halnya kita ketahui untuk
mengetahui keberlangsungan hidup dan mengetahui perkembangan suatu perusahaan
digunakan alat ukur atas kinerja manajemen perusahaan. Ukuran kinerja yang digunakan
perusahaan ada beberapa jenis yaitu diantaranya: ROA, ROI, dan EVA. Dalam hal ini
parameternya tetap laba perusahaan dan tentunya adalah laba untuk manajemen perusahaan
dan investor.
Dalam bukunya, Ralph Estes memberikan solusi agar manajemen mengubah system
evaluasi kinerja perusahaan. Perkenalkan system yang valid dan relevan karena manajer akan
menghasilkan tindakan- tindakan dan keputusan yang lebih laras dengan seluruh tujuan
perusahaan yang sering kali cukup kuat dalam mengartikulasikan tujuan- tujuan social yang
bertanggung jawab. Bila perusahaan, melalui system penilaiannya, sungguh- sungguh
bergerak untuk mengevaluasi para manajer tidak berdasarkan satu dimensi saja, tetapi pada
keseimbangan yang mereka capai diantara beberapa dimensi, maka para manajer akan tanggap
dan segera mencari keseimbangan itu. Perusahaan tidak hanya mengakui tanggung jawab
ligkungan dalam pernyataan misi korporatnya, tetapi juga memaksa para manajer bertanggung
jawab atas kinerja actual perusahaan atas dimensi profitabilitas financialnya, maka para
manajer niscaya akan lebih cermat memperhitungkan dampak lingkungandari setiap
keputusan sehari- hari mereka.
Pengabaian masalah lingkungan dan aspek sosial jelas merupakan suatu masalah bagi
kelangsungan hidup (survival) perusahaan. Ini disebabkan oleh karena survival tersebut terkait
erat dengan legitimasi sosial atau keberadaan suatu perusahaan pada suatu komunitas tertentu.
Demikian juga halnya kelangsungan suplai bahan baku produk sangat tergantung pada
kelangsungan atau daya dukungan ekologi. Hal ini menunjukkan bahwa jika suatu indicator
kinerja naik, kinerja keuangan maupun non-keuangan hanya berorientasi pada profit semata,
maka secara jangka panjang akan mengalami kegagalan dalam mempertahankan eksistensi
dan kelangsungan hidup suatu organisasi (Darwis, 2006). Triyuwono (2004) menyatakan
bahwa keempat perspektif dalam Balance Scorecard pun yang digadang-gadang menjadi
pengganti system penilaian kinerja bottom line, semuanya menekankan pada orientasi laba
(profit oriented). Perspektif pelanggan maupun pembelajaran dan pertumbuhan hanyalah
sarana untuk memaksimalkan profit.
Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep
CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah
satu yang terkenal adalah teori triple bottom line Berd (John Elkington, 1997) dimana teori ini
berpandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P. Selain mengejar keuntungan (profit),
perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat
(people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf
wibisono, 2007).
a. Profit (Keuntungan)
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha.
Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar
profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung
jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan
melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki
manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien,
menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika
perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah
mungkin (Yusuf wibisono, 2007).
b. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan,
karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup,
dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk
berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga
disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat.
Karena itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh
kebutuhan masyarakat (Yusuf wibisono, 2007).
c. Planet (Lingkungan)
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam
kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara
yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan.
Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.
Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar.
Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan
uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan
lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh
keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping
ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya (Yusuf wibisono, 2007).
Kesimpulan atau benang merah yang dapat kita ambil dari bukunya Ralph Estes yang
berjudul Tyranny of The Bottom Line bahwasannya Tyranny of the bottom line telah
memaksa para ahli bertindak buruk dengan menggunakan otoritas keahliannya untuk
melegitimasi sebuah obsesi. Perlu diluruskannya kembali tujuan perusahaan, perubahan
terhadap penilaian manajer
harus diukur dari berbagai dimensi dimana tidak
mengesampingkan kepuasan stakeholder dan dampak tanggung jawab sosialnya.
Dalam ajaran agama Islam mengajarkan kita untuk menyeimbangkan antara
pemenuhan kepentingan jangka pendek dengan pemenuhan kepentingan jangka panjang.
Dalam Al Quran Allah swt mengatakan Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu berupa kebahagiaan akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashsash : 77).
Pada ayat diatas jelas Allah swt menganjurkan kepada kita untuk mengejar
kepentingan jangka panjang, namun tidak boleh melupakan kepentingan jangka pendek. Kita
harus mengejar masa depan tanpa harus melupakan hari ini. Kita tetap harus berusaha
memenuhi kepentingan-kepentingan jangka pendek sebagai syarat memenuhi kepentingan
jangka panjang. Namun tidak berarti kita harus terjebak pada kepentingan jangka pendek dan
melupakan kepentingan jangka panjang. Allah swt mengatakan Adapun orang yang
melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. maka Sesungguhnya nerakalah
tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya). (QS. an-Naziat: 37-41).
Sesungguhnya pemeliharaan kelestarian lingkungan telah diatur dengan jelas dalam
peraturan Negara. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
disebutkan dalam pasal 8 ayat (1): sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
pemerintah dan pasal 6 ayat (1): setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan. Dalam hal
ini, korporasi termasuk salah satu pihak yang sangat berkepentingan untuk memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan.
Referensi
- Al-Quran.
- Belkaoui. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
- Burrel, G. dan G. Morgan. 1979. Sociological Paradigms and Organizational Analysis.
New York: Ashgate Publishing Company.