Вы находитесь на странице: 1из 42

MAKALAH

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT


DI INDONESIA
DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI
INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H

NAMA :
KELAS :

KARINA TUTUROONG
X Acc.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, di mana dengan berkat
pimpinannya penulis dapat membuat makalah ini dengan judul :
Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia dan Gerakan
Kebangsaan di Indonesia.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak
yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena keterbatasan dari penulis dalam berbagai
bidang. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada siapa saja yang
membacanya.

Manado, 24 Mei 2011

Karina Tuturoong

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..................................................................................................

Daftar Isi
............................................................................................................
2
BAB I : Pendahuluan
..................................................................................... 3
A. Latar Belakang
Masalah ............................................................... 3
B. Tujuan
Penulisan ..........................................................................
4
C. Masalah ................................................................................
........
D. Manfaat

Penulisan ........................................................................
5
BAB II : Pembahasan
.......................................................................................6
A. Kolonialisme dan Imperialisme Barat di
Indonesia ....................... 6
1. Pengertian Kolonialisme dan
Imperialisme .............................
6
2. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme
Barat .............
8
3. Reaksi Rakyat Indonesia
..........................................................
2

16

B. Gerakan Kebangsaan di
Indonesia ................................................
1. Terbentuknya Kesadaran

22

Nasional ......................................... 22
2. Munculnya Organisasi Pergerakan
Nasional ...........................
26
3. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya
Identitas ........................

31

BAB III : Penutup


.............................................................................................. 33
A. Kesimpulan ...........................................................................
.........
33
B. Saran ....................................................................................
..........

33

Daftar Pustaka
...................................................................................................... 34

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kolonialisme dan imperialisme pada dasarnya merupakan suatu
sistem pemerasan yang dilakukan suatu bangsa terhadap bangsa lain.
Bangsa Indonesia selama berabad-abad hidup dalam kolonialisme dan
imperialisme barat. Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia
telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi dan
budaya bagi bangsa Indonesia.
Dalam bidang politik, pengaruh kekuasaan Belanda makin kuat
karena intervensi yang intensif dalam masalah-masalah istana, seperti
3

pergantian takhta, pengangkatan pejabat-pejabat keraton atau pun


partisipasinya

dalam

menentukan

kebijaksanaan

pemerintahan

kerajaan. Dengan demikian dalam bidang politik penguasa-penguasa


pribumi makin tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan
dalam menentukan kebijaksaan pemerintahan istana makin menipis. Di
samping itu aneksasi wilayah yang dilakukan oleh penguasa asing
mengakibatkan makin menyempitnya wilayah kekuasaan pribumi.
Dalam bidang ekonomi, penghasilan penguasa pribumi makin
berkurang. Sudah pasti keadaan ini akan menimbulkan kegoncangan
dalam kehidupan para penguasa pribumi. Di pihak rakyat, khususnya
para petani dibebani kewajiban untuk mengolah sebagian tanahnya
untuk ditanami dengan tanaman-tanaman eskpor dan masih harus
menyumbangkan tenaganya secara paksa kepada pemerintah kolonial.
Hal inilah yang mengakibatkan runtuhnya perekonomian rakyat.
Dalam bidang sosial, perluasan kolonialisme dan imperialisme
berakibat makin melemahnya kedudukan dan perekonomian penguasa
pribumi. Penguasa pribumi lebih banyak ditugaskan untuk menggali
kekayaan

bumi

Indonesia,

seperti

memungut

pajak,

mengurusi

tanaman milik pemerintah dan mengerahkan tenaga kerja untuk


kepentingan pemerintah Belanda.

Turunnya kedudukan penguasa

pribumi mengakibatkan turunnya derajat dan kehormatan sebagai


penguasa pribumi.
Di bidang kebudayaan, makin meluasnya pengaruh kehidupan
Barat dalam lingkungan kehidupan tradisional. Kehidupan Barat seperti
cara bergaul, gaya hidup, cara berpakaian dan pendidikan mulai dikenal
di kalangan atas atau istana. Sementara itu beberapa tradisi di
lingkungan istana mulai luntur. Tradisi keagamaan rakyat pun mulai
terancam pula. Di kalangan penguasa timbul kekhawatiran bahwa
pengaruh

kehidupan

Barat

mulai

merusak

nilai-nilai

kehidupan

tradisional.
Perubahan dalam berbagai segi kehidupan sebagai akibat makin
meluasnya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia menimbulkan
kegelisahan, kekecewaan, dan kebencian yang meluas di kalangan
rakyat

Indonesia.

Itulah

sebabnya,

pada

abad

ke-19

muncul

perlawanan-perlawanan besar di seluruh wilayah Indonesia.


Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia kemudian membuat
bangsa Indonesia mempunyai tekad untuk menentang penjajahan dan

memperoleh kemerdekaan. Saat itulah tumbuh kesadaran nasional


Indonesia.
Kesadaran nasional adalah suatu sikap yang dimiliki suatu bangsa
berkaitan dengan tanggung jawab hak dan kewajibannya. Kesadaran
nasional ini tumbuh setelah memahami sejarah bangsanya. Dengan
adanya kesadaran nasional akan mampu menumbuhkan semangat
untuk bertindak menentang penjajahan
Selama

bangsa

Indonesia

yang

berada

dalam

genggaman

penjajahan Belanda, sistem pendidikan yang dikembangkan bersifat


diskriminasi.

Ini

terbukti

dari

kecilnya

kesempatan

memperoleh

pendidikan pada penduduk bumi putra.


Politik Etis memberikan peluang lebih besar terhadap usaha
memperoleh kesempatan belajar, melalui Trilogi yang diusulkan oleh
Van Deventer. Kelompok terpelajar/kaum intelektual menjadi pelopor
dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia. Dari mereka itulah
kemudian muncul organisasi pergerakan khususnya Budi Utomo yang
kemudian menjadi pelopor pergerakan nasional. Pemakaian istilah
Indonesia sebagai nama Perhimpunan Indonesia memberikan motivasi
dalam

munculnya

kesadaran

nasional.

Dalam

perkembangannya,

muncul organisasi pergerakan dengan berbagai macam latar belakang.


Ada yang berlatar belakang politik, agama, pemuda, pelajar, wanita.
Dilihat dari strategi perjuangannya, ada yang kooperasi (bekerjasama
dengan Belanda), ada juga yang non kooperasi (tidak mau bekerjasama
dengan Belanda, ada yang bersifat moderat dan ada yang radikal.
Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 yang dilakukan oleh organisasiorganisasi pemuda kemudian melahirkan Sumpah Pemuda yang secara
materiil mengikat persatuan bangsa Indonesia untuk memperoleh
kemerdekaan.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan
kepada para pembaca apa yang dimaksud dengan kolonialisme,
imperialisme dan pergerakan kebangsaan; perkembangan kolonialisme
dan imperialisme barat di Indonesia dan gerakan-gerakan kebangsaan
yang muncul di Indonesia serta dampaknya bagi bangsa Indonesia.

C. MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah


yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme.
2. Perkembangan

Kolonialisme

dan

Imperialisme

Barat

di

Indonesia
3. Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
4. Terbentuknya Kesadaran Nasional
5. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional
6. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Identitas Bangsa

D.MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat
memahami

bagaimana

proses

berkembangnya

kolonialisme

dan

imperialisme barat yang terjadi di Indonesia dan tumbuhnya kesadaran


nasional yang membuat terbentuknya gerakan-gerakan kebangsaan
hingga lahirnya Sumpah Pemuda yang membuat bangsa Indonesia bisa
memperoleh kemerdakaannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA


1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme
a. Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata colonus yang artinya petani.
Istilah ini diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari
negerinya yang tandus dan pindah ke daerah lain yang lebih subur.
Para colonus tetap menjalin hubungan dengan negara asalnya, tapi
oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari
negara induk dan harus tunduk pada negara asal (mother land). Dari
sinilah muncul awal penjajahan (imperialisme).
Jadi kolonialisme adalah suatu sistem pemukiman warga suatu
negara di luar wilayah induknya atau negara asalnya. Biasanya
daerah koloni terletak di seberang lautan dan kemudian dijadikan
bagian wilayah mereka.
Kolonialisme

adalah

suatu

sistem

dimana

suatu

negara

menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap
berhubungan dengan negeri asal.
Kolonialisme

tujuannya

untuk

menguras

sumber-sumber

kekayaan daerah koloni demi perkembangan industri dan memenuhi


kekayaan negara yang melaksanakan politik kolonial tersebut.
Kolonialisme muncul pasca-Revormasi Industri yang sebagai
akibat dari adanya hasrat untuk mencari sumber daya alam yang
sebesar-besarnya yang digunakan sebagai bahan industri di kawasan
Eropa. Bermulai dari kepentingan berdagang, bangsa-bangsa Eropa
ini kemudian mulai menjajah daerah-daerah yang didatangi menjadi
miliknya. Hal ini semakin jelas setelah Perjanjian Zaragosa antara
Portugis dan Spanyol di sepakati dengan membagi dunia atas dua
bagian

yang

menjadi

milik

mereka.
7

Dalam

perkembangannya

muncullah Negara Eropa lain, seperti Inggris, Belanda, Perancis yang


juga menjajah daerah-daerah yang mereka datangi sebagai Negara
jajahannya.
Kolonialisme sering dihubungkan dengan imperialisme, walaupun
pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang
mendasar

dalam

pola

dan

tujuannya.

Kolonialisme

bertujuan

menguasai sumber daya ekonomi dan modal di suatu daerah, dengan


cara menjajah daerah-daerah tersebut.

b. Imperialisme
Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara
besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain
agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh
imperialisme terjadi saat negara-negara itu

menaklukkan atau

menempati tanah-tanah itu.


Kata imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah".

Hak

untuk

memerintah

(imperare)

disebut

"imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut


"imperator". Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena
itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah
dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu
kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja
suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut
negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme
oleh

orang-orang

sekarang,

dan

kemudian

ditambah

dengan

pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat


arti-kata yang kita kenal sekarang ini.
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan)
seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai
imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan
kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi,
kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium
disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi
dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan
diri sendiri.

Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan


ekonomi dan politik negara-negara kaya dan berkuasa, mengawal
dan menguasai negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan
miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di
negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara
penjajahnya.
Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony)
oleh satu bangsa atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah
menambah

hasil

ekonomi.

Negara-negara

imperialis

ingin

memperoleh keuntungan dari negeri yang mereka kuasai karena


sumber ekonomi negara mereka tidak mencukupi. Selain faktor
ekonomi, terdapat satu kepercayaan bahwa sebuah bangsa lebih
mulia atau lebih baik dari bangsa lain yang dikenal sebagai
ethnosentrism.

Faktor

lain

yang

menyumbang

pada

dasar

imperialisme adalah adanya perasaan ingin mencapai taraf sebagai


bangsa

yang

besar

dan

memerintah

dunia,

misalnya

dasar

imperialisme Jepang. Dasar imperialisme awalnya bertujuan untuk


menyebarkan ide-ide dan kebuadayaan Barat ke seluruh dunia. Oleh
karena itulah, imperialisme bukan hanya dilihat sebagai penindasan
terhadap tanah jajahan tetapi sebaliknya dapat menjadi faktor
pendorong pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang ke
arah pembinaan sebuah bangsa seperti pendidikan, kesehatan,
perundang-undangan dan sistem pemerintahan.
Sarjana Barat membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu
imperialisme kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno
adalah negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai
negara-negara lain, atau yang mempunyai suatu imperium seperti
imperium Romawi, Turki Usmani, dan China, termasuk spanyol,
Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis yang memperoleh jajahan di
Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870, tujuan imperialisme kuno
adalah selain faktor ekonomi (menguasai daerah yang kaya dengan
sumber daya alam) juga termasuk didalamnya tercakup faktor agama
dan kejayaan . Sedangkan Imperialisme modern bermula setelah
Revolusi Industri di Inggris tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor
pendorongnya adalah adanya kelebihan modal dan Barang di negaranegara Barat.
Selepas tahun 1870-an , negara-negara Eropa berlomba-lomba
mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka
9

mencari wilayah jajahan sebagai wilayah penyuplai bahan baku dan


juga sebagai daerah pemasaran hasil industri mereka.

Dasar

Imperialisme ini dilaksanakan demi agama, mereka menganggap


bahwa menjadi tugas suci agama untuk menyelamatkan manusia dari
segala macam penindasan dan ketidakadilan terutama di negaranegara yang dianggap terbelakang seperti para misionaris Kristen
yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man
Burden.
Perbedaan dari imperialisme dan kolonialisme hanya terletak pada
makna katanya. Imperialisme adalah suatu bentuk usaha dari satu
negara asing untuk memperluas wilayah kekuasannya dengan cara
menyerang atau menduduki wilayah-wilayah lain yang lemah dari segi
pertahanan, untuk seterusnya dijadikan koloni atau daerah jajahan
mereka. Sementara kolonialisme adalah bentuk dari suatu penjajahan,
dimana suatu daerah dijadikan sebagai bagian dari negara penjajah
untuk menopang sistem ekonomi dari si penjajah. Faktor ekonomi
adalah faktor penyebab atau pemicu dari munculnya imperialisme dan
kolonialisme di muka bumi ini.
2. Perkembangan

Kolonialisme

dan

Imperialisme

Barat

di

Indonesia
a. Kedatangan Bangsa Barat di Berbagai Daerah
Mulai akhir abad XV bangsa Eropa berusaha melakukan
penjelajahan samudra. Faktor-faktor pendorong penjelajahan
samudra antara lain:
1) Adanya keinginan mencari kekayaan (gold)
Kekayaan yang mereka cari terutama adalah rempah-rempah.
Sekitar abad XV di Eropa, rempah-rempah pada saat itu harganya
sangat mahal. Harga rempah -rempah semahal emas (gold).
Mereka

sangat

membutuhkan

rempah-rempah

untuk

industri

obatobatan.
2) Adanya keingingan menyebarkan agama Nasrani (gospel)
Selain mencari kekayaan dan tanah jajahan, bangsa Eropa juga
membawa misi khusus. Misi khusus tersebut adalah menyebarkan
agama Nasrani kepada penduduk daerah yang dikuasainya. Tugas
10

mereka ini dianggap sebagai tugas suci yang harus dilaksanakan ke


seluruh dunia yang dipelopori oleh bangsa Portugis.
3) Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)
Di Eropa ada suatu anggapan bahwa apabila suatu negara
mempunyai banyak tanah jajahan, negara tersebut termasuk
negara yang jaya (glory). Dengan adanya anggapan ini, negaranegara

Eropa

berlomba-lomba

untuk

mencari

tanah

jajahan

sebanyakbanyaknya.
4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan perkembangan paham Renaissance, ilmu pengetahuan dan
teknologi juga berkembang pesat, misalnya seperti berikut ini.
a)

Ditemukannya

Teori

Heliosentris

dari

Copernicus

yang

mengatakan bahwa pusat peredaran tata surya adalah matahari.


Planet-planet berputar mengelilingi matahari dan bumi berputar
pada porosnya. Bentuk bumi tidak rata tetapi bulat. Hal ini
mendorong orang untuk membuktikannya.
b) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal yang dapat
digunakan untuk mengarungi samudra luas.
c) Mulai ditemukannya mesiu untuk persenjataan. Senjata ini dapat
digunakan untuk melindungi pelayaran dari ancaman bajak laut
dan sebagainya.
d) Ditemukannya kompas. Alat ini digunakan sebagai penunjuk
arah, sehingga para penjelajah tidak lagi bergantung pada
kebiasaan alam. Untuk menentukan arah, biasanya mereka
berpedoman pada bintang, sehingga jika angkasa tertutup awan
mereka tidak dapat meneruskan pelayarannya. Dengan kompas,
mereka bebas berlayar ke arah manapun tanpa gangguan, baik
siang maupun malam.
5) Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan bangsa Turki
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453
menyebabkan bangsa Eropa mengalami kesulitan mendapatkan
rempah-rempah. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari sendiri
daerah penghasil rempah-rempah dengan melakukan penjelajahanpenjelajahan samudra.

11

b. Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia


1) Pelayaran Cornelis de Houtman
Pada tahun 1595 Belanda berangkat dari Eropa di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman dan sampai di Indonesia pada tahun 1956
dengan mendarat di Banten. Sejak pelayaran de Houtman, maka
banyak berdiri perusahaan-perusahaan dagang Belanda yang
masing-masing memiliki kapal sendiri dan berlayar ke Indonesia.
Hal inilah yang menyebabkan timbulnya persaingan antara para
pedagang

Belanda.

Para

pedagang

berusaha

mendapatkan

rempah-rempah di Indonesia untuk secepatnya memenuhi muatan


kapalnya. Akibatnya harga pembelian rempah-rempah di Indonesia
meningkat. Para petani dan pedagang Indonesia memperoleh
untung, sedang di Eropa harga rempah-rempah makin merosot,
karena

makin

banyak

tersedia

di

pasaran

Eropa.

Hal

ini

berpengaruh juga terhadap harga rempah-rempah di tanah air di


kemudian hari.
2) Pembentukan VOC
Untuk mengatasi persaingan di antara pedagang Belanda dan
persaingan pedagang Belanda dengan Portugis, maka pedagang
Belanda dengan didukung oleh pemerintahnya membentuk kongsi
dagang yang bernama VOC (Vereenidge Oost Indishe Compagnie)
pada tanggal 20 Maret 1602. VOC adalah badan yang bersifat
partikelir, di mana para pedagang Belanda bergabung di dalamnya.
Tujuan VOC di Indonesia antara lain:
a) Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting.
b) Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
c) Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Agar VOC dapat berkembang dengan baik, pemerintah Belanda
memberikan hak Octroi (istimewa), yaitu hak untuk dapat bertindak
sebagai suatu negara. Hak-hak tersebut antara lain:
a) Hak monopoli perdagangan dari ujung selatan Afrika ke sebelah
timur sampai ujung selatan Amerika.
b) Hak memiliki tentara sendiri dan pengadilan.
c) Hak memiliki mata uang sendiri.

12

d)

Hak

menguasai

kerajaankerajaan

lain

dan

mengikat

di

daerah

perjanjian
kekuasaan

dengan
monopoli

perdagangannya.
Dengan hak-hak istimewa tersebut menyebabkan perkembangan
VOC sangat pesat. Perdagangan-perdagangan Portugis di Indonesia
dapat didesak. Sebagai bukti keberhasilan itu pada tahun 1605,
VOC berhasil menguasai benteng ketahanan Portugis di Ambon,
kemudian namanya diganti menjadi Benteng Victoria. Dengan
adanya peristiwa tersebut, kekuasan Portugis di Maluku terdesak
dan hanya mampu bertahan di Timor-Timur.
3) Persaingan dagang Belanda dengan Inggris
Mengetahui taktik perdagangan Belanda dengan membentuk
persekutuan dagang (VOC), maka Inggris juga mendirikan kongsi
dagang yang dinamakan EIC (East Indian Company) pada tahun
1600 dengan daerah operasi utamanya di Indonesia. Inggris
mengetahui bahwa Belanda menduduki Indonesia, maka Inggris
berniat merebut Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut di
bawah pimpinan Lord Minto sebagai gubernur jenderal Inggris di
Calkuta, didirikan ekspedisi Inggris untuk merebut kekuasaan
Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut seluruh kekuasaan
Belanda di tanah Indonesia, sehingga kekuasan Inggris di Indonesia
berada di bawah pimpinan Raffles sampai tahun 1816. Berdasarkan
konvensi London (Convention of London) tahun 1814, Indonesia
diserahkan kembali kepada Belanda karena dianggap tidak ada
untungnya. Adapun isi pokok dari Konvensi London ialah:
a) Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
b) Jajahan-jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana
tetap di tangan Inggris.
c) Cochain (di Pantai Malabar) diambil oleh Inggris dan Bangka
diserahkan pada Belanda sebagai gantinya.
c.

Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda

1) Pembubaran VOC
Memasuki akhir abad ke-18 kejayaan VOC mulai merosot. Hal ini
disebabkan oleh faktor internal dalam tubuh VOC itu sendiri
13

maupun

faktor

eksternal

di

luar

VOC

yang

menggerogoti

keberadaan VOC. Adapun faktor internal yang menyebabkan


kemerosotan VOC adalah:
a) Banyaknya pegawai VOC yang melakukan korupsi.
b) Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan
VOC yang sangat luas.
Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah:
a) Meletusnya revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke
tangan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
b) Reaksi penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam
bentuk peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan
tenaga.
Keadaan yang kian parah dan mengkhawatirkan menyebabkan
Belanda mengambil sikap, pada tangal 31 Desemnber 1799 VOC
dibubarkan

dan

pemerintah

kolonial

di

Indonesia

mulai

dikendalikan langsung oleh pemerintah kerajaan Belanda.


2) Pemerintaham Herman W. Daendels
Sejak Belanda jatuh ke tangan Prancis pada tahun 1795, Belanda
diubah namanya menjadi republik Bataaf dan diperintah oleh Louis
Napoleon, adik kaisar Napoleon Bonaparte. Di samping

itu,

pemerintah Prancis mengkhawatirkan keadaan di Pulau Jawa


sebagai daerah jajahan Belanda akan direbut oleh Inggris yang saat
itu tidak berhasil dikuasai oleh Prancis. Oleh karena itu, pada
tanggal 1 Januari 1808 Louis Napoleon mengutus Herman W.
Daendels ke Pulau Jawa.
Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan dari
Gubernur

Jenderal

Weise.

Daendels

dibebani

tugas

mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, karena Inggis


telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan
Banda. Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh
Daendels, antara lain:
a) Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari
berbagai suku bangsa di Indonesia.
b) Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
c) Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
d) Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang
kurang lebih 1.100 km.
14

e) Membangun benteng-benteng pertahanan.


Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut Daendels
menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Selain menerapkan kerja
paksa Daendels melakukan berbagai usaha untuk mengumpulkan
dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut antara lain:
a) Mengadakan penyerahan hasil bumi (contingenten).
b)

Memaksa

rakyat-rakyat

menjual

hasil

buminya

kepada

pemerintah Belanda dengan harga murah (verplichte leverantie).


c)

Melaksanakan

Preanger

Stelsel,

yaitu

kewajiban

yang

dibebankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.


d) Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti
kepada Han Ti Ko seorang pengusaha Cina.
Daendels merupakan penguasa yang disiplin, tegas, dan kejam,
sehingga dikenal sebagai gubernur jenderal yang bertangan besi.
Ia juga dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas Galak.
Tindakan Daendels ini di mata orang Belanda sendiri ternyata
sangat dibenci. Daendels juga menjual tanah milik negara kepada
pengusaha swasta asing, berarti ia telah melanggar undangundang negara. Hal tersebut mengakibatkan ia dipanggil pulang ke
negerinya dan diganti Jenderal Jassens pada tahun 1811.
Jassens ternyata berbeda dengan Daendels, ia lemah dan kurang
cakap. Pemerintah Jassens mewarisi situasi keamanan dan ekonomi
yang

sangat

buruk

dan

dibayang-bayangi

ancaman

Inggris

sewaktu-waktu. Pada bulan Agustus 1811 Inggris mendarat di


Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan perlawanan
terhadap Inggris, tetapi tidak berhasil. Akibat serangan Inggris
tersebut

Belanda

menyerah

dan

akhirnya

menandatangani

Kapitulasi Tuntang 11 September 1811. Isi Perjanjian Tuntang


adalah:
a) Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia
Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
b) Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
c) Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa
menjadi wilayah kekuasaan Inggris.
Isi pokok Perjanjian Tuntang tersebut membawa pengaruh langsung
bagi bangsa Indonesia, yaitu wilayah Nusantara diserahkan kepada
EIC (Inggris) yang bermarkas di Calcuta India. Akibat Kapitulasi
Tuntang tersebut Indonesia jatuh ke tangan Inggris.
15

d. Pemerintahan Inggris di Indonesia (18111816)


Setelah

Inggris

berhasil

menguasai

Indonesia

kemudian

memerintahkan Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di


Indonesia dan memulai tugasnya pada tanggal 19 Oktober 1811.
Kebijaksanaan Raffles selama memerintah di Indonesia:
1) Di bidang ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/
pajak/penyerahan diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).
b) Semua tanah dianggap milik negara, maka petani harus
membayar pajak sebagai uang sewa.
Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah
mengalami kegagalan karena:
a) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah,
karena tidak semua rakyat mempunyai tanah yang sama.
b) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah
petani.
c) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
d) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
2) Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial
Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta
dan Surakarta.
b) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.
c) Melarang perdagangan budak.
3) Di bidang ilmu pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a)

Mengundang

ahli

pengetahuan

dari

luar

negeri

untuk

mengadakan berbagai penelitian ilmiah di Indonesia.


b) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai
sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut
diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.
c)

Raffles

menulis

buku

History

of

Java

dan

merintis

pembangunan Kebun Raya Bogor sebagai kebun biologi yang


16

mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan dari


berbagai penjuru dunia.
Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama sebab Pemerintahan
Napoleon di Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat berakhirnya
kekuasan Louis Napoleon 1814, maka diadakan Konferensi London.
Isi Konferensi London antara lain:
a) Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dahulu
direbut Inggris.
b) Penyerahan Indonesia oleh Inggris kepada Belanda berlangsung
tahun 1816.
c) Jhon Fendall diberi tugas oleh pemerintah Inggris untuk
menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda.
Belanda menerima penyerahan Inggris melalui Komisi Jenderal
yang terdiri dari 3 orang, yaitu Elaut, Van der Cappelen, dan
Buykes. Sejak saat itu terjadi perubahan kekuasaan di Indonesia
dari tangan Inggris ke tangan Belanda. Belanda menunjuk Van Der
Cappelen sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda.
e.

Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (Johanes Van Den


Bosch)
Kekosongan keuangan Belanda yang disebabkan oleh perang

kemerdekaan dari Belgia maupun perang Diponegoro, mendorong


Belanda untuk menciptakan suatu sistem yang dapat menghasilkan
keuntungan dalam bidang ekonomi/keuangan bagi Belanda. Pada
masa

kepemimpinan

memperkenalkan

Johanes

culturstelsel

Van

atau

Den

caltivitaion

Bosch
system

Belanda
(tanam

paksa). Sistem tanan paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan


dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa.
1) Aturan sistem tanam paksa
a) Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahan
garapannya untuk ditanami tanaman wajib yang berkualitas
ekspor.
b) Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari
pembayaran pajak tanah.
c) Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah
kolonial. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang
harus dibayarkan kembali kepada rakyat.
17

d) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman


wajib tidak boleh melebihi tenaga dan waktu yang diperlukan
untuk menanam padi atau kurang lebih 3 bulan.
e) Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari
atau seperlima tahun di perkebunan pemerintah.
f) Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen menjadi tanggung
jawab pemerintah (jika bukan akibat kesalahan petani).
g) Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada
kepala desa.
2) Pelaksanaan tanam paksa
Dalam kenyataannya, pelaksanaan cultur stelsel banyak terjadi
penyimpangan, karena berorientasi pada kepentingan imperialis, di
antaranya:
a) Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah
garapan, apalagi tanahnya subur.
b) Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan
waktunya untuk tanaman ekspor, sehingga banyak tidak sempat
mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
c) Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.
d) Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktu tanam
padi

(tiga

bulan)

sebab

tanaman-tanaman

perkebunan

memerlukan perawatan yang terus-menerus.


e) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus
dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan
kepada rakyat.
f) Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab
rakyat/petani.
f.

Undang-Undang Agraria
Dalam pertemuan di parlemen Belanda, Frans van Putte, de Wall,

dan Thorbecke yang berasal dari kaum liberal menyampaikan


gagasan perlunya menerapkan prinsip liberalisme ekonomi di tanah
jajahan.

Menurut

kaum

liberal,

kehidupan

perekonomian

akan

berjalan lancar jika ketentuan berikut ini dipatuhi, yaitu:


1) Swasta mempunyai hak untuk memiliki alat-alat produksi.
2) Anggota masyarakat bebas untuk melakukan tindakan ekonomi.
3) Pemerintah tidak mencampuri urusan rumah tanga perekonomian.
18

Berdasarkan
kesempatan

hal

tersebut

seluas-luasnya

pihak

menjalankan

penguasa
roda

swasta

diberi

perekonomian

di

wilayah Hindia-Belanda. Sebagai perwujudan kemenangan kaum


liberal, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria
tahun 1870 (Agrarische Wet 1870) yang berisi pokok-pokok aturan
sebagai berikut.
1) Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah.
2) Gubernur jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan
yang diatur dalam undang-undang.
3) Tanah-tanah diberikan dengan hak penguasaan selama waktu tidak
lebih dari 75 tahun sesuai ketentuan.
4) Gubernur jenderal tidak boleh mengambil tanah-tanah yang dibuka
oleh rakyat.
Tujuan pemberlakuan Undang-Undang Agraria adalah:
1) Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasaan
pemodal asing.
2) Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah
dari penduduk Indonesia.
3) Membuka kesempatan kerja kepada penduduk Indonesia terutama
di bidang buruh perkebunan.
Pengaruh positif pemberlakuan Undang-Undang Agraria adalah:
1) Rakyat Indonesia diperkenalkan kepada pentingnya peranan lalu
lintas uang (modal) dalam kehidupan ekonomi.
2) Tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar meningkatkan jumlah
produksi

tanaman

ekspor

jauh

melebihi

produksi

semasa

berlakunya sistem tanam paksa, sehingga Indonesia mampu


menjadi penghasil kina terbesar nomor 1 di dunia.
3)

Rakyat

Indonesia

merasakan

manfaat

sarana

irigasi

dan

transportasi yang dibangun pihak perkebunan.


Karena

mendapat

sorotan

tajam,

akhirnya

pada

tahun

1900

pemerintah Belanda menghentikan Undang-Undang Agraria 1870


tersebut.
3. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Upaya Perdagangan
Portugis dan Belanda
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah
Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut
19

baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat Indonesia


mengadakan perlawanan karena sifat-sifat dan niat-niat jahat bangsa
Eropa mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia. Perlawananperlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia disebabkan orang-orang
Barat

ingin

mencampuri

memaksakan
urusan

monopoli

perdagangan

kerajaan-kerajaan

di

dan

berusaha

Indonesia.

Adapun

perlawanan-perlawanan tersebut antara lain:


a. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Portugis
Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka terjadilah
persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis dengan
pedagang

di

perdagangan,

Nusantara.
maka

Portugis

terjadilah

ingin

selalu

menguasai

perlawanan-perlawanan

terhadap

Portugis. Perlawanan tersebut antara lain:


1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis
Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan
saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para pedagang muslim
segera

mengalihkan

kegiatan

perdagangannya

ke

Aceh

Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan Portugis


secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan
dagang yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini, Portugis
selalu

berusaha

menghancurkannya,

tetapi

selalu

menemui

kegagalan. Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari


ancaman Portugis disebabkan:
a) Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b) Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari
pedagang muslim di Pulau Jawa.
c) Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit
yang tangguh.
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari
ancaman Portugis antara lain:
a) Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan
Gujarat (India),
b) Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan
dari beberapa pedagang muslim di Jawa,
c) kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang
cukup baik dan prajurit yang tangguh,
20

d)

meningkatkan

kerja

sama

dengan

Kerajaan

Demak

dan

Makassar.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi
sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka
jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC bermaksud membuat Malaka
menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin menghidupkan kembali
kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka sebelum
kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan
penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (16361841). Pada saat
Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat mempertahankan
kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan Safiatuddin
916411675) Aceh tidak dapat berbuat banyak mempertahankan
kebesarannya.
2) Ternate melawan Portugis
Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat
dan diijinkan mendirikan benteng, namun lama-kelamaan, rakyat
Ternate mengadakan perlawanan. Perlawanan ini terjadi karena
sebab-sebab berikut ini:
a) Portugis melakukan monopoli perdagangan.
b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
c) Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti
bertentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat
Ternate.
d) Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
dengan mereka.
e) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis ditolak
oleh raja Ternate. Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun
bersatu dengan Tidore melawan Portugis, sehingga Portugis dapat
didesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan bantuan
dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis mampu
bertahan di Maluku.
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah
pimpinan Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap Sultan
Hairun, namun rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil
21

membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan tetapi


Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun
berunding. Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan
dibunuh. Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan
Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pada tahun 1574 benteng
Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan
akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun
1975.
b. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda
1) Perlawanan Mataram (Perlawanan Sultan Agung)
Kerajaan

Mataram

mencapai

puncak

kejayaan

pada

masa

pemerintahan Sultan Agung (16131645). Cita-cita Sultan Agung


adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Jawa di bawah pimpinan
Mataram.

Adapun

sebab-sebab

Mataram

menyerang

Batavia

adalah:
a) Mengusir Belanda dari tanah air Indonesia.
b) Belanda sering merintangi perdagangan Mataram di Malaka.
c) Belanda melaksanakan monopoli perdagangan.
Sultan Agung mengadakan penyerangan ke Batavia pertama kali
pada tahun 1628. Pasukan pertama dipimpin oleh Tumenggung
Bahurekso. Adapun pasukan kedua dipimpin oleh Tumenggung
Agul-Agul, Kyai Dipati Mandurorejo, Kyai Dipati Upusonto, dan
Dipati Ukur. Namun serangan tersebut mengalami kekalahan.
Kegagalan serangan pertama tidak mengendorkan semangat
melawan Belanda. Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk
melakukan serangan kedua dengan matang dan cermat. Pada
Tahun 1629 Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua
kalinya di bawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya.
Serangan kedua juga mengalami kegagalan, sebab persiapan
Sultan Agung telah diketahui oleh VOC, gudang-gudang persiapan
makanan Sultan Agung dibakar oleh VOC. Dalam peperangan itu
Pimpinan VOC Y.P. Coen meninggal akibat penyakit colera, sehingga
tentara Mataran mundur takut terserang penyakit. Kemudian
perlawanan rakyat Mataram dilanjutkan oleh:
a) Trunojoyo (16741709)
b) Untung Suropati (16741706)
22

c) Mangkubumi dan Mas Said (14741755)


Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan damai
dengan Belanda dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti
(1755) yang isinya:
a) Mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Barat (Jogja) dan
Mataram Timur (Surakarta).
b) Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono
berkuasa di Mataram Timur (Surakarta).
2)

Banten melawan VOC

Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan


Abdul Fatah yang dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa
(16501682). Sultan Ageng Tirtayasa mengadakan perlawanan
terhadap VOC (1651), karena menghalang-halangi perdagangan di
Banten.
VOC dalam menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa menggunakan
politik devide et impera, yaitu mengadu domba antara Sultan
Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji yang
dibantu oleh VOC. Dalam pertempuran ini Sultan Ageng Tirtayasa
terdesak dan ditangkap. Kemudian Sultan Haji (putera Sultan
Agung Tirtayasa) diangkat menjadi Sultan menggantikan Sultan
Ageng Tirtayasa. Pada Tahun 1750 meletus gerakan perlawanan
terhadap pemerintahan Sultan Haji yang dipimpin Kyai Tapa dan
Ratu Bagus Buang. Perlawanan dapat dipadamkan berkat bantuan
VOC.

Setelah

pertempuran

selesai,

Sultan

Haji

melakukan

perundingan dengan VOC yang isinya:


a) Sultan Haji harus mengganti biaya perang.
b) Banten harus mengakui di bawah kekuasaan VOC.
c) Kecuali VOC, pedagang lain dilarang berdagang di Banten.
d) Kepulauan Maluku tertutup bagi pedagang Banten.
3)

Makassar melawan VOC

Makassar berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaan pada


masa

pemerintahan

Sultan

Hasanuddin

(16541659).

Sultan

Hasanuddin menolak monopoli yang dilakukan oleh VOC, sehingga


terjadilah perang dengan VOC. Peperangan berlangsung tiga kali.
Pertama, terjadi pada tahun 1633, di mana VOC berusaha
memblokade Makassar untuk menghentikan arus keluar masuk
23

perdagangan di Makassar, namun usaha ini belum berhasil.


Pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654, serangan ini juga
belum berhasil. Pertempuran ketiga merupakan pertempuran besar
yang terjadi pada tahun 1667. Dalam perang ini VOC melaksanakan
politik devide et impera, yaitu mengadu domba antara Sultan
Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone). Akhirnya, pada waktu
itu Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya
(1667) yang isinya:
a) Makassar mengakui kekuasaan VOC.
b) VOC memegang monopoli perdagangan di Makassar.
c) Aru Palaka dijadikan Raja Bone.
d) Makassar harus melepaskan Bugis dan Bone.
e) Makassar harus membayar biaya perang VOC.
Karena kegigihannya melawan VOC, Sultan Hasanuddin dijuluki
Ayam Jantan dari Timur.
4)

Perlawanan Diponegoro (18251830)

Perang Diponegoro mulai meletus di Tegalrejo, Jogjakarta dan


meluas hampir ke seluruh Jawa. Bupati-bupati yang ada di bawah
pengaruh Mataram ikut menyatakan perang terhadap Belanda.
Maka perang Diponegoro sering disebut perang Jawa.
Pangeran Diponegoro adalah putera sulung Sultan Hamengku
Buwono III yang dilahirkan pada Tahun 1785. Ketika masih kecil
bernama

Pangeran

Ontowiryo.

Sebab-sebab

umum

Perang

Diponegoro:
a)

Penderitaan

rakyat

sangat

berat

karena

adanya

bermacammacam pajak.
b) Raja dan kalangan istana benci kepada Belanda karena wilayah
Mataram makin dipersempit.
c) Ulama kecewa karena peradaban Barat mulai memasuki
kalangan Islam.
d) Bangsawan kecewa karena tidak boleh menyewakan tanahnya.
e) Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Adapun sebab-sebab khusus perang Diponegoro adalah rencana
pembuatan jalan yang melintasi tanah makam leluhur pengeran
Diponegoro tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada Pangeran
Diponegoro.

24

Dalam perang Diponegoro, Belanda mengalami banyak kesulitan.


Bahkan Belanda mengakui perang Diponegoro merupakan perang
terberat dan memakan biaya yang besar.
Belanda menggunakan siasat benteng stelsel dalam melumpuhkan
perlawanan Pangeran Diponegoro. Tujuan dari sistem benteng
stelsel adalah:
a) Mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro.
b) Memecah belah pasukan Diponegoro.
c) Mencegah masuknya bantuan untuk pasukan Diponegoro.
d) Bagi Belanda sendiri dapat memperlancar hubungan antara
Belanda jika mendapat serangan dari pasukan Diponegoro.
e) Memperlemah pasukan Diponegoro.
Sistem benteng stelsel ternyata belum berhasil mematahkan
perlawanan
pasukan

Diponegoro.

dari

daerah

Kemudian

lain

dan

Belanda

membujuk

mendatangkan
para

pembantu

Diponegoro untuk menyerah. Dengan siasat itu, para pembantu


Pangeran Diponegoro sebagian menyerah, tetapi belum berhasil
menangkap Pangeran Diponegoro.
Belanda menggunakan siasat baru dengan sayembara, tetapi juga
belum berhasil. Pada tahun 1830 Belanda mengadakan tipu
muslihat dengan mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding.
Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro ditangkap. Setelah
ditangkap Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang, kemudian
diasingkan ke Batavia/Jakarta. Pada tanggal 3 Mei 1830 Pangeran
Diponegoro

dipindahkan

ke Manado, dan pada

tahun

1834

dipindahkan ke Makassar dan wafat di Makassar pada tanggal 8


Januari 1855.
5)

Perang Padri (18211837)

Pada abad ke-19 Islam berkembang pesat di daerah Minangkabau.


Tokoh-tokoh Islam berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai AlQuran dan Al-Hadis. Gerakan mereka kemudian dinamakan gerakan
Padri. Gerakan ini bertujuan memperbaiki masyarakat Minangkabau
dan mengembalikan mereka agar sesuai dengan ajaran Islam.
Gerakan ini mendapat sambutan baik di kalangan ulama, tetapi
mendapat pertentangan dari kaum adat. Sebab umum terjadinya
perang Padri adalah
a) Pertentangan antara kaum Padri dan kaum adat.
25

b) Belanda membantu kaum adat.


Perang pertama antara kaum Padri dan kaum adat terjadi di Kota
Lawas, kemudian meluas ke kota lain. Pemimpin kaum Padri antara
lain Dato Bandaro, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku Nan Renceh, Dato
Malim Basa (Imam Bonjol). Adapun kaum adat dipimpin oleh Dato
Sati. Pada perang tersebut kaum adat terdesak, kemudian minta
bantuan Belanda. Perang yang terjadi dapat dibagi menjadi dua
tahap.
a) Tahap pertama (18211825)
Pada tahap ini, peperangan terjadi antara kaum Padri dan kaum
adat yang dibantu oleh Belanda. Menghadapi Belanda yang
bersenjata lengkap, kaum Padri menggunakan siasat gerilya.
Kedudukan Belanda makin sulit, kemudian membujuk kaum Padri
untuk berdamai. Pada tanggal 15 Nopember 1825 di Padang
diadakan perjanjian perdamaian dan tentara Belanda ditarik dari
Sumatra

dan

dipusatkan

untuk

menumpas

perlawanan

Diponegoro di Jawa.
b) Tahap kedua (18301837)
Setelah perang Diponegoro selesai, Belanda mulai melanggar
perjanjian dan perang Padri berkobar kembali. Pada perang ini,
kaum Padri dan kaum adat bersatu melawan Belanda.
Mula-mula kaum Padri mendapat banyak kemenangan. Pada
tahun 1834 Belanda mengerahkan pasukan untuk menggempur
pusat pertahanan kaum Padri di Bonjol. Pada tanggal 25 Oktober
1837, Tuanku Imam Bonjol tertangkap, kemudian diasingkan di
Minahasa sampai wafatnya. Dengan menyerahnya Imam Bonjol
bukan berarti perang selesai, perang tetap berlanjut walaupun
tidak

lagi

mengganggu

usaha

Belanda

untuk

menguasai

Minangkabau.

B. GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA


1. Terbentuknya Kesadaran Nasional
a. Lahirnya kelompok intelektual
Sistem

diskriminasi

rasial

terjadi

dalam

berbagai

bidang

kehidupan masyarakat baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,


budaya dan pendidikan. Sistem yang dikembangkan tersebut dikenal
26

dengan Stelsel Kolonial. Masyarakat terbelah dalam beberapa strata


yaitu orang Belanda asli/totok, Belanda Campuran, Timur Asing dan
Bumi

Putra

(pribumi).

Masyarakat

pribumi

ini

masih

memiliki

tingkatan-tingkatan seperti golongan bangsawan, priyayi dan rakyat


biasa.
Dalam masalah pendidikanpun juga terjadi diskriminasi, karena
sekolah

untuk

masyarakat

Eropa,

Timur

Asing

dan

kelompok

bangsawan berbeda dengan sekolah untuk golongan pribumi. Untuk


pribumi adalah sekolah kelas dua, yang hanya untuk kemampuan
membaca dan menulis. Dengan demikian golongan pribumi akan
tertinggal dalam bidang intelektual.
Salah satu ciri masyarakat terjajah, adalah terbatasnya kaum
cerdik pandai (intelektual). Jika ingin merubah semua itu tentunya
bagaimana rakyat dapat memperoleh kesempatan belajar yang
selama ini terjadi diskriminasi antara orang Belanda dengan kaum
Bumi

Putra.

memperoleh

Dalam

rangka

pendidikan

dan

mendapatkan
pengajaran

kesempatan
ternyata

untuk

masih

ada

sekelompok masyarakat di Belanda yang peduli akan nasib rakyat


Indonesia itu.
Pada tahun 1898, dalam majalah de Gids, dia menulis artikel
berjudul Een Ereschuld (Hutang Kehormatan atau Hutang Budi).
Dijelaskannya

bahwa

Belanda

banyak

menyengsarakan

rakyat

Indonesia. Telah begitu besar kekayaan Indonesia mengalir ke


Belanda (politik batig slof). Untuk itu, perlu ada pengembalian kepada
bangsa Indonesia oleh pemerintah Belanda, karena itu merupakan
suatu hutang.
Terbatasnya kaum cerdik pandai oleh karena bidang pendidikan
bukan menjadi prioritas Belanda. Pada masa VOC keinginan Belanda
adalah

bagaimana

memperoleh

kekayaan

sebanyak-banyaknya.

Itulah sebabnya diambil kebijakan monopoli perdagangan. Sistem


Tanam Paksa yang dilakukan oleh Belanda ternyata membawa
kesengsaraan yang luar biasa bagi rakyat Indonesia. Pelaksanaan
sistem

tanam

paksa

telah

mengakibatkan

rakyat

Indonesia

menderita.
Namun karena desakan dari berbagai pihak terutama dari
kalangan kaum liberal di negeri Belanda lahir kemudian politik etis.
Kebijaksanaan yang diambil sebagai balas budi adalah dengan

27

menerima konsep Th. C. Van Deventer yang dituangkan dalam trilogi,


yang meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi.
Di atas telah disebutkan, bahwa sistem pendidikan kolonial
bersifat diskriminatif. Pada mulanya, diperkenalkan Sekolah Kelas Dua
untuk anak-anak pribumi dan Sekolah Kelas Satu untuk anak-anak
pegawai

negeri,

orang-orang

yang

punya

kedudukan

dalam

masyarakat, dan masyarakat golongan berpunya. Bagi golongan


Eropa dan para bangsawan disediakan Sekolah Rendah. Sejak Abad
ke-20 dibuka sistem sekolah desa atau Volksschool yang lamanya tiga
tahun. Bagi yang akan melanjutkan, disediakan sekolah sambungan
(Vervolgschool) selama dua tahun
Perkembangan

sistem

pendidikan

itu

sebenarnya

menjadi

bumerang bagi Belanda di Indonesia. Walaupun sistem pendidikan


Barat

memperkenalkan

sistem

nilai

Barat,

akan

tetapi

rasa

kebangsaan rakyat Indonesia tidaklah luntur. Hal itu terlihat dari


munculnya semangat kebangsaan, yang kemudian menjadi sebuah
gerakan. Muncullah tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti dr.
Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dan Surjadi Suryaningrat, tidak
dapat dilepaskan dari adanya kemajuan dalam bidang pendidikan
tersebut. Melalui ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, kesadaran
mereka justru tumbuh subur untuk menyusun kekuatan, yang
kemudian menjelma menjadi organisasi modern. Semua itu tidak
terlepas dari munculnya para intelektual yang akhirnya menjadi
pelopor pergerakan nasional.
Untuk mendukung pelaksanaan Politik Etis, pemerintah Belanda
mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik
Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan
harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (Rakyat pribumi). Dengan
Politik Asosiasi dan semboyan unifikasi, akan terjadi suatu proses
pembelandaan terhadap rakyat Indonesia. Namun demikian ternyata
cara yang dilakukan Belanda ini tidak memperoleh sambutan dari
rakyat Indonesia sehingga kebijakan ini tidak membawa hasil. Mereka
berpandangan bahwa bangsa Belanda merasa superior, lebih kuat
dan unggul, sehingga politik Asosiasi justru menimbulkan hubungan
yang paternalistik. Belanda berperan sebagai Bapak dan Indonesia
sebagai anak yang masih harus dibina.
Setelah dilaksanakannya Politik Etis sebagai salah satu kebijakan
pemerintah Hindia Belanda, banyak lembaga pendidikan mulai
28

berdiri. Namun demikian ternyata diskriminasi rasial menjadi salah


satu

hambatan

masuk

sekolah.

Sistem

pendidikan

juga

dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa,


Timur Asing dan Bumiputra). Untuk kelompok bumiputra masih
diwarnai oleh status keturunan yang terdiri dari kelompok bangsawan
kaum priyayi dn rakyat jelata.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka struktur pendidikan
terdiri dari pendidikan dasar yang didalamnya ada ELS (Europese
Legerschool) dan HIS (Holandsch Inlandschool) untuk keturunan
Indonesia asli yang berada pada golongan atas. Sedangkan untuk
golongan Indonesia asli dari kelas bawah disediakan Sekolah Kelas
Dua.
Dalam pendidikan tingkat menengah ada HBS (Hogere Burger
School) MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middelbare
Aschool).

Disamping

itu

juga

ada

beberapa

sekolah

kejuruan/keguruan seperti Kweek School, Normaal School.


Untuk pendidikan tinggi, ada Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk
Instituut voor Hoger Technisch Ondewijs in Nederlandsch Indie),
Sekolah Tinggi Hukum (Rechschool), dan Sekolah Tinggi Kedokteran
yang berkembang sejak dari Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan
GHS (Geneeskundige Hogeschool).
Pendidikan kesehatan (kedokteran tersebut di atas) yang sejak 2
Januari 1849 semula lahir sebagai Sekolah Dokter Jawa, kemudian
pda tahun 1875 diubah menjadi Ahli Kesehatan Bumiputra (Inlandsch
Geneeskundige). Dalam perkembangannya pada tahun 1902 menjadi
dokter Bumiputra (Inlandsch Arts). Sekolah ini diberi nama STOVIA
(School tot Opleiding van Indische Artsen) yang kemudian pada tahun
1913 diubah menjadi NIAS (Nederlandsch Indische Artsenschool).
Di atas telah dikatakan bahwa munculnya sistem pendidikan
tidak dapat dipisahkan dengan politik etis. Dari sinilah mulai adanya
perhatian terhadap perkembangan pendidikan mengingat salah satu
dari Trilogi van Deventer secara eksplisit menyebutkan mengenai
edukasi.
Jika dikaitkan dengan lahirnya pergerkan nasional, peranan
lulusan sekolah Belanda memiliki posisi yang sangat penting. Hal ini
terbukti dengan kehadirannya sebagai pelopor dalam pergerakan
nasional dengan mendirikan organisasi seperti studie Fond maupun
Budi Utomo.
29

b. Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional


Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang,
khususnya pada masa pergerakan nasional adalah bagaimana
mengkomunikasikan perjuangan itu pada pihak lain. Kurangnya
komunikasi ini dapat memberikan dampak negatif dalam sebuah
perjuangan.

Komunikasi

sangat

bermanfaat

dalam

upaya

mengkoordinasikan perjuangan. Salah satu sarana yang dapat


dipergunakan untuk mengkomunikasikan perjuangan itu adalah
melalui pers. Ketajaman pena pers itu dapat memberikan motivasi
pada para pejuang, sebab bagaimanapun sebuah terbitan pasti
memiliki warna dan nuansa yang subjektif.
Secara

umum,

pers

harus

mampu

memeperjuangkan

objektivitas, menjadi alat pendidikan, alat penyalur aspirasi, sebagai


lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya untuk penggalangan
opini umum. Dengan demikian, pers dapat berfungsi sebgai alat
perjuangan bangsa. Bagi bangsa Indonesia pada masa pergerakan
nasional itu, pers dapat berfungsi sebagai alat propaganda demi
kepentingan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan pers amat
penting. Pers yang berbahasa Melayu, dalam perjuangan bangsa
Indonesia, amat penting karena dapat menarik pembaca dari
kelompok Bumi Putra. Keberadaan pers yang berbahasa Melayu
merupakan ancaman bagi pers Belanda atau pers Tionghoa. Oleh
karena itu, dalam usaha untuk menarik pembaca, pemerintah
Belanda juga menerbitkan pers berbahasa Melayu.
Pers

mampu

memberikan

sumbangan

terhadap

timbulnya

kesadaran bangsa Indonesia. Sebagai contoh, setelah Budi Utomo


didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, surat edaran yang berkaitan
dengan pendirian BU itu dimuat dalam Surat Khabar De Locomotif
dan Bataviaasch Nieuwsblad. Hal yang sama juga dilakukan oleh
majalah Jong Indie. Pemuatan surat edaran pendirian Budi Utomo itu
memberikan nilai positif karena masyarakat segera tahu sesuatu
telah terjadi.
Memperingati 100 tahun bebasnya negara ini dari kekuasaan
Perancis mendapatkan reaksi yang amat keras. Hal itu terlihat dari
pemuatan tulisan Suwardi Surjaningrat dalam surat kabar de Express
(surat kabar yang dimiliki Indische Partij). Peranan pers tidak terbatas
pada terbitan di Hindia Belanda. Di luar negeri pun (negeri Belanda)
Perhimpunan Indonesia menerbitkan Indonesia Merdeka. Penerbitan
30

tersebut memberikan sumbangan besar dalam mengkomunikasikan


perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri. Ini terbukti dari
seringnya Perhimpunan Indonesia mengikuti pertemuan internasional.
2. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional
Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata
Natie

(Belanda),

atau

nation

(Inggris)

yang

berarti

bangsa.

Nasionalisme adalah faham yang berkaitan denga kecintaan terhadap


tanah air. Orang yang bersifat nasionalis adalah orang yang mencintai
bangsa dan tanah airnya. Kehadiran Jong Java mendorong lahirnya
beberapa

perkumpulan

serupa,

seperti

lahirnya

Pasundan,

Jong

Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong


Selebes, Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar- Pelajar
Indonesia), Pemuda Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond,
Kepanduan, dan sebagainya. Semua organisasi tersebut mendorong
timbulnya kesadaran nasional bangsa Indonesia.
a. Budi Utomo
Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia
memiliki semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas
Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di Yogyakarta dan
termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907
mulai mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa.
Di

bawah

pimpinan

Wahidin

Sudirohusodo,

diupayakan

pengumpulan dana untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk


merealisasikan tujuan tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini
merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk
memberikan kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia
dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Cita-cita luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan,
khususnya, dari golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro Husodo
tersebut, ternyata mempengaruhi jiwa Sutomo, seorang mahasiswa
STOVIA Jakarta.
Pada

tanggal

20

Mei

1908,

para

mahasiswa

STOVIA

memproklamasikan berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu,


Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Organisasi yang baru berdiri itu
menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar (intelektual).

31

Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu


dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa
Bumi Putera,
2. Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
3. Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana
untuk kepentingan belanja anak-anak sekolah, dan
4. Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita
kemanusiaan dalam upaya mencapai kehidupan yang layak.
Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi
ini menjadi model bagi gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup
kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan terpelajar dan
wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo
menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa
Indonesia, kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia, Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.
b. Sarekat Islam (SI)
Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran SDI
didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing dengan pedagang
Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem
monopoli yang dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para
pengrajin batik yang ada di Solo sangat dirugikan, terutama dalam
penentuan harga.
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud
untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga
memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya
sebagai berikut,
1. Mengembangkan jiwa berdagang,
2. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami
kesukaran,
3. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat
Bangsa Bumi Putra, dan
4.

Menggalang

persatuan

umat

Islam

memajukan kehidupan Agama Islam.

32

khususnya

dalam

Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang


beragama Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk
menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada
keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu,
pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat
Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi
yang

terbuka

sehingga

memungkinkan

untuk

menjangkau

keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas


pribumi.
Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam
menjadi

motivasinya.

Perkembangan

Sarekat

Islam

amat

mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan


Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari
Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan
badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda,
yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga
terjadi perpecahan diberbagai daerah.
Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis
dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak
belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius),
sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis). Dalam
Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak
diperkenankan

adanya

keanggotaan

rangkap

maupun

jabatan

rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.


c.

Perhimpunan Indonesia
Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun

1908, mendirikan organisasi yang diberi nama Indische Vereniging.


Pelopor berdirinya organisasi ini adalah Sultan Kasayangan seorang
mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari Jogjakarta. Tujuan
yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan
bersama atas orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang
pribumi maupun nonpribumi, yang ada di Negeri Belanda. Dalam
perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, diganti
namanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama
perkumpulan ini menggunakan istilah Indonesia. Hal ini menjadi
penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya
menunjukkan identitas kita.

33

Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda


seperti

Tjipto

Muhammad

Mangunkusumo
Hatta

dan

sangat

Suwardi

Suryaningrat,

menguntungkan

dan

perkembangan

Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta,


aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meluas.
Perhimpunan

Indonesia

banyak

mengikuti

pertemuan

internasional, seperti konferensi internasional yang diadakan di Paris


dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan perjuangan
Bangsa Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat
non-cooperasi dan self help. PI memiliki media, yaitu majalah Hindia
Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa Indonesia
disampaikan kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan sifat keIndonesiaannya,

nama

Hindia

Putra

diganti

menjadi

Indonesia

Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan Nasional memiliki


arti penting mengingat organisasi itu juga membuka keanggotaannya
untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.
d. Indische Partij (IP)
Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai
organisasi politik didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi
Surjaningrat, dan seorang keturunan Belanda yaitu E.F.E. Douwes
Dekker.
Pendirian Indische Partij juga dimaksudkan untuk menggantikan
Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan
Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indische Partij
adalah membangun patriotisme sesama Indiers terhadap tanah air
yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah
bekerja

sama

atas

dasar

persamaan

ketatanegaraan

dalam

memajukan tanah air.


Dalam
organisasi,

upaya
para

mempertahankan
pemimpinnya

keberadaannya

berupaya

agar

sebagai

mendapatkan

pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi usaha itu


gagal karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala cara selalu
melarang berdirinya organisasi yang dianggap membahayakan.
Dengan semboyan Indie voor Indiers yang artinya Indonesia
untuk Bangsa Indonesia, organisasi itu berusaha membangkitkan
semangat cinta tanah air walaupun tanpa badan hukum. Karena
gerakannya
Akibatnya,

yang
para

radikal,

organisasi

pemimpinnya
34

itu

dianggap

mendapatkan

berbahaya.

kesulitan

dalam

melakukan aktivitas organisasi. Lebih-lebih setelah terjadi polemik


Suwardi Surjaningrat dengan pemerintah Belanda dalam artikelnya
Als ik een Nederlanders was yang dimuat dalam deExpress.
Polemik itu terjadi setelah tulisaannya itu diterjemahkan dalam
bahasa Melayu/Indonesia. Akibatnya para pemimpinnya ditangkap
dan diasingkan ke negeri Belanda.
e. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)
Para pegawai Belanda di Indonesia, semula, mendirikan Indische
Social Democratische Veregining (ISDV). Dalam perkembangannya,
ISDV, pada tanggal 20 Mei 1920, diubah menjadi Partai Komunis
Hindia. Setelah itu, diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Pengurusnya ialah Semaun (Ketua), Darsono (Wakil Ketua),
Bergsma (Sekretaris) dan anggota pengurus yang terdiri dari Baars,
Sugono, dan H.W. Dekker sebagai bendahara. Partai Komunis
Indonesia (PKI) secara resmi berdiri tanggal 23 Mei 1920. Tokoh yang
ada di belakang pendirian PKI adalah Sneevlit, seorang pegawai
Belanda yang dikirim ke Indonesia.
Pada

tanggal

13

November

1926,

PKI

mengadakan

pemberontakan di Banten, Sumatera disusul tindakan kekerasan di


Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak penangkapan
terhadap tokoh perjuangan, yang dibuang ke Digul dan Tanah Merah.
f. Partai Nasional Indonesi (PNI)
Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4
Juli 1927. Kelahiran PNI tidak terlepas dari peranan Algemeen Studie
Club, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa di Bandung. Rapat
pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo,
Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada
rapat pendirian tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang
disahkan dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27 sampai
30 Mei 1928.
Dalam Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang
meliputi

bidang

memajukan

politik

perekonomian

untuk

mencapai

nasional,

dan

Indonesia

merdeka,

memajukan

pelajaran

nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian didirikan


sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan perkumpulan
koperasi. Garis perjuangan PNI adalah non-cooperative, artinya tidak
mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda.
35

Karena ketatnya pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda,


para tokoh PNI kemudian ditangkap pada tahun 1930. Akibatnya,
Soekarno,

Gatot

Mangkuprodjo,

Markum

Sumodiredjo,

dan

Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh pengadilan


Bandung. Dalam sidang tersebut, Soekarno menulis pembelaan
deangan judul Indonesia Menggugat.
Penangkapan terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat
sehingga menggoyahkan kehidupan partai tersebut. Dalam suatu
kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931, diambil keputusan
bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini membawa perpecahan
pada para pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan Partindo
sedangkan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru
(Pendidikan Nasional Indonesia).
g.

Permufakatan

Perhimpunan

Perhimpunan

Politik

Kebangsaan Indonesia (PPPKI)


Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU,
Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie
Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam rapat
tanggal 17 sampai 18 Desember 1927. Tujuan yang ingin dicapai dari
federasi ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme
Belanda.
Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu
mengordinasikan gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang
maderat. Upaya PPPKI yang memberikan sumbangan terhadap
perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. PPPKI mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan
terhadap pembebasan pelajar di negeri Belanda.
2. PPPKI mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya
penangkapan terhadap para pemimpin Frond Nasional yang
diharapakan dapat memberikan bantuan terhadap keluarga
yang ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.
3. PPPKI ikut menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932.
Dalam kongres itu diusahakan peredaan ketegangan diantara
organisasi-organisasi politik yang ada di Indonesia.
h. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Tekanan Pemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI
sebagai suatu federasi tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh
36

karena

itu,

dalam

rapat pendirian

Concentrasi Nasional

yang

diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah


federasi baru. Yang menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro,
Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik. Yang
menjadi latar belakang berdirinya GAPI adalah:
1. kegagalan Petisi Sutardjo,
2. kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis
3.

sikap

pemerintah

kolonial

Belanda

yang

kurang

memperhatikan kepentingan Bangsa Indonesia.


Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk
menentukan sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh
pergerakan Indonesia. Semboyan yang dikumandangkan dalam
konferensi

pertamanya

tanggal

Juli

1939

adalah

Indonesia

berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan


nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua pihak
untuk waspada terhadap bahaya fisis. Untuk pertama kalinya, GAPI
dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno
Tjokrosujono.
i.

Partai Indonesia Raya (Parindra)


Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperative oleh

pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan

Studie Club

mulai

memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader bangsa. Karena


itulah, Indonesische Studie Club Surabaya yang dipimpin oleh dr.
Sutomo

mulai

mengembangkan

pengaruhnya

di

kalangan

masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club menjadi Persatuan


Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu
cikal bakal dari Parindra.
3.

Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Indentitas


Peranan

pemuda

dalam

pergerakan

nasional

dimulai

sejak

berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Dalam perkembangan


selanjutnya, organisasi itu lebih banyak diikuti oleh golongan tua. Oleh
karena itu, para pemuda selalu ingin menggalang kekuatan yang
merupakan pencerminan aktivitas para pemuda. Pada tanggal 7 Maret
1915, di Jakarta, para pemuda seperti dr. R. Satiman Wirjosandjojo,
Kadarman, dan Sunardi mendirikan organisasi kepemudaan yang
keanggotaannya terdiri dari anak sekolah menengah di Jawa dan
Madura. Perkumpulan itu diberi nama Trikoro Dharmo. Trikoro Dharmo
37

artinya tiga tujuan mulia yang meliputi: sakti, budi, dan bakti. Tujuan
perkumpulan

ini

adalah

mencapai

Jawa

Raya

dengan

cara

memperkokoh rasa persatuan antar pemuda Jawa, Madura, Sunda, Bali,


dan Lombok.
Dalam rangka untuk mewujudkan persatuan, pada kongres di Solo
tanggal 12 Juli 1918, Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Tujuan
yang ingin dicapai ialah mendidik para anggota supaya kelak dapat
memberikan tenaganya untuk membangun Jawa Raya. Cara yang harus
ditempuh
perasatuan,

untuk

mewujudkan

menambah

tujuan

pengetahuan

itu

adalah

anggota

mempererat

serta

berusaha

menimbulkan rasa cinta pada budaya sendiri. Dalam perjuangannya,


Jong Java tidak melibatkan diri dalam masalah politik.
Kehadiran

Jong

Java

ini

mendorong

lahirnya

beberapa

perkumpulan serupa, seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen


Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes, Timorees
ver

Bond,

PPPI

(Perhimpunan

Pelajar-Pelajar

Indonesia),

Pemuda

Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan


sebagainya. Di samping gerakan-gerakan pemuda, juga terdapat
organisasi wanita seperti Puteri Indonesia, Aisijah, Wanita Sarekat
Ambon, dan Organisasi Wanita Taman Siswa.
Keberadaan organisasi yang bersifat kedaerahan itu melahirkan
keinginan untuk menciptakan wadah tunggal pemuda Indonesia.
Kongres Pemuda Pertama dilaksanakan mulai tanggal 30 April 1926
sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dalam Kongres Pemuda I ini adalah
menanamkan semangat kerja sama antar perkumpulan pemuda di
Indonesia. Oleh karena itu, ada upaya untuk membentuk wadah
federasi dari organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus
1926, disahkan perhimpunan baru yang bernama Jong Indonesia.
Perjuangan untuk menyatukan kehendak para pemuda akhirnya
menjadi kenyataan. Atas inisisatif PPPI, pada tanggal 27-28 Oktober
1928, dilaksanakan Kongres Pemuda Indonesia II yang tujuannya:
a. Melahirkan

cita-cita

semua

perkumpulan

pemuda-pemuda

Indonesia,
b. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
c. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh
persatuan Indonesia.

38

Keputusan yang kemudian disebut Sumpah Pemuda oleh Bangsa


Indonesia tersebut diperingati tiap tahun sebagai Hari Sumpah
Pemuda dan sekaligus Hari Pemuda Indonesia. Selain mengucapkan
sumpah, pada saat itu diperkenalkan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman danpengibaran
bendera Pusaka Sang Merah Putih.
Walaupun telah menghasilkan Sumpah Pemuda, para pemuda
belum mampu menciptakan fusi wadah bagi para pemuda Indonesia.
Walaupun demikian, dengan tercetusnya Sumpah Pemuda itu, telah
memberikan

bukti

atas

ketegasan

konsepsi

perjuangan

bangsa

Indonesia yang bersatu dan berdaulat.


Tekad untuk persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah
tanggal 31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk
Indonesia Moeda. Hal tersebut memberikan bukti bahwa para
pemuda kita lebih mengutamakan persatuan dan kepentingan bangsa
daripada kepentingan pribadi, golongan, maupun kedaerahan. Dengan
demikian, kehadiran Indonesia Moeda merupakan pelopor dalam upaya
secara nyata untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan pengalaman sejarah yang dipaparkan dalam makalah ini,
jelaslah bahwa kolonialisme dan imperialisme merusak seluruh sendisendi masyarakat yang dijajah. Penjajahan tidak sesuai dengan
prikemanusiaan.
Perlawanan bangsa Indonesia memberikan kita pelajaran yang
sangat berharga bahwa persatuan dan kesatuan sangat penting bagi
keutuhan suatu bangsa. Kita akan mudah dihancurkan apabila kita
terpecah-belah.

Pergerakan

nasional

yang

membangkitkan

dan

semangat nasionalisme memegang peranan penting bagi tercapainya


kemerdekaan Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah kita juga dapat menyadari bahwa
tantangan bukan saja datang dari luar negeri, tetapi juga dari dalam
negeri yang patut diwaspadai seluruh rakyat Indonesia.

39

B. SARAN
Kita hendaknya tetap peka terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan bangsa Indonesia. Tanpa kita sadari, kolonialisme
dan imperialisme masih terus berjalan. Kolonialisme dan imperialisme
tidak hanya terjadi pada zaman dahulu, tetapi juga pada zaman
modern.
Kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan harus kita
manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Perjuangan bangsa Indonesia
belum selesai. Pada saat ini kita harus berjuang mengisi kemerdekaan
untuk mencapai cita-cita nasional Masyarakat Adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ben. (1988). Revolusi Pemuda, Pendudukan Jepang dan
Perlawanan
di Jawa 1944 - 1946. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hans Kohn. (1984). Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta : PT.
Pembangunan
dan Erlangga.
Nugroho Notosusanto. dkk . (1992). Sejarah Nasional Indonesia 2 dan
3. Jakarta:
Depdikbud.
Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo
sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

40

Nagazuni, Akira. (1988). Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi


Utomo 1908 1919. Jakarta ; Depdikbud.

41

Вам также может понравиться