Вы находитесь на странице: 1из 63

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi
dengan ilmu pertanian yang memberikan arti suatu ilmu yang
mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara
ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian
(Daniel 2004). Berdasarkan pengertian ekonomi pertanian yang
demikian, ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok
tanam tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
pertanian, baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura,
subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor
perikanan. Ilmu ekonomi pertanian sangat berkembang di Indonesia.
Perkembangan ilmu ekonomi pertanian di Indonesia nyaris paralel
dengan era perubahan teknologi pertanian dan Revolusi Hijau, yang
membawa

peningkatan

produksi

pangan

secara

gemilang.

Sebagaimana diduga, fokus utama kajian ekonomi pertanian pada


waktu itu adalah upaya peningkatan produksi pangan karena Indonesia
yang baru lepas dari penjajahan, masih menghadapi persoalan
kelaparan yang sangat mengkhawatirkan. Salah satu ciri khas
perkembangan

ilmu

ekonomi

pertanian

di

Indonesia

adalah

kedekatannya dengan teori-teori pembangunan pertanian, yang


kebetulan dibawa oleh para ilmuwan Amerika Serikat, seperti David
H. Penny, Arthur T. Mosher dan lain-lain. Mosber bahkan dianggap
sebagai salah satu ikon pembangunan pertanian di Indonesia ketika
karyanya tentang Getting Agriculture Moving atau lebih dikenal dalam
Bahasa Indonesia dengan judul Menggerakkan Sektor Pertanian
(Fauzi 2003).
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting
dalam perekonomian Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk yang sangat besar yang memiliki sumber daya alam

yang beragam dan potensial. Sumber daya alam ini meliputi hutan,
tanah dan air yang merupakan kekayaan alam yang perlu
dimanfaatkan, dan diolah sebaik baiknya sehingga dapat bermanfaat
bagi masyarakat. Oleh karena itu, sebagian besar penduduk Indonesia
bekerja di sektor pertanian.
1 menunjang perekonomian bangsa.
Pertanian di Indonesia sangat
Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak
merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Tetapi
pada kenyataannya Indonesia sampai saat ini belum mampu
memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu faktor yang
menyebabkan kurang majunya pertanian di Indonesia adalah petani
yang belum mengenal berbagai terobosan teknologi baru di bidang
pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas usahatani dan
pendapatan petani. Kehidupan masyarakat pedesaan memang masih
sangat sederhana, baik dari segi sosial maupun budayanya. Dengan
mengandalkan pendapatan yang berasal dari usahatani, mereka
berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya, baik

untuk konsumsi

makanan, konsumsi bukan makanan, pakaian, perumahan, dan lain


sebagainya.
Oleh karena itu Program Studi Agribisnis, Ilmu Tanah, PKP dan
Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS Surakarta, melaksanakan
praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebagai daerah pedesaan
yang menjadi objek praktikum. Dari kegiatan ini, diharapkan agar
mahasiswa

dapat

mengkaji

informasi

mengenai

karakteristik

perekonomian di pedesaan dan dapat memberikan kontribusinya dalam


sektor pertanian Indonesia agar dapat lebih maju dan berkembang.

B. Perumusan Masalah
Desa Demangan merupakan salah satu desa di Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali. Dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimanakah karakteristik rumah tangga petani di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali?
3. Berapa besar pendapatan dan konsumsi rumah tangga petani di
Bagaimanakah karakteristik rumah tangga petani di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
1. Melatih mahasiswa untuk mengenal kehidupan rumah tangga
petani di pedesaan serta mengharapkan mahasiswa mengetahui
secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di pedesaan.
2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai
pendapatan rumah tangga petani baik dari usahatani maupun dari
luar usahatani.
3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta
investasi oleh rumah tangga petani.
D.

Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian


1. Bagi Pemerintah Kabupaten , hasil praktikum ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi
dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga di
Kabupaten Boyolali.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum diharapkan dapat
mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan
pertanian.

3. Bagi Mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata


kuliah Ekonomi Pertanian yang ditempuh pada semester satu.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakter Pedesaan
Desa

adalah

istilah

pengertian

yang

beraneka

ragam.

Pembagian administratif negara kita atas wilayah provinsi, kabupaten,


kecamatan dan desa sering menimbulkan kekaburan dalam pengertian
masyarakat desa. Pengertian desa dari sudut pandang sosiologi di
Jawa berbeda sekali dengan apa yang disebut dengan nama yang sama
di Bali, Ambon atau Sulawesi. Besarnya, susunan dan hubungan
sosialnya berbeda-beda, walaupun terdapat beberapa ciri yang sama
seperti keakraban, tolong-menolong dan keterkaitan pada tempat
pemukiman yang sama (Luthfifatah 2008).
Karakteristik pedesaan hingga saat ini masih sangat lekat
dengan kondisi rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya
tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan pemukiman.
Kondisi tersebut sulit diperbaiki karena fokus pembangunan yang
kurang berorientasi pada pedesaan sehingga dorongan untuk
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial masih
sangat lemah. Sementara kita tahu bahwa sebagian besar penduduk
Indonesia (63,41%) hidup di pedesaan dan jumlah ini akan terus
meningkat dengan bertambahnya penduduk Indonesia dan semakin
sempitnya lahan di perkotaan (Ferdy 2007).
Angka Beban Tanggungan tersebut berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi di suatu daerah khususnya di bidang
pertanian. Apabila ABT-nya dari tahun ke tahun menurun artinya setiap
tahun beban yang ditanggung (usia non-produkti/tidak bekerja)
semakin sedikit sehingga menyebabkan perkembangan ekonomi
khususnya bidang pertanian akan meningkat dengan cepeat. Dibanding

dengan ABT yang dari tahun ke tahun yang meningkat, maka


perkembangan ekonominya akan sangat lambat sehingga kemajuan
desa tersebut akan terhambat (Suryana et al. 2003).
Tingkat pendidikan pada suatu daerah dapat digunakan untuk
menentukan maju atau tidaknya pada daerah tersebut. Jika tingkat
pendidikan pada daerah tersebut tinggi maka daerah tersebut akan
menjadi maju, dan sebaliknya jika tingkat pendidikan pada daerah
tersebut rendah maka daerah tersebut akan menjadi mundur
(Marwan D, 2009). Salah satu karakter pedesaan adalah kurang
dinamis, sulit melakukan perubahan dan lebih bersifat defensif
terhadap modernitas. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa
biasanya lebih tertinggal dari masyarakat
kota (Bagas 2010).
4
B. Pendapatan dan Produktivitas Usaha Tani
Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas
lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam
jenis varietas yang digunakan maupun kualitas usahatani yang
diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah
akibat perbedaan kualitas lahan. Oleh karena itu, produktivitas
usahatani sangatlah menentukan hasil pertanian (Maulana 2004).
Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua
macam, yaitu dari pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari
pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh
tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil
pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan,
ternak dan perikanan. Sedangkan pendapatan dari hasil berburuh tani
dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani
adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok
pendapatan ini secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan,
yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa
kesehatan, jasa alat pertanian, dll) dan kegiatan industri dari kegiatan

berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri dan


buruh di luar pertanian lainnya (Sudana et al. 2003).
Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya
kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di
lapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena
pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang
kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan
teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan pupuk yang
tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal
diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi
teknologi, sistem pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu
sendiri. Selain itu juga karena cara budidaya petani yang menerapkan
budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan
menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak
menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih
tinggi 15-20% dan memakai air irigasi yang tidak efisien (Luky 2008).
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak
serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber
daya alam. Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam, tenaga kerja,
dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang/
perorangan ataupun sekumpulan orang/kelompok sebagai pengelola
(Firdaus 2007).
Secara konseptual, pengukuran produktivitas suatu usaha
ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenisyaitu produktivitas parsial
atau single factor productivity dan produktivitas faktor total atau multi
factor productivity. Prodiktivitas parsial adalah produksi rata rata dari
suatu faktor produksi yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan
total penggunaan suatu faktorproduksi. Jika faktor produksi yang
digunaka lebih dari satu jenis, maka konsep produktivitas yang lebih
banyak digunakan adalah produktivitas faktor total (Maulana 2004).

Kerangka efisiensi dalam ekonomi ada 3 jenis, efisiensi teknik,


efisiensi harga, dan efisiensi ekoomi. Suatu kelompok usaha tani
dikatakan secara teknis lebih efisien dari kelompok usaha tani lain
apabila kelompok usaha tani tersebut dengan menggunakan faktor
produksi. Faktor produksi tersebut memberikan hasil yang sama dan
lebih tinggi (Sulistyowati 2005).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai
hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik. Produksi pertanian
berakar pada keadaan khusus petani. Usaha tani keluarga merupakan
usaha satuan dasar pemilikan, produksi, dan konsumsi dalam
kehidupan sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan, struktur sosial
desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu
tertentu, masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial
prainduetri yang memindahkan unsur unsur spesifik struktur sosial
ekonomi

dan

kebudayaan

lama

masyarakat

kontemporer

(Suratiyah 2008).
C. Pendapatan Petani Pedesaan
Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga di
pedesaan yaitu dari sektor pertanian dan nonpertanian. Kontribusi
sektor pertanian terhadap pendapatan rumah tangga baik di desa
berbasis lahan sawah maupun di desa berbasis lahan kering masih
dominan, tetapi nampak di lahan kering lebih besar. Namun demikian
ternyata besar pendapatan nominal per rumah tangga dan per kapita di
lahan kering lebih rendah. Selain itu di desa-desa berbasis lahan kering
tidak terlihat kecenderungan tertentu antara hubungan struktur
pendapatan dengan tingkat pendapatan. Hal ini diduga karena
bervariasinya komoditas dominan yang diusahakan di masing-masing
desa lahan kering, palawija atau sayuran atau perkebunan yang
produksi dan harganya fluktuatif berbeda dengan di desa berbasis
lahan sawah yang komoditas dominannya padi yang produksi dan
harganya relatif lebih stabil (Adi 2009).

Sekitar empat perlima dari pendapatan penduduk desa


diperoleh dari kegiatan pertanian tanaman pokok. Kegiatan pertanian
tersebut mereka kerjakan di lahan yang mereka miliki sementara
pendapatan lainnya berasal dari pengumpulan makanan ternak,
tanaman obat, dan kayu. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari
pertanian lebih kurang sama dengan jumlah yang mereka gunakan
untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Handoyo 2010).
Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena
hasil produksinya yang rendah. Hasil produksi yang rendah
dikarenakan luas lahan garapan yang sempit. Luas lahan garapan yang
sempit tersebut mengakibatkan petani hanya bisa mendapatkan hasil
yang sedikit atau dengan kata lain tingkat produktifitasnya rendah,
sedangkan tingkat produktifitas yang rendah tersebut

dikarenakan

penggarapannya hanya memakai teknologi sederhana dengan peralatan


dan sarana produksi lain yang sangat terbatas (Santi 2010).
Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam
pengertian jumlah, mutu, dan kontinuitasnya. Akibatnya pendapatan
petani tetap rendah. Masalah itu diperburuk dengan lemahnya posisi
tawar petani terhadap pedagang (tengkulak), sehingga harga jual
produknya relatif rendah karena ditentukan secara sepihak oleh para
pedagang. Ironisnya petani sulit keluar dari situasi ketergantungan
terhadap tengkulak ini. Sementara informasi pertanian yang baik dan
sistem pemasaran alternatif, yang memberikan keuntungan yang layak
bagi petani, belum banyak berkembang (Rohman 2008).
Struktur rumah tangga petani secara agregat diperoleh dari dua
sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan
non pertanian. Sumber pendapatan pertanian yang terdiri dari usaha
pertanian dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pendapatan dari usaha
tani sawah atau tegal, usaha tani kebun, pekarangan dan usaha ternak,
serta usaha di luar usaha pertanian seperti berburuh tani. Sumber
pendapatan non pertanian terdiri dari usaha non pertanian (dagang,

industri, angkutan, dan jasa), pegawai negeri/PNS, pendapatan dari


sumbangan, dan lainnya (Sugiarto 2008).

10

D. Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Pertanian


Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan
mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung
menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan
sebagai peredam instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik.
Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk
membiayai usahatani. Konteks ketahanan pangan, peran sebagai
stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi
salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan
(Hardono 2003).
Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang
berkaitan. Seseorang membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya
dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat adanya kelangkaan.
Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan tingkat pengeluaran atau
konsumsi dalam rumah tangga, yaitu penyebab faktor ekonomi,
penyebab faktor demografi, dan penyebab faktor lain (Ahmad 2007).
Pola

konsumsi

dapat

dikenali

berdasarkan

alokasi

penggunaannya. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi


digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi
untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan makanan.
Kelompok bukan makanan itu sendiri terdiri dari kebutuhan sekunder
dan tersier (Fauzi 2003).
Pengeluaran

rumah

tangga

itu

sendiri

dibagi

menjadi

pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Kedua jenis


pengeluaran ini dapat menjelaskan pola konsumsi masyarakat. Pada
beberapa negara berkembang biasanya lebih dari 50% pengeluaran
rumah tangga digunakan untuk konsumsi makanan. Berbeda dengan
negara yang sudah maju pengeluaran untuk bukan makanan
merupakan bagian yang terbesar dari pengeluaran rumah tangga
(Soekartawi 2003).

11

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan


mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung
menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan
sebagai peredam instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik.
Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk
membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran sebagai
stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi
salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan
(Hardono 2003).
Semakin bertambahnya pendapatan, maka hasrat mengkonsumsi
rendah. Itu berarti pada sisi lain hasrat menabung rumah tangga
semakin tinggi sejalan dengan kenaikan pendapatan. Tabungan rumah
tangga pada dasarnya adalah bagian pendapatan rumah tangga yang
tidak dibelanjakan untuk konsumsi. Karena umumnya telah disepakati
ekonom, bahwa konsumsi rumah tangga dipengaruhi pendapatan
rumah tangga, maka tabungan rumah tangga sebagai bagian
pendapatan yang tidak dikonsumsikan inipun terpengaruh oleh
pendapatan rumah tangga (Newmark 2004).
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan
berarti juga produksi) dari kapita atau modal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang
produksi). Misalkan, pembangunan rel kereta api atau suatu pabrik,
pembukaan lahan atau seseorang sekolah di universitas. Investasi juga
dapat diartikan sebagai tabungan dalam wujud barang ataupun jasa.
(Susanto 2010).
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman atau
pembentukan modal merupakan komponen ke dua yang menentukan
tingkat penghasilan agregat. Apabila para pengusaha menggunakan
uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran
tersebut dinamakan investasi. Dengan demikian investasi dapat
diartikan

sebagai

pengeluaran

pembelanjaan

untuk

membeli

12

perlengkapan barang-barang modal atau perlengkapan produksi untuk


menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia
dalam perekonomian (Rendra 2010).
Pada dasarnya setiap badan usaha yang menghasilkan atau
menjual sesuatu produk dengan tanpa melihat skala usahanya
senantiasa akan terikat dengan kebutuhan investasi. Baik untuk tujuan
meningkatkan skala produksinya, memperbaiki efisiensi koperasinya
melalui kebijakan peremajaan alat-alat produktifnya, maupun dengan
tujuan untuk mengadakan alat produksi baru guna memperluas bauran
produk yang dihasilkannya. Investasi yang lazim disebut penanaman
modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang
menentukan tingkat pengeluaran agregat (Basalamah et al. 2008).
III. METODOLOGI
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Lokasi praktikum ditentukan secara purposive (sengaja),
yaitu lokasi yang dilakukan secara sengaja dan dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dan pertimbangan yang
diambil berdasarkan tujuan penelitian. Lokasi yang ditentukan
dalam praktikum ini adalah Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali.
2. Sampel Responden
Penentuan responden dan pengambilan data dilakukan
dengan

cara

cluster

sampling.

Cluster

sampling

adalah

pengambilan data dari semua unit populasi sebagai sumber data


atau informasi, karena semakin besar jumlah anggota yang
dijadikan sumber, kesalahan yang terjadi akan semakin kecil. Oleh
karena itu, pengambilan data dilakukan dengan mewancarai
seluruh kepala rumah tangga atau istri yang ada di wilayah terpilih.
Kemudian hasil wawancara ditulis dalam lembar kuesioner yang

13

telah

disiapkan.

Dan

praktikum

kali

ini,

populasi

yang

diwawancarai adalah warga Desa Demangan, Kecamatan Sambi,


Kabupaten Boyolali.
B. Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang di peroleh dari
responden secara langsung, yaitu dengan wawancara, dan hasil
wawancara ditulis dalam kuesioner yang telah disiapkan. Dalam
hal ini data primer meliputi identitas keluarga responden, usahatani
responden, produksi dan biaya usahatani, total pendapatan
responden, kebutuhan konsumsi, serta tabungan dari para
responden.
2.

Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh
12
dari suatu instansi (pemerintah desa), yaitu dengan melakukan
pencatatan, yang meliputi keadaan alam, kependudukan, keadaan
pertanian, sarana dan prasarana sosial ekonomi yang ada di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

C. Metode Analisis Data


1. Analisis Tabulasi Silang
Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis
distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara variabel satu
dengan variabel lainnya.
2. Analisis Persentase
Analisis Persentase adalah data dibagi dalam beberapa
kelompok yang dinyatakan atau diukur dalam persentase. Dengan
cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak
jumlahnya atau sebaliknya.
3. Angka Ratarata

14

Angka

ratarata

adalah

merupakan

angka

untuk

mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam


garis besar dari suatu karakteristik yang ada.
4. Analisis Usahatani
Analisis

usahatani

dilakukan

dengan

menghitung

pendapatan usahatani dengan mengurangi penerimaan usahatani


dengan biaya usahatani.
IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Karakteristik Desa
1

Karakteristik Wilayah
Desa Demangan merupakan salah satu desa di Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali. Suhu udara rata-rata di daerah ini adalah 26-35C.
Bentuk topografi untuk Desa Demangan termasuk daerah yang datar.
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Padi
adalah prioritas utama yang ditanam oleh penduduk di Desa Demangan.
Batas-batas wilayah Desa Demangan antara lain :
Sebelah Utara

: Desa Kepoh

Sebelah Selatan

: Desa Senting

Sebelah Barat

: Desa Sambi

Sebelah Timur

: Desa Sobokerto

Jarak Desa Demangan dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Sambi


sejauh 10 km atau dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan
bermotor selama 15 menit. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten
sejauh 45 km, atau dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan
bermotor selama 1 jam. Sedangkan jarak dari Pusat Ibukota Propinsi
sejauh 90 km, atau dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan
bermotor selama 3 jam.
Total dari luas wilayah Desa Demangan adalah 282,622 ha.
Jumlah hari hujan di Desa ini adalah 180 hari. Jalan di Desa ini
sebangian besar sudah merupakan jalan cor. Vegetasi yang terdapat di

15

desa ini antara lain tanaman keras seperti kayu-kayuan misalnya tanaman
jati, tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela dan kacang.
2

Penduduk
a

Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga


Penduduk adalah seseorang yang berada

di dalam suatu

wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling


berinteraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinyu. Penduduk
atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua
yaitu orang yang tinggal di daerah tersebut dan orang yang secara
hukum berhak tinggal di daerah
14 tersebut atau orang yang mempunyai
surat resmi untuk tinggal di situ. Berikut table tentang jumlah
penduduk serta jumlah kk pada desa Demangan :
Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
3367
962
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 4.1.2.1 dapat diketahui bahwa jumlah
panduduk di Desa Demangan pada tahun 2013 adalah 3367 orang
dan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 962 KK. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa rata-rata setiap keluarga terdiri dari 3 anggota
keluarga. Desa Demangan terbagi menjadi 3 RW dan 15 RT.
b

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Jumlah penduduk dapat dilihat dari jenis kelaminnya.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan wanita dapat
dilihat dari angka sex ratio. Berikut ini disajikan tabel jumlah
penduduk Desa Demangan menurut jenis kelamin :
Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Jumlah
1679
1688

%
49,9%
50%

16

Jumlah

3367

100%

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan Tabel 4.1.2.2 dapat diketahui bahwa penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1679 orang dan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 1688 orang. Dapat diketahui
persentase penduduk laki-laki adalah 49,9%, sedangkan untuk
penduduk perempuan adalah 50%. Apabila dilihat dari tabel tersebut
jumlah antara penduduk perempuan dan laki-laki hampir seimbang
proporsinya. Tetapi jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan penduduk laki-laki.
Dengan membandingkan jumlah penduduk pria dan wanita,
maka dapat diketahui angka sex rationya, yaitu:

SR

Jumlah penduduk laki laki


x 100
Jumlah penduduk perempuan
1679
x 100
1688

= 99,5 %
Sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dengan jumlah penduduk perempuan dikali 100 %. Hal ini
menunjukkan setiap 100 pria terdapat 100 wanita. Efek atau dampak
dari perbedaan jumlah penduduk pria dan wanita antara lain adalah
dengan adanya kesetaraan gender atau kebebasan yang sama antara
pria dan wanita dalam memperoleh atau mencari pekerjaan, selain
itu dengan adanya perbedaan jumlah tersebut menjadikan posisi pria
sangat penting terutama dalam hal pengolahan sawah dan kerja
kerja yang mengharuskan tenaga yang besar. Perbedaan

jumlah

antara jumlah pria dan wanita juga dapat mengakibatkan adanya


kesulitan dalam mencari tenaga kerja pria untuk menggarap sawah,
sehingga kadang wanita yang menggantikan.
c Jumlah Penduduk Menurut Umur

17

Jumlah penduduk produktif dan non produktif selalu berubah


dikarenakan

adanya

kematian,

merantau

atau

meninggalkan

kampung halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah


lain. Tidak semua umur merupakan usia produktif, usia produktif
adalah penduduk yang berusia 16-59 tahun. Sedangkan, penduduk
yang merupakan usia non produktif adalah berusia sekitar 0-14 tahun
dan besar dari 65 tahun.
Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Umur (Tahun)
Jumlah
%
0-4
122
3,6
5-9
189
5,7
10-14
224
6,7
15-19
237
7,0
20-24
239
7,1
25-29
241
7,2
30-34
251
7,5
35-39
250
7,4
>40
1614
47,9
Jumlah
3367
100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.1.2.2 dapat diketahui jumlah penduduk
desa Demangan menurut tingkatan umur, pada penduduk berusia 0-4
tahun jumlah penduduknya 122 jiwa dengan persentase 3,6 %.
Berikutnya pada tingkatan umur 5-9 tahun dengan jumlah penduduk
189 jiwa dengan persentase 5,6 %. Kemudian pada tingkatan
umur10-14 tahun dengan persentase 6,6 % jumlah penduduknya 224
jiwa. Tingkatan umur 15-19 tahun dengan persentase 7,04 % dengan
jumlah penduduknya 237, sedangkan umur 20-24 tahun jumlah
penduduk 239 dengan persentase 7,1 % kemudian pada tingkatan
umur 25-29 tahun jumlah penduduknya 241 jiwa denga persentase
7,2%. Tingkatan umur 30-34 tahun terdapat 251 jiwa dengan
persentase 7,5 %. Lalu pada tingkatan umur 35-39 tahun jumlah

18

penduduk 250 dengan persentase 7,4%. Tingkatan umur di atas 40


tahun terdapat penduduk 1614 jiwa dengan persentase 47,9%. Dapat
kita ketahui bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada
rentang umur diatas 40 tahun.

Jumlah penduduk nonproduktif


x100
Jumlah penduduk produktif

535
x 100
2832

ABT

= 18,89

Angka beban tanggungan di peroleh dengan cara pembagian


antara jumlah penduduk usia non produktif dan jumlah penduduk
produktif dikali 100%. Usia penduduk yang produktif antara 15
tahun sampai 59 tahun sedangkan penduduk non produktif antara
usia kurang dari 1 tahun sampai 14 tahun dan lebih dari 60 tahun.
ABT Desa Demangan adalah 18,98%. Artinya setiap terdapat 100
orang produktif akan menanggung 19 orang nonproduktif.
Perubahan ABT dipengaruhi oleh jumlah usia produktif dan
non produktif, apabila usia non produktif lebih besar dari usia
produktif maka ABT akan lebih besar dan sebaliknya. Semakin
besarnya ABT maka tingkat kesejahteraan dalam suatu keluarga
menurun sedangkan kebutuhannya semakin meningkat karena
banyaknya beban tanggungan bagi anggota keluarga yang usianya
produktif. Sehingga dengan angka beban tanggungan yang tinggi
kesejahteraan masyarakat menurun. Perubahan ini dikarenakan
jumlah penduduk produktif dan non produktif selalu berubah
dikarenakan

adanya

kematian,

merantau

atau

meninggalkan

kampung halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah


lain karena alasan pernikahan dan lain sebagainya.
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

19

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki


kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat

Tabel 4.1.2.4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa


Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7

Pendidikan
Belum Sekolah (TK)
Tidak Tamat SD
Sekolah Dasar
SLTP
SMU
Akademi
SI
Jumlah

Jumlah
130
260
374
285
294
9
16
1368

%
9,5
19
27,3
20,8
21,5
0,7
1,2
100

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan tabel 4.1.2.4 jumlah penduduk yang paling banyak ada
pada pendidikan sekolah dasar sedangkan jumlahnya menurun pada
tingkatan pendidikan di atasnya seperti SLTP,SMU,akademi dan S 1.
Dapat diperkirakan bahwa setelah mendapatkan pendidikan dasar 6
tahun banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan. Tingkatan pendidikan dengan jumlah penduduk
yang paling sedikit adalah tingkatan akademi dan S1. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa desa Demangan ini tingkat pendidikannya masih
relativ rendah , maka dari itu banyak penduduk yang hanya bekerja
sebagai petani baik itu petani sawah maupun petani peternak.
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

20

Susunan penduduk menurut berdasar mata pencaharian


dimaksudkan

untuk

mengetahui

jumlah

orang-orang

yang

mempunyai mata pencaharian pertanian, peternakan, perikanan,


perdagangan dan lain-lain. Dari susunan penduduk menurut mata
pencaharian ini dapat memberikan gambaran tentang struktur
ekonomi suatu daerah.
Mata pencaharian penduduk di desa Demangan sebagian
besar adalah petani baik itu petani sawah maupun petani peternak.
Pekerjaan sebagai petani ini didukung oleh besarnya lahan pertanian
yang ada di desa Demangan. Kebanyakan lahan yang digunakan oleh
petani adalah lahan milik lurah yang disewakan kepada penduduk
sekitar. Rata-rata petani menyewa lahan kurang lebih 600 m2. Sistem
sewanya pun beragam ada yang dengan sistem bagi hasil maupun
membayar pertahun dengan biaya kurang lebih 1,5 juta rupiah.
Selain mata pencaharian sebagai petani di desa Demangan juga
terdapat penduduk dengan mata pencaharian lain. Data tentang mata
pencaharian penduduk di desa Demangan dapat dilihat pada table
berikut ini.
Tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa
Deamangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Mata Pencaharian
Petani sendiri
Buruh tani
Buruh bangunan
Pedagang
PNS
Peternak
Petani penggarap
Penyakap
Buruh industri
Total

Jumlah
467
92
71
35
63
1148
38
69
94
2077

%
22,5
4,4
3,4
1,7
3
55,3
1,8
3,3
4,6
100

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan Tabel 4.1.2.5 dapat diketahui mata pencaharian
penduduk yang paling banyak dipilih oleh penduduk di Desa

21

Demangan adalah sebagai peternak sebanyak 1148 orang dengan


persentase 55,3%. Dapat diperkirakan banyak penduduk yang
memilih menjadi peternak adalah karena banyak penduduk yang
tidak mempunyai lahan sendiri untuk bercocok tanam. Lahan yang
disewakan pun terbatas sehingga hanya beberapa penduduk saja
yang dapat menyewa lahan untuk bercocok tanam. Banyak juga
penduduk yang berpendapat bahwa berternak memiliki hasil yang
lebih besar dan menguntungkan dibandingkan dengan bercocok
tanam menanam padi dan jagung.
3. Kondisi Pertanian
a.

Tata Guna Lahan Pertanian


Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang
meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi
tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri dan
lain-lain. Lahan di Desa Demangan dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar untuk berbagai keperluan. Tata guna lahan di Desa Demangan
dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1.3.1

Tata Guna Lahan Pertanian Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2013

No. Penggunaan Lahan


1
Sawah seluruhnya
2
Tegal
3
Pekarangan
4
Pemakaman
5
Masjid
Luas Seluruhnya

Luas Lahan (Ha)


155,215
23,2665
101, 1405
1,5
1,5
282,622

%
54,9
8,3
35,8
0,5
0,5
100

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan table 4.1.3.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar wilayah di Desa Demangan adalah lahan persawahan yaitu
seluas 155,215 ha. Terbesar kedua adalah pekarangan yaitu seluas
101,1405. Terbesar ketiga adalah tegal yaitu seluas 23,2665. Luasan

22

lahan yang lain di alokasikan untuk pemukiman, masjid, pemakaman


dan untuk fasilitas desa lainnya.
Hal ini menunjukan bahwa warga Desa Demangan sebagian
besar bekerja pada sector pertanian, baik pertanian dalam arti luas
maupun pertanian dalam arti sempit. Sebagian besar pendapatan
warga Desa Demangan adalah dari sektor pertanian. Pertanian adalah
sektor yang paling mudah dan sangat menguntungkan menurut para
warga di Desa Demangan.

b.

Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Umum


Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak,
serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber
daya tumbuhan dan hewan. Tiap wilayah desa memiliki luasan panen
serta rata-rata berat hasil produksi yang berbeda-beda dikarenakan
faktor lahan maupun jenis tanamannya.
Pada tabel di bawah ini dijelaskan tentang luas panen dan produksi
lahan pertanian di Desa Demangan.
Tabel 4.1.3.2 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1

Lahan
Sawah

Pola Tanam
Padi-Padi-Padi

%
100%

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan data tabel tersebu, diketahui bahwa di Desa
Demangan terdapat satu jenis tanaman pokok pertanian yaitu padi.
Komoditas tersebut memiliki luas panen sebesar 155 hektar. Hasil
produksi padi adalah 4650 kuintal dengan rata-rata produksi 30
kwintal/hektar.
c.

Tanaman Keras
Tanaman keras dapat menghasilkan berbagai macam pangan
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan biasanya bisa panen
lebih dari satu kali .Tidak ada data tanaman Keras pada Monografi

23

Desa Demangan. Sehingga tidak bisa untuk mengisi data pada


laporan ini.
d.

Peternakan
Peternakan adalah praktek untuk membudidayakan binatang
ternak. Binatang ternak yang dimaksud dapat berupa sapi, kambing,
domba, ayam dan lain-lain. Tabel berikut ini menjelaskan tentang
kepemilikan binatang ternak penduduk Desa Demangan.

24

Tabel 4.1.3.4 Peternakan Desa Demangan, Kecamatan Sambi,


Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3

Jenis Ternak
Sapi
Kambing
Ayam ras

Jumlah (ekor)
514
371
982

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan Tabel 4.1.3.4 dapat diketahui ada beberapa
macam hewan ternak yang dipelihara di Desa Demangan diantaranya
adalah sapi, kambing dan ayam ras. Jumlah sapi yang dipelihara
sebanyak 514 ekor, jumlah kambing yang dipelihara sebanyak 371
ekor, ayam ras sebanyak 982 ekor. Jadi, jumlah seluruh hewan ternak
yang dipelihara di Desa Demangan sebanyak 1867 ekor.Ternak di
Desa Demangan ini biasanya digunakan untuk keperluan pribadi
seperti dikonsumsi sendiri untuk memenuhi

kebutuhan rumah

tangga lalu ada juga sebagian untuk dijual.


4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a.

Sarana Perekonomian
Tabel 4.1.4.1 Jumlah Pasar, Kios dan Sarana Perekonomian di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
tahun 2013
No
Jenis Sarana Perekonomian
1
Toko
2
Kios
3
Warung
4
Pasar Desa
Jumlah

Jumlah
9
7
6
2
24

%
37,6
29
25
8,4
100

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan tabel 4.1.4.1 sarana perekonomian di Desa
Demangan kurang lengkap. Di desa ini hanya terdapat 9 toko, 7 kios,
6 warung, dan 2 pasar Desa. Keberadaan toko ini hanya
menyediakan barang-barang tahan lama karena untuk barang yang
tahannya

harian

seperti

sayur,

buah

biasanya

penduduk

mendapatkannya dari pasar desa atau bahkan dapat tercukupi dari


lahan pekarangan petani sendiri.

25

b.

Sarana Transportasi
Prasarana dan sarana transportasi seperti jalan dapat
mempermudah mobilitas penduduk. Disamping itu jalan juga
mempunyai fungsi untuk memperlancar kegiatan ekonomi. Prasarana
dan Sarana yang terdapat di Desa Demangan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.1.4.1 Prasarana dan Sarana Transportasi Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3

Jenis
Jalan Desa
Jalan Kabupaten
Jembatan

Jumlah
7 km
2 km
5 buah

Sumber: Data Sekunder


Dari tabel 4.1.4.2 dapat diketahui bahwa prasarana dan sarana
transportasi di Desa Demangan sudah cukup lengkap. Walaupun
keadaannya masih sangat sederhana. Jalan desa di Desa Demangan
cukup panjang yakni 7 km. Jalan Kabupatennya memang tidak
terlalu panjang yaitu 2 km sedangkan jumlah jembatan adalah 5
buah.
c.

Sarana Pendidikan dan Kesehatan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pada tabel di bawah ini dijelaskan tentang
jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Demangan.

26

Tabel 4.1.4.2 Sarana Pendidikan Desa Demangan, Kecamatan


Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No
1
2
3
4

Sarana Pendidikan
TK
SD
SMP
SMA

Jumlah
2
2
1
-

Sumber: Data Sekunder


Dari tabel 4.1.4.4 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan
yang ada di Desa Demangan masih sangat terbatas. Sarana dan
prasarana pendidikan di Desa Demangan yaitu ada 2 buah TK 2 buah
SD

dan

buah

SMP,

namun

tidak

ada

SLTA,

dan

Akademi/perguruan tinggi sehingga bagi yang bersekolah ke jenjang


SLTA, dan perguruan tinggi harus keluar dari desa. Tidak adanya
sarana pendidikan tingkat SLTA dan perguruan tinggi juga
menunjukan bahwa kurangnya pemerataan pembangunan di negara
Indonesia terutama di sektor pendidikan dimana fasilitas pendidikan
yang bagus hanya terdapat di kota-kota besar sedangkan untuk desadesa terpencil hanya terdapat sarana pendidikan dasar saja.
Hal ini membawa dampak sangat besar terhadap warga Desa
Demangan dikarenakan akses untuk mendapatkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi sangat sulit dan harus keluar desa dengan
menempuh jarak yang sangat jauh serta membutuhkan biaya yang
sangat banyak. Dengan alasan inilah mengakibatkan banyak warga
Desa Demangan yang tidak ingin melanjutkan sekolah yang lebih
tinggi lagi.
Tabel 4.1.4.3

mbe
Data

No
1
2
3
4

Sekunder

Sarana Kesehatan Desa Demangan, Kecamatan


Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Sarana Kesehatan
Puskesmas
Dukun bayi
Paramedis
Posyandu

Jumlah
2
-

Su
r:

27

Berdasarkan tabel 4.1.4.4 dapat diketahui bahwa Desa Demangan


memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang tidak lengkap, tidak terdapat
posyandu dan bidan sehingga masyarakat di Desa Demangan perlu keluar dari
desa untuk mendapat pelayanan kesehatan. Sarana kesehatan di Desa Demangan
tidak cukup layak dan memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
warganya.
d.

Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan


Tempat peribadahan juga merupakan unsur yang penting bagi
suatu Desa. Tempat peribadahan juga bisa menjadi tempat untuk
saling merekatkan tali kekeluargaan antar warga Desa Demangan.
Hal ini juga untuk menunjang tingkat kerohanian warga setempat.
Berikut data tentang sarana peribadatan dan sosial kemasyarakatan
Desa Demangan :
Tabel 4.1.4.4 Sarana Peribadahan Desa Demangan, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013.
No
1.
2.
3.
4.
5.

Tempat Ibadah
Masjid
Gereja Katolik
Gereja Kristen
Pura
Vihara

Jumlah
19
-

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan table 4.1.4.4 menunjukkan bahwa mayoritas
agama dari warga Desa Demangan adalah Islam. Hal tersebut
ditegaskan dengan hanya adanya sarana peribadahan masjid di Desa
Tersebut dengan jumlah yang cukup banyak, yaitu 19 buah. Tidak
terdapat Gereja Katolik, Gereja Kristen, Pura, ataupun Vihara.
d.

Penyediaan Sarana Produksi Pertanian


Berdasarkan data monografi desa dan hasil pengamatan, di
Desa Demangan tidak terdapat saprotan. Hal ini karena Desa
Demangan tidak berlaku sebagai pusat kegiatan ekonomi antar
dusun. Karena alasan inilah tidak ditemukan saprotan di dusun

28

ini.Untuk itu para petani memperoleh sarana pertaniannya dari toko


yang ada diluar desa atau di kecamatan Sambi.
B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali
1.

Identitas Responden
a.Jumlah Anggota Keluarga di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Secara umum, penduduk Desa Demangan merupakan masyarakat
yang sudah cukup maju, mampu berpikir ke depan. Sebagian
masyarakat ada yang sudah menjalankan KB, dimana memang
merupakan salah satu program pemerintah untuk mengurangi
meledaknya jumlah penduduk. Hal tersebut terlihat dari jumlah anak
yang dimiliki oleh masing-masing kepala keluarga. Berikut tabel
jumlah anggota rumah tangga responden petani di Desa Demangan.
Tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
Suami
Istri
Anak
Jumlah

Jumlah
28
26
19
73

Rata-rata
38,3
35,6
26,02
100

Sumber: Data Primer


Berdasarkan

tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga Desa

Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di atas


dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah anggota setiap keluarga sebanyak 4
orang dan rata-rata memiliki 2 orang anak dari 30 orang responden.
Berdasarkanhasil wawancara dengan 30 responden, terdapat 2 kepala
keluarga yang telah meninggal sehingga istri yang harus bekerja
sebagai petani penggarap, penyewa atau penyakap.
b.Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013.

29

Umur mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam kegiatan


pertanian. Semakin tua umur seseorang maka akan mempunyai
produktivitas yang semakin menurun. Namun, dalam hal pengalaman
tentu yang tua lebih mempunyai referensi ataupun pengalaman yang
lebih dibanding dengan yang masih muda. Baik dalam hal pengelolaan
tanah, penanggulangan masalah-masalah pertanian dll. Berikut tabel
umur suami dan umur istri keluarga petani di Desa Demangan.
Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.
1
2
3
4
5
6

Interval Umur
(tahun)
< 20
21 30
31 40
41 50
51 60
> 60

Suami
Jumlah
0
1
4
5
4
14

%
0
3.57
14.28
17.85
14.28
50

Istri
Jumlah
0
2
6
3
8
7

%
0
7,6
23,07
11,53
30,7
26,9

Sumber: Data Primer


Berdasarkan table 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di
Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di
atas, dapat dilihat bahwa umur suami dominan pada interval lebih dari
60 tahun, sementara isteri 50% lebih berada pada interval lebih dari 41
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden keluarga tani
di Desa Demangan sudah berusia lanjut, maka perlu adanya regenerasi
kepada masyarakat Desa Demangan yang masih dalam usia produktif
untuk aktif dalam usaha tani. Umur berkaitan erat dengan perhitungan
angka beban tanggungan, perbandingan antara jumlah penduduk usia
non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif.
Angka beban tanggungan akan semakin besar bila penduduk usia
non produktif makin besar bila dibandingkan penduduk usia produktif.
Makin besar ABT makin besarlah beban tanggungan untuk orang-orang
yang belum dan tidak produktif lagi (Marbun, 1996). Angka beban
tanggungan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di
suatu daerah khususnya di bidang pertanian. Apabila ABT dari tahun ke

30

tahun menurun berarti setiap tahun beban yang ditanggung semakin


sedikit sehingga menyebabkan perkembangan ekonomi menignkat
dengan cepat, dibanding dengan ABT yang dari tahun ke tahun
menignkat, akan mengakibatkan perkembangn ekonomi sangat lambat
sehingga kemajuan desa juga terhambat.
Selain itu bahwasanya umur juga mempunyai pengaruh yang cukup
penting dalam kegiatan pertanian. Semakin tua umur seseorang maka
akan mempunyai produktivitas yang semakin menurun. Dan jika terlalu
muda produktivitasnya juga masih rendah, meskipun mempunyai
tenaga yang besar, akan tetapi pengalaman serta ketrampilan yang
dimiliki belum maksimal. Biasanya jam terbang petani akan terlihat
dari bagaimana cara dia mengatasi masalah pertanian, misal saat
tanamannya diserang hama, kemudian bagaimana dia melakukan rotasi
tanaman dan lain sebagainya. Maka umur yang mempunyai
produktivitas tinggi adalah umur 14-64 tahun.
c.Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Pendidikan menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja
dalam kaitannya untuk kemajuan sektor pertanian. Tingkat pendidikan
seseorang sangat berpengaruh terhadap cara seseorang dalam
memperlakukan lahan pertaniannya. Biasanya petani yang mengenyam
pendidikan hingga ke jenjang tinggi mampu menangani masalah
masalah pertanian dengan cara-caranya sendiri. Tak jarang seorang
petani mampu menemukan inovasi yang baru terkait masalah pertanian,
yang lebih efektif melalui ide-ide kreatifnya. Berikut merupakan tabel
pendidikan suami dan istri responden petani di Desa Demangan.

31

Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.

Tingkat
Pendidikan
03
46
79
> 10
Jumlah

Suami
Jumlah
%
14
50
6
21,4
2
7,1
6
21,4
28
100

Istri
Jumlah
%
16
61,5
6
23,07
2
7,6
2
6,7
26
100

Sumber: Data Primer


Berdasarkan table 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di atas
dapat dilihat bahwa 50% responden suami tidak memperoleh
pendidikan, dan hal serupa juga terjadi pada tingkat pendidikan istri
yang 61,5% responden belum pernah memperoleh pendidikan formal.
Pendidikan memang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pola pikir serta tingkat pengetahuan yang dimiliki. Secara umum jika
pendidikan seseorang semakin tinggi maka akan semakin pandai dan
kualitas hidupnya semakin baik. Penduduk di Desa Demangan ini
sebagian baru berpendidikan selama 6 tahun, tentu hal ini mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Jika warga yang yang
mempunyai pendidikan tinggi di Desa Demangan ini semakin banyak
maka akan memajukan desa itu sendiri, dapat menyesuaikan dengan
perkembangan jaman.
Kendala untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi selain
dikarenakan tingkat ekonomi yang pas-pasan, hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari, juga dikarenakan tidak terdapatnya sarana
pendidikan yang terjangkau jaraknya dari Desa Demangan. Andai
menginginkan pendidikan yang lebih tinggi maka mereka harus keluar
desa tersebut bahkan luar kecamatan.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua menentukan ada
tidaknya perhatian terhadap pendidikan anaknya. Bersekolah atau

32

tidaknya seorang anak di desa banyak ditentukan ada tidaknya


dukungan orang tua (Sajogyo, 1992).
d.Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Demangan, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Salah satu dari sekian banyak tujuan seseorang bekerja adalah
untuk memperoleh penghasilan. Semakin pekerjaan itu diminati oleh
banyak orang, maka biasanya semakin besar penghasilan yang
ditawarkan dari pekerjaan tersebut. Kebanyakan masyarakat Desa
Demangan bekerja di sektor pertanian. Alasan mereka bekerja sebagai
petani adalah untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, yang
penting bisa makan dan minum itu saja sudah cukup. Menjadi seorang
petani juga tak bisa dipandang sebelah mata, walaupun terkadang
penghasilannya tidak pasti namun mereka senang karena berkat mereka
pula orang-orang bisa makan.
Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis Pekerjaan
UT lahan sendiri
UT lahan penyewa
UT lahan penyakap
Ternak sendiri
Buruh Tani desa sendiri
Di luar usahatani
a. Buruh pabrik
b. Buruh bangunan
c. Buruh lain
d. Pegawai Negeri Sipil
e. Pelajar
f. Wiraswasta
Jumlah

Jumlah
12
16
2
2
5
4
4
0
0
11
8
64

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.1.4 jumlah dari responden yang bekerja pada
jenis Usaha Tani lahan sendiri sebanyak 12 orang, Usaha Tani lahan
penyewa sebanyak 16 orang, sedangkan yang bergerak di bidang Usaha
Tani lahan penyakap sebanyak 2 orang. Ada juga yang berternak

33

sejumlah 2 orang dan sebagai buruh tani ada 5 orang. Kemudian untuk
jenis pekerjaan di luar usahatani sebanyak 27 orang.
2.

Penguasaan Aset Rumah Tangga


a. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan dan Luas Tanah serta Luas Bangunan
Responden di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013.
Aset rumah tangga merupakan sesuatu yang berharga yang dimiliki
oleh setiap responden petani. Aset rumah tangga milik responden itu
sendiri dapat berupa lahan sawah, tegal, pekarangan maupun luas tanah
dan luas bangunan yang dimiliki. Aset rumah tangga petani yang berupa
tanah dan bangunan biasanya merupakan warisan dari orangtua, atau
juga bisa hasil dari usaha sendiri. Berikut ini merupakan tabel luas
sawah, luas tanah dan bangunan yang dimiliki responden petani di Desa
Demangan.
Tabel 4.2.2.1 Luas Sawah, Tegal, Pekarangan serta Luas Bangunan
Responden di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
No. Aset Rumah Tangga
1.
Sawah
2.
Tegal
3.
Pekarangan
4.
Bangunan
Jumlah

Jumlah (m2)
50250
2430
33123
3710
89513

Luas Rata-rata
1675
81
1104,1
123,66
2983,76

Sumber: Data Primer


Luas pengusaan aset oleh responden di Desa Demanagan cukup
luas yaitu rata-rata kepemilikan sawah sebesar 1675 m2 per orang.
Sedangkan rata-rata kepemilikan tegal seluas 81 m2. Selain sawah dan
tegal, mereka juga memiliki pekarangan dan bangunan rumah yang
masing-masing memiliki rata-rata 1104,1 dan 123,66 m 2. Masyarakat
desa Demangan rata-rata menggunakan sawah dan tegal mereka untuk
memperoleh pendapatan dengan bekerja sebagai petani. Mereka
memanfaatkan lahannya untuk memenuhi kebutuhan mereka seharihari, dengan cara menjual hasil panen maupun dikonsumsi sendiri.

34

b. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Demangan, Kecamatan


Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013.
Keadaan bangunan rumah penduduk masing-masing berbeda. Ini
terkait dengan kebutuhan dan kemampuan finansial keluarga yang
berbeda-beda pula. Bentuk rumah, jumlah ruangan, kerangka bangunan,
dinding, atap, dan lantai semuanya menyesuaikan kemampuan finansial
keluarga. Biasanya keluarga yang mampu, keluarga yang memiliki
finansial baik memilih menggunakan lantai keramik, kerangka beton,
dinding beton, atap genting dilengkapi eternit, kemudian jumlah
ruangan/kamar biasanya lebih banyak dan lebih luas. Selain itu juga
dilengkapi dengan adanya gudang penyimpanan barang-barang bekas,
garasi dan lain-lain. Berikut ini merupakan tabel keadaan bangunan
rumah responden di Desa Demangan.
Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
No.
1.

2.

3.
4.

Jenis
Kerangka
a. Kayu Jati
b. Kayu tahun
c. Bambu
Dinding
a. Jati
b. Tahunan
c. Bambu
d. Tembok
Atap
Genting
Lantai
a. Ubin
b. Tanah

Jumlah

Jumlah
11
16
0
1
8
5
17
30
19
10
116

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden
Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali di atas dapat
diketahui bahwa keadaan bangunan rumah sebagian besar adalah
sebagai berikut: kerangka terbuat dari kayu jati dengan dinding dari

35

tembok dan atap rumah berupa genteng. Lantai rumah sebagian besar
sudah berupa ubin. Keadaan rumah dapat menggambarkan keadaan
ekonomi pemiliknya.
Hal ini terjadi karena kondisi rumah pada dasarnya mencerminkan
keadaan ekonomi keluarga tertentu, meskipun tidak semuanya
mengalami demikian tetapi hal ini dapat mewakili. Jika kondisi
ekonomi

keluarga

pas-pasan

atau

bahkan

terjadi

kekurangan

pemasukan, maka secara umum kondisi rumah tersebut sederhana saja.


Lain halnya dengan keluarga yang mempunyai tingkat ekonomi mapan,
maka dengan penghasilannya sebagian digunakan untuk memperbaiki
keadaan rumah atau bahkan merenovasi rumahnya supaya memiliki
kesan mewah.
c. Pemilikan Elektronik, Kamar dan Mebelair di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Barang mewah merupakan barang yang hanya dimiliki oleh
beberapa orang saja. Suatu benda/barang dikatakan sebagai barang
mewah, apabila tidak banyak yang memiliki barang tersebut. Selain itu
juga barang tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga
hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memilikinya. Pemilikan
barang-barang elektronik seperti radio, TV, VCD, kulkas, Hp dapat
dikatakan sebagai barang mewah apabila barang0barang tersebut hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.
Tata ruang dalam rumah juga banyak dipengaruhi oleh keluaraga.
Biasanya tergantung dari kemampuan ekonomi (finansial) keluarga dan
juga menyesuaikan jumlah anggota keluarga. Apabila jumlah anggota
keluarga banyak, biasanya orangtua akan mendesain rumahnya dengan
banyak kamar. Apabila jumlah anggota keluarga sedikit, kamar pun
juga menyesuaikan. Tata ruang (kamar) juga dipengaruhi oleh
kemampuan finansial keluarga. Jika keluarga mampu/mapan biasanya
akan melebihkan jumlah kamar dalam rumah. Entah nantinya untuk
kamar tamu, pembantu ataupun yang lain. Berbeda dengan keluarga

36

ekonomi rendah, mereka akan berinisiatif membuat ruangan tidur besar


dimana disitu digunakan untuk tempat tidur bersama dan tidak perlu
sekat-sekat pembatas. Berikut ini merupakan tabel pemilikan alat
elektronik, kamar dan mebelair responden di Desa Demangan.
Tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan Mebelair
Responden di Desa Demangan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Jenis
Radio
Televisi
VCD
Kulkas
Handphone
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kursi Tamu
Almari

Jumlah
18
32
11
13
30
31
76
33
32

Rata-rata
0,6
1,06
0,36
0,43
1
1,03
2,53
1,1
1,06

Sumber: Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.2.3 diatas dapat diketahui bahwa pada
rumah tangga responden warga Desa Demangan pada umumnya semua
sudah memiliki televisi dan radio. Televisi tersebut mereka gunakan
sebagai sarana hiburan dari rasa kelelahan, kecapekan dan keletihan.
Selain itu dengan menonton acara dari stasiun televisi yang ditawarkan
biasanya digunakan sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga
setelah seharian sibuk melakukan aktivitas bekerja dan sekolah. Pada
dasarnya Televisi sudah merupakan barang yang tidak mewah lagi,
karena semua warga baik ekonomi lemah, menengah, atau atas
memiliki TV. Barang elektronik lain yang hampir semua warga
memiliki antara lain radio, alat komunikasi HP dan VCD, sedangkan
kulkas masih menjadi barang mewah dikarenakan hanya beberapa
orang saja yang memilikinya.
Kemudian sebagian besar warga memili kamar utama dan kursi
tamu walaupun masih sederhana. Warga Desa Demangan bisa
dikatakan termasuk dalam kategori makmur jika mempertimbangkan
keadaan tersebut. Kesejahteraan petani beserta keluarganya meningkat

37

karena bisa terlihat dari kepemilikan alat-alat elektonik seperti televisi


dan radio yang rata-rata setiap keluarga sudah mempunyai meskipun
hanya satu buah dan masih sederhana.
d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Penggunaan bahan bakar masak berkaitan dengan penggunaan gas
elpiji dan kayu bakar sebagai contoh bahan bakar yang banyak
digunakan di masyarakat kita. Sejak ditetapkannya pemberian subsidi
elpiji 3kg kepada masyarakat kecil, kini banyak masyarakat yang lebih
memilih menggunakan kompor gas. Selain itu masih ada juga yang
mempertahankan cara lama, memasak dengan kayu bakar. Selain dirasa
hemat, menurut beberapa responden memasak dengan menggunakan
kayu bakar membuat masakan menjadi memiliki taste tersendiri dan
khas dan masih banyak juga responden yang merasa takut kala
menggunakan gas elpji. Kebanyakan penduduk hanya memanfaatkan
sisa ranting pohon yang banyak ditemukan hutan sekitar dusun mereka
untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Mereka berpikir daripada beli lebih
baik mengumpulkan sisa-sisa ranting pohon taupun kayu yang terdapat
di hutan. Terkait penerangan sesuai kebijakan pemerintah, listrik
sekarang sudah masuk desa-desa, harapnya tidak ada desa yang gelap
karena tidak memiliki penerangan. Berikut ini merupakan tabel bahan
bakar dan penerangan rumah yang digunakan oleh warga di Desa
Demangan.
Tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
Gas
Kayu
Minyak tanah
Listrik
Sumber: Data Primer

Penerangan
Jumlah
17
15
0
30

%
56
50
0
100

Bahan Bakar
Jumlah %
1
3,03
15
45,46
17
51,51
-

38

Berdasrkan tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di


Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali diatas dapat
diketahui bahwa

responden di Desa Demangan mayoritas sudah

menggunakan bahan bakar gas, hal ini disebabkan karena sebagian


besar penduduk desa Demangan sudah mendapatkan bantuan kompor
gas dari pemerintah sejak tahun 2010. Akan tetapi banyak dari mereka
dalam pemakaian bahan bakar gas hanya sebagai bahan bakar
sampingan, utamanya mereka meggunakan bahan bakar kayu. Hal ini
disebabkan karena bahan bakar kayu akan lebih menghemat
pengeluaran untuk konsumsi, mereka hanya perlu mengumpulkannya
dari hutan yang terdapat di sekitar desa. Sedangkan penerangannya
seluruh responden telah menggunakan listrik untuk penerangan. Hal ini
dapat dilihat dari presentase listrik untuk penerangan sebesar 100%.
Selain itu juga telah sesuai dengan program pemerintah bahwasanya
penerangan listrik sampai ke pelosok desa.
e. Pemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa Demangan, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Sarana pendukung seperti kamar mandi dan wc merupakan sarana
yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan tidak bisa diabaikan begitu
saja. Saat pertama kali membangun rumah pasti orang-orang dulu
membuat sumur terlebih dahulu, karena sumur merupakan sumber mata
air. Kebutuhan manusia akan air merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dalam kehidupan. Sumur sebagai sumber mata air
dimanfaatkan

untuk

memasak,

mencuci,

mandi

dll.

Sehingga

keberadaan sumur dalam rumah sangatlah dibutuhkan.


Seiring

berjalannya

waktu,

masyarakat

mulai

membangun

peradaban. Mulai mengerti pentingnya membangun sarana MCK


(mandi cuci kakus). Berikut tabel kepemilikan sumur dan sarana MCK
rumah responden di Desa Demangan. Berikut ini merupakan tabel
kepemilikan kamar mandi dan WC di Desa Demangan.

39

Tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
Kamar mandi
WC

Jumlah
32
32

Sumber: Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.2.5 menunjukkan bahwa semua keluarga
petani mempunyai kamar mandi dan WC sendiri meskipun masih
sederhana. Sehingga sudah tidak ada anggota keluarga petani yang
melakukan kegiatan MCK di sungai. Mereka sudah sadar akan
pentingnya membangun sarana MCK. Hal ini menunjukkan sudah ada
perkembangan yang lebih baik dalam kebersihan maupun kesehatan.
Kondisinya pada umumnya sudah permanen. Warga Desa Demangan
semuanya tidak memiliki sumur sebagai sumber mata air.
f. Pemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Kemajuan di bidang teknologi mendorong manusia untuk
mengembangkan dan mengadakan penemuan-penemuan baru. Salah
satunya adalah dalam bidang transportasi. Transportasi kini sudah
menjamur di kalangan masyarakat umum, sekalipun ia adalah seorang
petani di pedesaan. Kesadaran untuk memiliki kendaraan sendiri
mendorong petani berpikir kreatif. Saat mereka ingin mengakses isu-isu
terkait pertanian, mengakses saprotan ke luar desa, memasarkan hasil
produksi panen ke luar mereka membutuhkan kendaraan.
Sarana transportasi yang biasa ada dalam masyarakat berupa
sepeda, sepeda motor, dan mobil. Kepemilikan alat transportasi
tergantung dari kemampuan ekonomi petani dan juga kebutuhan. Petani
yang sukses, yang sudah mapan, cenderung menggunakan mobil (pick
up) untuk memasarkan/mengangkut hasil panennya. Lain lagi dengan
petani kecil di desa, mereka cenderung mengangkut hasil panennya
untuk dibawa ke rumah dengan menggunakan sepeda atau sepeda
motor, atau kalau orang jaman dulu sering menggunakan gerobak

40

dorong. Berikut ini tabel kepemilikan alat transportasi/kendaraan


responden petani di Desa Demangan.
Tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di
Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
No
.
1.
2.
3.

Alat Transportasi

Jumlah

Sepeda
Sepeda Motor
Mobil

20
32
0

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/
Kendaraan di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
di atas, dapat disimpulkan bahwa responden cukup mampu kepemilikan
alat transportasi meskipun hanya sebatas sepeda, kepemilikan sepeda
motor pun sudah lebih dari separuh warga dan dari 30 responden tidak
ada yang mempunyai mobil. Selain itu mengenai sarana transportasi,
dapat dipahami pula bahwa dengan adanya sarana transportasi yang
mereka miliki maka memudahkan mereka untuk dapat menjalankan
aktifitas

mereka

serta

mampu

memudahkan

mereka

untuk

mengefisiensikan waktu serta tenaga mereka untuk menempuk


perjalanan menuju tempat yang mereka tujuh atau tempat mereka
beraktifitas.
g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Aset rumah tangga petani seperti sawah, tegal, pekarangan
ataupun yang lain sesungguhnya berasal dari berbagai macam sumber.
Ada yang berasal dari bawaan suami, ada yang berasal dari bawaan
istri, ada pula yang berasal dari warisan orang tua terdahulu yang
dipasrahkan kepada anak cucunya.
3.

Akses Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan di


Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2013

a.

Akses Pelayanan Kesehatan

41

Memiliki tubuh yang sehat merupakan sesuatu yang didambakan


oleh setiap orang. Seperti pepatah mengatakan di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat. Akses pelayanan kesehatan disini
menunjukkan dimana warga akan berobat manakala suatu saat ia sakit.
Apakah ke puskesmas, ke rumah sakit, ke dokter ataupun ke yang
lainnya.
b.

Akses terhadap Pendidikan


Tujuan dari akses pelayanan pendidikan rumah tangga responden
petani di Desa Demangan adalah untuk mengetahui seberapa besar
akses pendidikan petani, seberapa tinggi petani pernah mengenyam
pendidikan. Kita dapat memetakan sejauh mana petani mengakses
pendidikan. Semakin tinggi tingkat akses pelayanan pendidikan warga,
maka semakin banyak ilmu yang didapatkan sehingga makin banyak
pula

bekal

yang

disiapkan

untuk

menghadapi

permasalahan-

permasalahan kompleks terkait masalah pertanian. Berikut ini


merupakan tabel akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
responden di Desa Demangan.
Tabel 4.2.3.1 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga
Responden di Desa Demangan Kecamatan Sambi
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Tempat Berobat
Puskesmas
Dokter
Mantri
Klinik
RSUD
Obat Generik
Bidan
Jumlah

Jumlah
6
11
4
6
1
1
1
30

%
20
36,6
0,13
20
3,3
3,3
3,3
100

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.3.2 tampak jelas bahwa banyak responden
yang lebih memilih berobat ke dokter umum daripada ke tempat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan RSUD. Kebanyakan dari responden
beralasan karena desa mereka yang mudah terakses adalah dokter umum

42

atau klinik dan juga dokter umum di sana membuka praktek dengan biaya
cukup terjangkau. Alasan lain lebih memilih dokter umum daripada
layanan kesehatan umum adalah karena biasanya puskesmas hanya dapat
menanggulangi penyakit-penyakit ringan saja dan jika dirasa berobat di
puskesmas kurang dapat membantu kesembuhan petani akan berobat ke
rumah sakit. Sehingga rumah sakit sering dijadikan alternatif yang
terakhir, dan dilakukan jika benar-benar mendesak dan penyakit yang
diderita cukup parah.
Alasan yang lainnya adalah biaya dirumah sakit cenderung mahal,
serta letaknya berada di kota, sehingga dari segi aksesbilitas agak sulit
karena jauh dari Desa Demangan. Sehingga biasanya masyrakat Desa
Demangan apabila sakit hanya membeli obat di warung, apabila belum
sembuh baru ke dokter atau klinik.
Tujuan dari akses pelayanan pendidikan rumah tangga responden
petani di Desa Semin adalah untuk mengetahui seberapa besar akses
pendidikan petani, seberapa tinggi petani pernah mengenyam pendidikan.
Dengan begitu kita dapat memetakan sejauh mana petani mengakses
pendidikan. Semakin tinggi tingkat akses pelayanan pendidikan warga,
maka semakin banyak ilmu yang didapatkan sehingga makin banyak pula
bekal yang disiapkan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
kompleks terkait masalah pertanian.
Tabel 4.2.3.2 Akses Pendidikan di Desa Demangan Kecamatan Sambi
Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Tempat Pendidikan
SD (Sekolah Dasar)
SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
D3
D4
Jumlah

Jumlah
12
4
5
1
1
23

%
52,17
17,40
21,73
4,35
4,35
100

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.3.2 Akses Pendidikan di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dapat dilihat bahwa

43

akses pendidikan di desa Demangan masih sangat sulit, dapat dilihat


bahwa kebanyakan responden hanya mengenyam pendidikan sampai SD
yang presentasenya sebesar 52,17% atau sebanyak 12 responden, SMP
sebesar 17,40% atau 4 responden, SMA sebesar 21,73% atau 5 responden
serta D3 dan D4 memiliki presentase yang sama yaitu 4,35% atau 1
responden. Hal ini disebabkan masih minimnya sarana pendidikan di desa
Demangan. Sarana yang ada baru TK, SD, dan SMP. Jika ingin
meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka harus keluar
dari desa bahkan kecamatan. Hal tersebut menjadikan beban biaya
pendidikan menjadi semakin besar. Sehingga banyak diantara penduduk
disana hanya mencukupkan diri dengan pendidikan sampai SD atau SMP.
Harapannya dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditempuh akan meningkatkan ekonomi masyaraatnya. Namun dengan
kurangnya sarana pendidikan mengakibatkan dalam mencapai harapan
tersebut semakin sulit. Hal ini juga diperlukan peran pemerintah dalam hal
meringankan biaya, karena tidak semua masyarakat di desa Demangan
mampu membayar biaya pendidikan yang tiap tahunnya meningkat.
Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu sehingga penting untuk
masa depan, jadi orang tua sebagai pembimbing harus memiliki motivasi
agar anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan bersekolah.
4.

Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan


Keluarga di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan mendasar manusia
di samping sandang dan papan. Indonesia merupakan negara yang terdiri
dari berbagai macam budaya. Masing-masing daerah pasti mempunyai
keunikan tersendiri. Termasuk juga dalam hal jenis makanan pokok seharihari. Mungkin makanan pokok masyarakat jawa dengan makanan pokok
masyarakat luar Jawa seperti Kalimantan berbeda. Di Jawa masyarakat
jawa mengonsumsi nasi sehari-harinya, namun pada masyarakat
Kalimantan biasa mengonsumsi sagu sebagai makanan pokok sehari-hari,

44

disamping karena budaya, adanya keanekaragaman makanan pokok juga


disebabkan karena keadaan ekonomi yang pas-pasan, karena tidak mampu
membeli nasi mereka berinisiatif mengganti nasi dengan mengonsumsi
jagung ataupun singkong. Tentunya itu berpengaruh terhadap pola pangan
masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Tabel 4.2.4.1 Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun
2013
Pola Pangan Pokok
Nasi

Frekuensi
3 kali sehari

%
100 %

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.4.1 Pola Pangan Pokok dan Frekuensi
Makan Keluarga di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten
Boyolali Tahun 2013, jumlah makan keluarga dalam sehari sebanyak tiga
kali dengan makanan pokok tiap harinya adalah nasi sepanjang tahun
karena memang produk utama usahatani yang dihasilkan di desa ini adalah
padi.
Kebutuhan makan/pangan setiap orang tentu sangatlah berbeda.
Hal ini biasanya dipengaruhi oleh pendapatan ekonomi keluarga. Sehingga
kecukupan frekuensi makan dalam setiap keluarga juga berbeda. Ada yang
makan dalam sehari 3x, namun ada juga yang kurang dari 3x sesuai
dengan kemampuan ekonomi masing-masing keluarga. Kebanyakan warga
di Desa Demangan frekuensi makan dalam sehari adalah 3x.
C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga
1. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri
a. Penerimaan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh
seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk.
Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang bila dijual oleh
seseorang akan menjadikan penerimaan bagi seseorang tersebut. Jadi
pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh
seseorang atas penjualan produk yang dihasilkan. Di bawah ini

45

disajikan secara rinci data penerimaan dari usahatani sendiri di Desa


Demangan.
Tabel 4.3.1.1 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
MT I
MT II
MT III
Pemilik
Penggarap
Sawah
15.000.000
24.750.000
Tegal
14.000.000
Pekarangan
Jumlah
136.725.000
129.595.000 125.750.000
11.393.750
10.799.583 10.479.167
Rata-rata
Penyewa
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata

12.500.000
183.700.000
11.481.250

Penyakap
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata

12.000.000
16.537.500
8.268.750

8.000.000
174.100.000
10.024.703

5.000.000
118.040.000
7.377.500

1.028.500
8.325.000
4.162.500

Sumber: Data Primer


Dari tabel Penerimaan dari Usaha Tani Sendiri MT 1, MT 2 dan
MT 3 di Desa Demangan, Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun
2013 pada umumnya penerimaan yang diperoleh penduduk sebagian
besar berasal dari usaha tani yang dilakukan di sawah, baik dari petani
pemilik penggarap petani penyewa maupun petani penyakap.
Penerimaan rata-rata pada masa tanam pertama dari hasil usaha tani
sawah yang dilakukan oleh petani pemilik penggarap di desa Demangan
ini adalah sekitar Rp 11.393.750, selanjutnya untuk rata-rata
penerimaan masa tanam keduanya mengalami penurunan yang relatif
besar menjadi Rp. 10.799.583 dan berturut hingga masa tanam
ketiganya yang hanya mencapai kisaran Rp. 10.479.167.

46

Penerimaan yang diterima oleh petani penyewa yang ada di desa


Demangan pada periode tahun 2013 berada pada kisaran angka yang
hampir sama dengan petani pemilik penggarapnya walaupun jumlanya
terhitung lebih besar beberapa ratus ribu. Rata-rata penerimaan pada
masa tanam pertama adalah Rp. 11.481.250 atau lebih besar Rp. 87.500
dari penerimaan masa tanam pertama petani pemilik penggarap. Masa
tanam keduanya, penerimaan yang diperoleh Rp. 10.024.703, dan masa
tanam berikutnya dalam periode tahun yang sama mengalami
penurunan yang cukup signifikan menjadi hanya Rp. 7.377.500.
Petani penyakap yang berada di desa Demangan yang umumnya
menggunakan mekanisme bagi hasil dengan pemilik dari lahan yang ia
sewa jika penerimaan mereka itu diuangkan maka akan didapatkan ratrata penerimaan pada masa tanam pertama sekitar Rp. 8.268.750 dan
untuk masa tanam keduanya mengalami penurunan sebanyak 50% nya
menjadi sekitar Rp. 4.162.500.
Dari data-data yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan
bahwa penerimaan yang diperoleh petani baik petani pemilik
penggarap, penyewa maupun penyakap bersifat dinamis atau tidak
pasti, diawal periode tepatnya pada masa tanam pertama petani selalu
mendapatkan asil yang lumayan tinggi namun berangsur pada masa
tanam yang kedua petnerimaan petani semakin berkurang atau mengecil
karena adanya faktor eksternal dari lingkungan misalnya maupun faktor
internal seperti biayabiaya produksi serta penyusutan yang memuncak
diakhir perode (tahun). Sedangkan untuk petani penyakap, kebanyakan
dari mereka tidak melakukan proses produksi atau usaha tani di 4
minggu terakhir sebelum penutupan periode, hal itu bisa jadi
dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung ataupun karena
faktor lain yang memang berasal dari petani itu sendiri.
b. Biaya
Proses produksi tidak akan berjalan ketika tidak adanya biaya
produksi yang digunakan untuk proses pengolahan dari produksi itu

47

sendiri. Biaya merupakan segala sesuatu yang dikeluarkan oleh


produsen dalam upaya untuk melakukan produksinya. Biaya dapat
dikeluarkan kala diawal proses produksi, selama proses maupun setelah
proses itu dilakukan. Berikut ii merupakan tabel biaya dari usaha tani
sendiri di Desa Demangan.
Tabel 4.3.1.2 Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
MT I
MT II
MT III
Pemilik Penggarap
1.030.000
1.527.500
2.011.000
Sawah
Tegal
Pekarangan
23.532.250
20.426.000 25.806.500
Jumlah
1.961.021
1.702.167
2.150.542
Rata-rata
Penyewa
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata
Penyakap
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata

1.213.000

1.026.000

1.567.000

23.304.750
1.456.547

27.107.125
1.694.195

30.028.000
1.876.750

2.246.625

635.000

3.116.625
1.558.314

3.731.000
1.865.750

Sumber: Data Primer


Dari tabel dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh
petani dalam usaha taninya sangat beragam. Rata rata keseluruhan
biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap, penyewa
maupun penyakap berada pada kisaran angka 1 juta, walaupun di akhir
periode tanam terdapat kenaikan harga menjadi 2 jutaan. Berikut ini
adalah rincian dari rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh tiap jenis
petani per masa tanamnya. Petani pemilik dan penggarap, rata-rata
biaya yang mereka keluarkan berturut-turut adalah Rp. 1.961.021, Rp.
1.702.167, dan Rp. 2.150.542.

48

Petani penyewa, biaya yang mereka keluarkan per masa


tanamnya adalah Rp. 1.456.547, untuk masa tanam keduanya Rp.
1.694.195, dan untuk akhir periode penanaman ditutup dengan biaya
sebesar Rp. 1.876.750. Petani penyakap yang ada di desa Demangan,
mereka umumnya hanya menanam saat 8 bulan pertama dalam satu
tahun atau dua kali masa tanam dalam satu periode. Sehingga rata rata
biaya yang mereka keluarkan hanya berkisar Rp. 1.558.314 dan Rp.
1.865.750 per masa tanamnya.
Dilihat dari besarnya biaya-biaya yang petani di desa Demangan
keluarkan tiap masa tanamnya, dapat disimpulkan bahwa ratarata
petani mengeluarkan biaya terbanyaknya saat menutup akhir periode
masa tanam dalam satu tahun karena membludaknya biaya seperti biaya
sewa lahan yang selalu dibayar saat akhir tahun serta biaya pajak bumi
yang harus dikeluarkan.
c. Pendapatan
Selain penerimaan dan biaya, dalam suatu usaha produksi sering
kita dengar kata pendapatan. Pendapatan ini tidaklah sama dengan
penerimaan karena pendapatan merupakan penerimaan bersih yang
diterima oleh seorang produsen dalam hal ini adalah petani. Jadi
pendapatan didapat dengan mengurangkan jumlah penerimaan dengan
jumlah biaya, dari penguraan itulah didapat hasil penerimaan bersih
seorang produsen. Berikut ini merupakan tabel pendapatan dari usaha
tani di Desa Demangan.

49

Tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
Pemilik Penggarap
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata
Penyewa
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata
Penyakap
Sawah
Tegal
Pekarangan
Jumlah
Rata-rata

MT I
12.472.500

MT II
12.834.000

MT III
4.359.750

113.192.750
10.799.583

107.419.000
8.951.583

90.967.250
8.951.583

10.435.000

6.287.000

5.933.000

160.395.250 130.492.875
10.024.703
8.155.805
2.290.000

1.028.500

13.420.875
6.710.438

4.593.500

88.011.000
5.500.688
-

2 .296.750

Sumber: Data Primer


Pendapatan penduduk kebanyakan diperoleh dari usaha tani
yang dilakukan di sawah. Sebagian besar penduduk memanfaatkan
lahan dengan tanaman sayuran. Dari hasil usaha sawah, sekiranya
mampu menambah penghasilan penduduk di desa ini. Selain itu juga
terdapat usahatani lainnya yaitu tegal yang dapat dimanfaatkan oleh
petani sebagai penghasilan tambahan.
2. Pendapatan dari Usahatani Lain
a. Penerimaan
Usaha tani lain yang dapat dikembangkan di Desa Demangan
ialah pekarangan serta ternak. Pengolahan serta pemeliharaanmya
membutuhkan biaya seperti layaknya pengolahan tanah sawah. Berikut
ini disajikan lebih rinci mengenai penerimaan usahatani lain yang
diperoleh petani di desa Demangan.

50

Tabel 4.3.2.1 Penerimaan dari Usahatani Lain di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Status Petani
Pekarangan
Ternak
Lain-lain
Pemilik Penggarap
34.000.000
Penyakap
Penyewa
1.200.000
9.000.000
Jumlah
1.275.000
54.750.000
Rata-rata
79.687,50
4.562.500
Sumber: Data Primer
Data menunjukkan bahwa mayoritas petani dalam hal ini hanya
petani golongan pemilik penggarap dan penyewa memiliki usaha
sambilan lain di bidang pertanian seperti beternak atau sekedar
memanfaatkan tanah pekarangan yang dimilikinya untuk menanam
berbagai macam sayuran dan kebutuhan lainnya. Usaha ini petani
memperoleh

sekurang-kurangnya

10%

dari

total

penerimaan

produksinya.
Penerimaan dari usaha ternak sendiri didominasi oleh petani
golongan pemilik penggarap dan penyewa, karena untuk petani
penyakap di desa Demangan, mereka tidak memiliki usaha sambilan
lain yang berkaitan dengan usaha pertanian baik ternak maupun
pekarangan. Penerimaan petani di desa Demangan dalam usaha ternak
per tahunnya adalah sekitar Rp. 4.562.500.
Pekarangan yang dimanfaatkan oleh petani di desa Demangan
terhitung hanya dilakukan oleh segelintir petani saja dan umumnya
berasal dari golongan petani penyewa. Jumlah rata rata penerimaan
yang diterima oleh petani adalah Rp. 79.687,50. Karena minimnya
lahan atau karena kurangnya pengetahuan masyarakat petani di sana,
usaha pekarangan sepertinya belum terlalu dikembangkan dengan baik.
Terbukti dari hasil rata-rata penerimaan yang begitu kecil.
b. Biaya
Tak hanya dalam usaha tani sawah saja yang membutuhkan
biaya dalam proses produksinya, usaha tani lain seperti beternak dan
menanam

di

pekarangan

pun

membutuhkan

dana

untuk

51

mengembangkan hasil produksinya. Biaya yang dikeluarkan juga tak


jauh berbeda dengan yang dikeluarkan dalam usaha tani sawah. Berikut
ini merupakan tabel biaya dari usahatai lain di Desa Demangan.
Tabel 4.3.2.2 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Demangan
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Status Petani
Pekarangan
Ternak
Lain-lain
Pemilik Penggarap
2.425.000
Penyakap
Penyewa
1.680.000
Jumlah
24.150.000
Rata-rata
1.509.375
Sumber: Data Primer
Biaya yang dibutuhkan dalam usaha ternak terbilang cukup
besar, berbanding jauh dengan usaha tani pekarangan yang tidak
mengeluarkan biaya sama sekali. Rata-rata biaya yang digunakan untuk
usaha ternak para petani di desa Demangan adalah sekitar Rp.
1.509.375. Jumlah yang relatif besar karena ternyata untuk merawat
satu ekor ternak misalnya sapi saja, seorang petani harus mengeluarkan
biaya yang cukup banyak hanya untuk membeli vitamin dan suplemen
untuk ternak.
Berbanding terbalik dengan usaha ternak, pekarangan sendiri
tidak memerlukan biaya yang beararti untuk proses produksinya.
Pekarangan yang dimiliki oleh petani di desa Demangan rata-rata hanya
menggunakan perawatan yang seadanya seperti pemberian pupuk yang
berasal dari kotoran ternak yang mereka ternakkan sendiri. Mereka juga
tidak melakukan perlakuan khusus seperti penyemprotan hama ataupun
pemberian suplemen untuk tumbuh kembang tanaman di pekarangan.
c. Pendapatan
Dari usaha tani lain seorang petani juga dapat mengasilkan
pendapatan sendiri yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan
sehari harinya atau untuk menutup defisit dari biaya tani sawah.
Berikut ini merupakan tabel pendapatan dari usahatani lain di Desa
Demangan.

52

Tabel 4.3.2.3

Pendapatan dari Usahatani Lain di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Status petani
Pekarangan
Ternak
Lain-lain
Pemilik Penggarap
11.068.000
Penyakap
Penyewa
1.200.000
20.520.000
Jumlah
1.275.000
27.150.000
Rata-rata
79.687,50
1.696.875
Sumber: Data Primer
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil usaha tani lain
seperti ternak menyumbang pendapatan yang terbilang besar, yakni
dengan rata-rata Rp. 1.696.875 per tahunnya. Jumlah tersebut sudah
bersih dari segala biaya. Usaha ternak yang dilakukan oleh petani
golongan pemilik penggarap dan penyewa ini masing-masing memiliki
pendapatan diatas 10 juta dan bahkan untuk petani golongan penyewa
memiliki
Pendapatan

pendapatan
yang

sejumlah

sedemikian

Rp.

20.520.000

banyaknya

dari

per

tahunnya.

usaha

ternak

membuktikan bahwa upaya petani di desa Demangan untuk mencukupi


hidupnya sangatlah tinggi.
Dari pekarangan sendiri, hasil pendapatannya memiliki rata-rata
sekitar Rp. 79.687,50. Jumlah yang cukup sedikit namun terbukti dapat
menyambung hidup petani petani yang ada di desa Demangan. Petani
disana kurang begitu memanfaatkan pekarangannya karena lebih
memilih aktif di lahan sawahnya maupun di kandang ternaknya. Petani
juga memilih untuk menanam sayur-sayuran ataupun bahan masak lain
di sisa lahannya di sawah.
3. Pendapatan dari Luar Pertanian
Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mendapatkan
pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Pekerjaan yang berbeda itu tentu
saja mendatangkan pendapatan yang berbeda pula. Berikut ini disajikan
secara rinci tentang pendapatan dari pekerjaan di luar pertanian di Desa
Demangan.

53

Tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Pendapatan
Keterangan
Pemilik Penggarap
Penyakap
Penyewa
Suami
11.520.000
24.000.000
7.680.000
Istri
14.400.000
3.000.000
Anak
24.000.000
1.920.000
Lain
Jumlah
146.074.000
25.602.000
61.340.000
Rata-rata
12.172.833
12.801.000
3.833.750
Sumber: Data Primer
Dari tabel Jumlah Pendapatan dari Luar usahatani di Desa
Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di atas
dapat kita lihat bahwa rata-rata pendapatan seorang petani pemilik dan
penggarap adalah sebesar Rp.12.172.833, untuk penyakap sendiri rataratanya sebesar Rp. 12.801.000 dan untuk penyewa sebesar Rp. 3.833.750
per tahunnya. Pendapatan tersebut dihasilkan dari penjumlah pendapatan
setiap individu yang ada di rumah tangga tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa hampir setiap individu di dalam rumah
tangga petani memiliki penghasilan sendiri. Ada pula yang mengandalkan
tunjangannya sebagai pensiunan maupun pemberian dari anaknya yang
masih tinggal serumah atau belum menikah. Pendapatan lain ini
didominasi oleh seorang suami yang bekerja sebagai tukang batu atau
tukang bangunan serta pedagang di pasar.
4. Total Pendapataan Rumah Tangga Responden
Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan,
semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut
bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan tersebut
semakin sedikit. Di bawah ini disajikan secara rinci data pendapatan dari
usahatani lain di Desa Demangan :

54

Tabel

4.3.4.1 Total Pendapataan Rumah Tangga Responden di


Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013
Keterangan
Dari Usaha Tani
Sawah
Tegal
Lain
Pemilik Penggarap
328.005.500
17.136250
11.068.000
Penyakap
18.004.375
4.800.000
Penyewa
379.984.625
7.950.000
50.430.000
Jumlah
725.994.500
25.086.250
66.298.000
Rata-rata
241.998.166
12.542.125
22.099.333
Sumber: Data Primer
Dari tabel Total Pendapataan Rumah Tangga Responden di desa
Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di atas
dapat kita lihat bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga seorang petani
dari usaha tani sawahnya adalah sebesar Rp. 241.998.166, untuk usaha tani
tegalnya sebesar Rp. 12.542.125 dan yang berasal dari usaha tani lain
menyumbang pendapatan rata-rata sebesar rp. 22.099.333.
Total pendapatan tersebut dapat dilihat bahwa pendapat paling
banyak didapat oleh petani golongan penyewa untuk usaha sawahnya, lalu
petani golongan pemilik penggarap mendominasi pendapatan di bidang
usaha tani tegal di desa Demangan dan untuk usaha tani lain lain kembali
didominasi oleh petani golongan penyewa dengan jumla pendapatan yang
mencapai Rp. 50.430.000.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap
golongan petani memiliki caranya sendiri untuk melakukan usaha dibidang
pertanian maupun non pertanian untuk menghasilkan pendapatan
tambahan yang digunakan untuk menutup defisit kebutuhan rumah tangga
maupun kebutuhan dalam usaha taninya sendiri.
5. Konsumsi Rumah Tangga Responden
Kebutuhan manusia yang terus meningkat dan tidak terbatas dari
waktu ke waktu menuntut manusia untuk bekerja dan berusaha lebih giat
untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan

agar diperoleh

kehidupan yang makmur dan sejahtera. Berikut ini disajikan secara rinci
tentang total konsumsi rumah tangga responden di Desa Demangan :

55

Tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Demangan,


Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013
Keterangan
Pemilik
Penyakap
Penyewa
Penggarap
Konsumsi Makanan
65.481.500
6.030.000 115.141.500
Konsumsi Bukan
41.338.000
3.285.000 77.920.640
Makanan
Konsumsi Pakaian,
55.543.000
779.000
14.555.000
Peruman, dll
Konsumsi Total
162.362.500
10.148.000 207.664.140
Sumber: Data Primer
Dari tabel Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 di atas dapat kita lihat
bahwa biaya konsumsi yang dikeluarkan oleh petani paling banyak adalah
pada konsumsi makanan yaitu sebesar Rp 65.481.500,-, karena setiap
orang pasti membutuhkan makanan yang cukup untuk melekukan
aktivitasnya sehingga masyarakatnya harus mengeluarkan biaya yang
cukup besar dalam memenuhi kebutuhan makanan. Biaya yang dikeluarka
petani untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan serta pakaian,
peruman, dan lain-lain masih di bawah biaya yang dikeluarkan untuk
konsumsi makanan.
6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Keseluruhan dari pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi
merupakan tolak ukur kesejahteraan dalam sebuah keluarga. Jika
pendapatan, tabungan dan investasi tinggi sedangkan kebutuhan konsumsi
sedikit maka tingkat kesejahteraan tinggi, tetapi jika pendapatan, tabungan
dan investasi lebih rendah daripada konsumsi maka tingkat kesejahteraan
rendah. Berikut ini disajikan secara rinci tentang pendapatan, tabungan,
konsumsi dan investasi rumah tangga petani di Desa Demangan,
Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali :

56

Tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah


Tangga Petani di Desa Demangan, Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2013.
Keterangan
Pendapatan
Konsumsi
Tabungan
Investasi

Pemilik
Penggarap
502.283.750
162.362.500
339.921.250
141.600.000

Penyakap

Penyewa

Jumlah

Rata-Rata

30.561.375
13.368.000
17.193.375
10.000.000

591.774.125
222.583.640
369.190.485
209.500.000

1.124.619.250
398.314.140
726.305.110
361.100.000

374.873.083
132.771.380
242.101.703
120.366.666

Sumber: Data Primer


Tabel Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah
Tangga Petani di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali
Tahun 2013 di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan rata-rata petani
adalah Rp 374.873.083,-, konsumsi rata-ratanya Rp 132.771.380,-,
tabungan rata-ratanya adalah Rp 242.101.703,-, dan rata-rata investasinya
sebesar Rp 120.366.666,-.
Berdasarkan tabel diatas jelas terlihat bahwa kehidupan para petani
di desa Demangan sangatlah sederhana. Pendapatan sebesar Rp
374.873.083,-/tahun petani masih bisa menyisihkan uang sebagai tabungan
sebesar Rp 242.101.703,- dan berinvestasi sebesar Rp 120.366.666,-.
Bayangkan di era globalisasi seperti saat ini, hal tersebut adalah hal yang
mustahil terjadi di kota-kota besar.
7. Strategi Bertahan Hidup Respoden
Setiap

keluarga

mempunyai

strategi

sendiri-sendiri

untuk

mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Antar keluarga yang


satu dengan keluarga lainnya berbeda dalam strategi bertahan hidupnya.
Berikut ini disajikan secara rinci tentang strategi bertahan hidup rumah
tangga petani di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali :

57

Tabel

4.3.7.1

Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di


Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten
Boyolali Tahun 2013

Strategi Bertahan Hidup


Aktif Bekerja di Luar Pertanian
Bantuan Pemerintah
Bantuan Pihak Lain
Menyesuaikan Pengeluaran dengan Pendapatan
Menunggu Kiriman Dari Keluarga di Rantau
Hutang
Membatasi Pendidikan
Memanfaatkan Pekarangan

Jumlah
15
13
5
22
11
10
6
23

%
50 %
43,3 %
16,67 %
73,3 %
36,67 %
33,3 %
20 %
76,67 %

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa
Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013, dapat
diketahui bahwa strategi bertahan hidup keluarga responden dari golongan
petani yang paling banyak adalah dengan memanfaatkan pekarangan,
menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan dan aktif bekerja diluar
pertanian.
Sedangkan strategi bertahan hidup yang jarang dilakukan oleh
petani adalah memanfaatkan bantuan pihak lain, membatasi pendidikan
dan berhutang kepada saudara maupun tetangga.
V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan pada kehidupan ekonomi
pertanian Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Desa Demangan merupakan Desa yang memiliki luas wilayah yang cukup
luas. Keadaan topigrafi Desa nya termasuk daerah yang datar, tidak
bergelombang maupun berbukit terjal. Penduduk di Desa Demangan cukup
padat dengan perbandingan mjumlah laki-laki dan perempuan yang cukup
seimbang. Kebanyakan mata pencaharian dari rumah tangga petani disini
adalah sebagai petani sawah dan peternak. Alasanya yaitu karena

58

kkepemilikan lahan perorangan yang luas an sebagai peternak mempunyai


pengahasilan yang lebih menjanjikan.
Rata-rata rumah tangga petani di Desa ini hanya memiliki dua anak tetapi
jarang ada petani yang menyekolahkan anaknyasampai ke jenjang sarjana.
Rata-rata hanya sampai jenjang SMA atau bahkan SD. Keadaan ini
disebabkan karena kondisi ekonomi mereka sebagai petani yang masih
kekurangan sehingga tidak dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi. Kondisi rumah tempat tinggal di Desa ini rata-rata masih
sederhana, tetapi sudah memiliki alat transportasi seperti sepeda motor.
2. Penduduk Desa Demangan sebagian besar berpenghasilan dari usaha tani
seperti usaha tani sawah dan ternak. Pendapatan rumah tangga petani di
dapat dari jumlah penerimaan keseluruhan dikurangi biaya selama usaha
tani serta biaya kehidupan sehari-hari. Penerimaan keseluruhan di dapat
dari penerimaan usaha tani seperti hasil penjualan panen padi, penjualan
ternak, maupun dari hasil sebagai buruh tani.
Penerimaan dari non-usaha tani di dapat dari kegiatan diluar usaha tani
seperti buruh bangunan, buruh industri, dan kiriman yang di dapat dari
anak, maupun saudara yang merantau. Pengeluaran sendiri dihitung dari
biaya usaha tani (benih, pupuk, tenaga kerja), non-usaha tani, serta biaya
konsumsi kehidupan sehari-hari (makanan, non-makanan, pakaian,
kesehatan, dan lain-lain).
3. Konsumsi rumah tangga petani terbagi menjadi tiga, yaitu konsumsi
makanan, konsumsi bukan makanan, serta pakaian, kesehatan, dll. Biaya
konsumsi terbesar adalah biaya konsumsi makanan. Karena umumnya
masyarakan Desa tidak mementingkan untuk kepentingan di luar konsumsi
makanan.
Rumah tangga petani di Desa Demangan rata-rata memiliki tabungan
dalam bentuk uang yang merupakan hasil pendapatan dikurangi biaya
konsumsi dan lain-lain (pengeluaran). Investasi yang dimiliki oleh petani
di Desa Demangan ini rata-rata dalam bentuk non-pertanian, seperti alat
transportasi (sepeda motor). Petani di Desa Demangan ini rata-rata tidak

59

mau menabung ataupunmeminjam uang di bank. Hal ini dikarenakan


munurut petani hal-hal yang berurusan dengan bank membutuhkan
langkah-langkah yang rumit.
A. Saran
1.

Administrasi desa sebaiknya


lebih ditertibkan (monografi desa) sehingga ada data untuk pemantauan
kemajuan desa tiap tahun.

2.

Pengelolaan pekarangan yang


lebih baik/diintensifkan sehingga pemanfaatan pekarangan untuk sumber
penghasilan bisa lebih optimal.

3.

Pengusulan

sarana

transportasi, pendidikan, dan kesehatan sebagai sebagai salah satu syarat


pelancar Pembangunan Pertanian.
4.

Pengintensifan

penyuluhan

pertanian sebagai sarana informasi sekaligus menjembatani antara petani


dengan dunia penelitian atau pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Adi.2009. Investasi dalam Teori Ekonomi. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal
20 November 2013.
Ahmad, Arifin. 2007. Tingkatan Produktivitas. Jakarta : Erlangga.
Bagas.

2010. Karakteristik Masyarakat Pedesaan. http://www.bagais.go.id.


Diakses tanggal 20 November 2013.

60

Basalamah et all. 2008. Produksi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.


Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Fauzi, N. 2003. Petani dan Penguasa. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.
Fauzi. 2003. Pola Konsumsi. Pradnya Paramita. Jakarta.
Ferdy. 2007. Perjuangan Warga Desa Untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan.
http//www.ekonomirakyat.org. Diakses tanggal 25 November 2013.
Firdaus. 2007. Pembangunan pedesaan dan perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Handoyo. 2010. Menanggulangi Kemiskinan Desa. www.ekonomirakyat.org.
Diakses tanggal 23 November 2013.
Hardono, G. S. 2003. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi
Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pertanian. Jurnal Agro
Ekonomi. 21(1) : 1-25.
Luky. 2008. Investasi masyarakat desa. http://idi.wikipedia.org/. Diakses tanggal
25 November 2013.
Luthfifatah. 2008. Karakteristik Pedesaan. http://www.luthfifatah.wordpress.com.
Diakses tanggal 25 November 2013
Marwan, D. 2009. Pendapatan Penduduk Pedesaan. http://www.polexdetail.com.
Diakses tanggal 20 November 2013.
Maulana, Mohammad. 2004. Peranan Lahan, Intensitas Pertanaman Dan
Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah Di Indonesia.
Jurnal Agro Ekonomi. 22(1) : 74-95
Newmark. 2004. Sosiologi Pedesaan I. UGM Press. Yogyakarta.
Rendra. 2010. Pendapatan Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Rohman, Susanto. 2008. Produksi Pertanian. Kanisius . Yogyakarta.
Santi, F. 2010. Teknologi Sarana Produksi. http://emperordeva.wordpress.com.
Diakses tanggal 23 November 2013.
Soekartawi. 2003. Sumber Penghasilan . Jakarta : Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen P dan K.
Sudana, W. et al. 2003. Karakterisik Rumah Tangga Tani Di Lima Agroekosistem
Wilayah Pengembangan SUT Di Jawa Timur. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 5(2) : 83-96
Sugiarto. 2008. Referensi Penelitian Kualitatif. PT Gramedia. Jakarta.
Sulistyowati, Ayu. 2005. Budidaya Tembakau Virginia Lombok.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta . Penebar Swadaya.
Suryana, A. et al. 2003. Isu Strategi dan Alternatif Kebijaksanaan Pembangunan
Pertanian Memasuki REPELITA VII. Analisis Kebijaksanaan :

61

Pembangunan Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Dampak Krisis.


Monograph series no.18.
Susanto. 2010. Investasi dalam Teori Ekonomi. http://id.wikipedia.org. Diakses
tanggal 24 November 2013.

62

LAMPIRAN

63

Вам также может понравиться